Anda di halaman 1dari 31

MEMPERERAT HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN

SISWA DENGAN PRINSIP 6C JOE RUHL DALAM PEMBELAJARAN


MENULIS KARYA ILMIAH PADA SISWA KELAS XI SMA BINA MUDA
CICALENGKA 2019/2020

Proposal Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Matakuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu :
Dr. Sumiyadi, M.Hum.
Rosita Rahma, M.Pd.

Oleh

Yusuf Mochamad Iskandar 1503843

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2019
A. Judul Penelitian
MEMBANGUN HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA GURU DAN
SISWA DENGAN PRINSIP 6C JOE RUHL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS XI IIS 4 SMA BINA
MUDA CICALENGKA
B. Latar Belakang Masalah Penelitian
Sejak pendidikan formal dibentuk, hingga saat ini para ahli,
akademisi, pemerintah, bahkan masyarakat umum terus mencari dan
mengembangkan ekosistem pendidikan dalam kelas yang ideal dan benar-
benar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa. Usaha tersebut tidak
akan pernah berhenti, karena peradaban terus berkembang, sehingga
ekosistem belajar pun harus terus diperbaharui dan dikembangkan. Setiap
negara punya sistem pendidikannya masing-masing, dan ada beberapa negara
yang mengadopsi dan memodifikasi sistem pendidikan dari negara lain, itu
semua dilakukan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang benar-benar
ideal.
Berbagai survei dan riset terus dilakukan agar sistem pendidikan dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. PISA (Programme for
International Students Assessment) sebuah program yang digagas oleh
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada
tahun 2015 yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara, 5
negara yang menduduki peringkat teratas secara berurutan adalah: 1)
Singapura; 2) Jepang; 3) Estonia 4) Taipei; dan 5) Finlandia. Selain itu, pada
tahun 2017, NJ MED (New Jersey Minority Educational Development juga
merilis hasil polling sistem pendidikan nasional yang disusun dari bermacam
sumber data, yang di dalamnya termasuk PISA. NJ MED mengurutkan
kualitas sistem pendidikan dari 209 negara untuk memperlihatkan bagaimana
negara-negara menyiapkan generasi muda mereka untuk sistem ekonomi abad
ke-21 yang berbasis pengetahuan dan global. 5 negara dengan sistem
pendidikan terbaik di dunia versi NJ MED 2017 secara berurutan adalah: 1)
Finlandia; 2) Jepang; 3) Korea Selatan; 4) Denmark; dan 5) Rusia.
Dari hasil riset tersebut, menurut PISA, Indonesia menduduki
peringkat 62. Itu sudah lebih baik dibanding hasil sebelumnya pada tahun
2012, yang menempatkan Indonesia di peringkat 71. Berdasarkan riset PISA,
pendidikan dasar dan menengah di Indonesia belum mampu menyiapkan
murid dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis sebagai mana yang
dibutuhkan dunia saat ini. Rendahnya peringkat sistem pendidikan Indonesia
di kancah Internasional tersebut, tentu saja memerlukan perhatian lebih,
apalagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat.
Walaupun demikian, sebenarnya Indonesia telah menginvestasikan banyak
sumber daya di bidang pendidikan, bahkan anggaran yang dialokasikan untuk
pendidikan menyentuh angka 20%. Akan tetapi, hal itu belum cukup untuk
menciptakan suatu sistem pendidikan dan murid-murid yang siap menghadapi
perkembangan zaman. Ada hal mendasar yang dibutuhkan untuk mendukung
terciptanya sistem pendidikan yang ideal, yaitu terciptanya ekosistem kelas
yang ideal.
Joe Ruhul -seorang tenaga pendidik dan motivator pendidikan asal
Lafayette, Indiana- dalam seminar yang diadakan TED Conferences
(Technology, Entertainment, Design) -yaitu suatu organisasi media nirlaba
asal Silicon Valley yang saat ini sedang melebarkan fokus ke dalam berbagai
topik akademis, budaya, dan ilmu pengetahuan- mengatakan bahwa
diperlukan dua hal untuk menciptakan pembelajaran, yaitu Research-based
techniques dan Relationship. Relationship yang dimaksud di sini adalah suatu
hubungan antara guru dan murid. Sejalan dengan hal tersebut, Prof. Dr. Theo
Wubbels dari Utrecht University pada seminarnya tahun 2012 di Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta mengatakan bahwa
hubungan guru dan murid memiliki hubungan dengan prestasi siswa. Maksud
dari perkataan Wubbels tersebut adalah bahwa semakin erat keterikatan akan
semakin kuat pula bentuk kontrol yang terjalin antara guru dan siswa, dan
semakin baik pula prestasi siswa. Lebih lanjut, menurut hasil risetnya guru-
guru di Indonesia cenderung direktif dan otoritatif, yang bisa jadi disebabkan
karena Indonesia termasuk bangsa yang memiliki karakter power distance
yang tinggi.
Di Indonesia hingga saat ini, telah banyak dilakukan penelitian
mengenai keterikatan hubungan atau bisa disebut dengan hubungan
interpersonal antar guru dan murid, hanya saja, penelitian yang dilakukan
sebatas melihat pengaruh hubungan interpersonal antara guru dan siswa
dengan prestasi belajar siswa. Seperti penelitian skripsi yang dilakukan oleh
Siska Ila Astarina pada tahun 2014 yang berjudul 'Pengaruh Hubungan
Interpersonal Guru dengan Siswa dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Siswa SMK Negeri 2 Kediri,' kemudian penelitian skripsi
yang dilakukan Lilis Trianingsih pada tahun yang sama yang berjudul
Hubungan Interpersonal Guru-Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII
Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan di SMKN 2 Yogyakarta.
Sedangkan, peneliti dalam hal hubungan interpersonal ini akan menggunakan
konsep 6C Joe Rhul sebagai upaya untuk membangun hubungan interpersonal
antara guru dan siswa. Dalam upaya membangun hubungan interpersonal
antara guru dan siswa dengan konsep 6C ini peneliti akan menerapkannya
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI IIS 4 SMA Bina Muda
Cicalengka.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan interpersonal antara guru dan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI IIS 4 SMA Bina Muda
Cicalengka berdasarkan persepsi siswa?
2. Bagaimana proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XI IIS 4
SMA Bina Muda Cicalengka saat menggunakan prinsip 6C Joe Ruhl?
3. Bagaimana peningkatan keeratan hubungan interpersonal antara guru dan
siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas XI IIS 4
SMA Bina Muda Cicalengka saat menggunakan prinsip 6C Joe Ruhl?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, tujuan penelitian ini
adalah sebagi berikut:
1. Untuk memaparkan hubungan interpersonal antara guru dan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI IIS 4 SMA Bina Muda
Cicalengka berdasarkan persepsi siswa.
2. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas
XI IIS 4 SMA Bina Muda Cicalengka saat menggunakan prinsip 6C Joe
Ruhl.
3. Untuk mendeskripsikan peningkatan keeratan hubungan interpersonal
antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia
siswa kelas XI IIS 4 SMA Bina Muda Cicalengka saat menggunakan
prinsip 6C Joe Ruhl.
E. Manfaat Penelitian
Pembelajaran Bahasa Indonesia yang didasarkan pada prinsip 6C Joe
Ruhl diharapkan mampu memberikan manfaat yang signifikan terhadap
hubungan interpersonal antara guru dan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan kemudahan serta mengembangkan pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran
dan pengetahuan mengenai pilihan proses dan pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia agar guru dan siswa mampu
membangun hubungan interpersonal yang lebih erat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Penelitian ini mampu mengarahkan siswa untuk lebih jujur dan terbuka
terhadap guru, sehingga mampu terbentuk suasana belajar yang ideal. Selain
itu, siswa pun diberikan kebebasan dan dilatih demokratis, karena proses
pembelajaran merupakan hasil dari kesepakatan antara guru dan siswa.
b. Bagi Guru
Guru selaku fasilitator akan lebih memudah memahami kesulitan belajar dan
beragam masalah yang dihadapi siswa. Selain itu, guru pun diarahkan untuk
demokratis dan memberikan kebebasan kepada siswanya untuk
mendiskusikan proses pembelajaran yang akan dilakukan.
c. Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk
mengadakan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan hubungan
interpersonal dalam pembelajaran dan prinsip 6C Joe Ruhl.
F. Struktur Organisasi Skripsi

G. Kajian Pustaka
1. Persepsi Siswa
Setiap orang secara kodrati merupakan mahkluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Setiap orang selalu melakukan hubungan
dengan orang lain disegala bidang kehidupannya. Hubungan yang dijalin
antar pribadi seseorang akan membentuk suatu ikatan perasaan yang timbal
balik, sehingga menimbulkan Seseorang perasaan dengan yang perasaan
menyenangkan yang senang maupun menjengkelkan. Seseorang dengan
perasaan yang senang maupun sebaliknya akan mempengaruhi cara
bersikapnya, baik sikap yang menguntungkan ataupun tidak menguntungkan.
Setiap orang memiliki keterbatasan dalam memahami dan
menginterpretasikan suatu stimulus yang diterima baik berupa pesan verbal
maupun nonverbal. Setiap orang memiliki kebebasan dalam
menginterpretasikannya sesuai denan pengetahuan, pengalaman, dan
karakternya. Hal yang penting adalah ketika menginterpretasikan suatu
stimulus hasilnya dapat tepat, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
mempersepsikan suatu stimulus yang diterimanya.
Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di
dalam memahami informasi tentang lingkungannya, proses kognitif ini
melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman
(Miftah Thoha, 2010: 141-142). Dalam menelaah timbulnya proses persepsi
ini, menunjukkan bahwa fungsi persepsi itu sangat dipengaruhi oleh tiga
variabel yaitu objek atau peristiwa yang dipahami, lingkungan terjadinya
persepsi, dan orang-orang yang melakukan persepsi.
Sugihartono, dkk. (2007: 7-9) mengatakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan atau menginterpretasi stimulus yang
masuk dalam alat indra. Suatu stimulus akan berhasil untuk diindra jika
memiliki syarat-syarat berupa ukuran stimulus yang cukup besar untuk
diindra, alat indra kita yang sehat, dan adanya perhatian manusia untuk
mengamati stimulus di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun
stimulus yang diindra atau diamati sama namun bisa menimbulkan
interpretasi hasil atau persepsi yang berbeda baik persepsi positif maupun
negatif hal ini karena setiap manusia memiliki sudut pandang yang berbeda
yang akan mempengaruhi persepsi yang terbentuk sehingga mempengaruhi
cara seseorang berperilaku dan bertindak.
Persepsi menurut Jalaluddin Rakhmat (2003: 51) adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.Persepsi sebagaimana
didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau
penerimaan langsung dari sesuatu; proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya (http://kamusbahasaindonesia.org/persepsi). Robbins
dan Timoty yang diterjemahkan oleh Angelica, dkk. (2009: 175) mengatakan
bahwa persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi
lingkungan mereka.
Suranto (2011: 60) mengatakan bahwa persepsi adalah memberikan
makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi yang tertangkap
oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap
stimuli inderawi yang berasal dari seseorang (partner komunikasi), yang
berupa pesan verbal maupun nonverbal. Persepsi memiliki peran yang sangat
penting dalam keberhasilan komunikasi. Artinya, kecermatan dalam
mempersepsi stimuli inderawi mengantarkan kepada keberhasilan
komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi stimuli,
menyebabkan mis-komunikasi. Oleh karena itu, persepsi merupakan inti
komunikasi yang akan menentukan berhasil atau tidak kedua belah pihak
dalam melakukan hubungan interpersonal.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
persepsi siswa adalah proses pemahaman siswa melalui penglihatan,
pendengaran, perasaan, dan penciuman dalam usahanya
menerjemahkan/menginterpretasikan suatu objek dan peristiwa yang siswa
alami di lingkungan sekolah. Siswa berusaha memahami dengan menyeleksi,
menyusun, mengolah, menafsirkan, dan memaknai suatu stimulus berupa
pesan verbal maupun nonverbal yang diterima oleh indera siswa. Stimulus
yang ditangkap oleh indera siswa dari suatu objek dan peristiwa yang dialami
siswa kemudian disimpulkan oleh siswa. Informasi yang telah siswa
simpulkan selanjutnya menentukan tanggapan siswa mengenai baik atau
buruk terhadap stimulus yang diterimanya dan pada gilirannya akan
mempengaruhi cara siswa berperilaku dan bertindak.
a. Proses Pembentukan Persepsi (BELUM BERES)
Berdasarkan hal-hal tersebut, Miftah Thoha (2010: 145-147)
merumuskan tahapan atau subproses yang ada dalam proses pembentukan
persepsi menjadi 4, yaitu: (1) Stimulus atau situasi yang hadir; (2) Registrasi;
(3) Interpretasi; dan (4) Umpan balik (feedback).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi (BELUM BERES)
Persepsi seseorang terbentuk melalui proses dan dipengaruhi juga
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang tersebut. Dalam
hal inilah yang menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda
meskipun stimulus yang diterima sebenarnya adalah sama sehingga akan
menghasilkan perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lain baik
persepsi posistif maupun negatif.
Faktor yang beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah
persepsi menurut Robbins dan Timoty yang diterjemahkan oleh Angelica,
dkk. (2009: 175) adalah faktor yang terletak dalam diri pembentuk persepsi,
dalam diri objek atau target yang diartikan, dan dalam konteks situasi dimana
persepsi tersebut dibuat. Contoh, ketika seseorang melihat sebuah target dan
berusaha untuk menginterpretasikan apa yang dilihat. Interpretasi sangat
dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi
tersebut. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap,
kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan
seseorang. Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang
diartikan. Individu yang bersuara keras cenderung diperhatikan dalam sebuah
kelompok dibandingkan individu yang diam. Demikian pula dengan individu
yang luar biasa menarik atau tidak menarik. Oleh karena target tidak dilihat
secara khusus, hubungan sebuah target dengan latar belakangnya juga
mempengaruhi persepsi. Seperti halnya kecenderungan kita
mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Konteks di
mana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting, waktu sebuah
objek atau peristiwa dilihat dapat memengaruhi perhatian seperti halnya
lokasi, cahaya, panas atau sejumlah faktor situsional lainnya.
Krech dan Richard (1997: 235) dalam Jalaluddin Rakhmat (2003: 55-
62) menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan menentukan
persepsi, yaitu: (1) Faktor fungsional; (2) Fator Struktural.
Persepsi menurut Miftah Thoha (2010: 139-157) timbul karena
adanya dua faktor yang mempengaruhinya yaitu: (1) Faktor internal; dan
(2)Faktor Eksternal.
2. Hubungan Interpersonal
Setiap orang secara kodrati merupakan mahkluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain. Setiap orang selalu melakukan hubungan
dengan orang lain disegala bidang kehidupannya. Hubungan yang dijalin
antar pribadi seseorang akan membentuk suatu ikatan perasaan yang timbal
balik, sehingga menimbulkan Seseorang perasaan dengan yang perasaan
menyenangkan yang senang maupun menjengkelkan. Seseorang dengan
perasaan yang senang maupun sebaliknya akan mempengaruhi cara
bersikapnya, baik sikap yang menguntungkan ataupun tidak menguntungkan.
Hubungan karakteristik interpersonal kehidupan sosial menurut
Suranto (2011:27) merupakan individu untuk membangun sebuah relasi
dengan yang lain, sehingga akan terjalin sebuah ikatan perasaan yang bersifat
timbal balik dalam suatu pola hubungan tersebut. Dalam arti luas hubungan
interpersonal adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang
lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga
menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak.
Jalaluddin Rakhmat (2003: 119) mengatakan bahwa setiap kali kita
melakukan komunikasi, kita bukan hanya sekedar menyampaikan isi pesan,
tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Misalnya, pada
kalimat berikut isinya sama tetapi kadar hubungan interpersonal di dalamnya
berbeda. “Sebut nama kamu!; Siapa nama Anda?, Bolehkah saya tahu nama
Bapak?, Sudi kiranya Bapak berkenan menyebutkan nama Bapak?’’
Berdasarkan kalimat-kalimat di atas menunjukkan bahwa isi yang
disampaikan adalah sama yaitu menanyakan nama Anda tetapi dalam
kalimat-kalimat tersebut juga mendefinisikan hubungan interpersonalnya.
Sejalan dengan pernyataan di atas Arnold (1975) dalam Jalaluddin Rakhmat
(2003:120) mengembangkan apa yang disebut sebagai “relationship-
enchanment methods” (metode peningkatan hubungan) dengan merumuskan
metode ini dengan tiga prinsip: makin baik hubungan interpersonal, (1)
makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya; (2) makin cenderung ia
meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog); dan
(3) makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak
atas nasihat yang diberikan penolongnya.
Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka dapat dinyatakan bahwa
dalam segi psikologi komunikasi, makin baik hubungan interpersonal, makin
terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya
tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi
yang berlangsung diantara komunikan. Anita taylor, dkk. (1977:1987) dalam
Jalaluddin Rakhmat (2003:119) mengatakan bahwa banyak penyebab dari
rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik diantara
komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling
cermat tidak dapat menghindari kegagalan, jika terjadi hubungan yang buruk.
Hubungan interpersonal didefinisikan sebagai hubungan yang dijalani
antara dua individu, memiliki karakteristik yang khas berdasarkan tingkat
kontinuitas, berbagi pengalaman, dan interaksi saling ketergantungan
berdasarkan latar belakang keadaan dan aktivitas. Definisi ini diperluas dalam
ranah kualitas hubungan interpersonal, yang diperkuat oleh tingkat
kepercayaan, keakraban, dan rasa saling berbagi; adanya pengaruh positif,
kedekatan, dan affective tone; serta isi dan kualitas komunikasi (Collins &
Repinski, 1994; Laible & Thompson, 2007) dalam Theo Wubbels, dkk.,
(2012: 20).
Berdasarkan beberapa penjelasan dari para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hubungan interpersonal antara guru dan siswa adalah
interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa sehingga terjalin sebuah ikatan
perasaan yang bersifat timbal balik dalam pola hubungan tersebut, yang
menentukan cara pesan atau informasi dapat dipahami oleh keduanya tanpa
adanya kegagalan komunikasi. Interaksi antara guru dengan siswa ini didasari
oleh rasa saling berbagi, saling ketergantungan dan didukung oleh adanya
pengaruh positif, kedekatan, serta bentuk kerja sama yang saling
membutuhkan dan menguntungkan diantara keduanya.
a. Model-model Hubungan Interpersonal
b. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
c. Siklus Hubungan Interpersonal
d. Faktor-faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal

3. Hubungan Interpersonal antara Guru dan Siswa


Model Hubungan Interpersonal Guru dan Siswa
Topologi Perilaku Interpersonal Guru
4. Prinsip 6C Joe Ruhl dalam Pembelajaran
Istilah Quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti energi cahaya.
De Porter dalam artikelnya yang berjudul ‘Quantum Learning Network’
(2007) menjelaskan bahwa Quantum Learning adalah keseluruhan model
yang mencakup kedua teori pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan
cepat. Ini menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik
dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih
bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa. Ini membantu guru
menampilkan isi mereka yang merupakan sebuah jalan yang dapat
menyertakan dan memberdayakan siswa. Model ini juga memadukan
belajar dan kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar
yang efektif selamanya-bertanggungjawab bagi pendidikannya sendiri.
Sejalan dengan De Porter, Firdaus dalam artikelnya yang berjudul
‘Pengaruh Quantum Learning terhadap Penalaran Matematis Siswa
Sekolah Dasar’ (2013) menjelaskan bahwa model Quantum Learning
berasumsi bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan
emosinya secara jitu, maka akan mampu membuat loncatan prestasi yang
tidak terduga sebelumnya. Salah satu konsep dari model ini adalah bahwa
belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana gembira,
sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam
dengan baik oleh memori pikiran siswa. Selain itu, model quantum
learning berprinsip bahwa sistem perancangan pengajaran yang efektif,
efisien, dan progresif berikut metode penyajiannya untuk mendapatkan
hasil belajar yang mengagumkan dalam waktu yang sedikit.
Dalam pelaksanaannya, Quantum Learning mempunyai dua ciri,
yaitu penciptaan lingkungan belajar yang perantaranya bisa diibaratkan
dengan tugas kru panggung dan penerapan falsafah belajar sugestologi
atau sugestopedia. Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar.
Wujud sugesti dalam interaksi belajar yang disarankan Henarcki dan de
Porter adalah komentar positif. Komentar positif akan membentuk
kepercayaan diri siswa waktu belajar, sebaliknya komentar negatif akan
membuat siswa tegang dan terbebani dalam belajar.
Di dalam pembelajaran, kedua karekteristik quantum learning yaitu
penciptaan lingkungan yang menyenangkan serta penerapan sugesti sangat
diperlukan dalam memotivasi siswa untuk mampu belajar seoptimal
mungkin. Khususnya dalam proses pembelajaran menulis quantum
learning menyarankan dua cara untuk mempercepat kemampuan siswa
memunculkan gagasan dalam tahap pramenulis yaitu Clustering
(pengelompokan), dan Fast Writing (menulis cepat) serta strategi untuk
mempercepat penyusunan gagasan dalam proses menulis Show Not Tell
(menggambarkan, bukan dengan memberitakan).
Menurut De Porter (2003) dalam pembelajaran quantum learning
ada empat ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk
memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui
2. Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan
3. Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri
4. Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan
5. Teknik Show Not Tell
Dalam pembelajaran menulis dengan model Quantum Learning ada
asumsi bahwa untuk mempercepat pemunculan gagasan dalam proses
menulis melalui teknik Show Not Tell. Teknik Show Not Tell yang
dikembangkan oleh Rebekah Caplan adalah suatu cara mengubah bentuk
kalimat-kalimat yang terlihat atau sifatnya memberitakan dirubah menjadi
paragraf-paragraf yang yang terlihat dan bersifat menunjukkan atau
menggambarkan.
Secara teknis, teknik Show Not Tell dilakukan dengan beberapa
fase. Diawali dengan tahap persiapan, yaitu tahap di mana siswa
menuangkan ide, pikiran, atau perasaannya dengan menulis ide-ide dengan
cepat. Gagasan hasil menulis cepat kemudian dikembangkan dalam draft
kasar. Dalam draft kasar tersebut, siswa diharuskan menggunakan kalimat-
kalimat yang menunjukkan atau menggambarkan (bukan memberitakan).
Fase berikutnya adalah berbagi, yaitu fase di mana siswa saling membaca
hasil gagasannya dengan siswa lainnya. Hal ini berguna untuk memberikan
masukan akan draft kasar. Adanya masukan dan pendapat dari siswa lain
akan diperbaiki dalam fase berikutnya. Setelah itu melakukan
penyuntingan terhadap ejaan dan kalimat yang terasa janggal. Penulisan
kembali merupakan fase selanjutnya sebelum melakukan evaluasi untuk
memastikan telah selesainya tulisan.
6. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil menulis peserta didik
yang mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran Quantum
Learning dengan teknik Show Not Tell dengan peserta didik yang tidak
mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran Quantum Learning
dengan teknik Show Not Tell.
Ho: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil menulis peserta
didik yang mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran Quantum
Learning dengan teknik Show Not Tell dengan peserta didik yang tidak
mendapat perlakuan penerapan model pembelajaran Quantum Learning
dengan teknik Show Not Tell.
H. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, penelitian ini akan
menggunakan metode penelitian eksperimen. Jenis metode eksperimen yang
digunakan adalah eksperimen semu. Hal ini digunakan untuk mengetahui
keefektifan penerapan model Quantum Learning dengan teknik Show Not Tell
pada pembelajaran teks eksposisi. Tujuan dari pemilihan eksperimen ini
adalah untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu ada tidaknya
perkembangan keterampilan mengonstruksi teks eksposisi peserta didik
sebelum dan sesudah diberikan penerapan model pembelajaran Quantum
Learning dengan teknik Show Not Tell.
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pretest-posttest control group design. Desain ini hampir sama dengan
nonequivalent control group design hanya saja pada desain ini, kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol dipilih secara acak. Dengan

R O1 X O2

R O3 O4
demikian, kemampuan siswa dapat dilihat dari perkembangannya sesudah
dan sebelum diberikan perlakuan. Desain eksperimen menurut Sugiyono
(2013: 112-113) pretest-posttest control group design adalah sebagai
berikut:

Keterangan:
R : Dua kelompok yang dipilih secara acak
O1 : Kelas eksperimen diberi tes awal
O2 : Kelas eksperimen diberi tes akhir
O3 : Kelas kontrol diberi tes awal
O4 : Kelas kontrol diberi tes akhir
X : Perlakuan yang diberikan (model pembelajaran Quantum
Learning dengan teknik Show Not Tell)
2. Partisipan
Pihak yang terlibat dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri kemudian
SMAN 1 Cicalengka selaku pihak penyelenggara sebagai satuan
pendidikan. Kemudian guru bahasa Indonesia yang terdapat di sekolah
tersebut sebagai narasumber yang memberikan informasi situasi dan
kondisi kelas, serta kemampuan peserta didik dan permasalahannya.
Setelah itu ada siswa kelas X sebagai subjek penelitian.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X
SMAN 1 Cicalengka. Pemilihan ini berdasarkan kompetensi dasar yang
tertera dalam kurikulum bahwa teks eksposisi berada dan dipelajari di
kelas X.
b. Sampel
Sampel yang diambil merupakan 80 siswa yang diambil secara acak
dari seluruh kelas X SMAN 1 Cicalengka. 80 siswa tersebut akan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
4. Instrumen Penelitian

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Sekolah : SMAN 14 Bandung


Kelas/Semester : X/Ganjil

Materi Pokok : Teks Eksposisi

Alokasi Waktu : 4x45 menit (2 pertemuan)

A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi


(IPK)
3.4 Menganalisis struktur dan 3.4.1 Dapat menemukan struktur
kebahasaan teks eksposisi dalam teks eksposisi.
3.4.2 Dapat menemukan kaidah
kebahasaan teks eksposisi.
3.4.3 Dapat menunjukkan sikap
jujur dan kreatif serta cermat
dalam menganalisis struktur
dan kaidah kebahasaan teks
eksposisi.yang dapat
diteladani dari tokoh yang
terdapat dalam teks biografi.
4.4 Mengonstruksikan teks eksposisi 4.4.1 Dapat merancang teks
dengan memerhatikan isi eksposisi sesuai struktur dan
(permasalahan, argumen, kaidah kebahasaan.
pengetahuan, dan rekomendasi), 4.4.2 Dapat membuat teks
struktur dan kebahasaan eksposisi sesuai struktur dan
kaidah kebahasaan.
4.4.3 Dapat menunjukkan sikap
kreatif dalam menulis teks eksposisi.

B. Tujuan Pembelajaran
A. Setelah membaca teks Eksposisi peserta didik dapat menentukan
struktur isi teks Eksposisi dengan benar melalui lisan ataupun tulisan.
B. Setelah menyusun peserta didik dapat mengembangkan kerangka
karangan
menjadi teks benar melalui tulisan .

C. Materi Pembelajaran
1. Fakta:

Teks Eksposisi

2. Konsep:

Teks Eksposisi adalah karangan yang bercorak paparan yang bermaksud


memberikan pengetahuan tentang hal itu kepada pembacanya.

3. Prinsip:

1. Fungsi: untuk menjelaskan informasi tertentu agar bisa menambah ilmu


pengetahuan pembaca, sehingga dengan membaca teks ini maka pembaca akan
mendapatkan pengetahuan secara rinci dari suatu hal atau kejadian.

2. Struktur:

1. Pernyataan Pendapat (tesis); bagian teks yang berisikan pernyataan


pendapat (tesis) penulis. disebut juga bagian pembuka.

2. Argumentasi; bagian yang memuat alasan yang bisa memperkuat


argumen penulis dalam memperkuat ataupun menolak suatu gagasan.

3. Penegasan Ulang Pendapat (Reiteration); bagian yang berisi penegasan


ulang pendapat penulis.

3. Kaidah Teks Teks Eksposisi


a. Menggunakan nomina dan pronomina
b. Menggunakan kata-kata leksikal verba, adjektiva, dan adverbial.
c. Menggunakan konjungsi atau kata sambung
d. Menyajikan argumentasi urut.
e. Menyatakan sikap penulis (setuju atau tidak setuju)
4. Prosedur:
1. Langkah-langkah mengidentifikasi isi teks eksposisi
a. Membaca teks dengan cermat
b. Menentukan informasi penting dalam teks
c. Menetukan permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi
teks eksposisi
d. Mencatat hal penting dalam teks eksposisi
2. Langkah-langkah menyusun kerangka teks Eksposisi
a. Menentukan tema
b. Menentukan tujuan
c. Mengumpulkan bahan
d. Menyusun kerangka, dan
e. Mengembangkan kerangka menjadi sebuah karangan.
D. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Ilmiah (Saintific)
Model Pembelajaran : Quantum Learning
Metode : Tanya jawab dan Diskusi

E. Media/Alat dan Sumber Belajar


1. Media/Alat Lembar Kerja
Papan tulis, Speaker, LCD, Power Point, Kertas HVS, Spidol warna
2. Sumber Belajar
Suherli dkk. (2017). Bahasa Indonesia. Jakarta : Kemendikbud

F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi


Waktu
Pendahul 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan 10 menit
uan berdoa untuk memulai pembelajaran (PPK:
Religius)
2. Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
Apersepsi
3. Pendidik memberikan informasi tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
4. Pendidik memberikan ilustrasi tentang teks
Eksposisi.
Inti Mengamati
5. Pendidik meminta Peserta didik membuka buku
paket bahasa Indonesia.
6. Secara individu peserta didik menyiapkan teks
Eksposisi dengan judul “Obat Jamu Tradisonal”.
7. Membaca teks Eksposisi dengan judul “Obat Jamu
Tradisonal”.
8. Peserta didik dibantu Pendidik untuk
mengidentifikasi isi dari teks “Obat Jamu
Tradisional”
70 menit
9. Setelah selesai, setiap peserta didik boleh menukar
ide dengan peserta didik lainya sehingga dapat
memperluas informasi terkait teks eksposisi yang
diidentifikasi
Menanya
10. Pendidik kemudian secara acak (uji petik)
memberikan pertanyaan secara lisan kepada Peserta
didik tentang :
a. Topik atau tema apa yang dibahas di dalam teks
“Obat Jamu Tradisioanl”?
b. Tentukan di mana letak struktur teks eksposisi!

Mengumpulkan Informasi
11. Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan
untuk menjawab pertanyan yang telah diidentifikasi
melalui kegiatan:
12. Mengamati obyek/kejadian,
13. Membaca sumber lain selain buku teks,
Mengasosiasikan
Peserta didik menganalisa masukan, tanggapan dan
koreksi dari guru terkait pembelajaran, mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya maupun hasil dari
kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan
informasi yang sedang berlangsung dengan bantuan
pertanyaan-pertanyaan pada lembar kerja.
Mengomunikasikan
Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan,
menyampaikan hasil diskusi berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya untuk mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan sopan
Membuat Produk
-Secara individu Peserta didik menyiapkan bahan-bahan
ajar seperti buku paket, modul, dan catatan untuk
menunjang tugas selanjutnya.
-Pendidik meminta kepada setiap peserta didik untuk
memikirkan sebuah ide terkait tugas selanjutnya yaitu
membuat teks eksposisi.
-Pendidik membimbing peserta didik untuk :
-Menemukan tema atau topik yang akan dibuat dalam
teks eksposisi.
-Menyusun kerangka teks eksposisi guna melanjutkan
membuat teks ekspoisi.
-Setelah selesai masing-masing peserta didik
menyiapkan diri untuk persentasi dengan menunjukkan
hasil kerja.
-Secara acak guru memilih Peserta didik untuk persentasi
dengan membacakan hasil kerjanya.
-Pendidik meminta Peserta didik lainya untuk menyimak
dan menanggapi
-Peserta didik yang persentasi dengan memerhatikan isi,
ringkasan, dan simpulan teks.
-Pendidik memberikan penghargaan (pujian) kepada
seluruh Peserta didik yang telah berusaha belajar
semaksimal mungkin pada saat pembelajaran
berlangsung.

Penutup 14. Pendidik melakukan refleksi, misalnya mereview


bagian mana yang perlu dijelaskan lebih lanjut. 10 menit
15. Peserta didik dibantu oleh pendidik membuat
kesimpulan tentang materi yang telah dibahas hari
ini.
16. Pendidik memberikan tugas dengan meminta Peserta
didik secara individual untuk mengamati dan
mencatat kebersihan lingkungan sekitar tempat
tinggal Peserta didik.

G. Penilaian
Teknik Bentuk Instrumen

KI- 1. Tes Tertulis 1. Soal tes tertulis


3 2. Penugasan 2. Lembar tugas dan Lembar penilaian tugas

KI- Unjuk kerja produk Lembar kerangka membuat teks Eksposisi


4

LAMPIRAN PENILAIAN

Format penilaian Pengetahuan

Kisi-kisi : KD 3.1

Jenis
Kompetensi Dasar IPK Indikator Soal Soal
Soal
3.4 Menganalisis 3.3.1 Menemukan 1. Peserta Tes 1. Perhatikan teks
struktur dan struktur teks didik dapat tertulis Eksposisi dengan
kebahasaan Eksposisi menemuka uraian judul “Manfaat
teks n struktur Jamu Tradisional”
eksposisi teks identifikasikanlah
Eksposisi struktur teks
Eksposisi!
3.3.2 Menemukan 2. Peserta Tes 2. Perhatikan teks
ciri didik dapat tertulis Eksposisi dengan
kebahasaan menemuka uraian judul “Manfaat
teks Eksposisi n kaidah Jamu Tradisional”
teks identifikasikanlah
Eksposisi kaidah teks
Eksposisi!

Lembar soal

Perhatikan teks Eksposisi dengan judul “Manfaat Jamu Tradisional” identifikasikanlah


struktur teks Eksposisi!

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi :

Individu/Kelompok :

Nama :

Kelas :

Tabel 1 Indikator : Struktur Teks Eksposisi

Judul Teks Eksposisi: Nilai

Berisi pendapat 20

……………………………………………………………………………………
………

Uraian bersifat objektif 20

……………………………………………………………………………………
………

Uraian bersifat gagasan 20

……………………………………………………………………………………
………

Contoh-contoh yang disampaikan melalui analisis dan sintesis 20

……………………………………………………………………………………
………

Paragraf diakhiri degan penegasan ulang pendapat. 20


………………………………………………………………………………

Total Nilai 100

Tabel Rubrik : Mengamati Teks Eksposisi

Judul Teks : Nilai

Berisi pendapat Menjelaskan dengan sangat detail 20

Menjelaskan dengan cukup detail 10

Menjelaskan dengan kurang detail 5

Tidak menjawab 0

Uraian bersifat objektif Menjelaskan dengan sangat detail 20

Menjelaskan dengan cukup detail 10

Menjelaskan dengan kurang detail 5

Tidak menjawab 0

Uraian bersifat gagasan Menjelaskan dengan sangat detail 20

Menjelaskan dengan cukup detail 10

Menjelaskan dengan kurang detail 5

Tidak menjawab 0

Contoh-contoh yang Menjelaskan dengan sangat detail 20


disampaikan melalui
analisis dan sintesis Menjelaskan dengan cukup detail 10

Menjelaskan dengan kurang detail 5

Tidak menjawab 0

Paragraf diakhiri degan Menjelaskan dengan sangat detail 20


penegasan ulang
pendapat. Menjelaskan dengan cukup detail 10

Menjelaskan dengan kurang detail 5

Tidak menjawab 0

Total Nilai 100


Rumus penilaian:

Jumlah skor perolehan × 100 = ...............................

Jumlah skor maksimal (100)

Skala Penilaian : KI-3

Nilai Keterangan Predikat


86 – 100 Sangat Baik A
72 – 85 Baik B
71 – 56 Cukup C
0 – 55 Kurang E

Format penilaian Keterampilan

Kisi-kisi : KD 4.3

Kompetensi Jenis
IPK Indikator Soal Soal
Dasar Soal
4..4 4.3.1 Menentukan 1. Peserta didik Tes 1. Temukanlah
Mengonstru topik yang dapat tertulis sebuah topik
ksikan teks dapat menentukan uraian atau
eksposisi dikembangka topik yang tematerkait
dengan n dalam teks dapat dengan teks
Eksposisi dikembangkan Eksposisi!
memerhatika dalam teks
n isi Eksposisi
(permasalah 4.3.2 Menyusun 2. Peserta didik Tes 2. Susunlah
an, argumen, kerangka teks dapat tertulis sebuah
pengetahuan Eksposisi menyusun kerangka teks
, dan kerangka teks Eksposisi dari
rekomendasi Eksposisi topik atau
), struktur tema yang
dan sudah kalian
temukan!
kebahasaan 4.3.3 3. Peserta didik Tes 3. Kembangkanla
Mengembang dapat tertulis h kerangka
kan kerangka mengembangk produk yang sudah
karangan an kerangka kalian buat
menjadi teks karangan menjai teks
Eksposisi menjadi teks Eksposisi yang
Eksposisi utuh sesuai
dnegan
kaidahnya!

Instrument KD 4.3 – Penilaian Produk

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Objek Pengamatan :

Individu/Kelompok :

Nama :

Kelas :

1. Temukanlah sebuah topik atau tema terkait dengan teks Eksposisi!

Tabel Indikator 1 : Menentukan Tema Teks EKSPOSISI

Judul Teks Eksposisi: Nilai

Topik 10

………………………………………………………………………………………

Total Nilai 100

Tabel Rubrik : Menentukan Tema Teks Eksposisi

Judul Teks EKSPOSISI: Nilai

Topik Menjelaskan dengan sangat detail 10


Menjelaskan dengan cukup detail 8

Menjelaskan dengan kurang detail 4

Tidak menjawab 0

Total 10

Rumus penilaian:

Jumlah skor perolehan × 100 = ...............................

Jumlah skor maksimal (10)

2. Susunlah sebuah kerangka teks Eksposisi dari topik atau tema yang sudah kalian
temukan!

Tabel Indikator 2 : Menyusun Kerangka Teks EKSPOSISI

Judul Teks Eksposisi: Nilai

Menentukan judul 5

…………………………………………………………………………

Menentukan tujuan 10

…………………………………………………………………………

Mengumpulkan bahan 10

…………………………………………………………………………

Membuat ide pokok pada setiap paragaf 10

…………………………………………………………………………

Total Nilai 35

Tabel Rubrik : Menentukan Tema Teks Eksposisi


Judul Teks EKSPOSISI: Nilai

Menentukan judul Menjelaskan dengan sangat detail 5

Menjelaskan dengan cukup detail 4

Menjelaskan dengan kurang detail 2

Tidak menjawab 0

Menentukan tujuan Menjelaskan dengan sangat detail 10

Menjelaskan dengan cukup detail 8

Menjelaskan dengan kurang detail 4

Tidak menjawab 0

Mengumpulkan bahan Menjelaskan dengan sangat detail 10

Menjelaskan dengan cukup detail 8

Menjelaskan dengan kurang detail 4

Tidak menjawab 0

Membuat ide pokok Menjelaskan dengan sangat detail 10


pada setiap paragaf
Menjelaskan dengan cukup detail 8

Menjelaskan dengan kurang detail 4

Tidak menjawab 0

Total Nilai 35

Rumus penilaian:

Jumlah skor perolehan × 100 = ...............................

Jumlah skor maksimal (35)

3. Kembangkanlah kerangka yang sudah kalian buat menjai teks eksposisi yang utuh
sesuai dengan kaidahnya!

Tabel Indikator 3 : Mengembangkan Kerangka Teks Eksposisi

Judul Teks Eksposisi: Nilai


Teks 55

……………………………………………………………………………………
……

Total Nilai 55

Tabel Rubrik : Menentukan Tema Teks Eksposisi

Judul Teks Eksposisi: Nilai

Mengembangkan Kerangka Menjelaskan dengan sangat detail 25

Menjelaskan dengan cukup detail 15

Menjelaskan dengan kurang detail 6

Tidak Menjawab 0

Struktur Menjelaskan dengan sangat detail 10

Menjelaskan dengan cukup detail 8

Menjelaskan dengan kurang detail 4

Tidak menjawab 0

Kaidah Menjelaskan dengan sangat detail 15

Menjelaskan dengan cukup detail 10

Menjelaskan dengan kurang detail 6

Tidak menjawab 0

Menggunakan bahasa yang Menjelaskan dengan sangat detail 5


universal
Menjelaskan dengan cukup detail 4

Menjelaskan dengan kurang detail 2

Tidak menjawab 0

Total Nilai 55
Rumus penilaian:

Jumlah skor perolehan × 100 = ...............................

Jumlah skor maksimal (55)

Total Rumus penilaian:

Jumlah skor perolehan 1 + 2 + 3 × 100 = ...............................

Jumlah skor maksimal (100)

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP

Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 14 Bandung


Tahun Pelajaran : 2017/2018
Kelas/Semester : X/ Ganjil
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kejadian Butir Positif/ Tindak


No. Waktu Nama Kelas
/Perilaku Sikap Negatif Lanjut

1 - - - - - - -

5. Prosedur Penelitian/ Teknik Pengumpulan Data


Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini:
a. Observasi
Observasi langsung ke sekolah dilakukan di awal penelitian. Hal ini
dilakukan untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah untuk meminta
perizinan, meminta data siswa. Selain itu observasi dilakukan ke kalas
yang akan dijadikan sampel dalam penelitian untuk mengetahui proses
pembelajran teks anekdot di kelas tersebut.
b. Angket
Dengan jumlah responden yang cukup banyak., peneliti menggunakan
angket untuk mendapatkan informasi dari responden mengenai kendala,
proses ataupun materi pembelajaran yang berlangsung di kelas, sebagai
identifikasi awal permasalahan.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadapa guru pengajar bahasa Indonesia di
sekolah tersebut untuk menemukan permasalahan, kendala dan
kesulitan apa saja yang terjadi saat pembelajaran.
d. Tes
Setelah itu dilakukan tes awal terhadap peserta didik. Tes berupa tes
tulis dengan serangkaian perangkat evaluasi yang sudah disiapkan. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai profil
sejauh mana kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi dan
mengonstruksi teks anekdot. Tentunya untuk membedakan antara
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan yang berupa model
pembelajaran Quantum Learning dengan teknik Show Not Tell dalam
pembelajaran menulis teks eksposisi.
e. Prosedur analisis data/ teknik analisis data
Data yang diolah ditujukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik
dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Data yang diolah adalah selisih antara skor tes awal dan
tes akhir. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Mengolah skor hasil tes awal dan tes akhir yang kemudian diubah
menjadi sebuah nilai.
Nilai = ∑Skor siswa X 100%
∑Skor total
2) Menganalisis hasil tes awal dan tes akhir peserta didik.
3) Mendeskripsikan hasil tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
4) Menghitung rata-rata yang diperoleh
5) Melakukan uji homogenitas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kelas ekperimen dan kelas kontrol berasal dari sampel yang
memiliki kesamaan atau tidak. Pengujian ini dapat dibantu dengan
perangkat lunak SPSS 23. SPSS 23 digunakan karena perangkat ini
ringan dan mudah dalam penggunaannya.
6) Melakukan uji reabilitas. Uji reabilitas dilakukan untuk menguji
tingkat kepercayaan data yang diambil dalam suatu penelitian. Uji
ini juga dapat dibantu dengan perangkat lunak SPSS 23.
7) Melakukan uji regresi (Normalitas). Uji ini dilakukan untuk
melihat hubungan fungsional antara dua atau lebih variabel pada
penelitian yang akan dilakukan. Pada penelitian ini uji regresi
dilakukan untuk mengetahui hubungan fungsional antara metode
yang digunakan dengan perubahan yang terjadi pada peserta didik.
Uji regresi dapat dibantu dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS 23.
8) Melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui
keefektifan perlakuan yang diterapkan. Uji hipotesis juga dapat
dibantu dengan memanfaatkan perangkat lunak SPSS 23.
I. Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. (2005). Pokoknya Menulis. Bandung: PT. Kiblat Buku


Utama

De Porter, B. (2007). Quantum Learning Network. Daring. Diakses dari:


http://learningforum.com. [5 Juni 2018]

De Porter, B. & Hemacky, M. (2003). Quantum Learning: Membiasakan Belajar


Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa

M. Firdaus, Fery. (2013). Pengaruh Quantum Learning terhadap Penalaran


Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. EduHumaniora: Vol. 5, No. 2
Indesari, Elen. (2016). Kemampuan Menulis Melalui Show Not Tell Dalam
Pendekatan Quantum Learning (Studi pada Madrasah Ibtidaiyah Kartoharjo
Madiun). Jurnal. AT TADIB: Vol 11, No 2

Keraf, Gorys. (1995). Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah

Kosasih, E. (2017). Jenis-Jenis Teks Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia


SMA/MA/SMK. Bandung: YRAMA WIDYA

Krisnaulia Manik, Maria. Rosmawaty. (2014). Pengaruh Teknik Menunjukan


Bukan Memberi Tahu (Show Not Tell) terhadap Kemampuan Menulis Puisi oleh
Siswa Kelas X SMA Swasta Budisatrya Meda Tahun Pembelajaran 2013/2014.
Jurnal. Jurnal Bahasa: Vol 3, No 4

Sugiyono. (2013). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai