Anda di halaman 1dari 31

KARYA ILMIAH

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA


TENTANG KONSEP ALAT INDERA MANUSIA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS II SDN 09 BATIPUAH
BARUAH KECAMATAN BATIPUH KABUPATEN TANAH
DATAR

NAMA : ROSLINA
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa
Tentang Konsep Alat Indera Manusia Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Di Kelas II SDN 09
Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah DataR

ABSTRAK

Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Tentang Konsep
Alat Indera Manusia Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Di Kelas IV SDN Jango Kecamatan Patangkep Tutui
Kabupaten Barito TimurPenelitian Tindakan Kelas (PTK). Program Studi S1
PGSD. Universitas Terbuka. Tahun 2013.Rumusan masalah yang disusun adalah
“Apakah penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV terhadap materi
pembelajaran IPA tentang Konsep Alat Indera Manusia.
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh informasi
faktual tentang penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Prosedur Penelitian
Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1)
perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi. Dari analisis data
diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar
siswa. Pada studi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 45% Pada siklus I
siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan dari studi awal menjadi 70%.
Hal yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa. Berdasarkan hasil
analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) mampu
mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) mampu
meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan model NHT mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Keaktifan, Hasil Belajar IPA.


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha dasar yang dilakukan
seeorang terhadap orang lain agar orang lain memiliki pengetahuan dan
keterampilan. Indonesia menempatkan pendidikan sebagai suatu yang penting
dan utama.Hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang
menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Menurut Dinn (2008:1.1) pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya
membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat
kemanusiannya.Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah
Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berhubungan dengan mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga Bahasa Indonesia bukan hanya penugasan
kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi
suatu proses penemuan. Pendidikan Bahasa Indonesia diharapkan menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan
sehari-hari.
Berdasrkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan guru SDN
09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah terdapat
permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas, yaitu siswa kelas
IV mengalami kesulitan pada materi konsep alat indera manusia. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami kesalahan dalam menyebutkan
bagian-bagian dan fungsi alat indera manusia.
Permasalahan yang dihadapi siswa disebabkan karena guru kurang dapat
merencanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan
kurang mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru cenderung
mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya
secara psif dan tidak kritis. Selain itu, sebagian besar siswa malah ada yang
2

berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan penjelasan guru serta


pasif dalam pembelajaran.
Akibatnya hasil belajar siswa menurun. Hal ini dapat dilihat dari nilai
rata-rata ulangan harian yang diperoleh hanya mencapai 60,00 pada tahun
ajaran 2022/2023. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan standar
ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah, yakni sebesar 64,00 dapat
dikatakan bahwa nilai tersebut berada di bawah standar ketuntasan yang
diharapkan.
Permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.Apabila
masalah ini dibiarkan saja tanpa adanya pencegahan. Akibatnya, siswa kurang
berminat untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh guru, yang akan
mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu dikhawatirkan mutu dari
pendidikan di sekolah akan menurun. Dari masalah yang diharapkan ada model
atau metode yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan lebih bi8sa
mendaya gunakan siswa untuk aktif dan semangat dalam mengikuti pelajaran ,
jadi siwa dapat memperoleh hasil yang diinginkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan sebuah strategi barru yang
dapat memotivasi para siswa dalam belajar Bahasa Indonesia, serta dapat
memberdayakan para siswa sehingga proses belajarnya lebih bermakna dan
dapat meningkatkan hasil belajarnya guna mencapai tujuan pembelajaran secara
maksimal. Dalam hal ini peneliti sangat tertarik untuk menenliti tentang
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasrkan latar belakang diatas maka permasalahan ini dapat dirumuskan
sebagi berikut:
a. Bagaimana aktivitas belajar siswa tentang konsep alat indera manusia
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together
(NHT)Kelas II SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar ?
3

b. Apakah hasil belajar siswa tentang konsep alat indera manusia dapat
ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together (NHT) Kelas II SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh
Kabupaten Tanah Datar ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui :
c. Mengetahui aktivitas belajar siswa tentang konsep alat indera manusia
melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT)
Kelas II SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah
Datar ?

d. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa tentang konsep alat indera


manusia melalui model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads
Together (NHT) Kelas II SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh
Kabupaten Tanah Datar ?
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Siswa
Dapat menumbuhkan semangat kerja sama antar siswa dan motivasi belajar
siswa serta memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran yang
menyenangkan, mengasyikkan, meningkatkan pemahaman dan partisipasi
serta hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi guru tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together (NHT).selain itu
dengan penelitian ini guru dapat dikuasai siswa dan tercapainya tujuan
pembeljaran yang optimal.

3. Bagi Kepala Sekolah


4

Hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi positif kepada kepala


sekolah dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran, terutama mutu
pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini masih rendah.
4. Bagi Peneliti
Menambah khasanah keilmuan dan keterampilan peneliti khususnya yang
terkait dengan penelitian melalui model pembeljaran kooperatif tipe
Number Heads Together (NHT).
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. AKTIVITAS BELAJAR SISWA


1. Karakteristik Anak Usia SD
Menurut Sumatri, dkk (2007:2.3) bahwa pada dasarnya setiap
individu memiliki cirri-ciri atau karakteristik yang berbeda. Karakteristik
atau cirri khas juga terdapat pada anak-anak usia SD, baik yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan perkembangan siswa. Hal ini sangat penting
mengingat pada anak usia SD, yaitu antara usia 6-12 tahun anak banyak
mengalami perubahan baik fisik maupun mental hasil perpaduan factor
intern maupun pengaruh dari luar yaitu lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan yang tidak kurang pentingnya adalah pergaulan dengan
teman sebaya.

2. Hakikat Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran


Belajar diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif
dan psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik.Perubahan tersebut
bersifat positif artinya berorientasi kea rah yang lebih maju daripada
keadan sebelumnya. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri sesorang.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah
serangkaian kegiatan-kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baik dan pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor. Belajar lebih ditekankan pada proses kegiatannya dan proses
belajarnya lebih ditekankan pada hasil belajar yang dicapai oleh subjek
belajar, adalam hal ini termasuk siswa.
Sardiman (2007:47) mendefinisikan mengajar pada dasarnya
merupakan suatu untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar.
6

Kemudian pengertian yang luas mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas


mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Atau
dikatakan mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi kondusif untuk
berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa.
Konsep dasar pembelajaran dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 tahun
2003 tentang sisdiknas, yakni “pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi,
peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar.

B. HASIL BELAJAR SISWA


1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran menurut Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 (Suriansyah,dkk,2009:89) adalah sebagai berikut :
Pembelajaran harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
a. Pengetahuan dan keterampilan yamg diajarkan harus bersifat praktis.
b. Pembelajaran harus memperhatikan perbedaan individual siswa.
c. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam
proses pembelajaran.
d. Tujuan pembelajaran harus diketahui siswa
e. Proses pembelajaran harus mengikuti prinsip-prinsippsikologis tentang
belajar

2. Bahasa Indonesia
Menurut Depdiknas (2005:3) pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan
Alam adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam
semesta.Ilmu Pengetahuan Alam memperoleh kebenaran tentang fakta dan
fenomena alam melaui kegiatan empiric. Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan
dengan fakta, konsep, prinsip, dan juga proses penemuan itu sendiri.
7

Penemuan diperoleh melalui eksperimen yang dilakukan dilaboratorium


maupun dialam bebas. Ilmuan Ilmu Pengetahuan Alam mempelajari gejala
alam melalui proses dan sikap ilmiah. Proses ilmiah didasari dengan cara
berfikir logis berdasarkan fakta-fakta yang mendukung. Sikap ilmiah
tercermin pada sikap jujur dan objektif dalam mengumpulkan fakta dan
menyajikan hasil analisis fenomena-fenomena.
3. Trianto (2010:136) menyatakan bahwa “Bahasa Indonesia
adalah suatu kumpulan teori sistematis, penerapannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”.
a. Bahasa Indonesia di SD
4. Setidaknya ada lima cakupan yang harus dipelajari dalam pelajaran Bahasa
Indonesia
di sekolah dasar. Kelima cakupan tersebut adalah :
1) Konsep IPA terpadu
2) Biologo
3) Fisika
4) Ilmu bumi dan Antariksa
5) IPA dalam perspektif interdispliner
Sampai saat ini, konten sains bagi kebanyakan guru diberikan
melalui metode ceramah dan kegiatan pembuktian di laboratorium dengan
sedikit focus terhadap pemeberian pengalaman dalam melakukan penelitian
atau aplikasi Bahasa Indonesai dalam konteks teknologi. NSTA dalam
science techer Preparation ini membedakan kompetensi yang harus dimiliki
ole guru Bahasa Indonesia sekolah dasar yang memiliki latar belakang
Bahasa Indonesia SD dan SMP.NSTA merekomendasikan guru SD yang
tidak memiliki latar belakang Bahasa Indonesia untuk memiliki kompetensi
dalam melangsungkan pembelajaran yang menitik beratkan pada kegiatan
dan mendeskripsikan kejadian memanipulasi objek dan system, serta
melakukan identifikasi terhadap pola yang ada di alam yang berhubungan
8

dengan cakupan bidang studi Bahasa Indonesia.Guru-guru ini juga harus


melibatkan siswa dalam memanipulais kegiatan yang mengarahkan pada
pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan analisis terhadap
pengalaman.Sedangkan untuk guru yang memiliki latar belakang Bahasa
Indonesia untuk tingkat SD dan SMP criteria yang harus dimiliki adalah
melangsungkan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan kolaboratif
melalui inkuiri yang dilangsungkan dilaboratorium atau lapangan. Guru-
guru yang memiliki latar belakang pendidikan dalam Bahasa Indonesia
harus memiliki pemahaman yang lebih dalam dibandingkan guru yang tidak
memiliki latar belakang pendidikan Bahasa Indonesia, namun mereka harus
memiliki tema-tema dan perspektif yang sama terhadap Bahasa Indonesia.
Hurd (1998) yang menyatakan bahwa orang yang dinyatakan melek
sains memiliki 3 ciri sebagai berikut :
1) Dapat membedakan teori dari dogma, data dari hal-hal yang
bersifat mistis, sains, dari pseudo sains, bukti dari propaganda
dan pengetahuan dari pendapat.
2) Mengenal dan memahami hakikat Bahasa Indonesia,
keterbatasan dari saintifik inkuiri, kebutuhan untuk pengumpulan
bukti.
3) Memahami bagaimana cara untuk menganalisis dan memproses
data.
Diperlukan cara pengajaran yang bersifat konstruktif untuk menjadi
orang yang melek sains. Cirri pembelajaran yang bersifat konstruktif ini
dapat dibedakan dengan pembelajaran yang bersifat tradisional dengan cirri-
ciri sebagai berikut :
1) Lebih memahami dan merespon minat, kekuatan, penagalaman,
dan keperluan siswa secara individual.
2) Senantiasa menyeleksi dan mengadaptasi kurikulum.
3) Berfokus pada pemahaman siswa dan menggunakan
pengetahuan sains, ide serta proses inkuiri.
4) Membimbing siswa dalam mengembangkan saintifik inkuiri.
9

5) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan


berdebat dengan siswa lain.
6) Secara berkesinambungan melakukan asesmen terhadap
pemahaman siswa.
7) Memberikan bimbingan pada siswa untuk berbagi tanggung
jawab dengan siswa lain.
8) Mensuport pembelajarn koopertif (cooperative learning),
mendorong siswa untuk bekerja sama dengan guru sains lain
dalam mengembangkan proses inkuiri.
(http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/25/
pembelajaran-ipa-yang-bersifat-konstruktif-di-sd/)

C. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT


a. Pengertian Pembelajaran Koperatif
Suyatno (2009:51) berpendapat “pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang pernah
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab
bersama, pembagian tugas dan rasa senasib”. Sedangkan Jonhson (Rusman,
2010:204), pembelajaran kooperatif adalah teknik pengelompokkan yang
didalamnya siswa bekarja terarah pada tujuan belajar bersama dalam
kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka
dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.

b. Prinsip-prinsip Pembelajran Kooperatif


Lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Roger dan
Johnson (Rusman, 2010:212) adalah sebagai berikut :
1) Prinsip ketergantungan positif. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas
tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. Oleh
10

karena itu semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling


ketergantungan.
2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasilan kelompok sangat
tergantung dari masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu setiap
anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus
dikerjakan dalam kelompok tersebut.
3) Interaksi tatap muka. Interaksi ini sangat penting karena sisa merasa lebih
mudah belajar dari sesamanya.
4) Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
5) Evaluasi proses kelompok.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif


Adapun langkah-langkah pemeblajaran kooperatif (Suyatno, 2010 :52)
sebagai berikut :
1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2) Menyajikan informasi
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja
5) Evaluasi
6) Memberikan penghargaan

d. Peranan Guru dalam Pembelajaran Kooperatif


Peran guru dalam pembelajaran kooperatif (Isjoni, 2010:62) adalah
sebagai fasilitator, mediator, director-motivator dan evaluator.Dalam
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dibutuhkan kemauan dan
kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan
kelas.Sehingga dengan menggunakan model ini guru bukannya menjadi
pasif, tapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana
pembelajaran yang matang, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan
membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya.
11

e. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Richard, 2010:16)
dikembangkan oleh Spencer Kagan.Model Tipe NHT ini merupakan salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.Struktur kagan (Iqbal,
online) menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.Struktur tersebut dikembangkan
sebagai bahan alternative dari struktur kelas tradisional seperti
mengacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru
untuk mrnjwab pertanyaan yang telah dilontarkan.Suasana seperti ini
menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut
dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti.
Tipe NHT (Trianto, 2010:82) ini juga melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan
untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu.
Ibrahim (Herdian,2010) mengemukakan tiga tujuan yang hendak
dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
a. Hasil belajar akademik structural. Bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b. Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
c. Penegembangan keterampilan sosial. Bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang
dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
12

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe


Numbered Heads Together (NHT) menurut Kagan (Kunandar, 2010:369)
sebagai berikut :
a. Penomoran (Numbering)yaitu siswa dibagi dalam beberapa
kelompok yang beranggotakan3 hingga 5 orang dan mereka diberi
nomor.
b. Pengajuan pertanyaan (Questioning)yaitu guru mengajukan suatu
pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk LKK. Guru juga
membagikan alat peraga MEQIP kepada setiap kelompok.
c. Berpikir bersama (Head Together)yaitu para siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban tersebut.
d. Pemberian jawaban (Answering) yaitu guru menyebut satu nomor
dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT


terhadap siswa yang ahsil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren
(http:///NHT/pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html) anatara lain :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi.
i. Pemahaman yang lebih mendalam.
j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
k. Hasil belajar lebih tinggi.
13

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. SUBYEK PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kelas II SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan
Batipuh dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Perbaikan pembelajaran ini
dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan pembelajaran. Siklus I dilaksanakan
pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2022 pukul 10.00-11.30 dan siklus II
dilaksanakan pada hari kamis tanggal 25 Oktiber 2022 pukul 09.45-11.00.
focus pembelajaran adalah alat indera manusia.
Subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN 09 Batipuah Baruah
Kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar, yang terdiri dari 10 siswa. Jika
dilihat dari kemampuan masing-masing siswa tidak ada siswa yang menonjol
secara istimewa maupun siswa yang mengalami hambatan belajar.

B. PROSEDUR PENELITIAN
1. SIKLUS I
1.1 Perencanaan
Melihat kemampuan yang dicapai siswa pada tes formatif, dan
setelah berdiskusi dengan teman sejawat, maka peneliti merasa perlu untuk
merencanakan perbaikan pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 23 Oktober 2022. Yang menjadi focus penelitian adalah
materi alat indera manusia. Dalam rencana perbaikan pembelajaran siklus I
peneliti menggunakan tiga kegiatan yaitu kegiatan awal selama 5 menit,
kegiatan Inti selama 45 menit dan kegiatan akhir selama 20 menit, sehingga
waktu yang diperlukan adalah 70 menit.
14

1.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berpedoman pada rencana
perbaikan pemebelajaran (RPP) I. perbaikan pembelajaran dilaksanakan di
SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar pada
hari Selasa tanggal 23 Oktober 2022 pada pukul 10.00-10.30. tujuan dari
perbaikan pembelajaran ini adalah dapat menjelaskan materi alat indera
manusia. Pelaksanakan kegiatan dilakukan dengan
(1) Kegiatan awal
(a) Guru memberi salam
(b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap belajar
seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga.
(c) Guru mengadakan apersepsi
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(e) Guru menyampaikan rencana pembelajaran
(2) Kegiatan Inti
(a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok heterogen, tiap
kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis
kelamin dan peringkat.
(b) Setiap anggota kelompok diberi nomor
(c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk
LKK
(d) Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut
(e) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan meminta siswa dengan nomor tertentu dari
setiap kelompok untuk mempresantikan hasil diskusi kelompoknya
dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompoknya yang lain
untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan.
(f) Pemeberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang indra
penglihat (mata). Penilaian dilakukan dengan menghitung skor yang
didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masing-masing
15

kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan terbuka di


depan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang dikocok dan
dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu lembar soal
yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam kelompok. Jika
dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan benar maka soal
dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain.
(g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan
penghargaan berupa piagam penghargaan.
(3) Kegiatan Akhir
(a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan
(b) Guru mengadakan evaluasi
(c) Guru melaksanakan refleksi pembelajaran
(d) Guru memberikan tindak lanjut
(e) Guru menyampaikan meteri pada pembelajaran berikutnya yaitu
tentang indra pendengar (telinga)
1.3 Pengumpulan Data
Perbaiakan pembelajaran siklus I peneliti dibantu teman sejawat,
mengamati proses pemeblajaran yang berlangsung untuk mengumpulkan
data yang akan digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang
terjadi selama perbaikan pembelajaran berlangsung. Dari data yang
dikumpulkan tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki
kelemahan pembelajaran yang terjadi. Dalam proses pengumpulan data,
peneliti teman sejawat menggunakan panduan lembar observasi, baik
lembar observasi untuk mengawasi pembelajaran yang diterapkan peneliti,
juga lembar observasi untuk mengamati kegiatan belajar siswa.
Dari data yang terkumpul, baik yang dikumpulkan peneliti maupun
yang dilakukan teman sejawat sangat berguna untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran dan bagaimana
mencari solusi dan masalah pembelajaran tersebut, serta bagaiman
amerancang tindakan selanjutnya pabila perbaikan pembelajaran yang
dilakukan belum mencapai hasil yang seperti tercantum dalam tujuan
16

pembelajaran. Dengan demikian kesalahan yang sama dalam kegiatan


pembelajaran dapat diminalisir dan proses pembelajaran selanjutnya lebih
bermakna bagi siswa.
1.4 Refleksi
Dalam refleki diri yang dilakukan peneliti dan teman sejawat setelah
kegiatan perbaikan pembelajaran dan kegiatan pengumpulan data, peneliti
melihat bahwa dalam perbaikan pembelajaran siklus I sudah berjalan cukup
baik. Tetapi penjelasan guru terlalu cepat. Pada kegiatan diskusi kelompok
peneliti tidak memberikan bimbingan pada siswa.
Dari hasil evaluasi akhir pembelajaran meski sudah mengalami
peningkatan akan tetapi hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang
diharapkan siswa sudah mampu mengerjakan soal, namun masih banyak
siswa yang belum mampu menemukan pemecahan masalah sendiri sesuai
kenyataan. Untuk itu peneliti memutuskan untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus II dengan memperbaiki kelemahan yang terjadi pada
perbaikan siklus I.

2. Siklus II
2.1 Perencanaan
Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II merupakan kegiatan
pembelajaran silus I yang belum berhasil sepenuhnya.. Perbaikan
pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Oktober
2012 di SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh kabupaten Tanah
Datar. Yang menjadi focus penelitian adalah materi alat indera manusia.
Dalam rencana perbaikan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan tiga
kegiatan yaitu kegiatan awal selama 5 menit, kegiatan Inti selama 45 menit
dan kegiatan akhir selama 20 menit, sehingga waktu yang diperlukan adalah
70 menit.

2.2 Pelaksanaan
17

Pelakasanaan perbaikan pembelajaran siklus II diterapkan setelah


peneliti melihat hasil yang dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran
siklus I belum mencapai hasil maksimal. Perbaikan pembelajaran
dilaksanakan di SDN 09 Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh kabupaten
Tanah Datar. pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2022 pada pukul 09.45-
11.00. Dalam perbaikan pembelajaran pokok bahasan alai indera manusia
mempunyai tujuan yaitu agar siswa dapat menjelaskan konsep alat indera
manusia dengan menghubungkan dalam masalah kehidupan sehari-hari.
Kegiatan dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan seperti :
(1) Kegiatan awal
(a) Guru memberi salam
(b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap belajar
seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga.
(c) Guru mengadakan apersepsi berupa mengulang pelajaran yang telah
lalu. Guru meminta siswa menebak bunyi yang didengarnya dan
mengaitkan dengan materi yang akan dipelajari.
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(e) Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran
(2) Kegiatan Inti
(a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok heterogen, tiap
kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis
kelamin dan peringkat.
(b) Setiap anggota kelompok diberi nomor
(c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam bentuk
LKK
(d) Siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut
(e) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan meminta siswa dengan nomor tertentu dari
setiap kelompok untuk mempresantikan hasil diskusi kelompoknya
18

dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompoknya yang lain
untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan.
(f) Pemeberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang indra
pendengar (telinga). Penilaian dilakukan dengan menghitung skor
yang didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masing-masing
kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan terbuka di
depan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang dikocok dan
dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu lembar soal
yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam kelompok. Jika
dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan benar maka soal
dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain.
(g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan
penghargaan berupa piagam penghargaan.
(3) Kegiatan Akhir
(a) Guru dibimbing siswa membuat kesimpulan
(b) Guru mengadakan evaluasi
(c) Guru melaksanakan refleksi pembelajaran
(d) Guru memberikan tindak lanjut
(e) Guru menyampaikan meteri pada pembelajaran berikutnya yaitu
tentang indra pembau (hidung) dan indera peraba (kulit)

2.3 Pengumpulan Data


Selam dalam kegiatan perbaikan pembelajaran baik perbaikan
pembelajaran siklus I maupun perbaikan pembelajaran siklus II, peneliti
dibantu teman sejawat, mengamati proses pemebalajaran. Pengamatan yang
dilakukan meliputi pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan
siswa serta pengamatan terhadap penggunaan media dalam perbaikan
pembelajaran.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan baik oleh peneliti
maupun yang dilakukan teman sejawat sangat berguna untuk mengetahui
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga apabila
19

ditemukan adanya kegagalan dapat diketahui penyebabnya untuk


mempermudah mencari solusi yang tepat untuk mengatasinya.

2.4 Refleksi
Seperti yang peneliti lakukan pada perbaikan pembelajaran siklus I,
pada perbaikan pembelajaran siklu II, peneliti melakukan refleksi diri untuk
menemukan kelemahan yang mungkin terjadi pada kegiatan perbaikan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada perbaikan pembelajaran siklus
II siswa tampak lebih bbersemangat mengikuti pelajaran karena selama
kegiatan pembelajaran peneliti memberikan bimbingan sepenuhnya kepada
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum memahami
materi pembelajaran untuk bertanya. Media pembelajaran yang digunakan
juga sangat menarik perhatian siswa.
Pada akhir kegiatan perbaikan pembelajaran dari hasil yang dicapai
sudah memuaskan. Lebih dari 70% siswa sudah mampu menjelaskan materi
energy bunyi. Melihat hasil yang dicapai siswa tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran sudah mencapai hasil yang diharapkan
sehingga tidak diperlukan perbaikan pembelajaran siklus III.

C. ANALISI DATA
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa nilai evaluasi pada kahir pertemuan
dianalisis dengan tekhnik persentase, kemudian didistribusikan dalam
bentuk tabel, dan difrekuensikan dengan grafik. Adapun rumus
persentasenya adalah :
Jumlah skor perolehan
Persentase = x 100 %
Jumlah skor maksimal

Siswa dianggap tuntas apabila 100% siswa sudah memperoleh skor ≥ 70.
20

Ketuntasan klasikal dihitung dengan rumus :

Jumlah siswa yang tuntas belajar


Persentase = x 100 %
Jumlah siswa
Ketuntasan klasikal dianggap tuntas apabila terdapat ≥ 80% siswa sudah
memperoleh skor ≥ 75..

Jumlah nilai keseluruhan


Rata-rata = x 100 %
Jumlah siswa

b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa observasi aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran. Persentase keaktifan siswa diolah dengan rumus :

Jumlah siswa yang aktif


Persentase = x 100 %
Jumlah siswa keseluruhan

Persentase keaktifan guru diolah dengan rumus sebagai berikut :

Skor Perolehan
Persentase = x 100 %
Skor Maksimum
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DISKRIPSI HASIL PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


1. SILUS I
Untuk melihat kemamapuan siswa dalam kemamapuan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alat indra manusia,
peneliti memberikan tes dengan membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Dari tes yang telah dilaksankan oleh siswa ternyata hasilnya kurang
memuaskan.Setelah berdiskusi dengan teman sejawat, maka peneliti
merasa perlu untuk merencanakan suatu perbaikan pembeljaran sebagai
upaya untuk meningkatkan hasil belajar.Perbaikan pembelajaran siklus I
dilaksanakan melalui empat tahap yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengumpulan data serta refleksi.
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajar siklus I peneliti dibantu
teman sejawat mengumpulkan data – data yang berkaitan dengan kegiatan
perbaikan pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan dalam
memahami materi alat indra manusia. Pengamatan yang dilakukan peneliti
maupun teman sejawat untuk mengetahui keberhasilan maupun kegagalan
yang dialami peneliti selama kegiatan perbaikan pembelajaran berlangsung.
Data – data yang dikumpulkan selama proses perbaiakan
pembelajran menjadi acuan bagi peneliti untuk mengevaluasi kegiaatan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan. Untuk melihat sejauh mana
peningkatan yang dicapai siswa selama perbaikan pembelajaran siklus I
dilaksanakan, peneliti memberikan tes untuk dikerjakan oleh siswa. Hasil
yang dicapai siswa pada perbaiakan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada
table berikut :
22

Tabel 4.4 Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I


No Nama Siswa Siklus I
1. FITRI 75
2. LAILA SAFITRI 80
3. M.AGUS 60
4. M.FITRAH 60
5. M.RISKI 80
6. MONALISA 60
7. NORHAMIDAH 60
8. RAUDATUL JANAH 80
9. SANDI SAPUTRA 75
10. SOFYAN 55
11. WIWIT NUR 60
12. YUPITA SARI 60
Rata - rata 55,44

2. SIKLUS II
Setelah melihat hasil yang dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran
siklus I meskipun sudah mengalamai peningkatan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan alat indra manusia akan
tetapi peningkatan tersebut ..........tujuan pembelajaran yang ditetapkan
peneliti. Melalui pengumpulan data

B. PEMBAHASAN
1. SIKLUS I
Dalam kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I. Peneliti menggunakan
tiga langkah pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan ini, dan kegiatan
akhir.
(1) Kegiatan awal
(a) Guru memberi salam
23

(b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk siap


belajar seperti mempersiapkan alat tulis, media atau alat peraga
(c) Guru mengadakan apersepsi
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(e) Guru menyampaikan rencana pembelajaran

(2) Kegiatan inti


(a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok introgen, tiap
kelompok terdiri dari lima orang dan dibagi berdasarkan jenis
kelamin dan peringkat.
(b) Setiap anggota kelompok diberi nomor
(c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa dalam
bentuk LKK
(d) Siswa berpiir bersama untuk menggambarkan dan menyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
(e) Guru meminta siswa utnuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dengan meminta siswa dengan nomor tertentu dari
setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya dan siswa dengan nomor yang sama pada kelompok
yang lain untuk menanggapi hasil diskusi yang dibacakan.
(f) Pemberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok tentang
indra penglihat (mata). Penilaian dilakukan dengan menghitung
skor yang didapatkan ketika menjawab kuis oleh anggota masing –
masing kelompok. Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan
terbuka didepan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang
dikocok dan dijawab secara lisan, setiap kelompok mendapat satu
lembar soal yang terdiri dari dua nomor dan dijawab oleh dalam
kelompok . Jika dalam kelompok tidak dapat menjawab dengan
benar maka soal dapat dilempar dan dijawab oleh kelompok lain.
(g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan
penghargaan berupa piagam penghargaan
24

(3) Kegiatan Akhir


(a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan
(b) Guru mengadakan evaluasi
(c) Guru melakukan refleksi pembelajaran
(d) Guru memberikan tindak lanjut
(e) Guru menyampaikan materi pada pembelajaran berikutnya yaitu
tentang, indra pendengar (telinga)

Ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa pada perbaikan pembelajaran


siklus I ini sudah mencapai 41,67 dengan nilai rata – rata 55,44, karena nilai
standar ketuntasan untuk mata pelajaran IPA di SDN 09 Batipuah Baruah
Kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar. 70 jika mencapai ketuntasan
klasikal mencapai 70%. Maka pembelajaran dikatakan belum berhasil, oleh
sebab itu peneliti dan teman sejawat perlu untuk melakukan perbaikan
pembelajaran perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran siklus II untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus I.

2. SIKLUS II
Kegiatan pembelajaran siklus II ini guru tetap menggunakan tiga
langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti
dankegiatan akhir.Kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II ini memakan
waktu 60 menit atau 2x jam pembelajaran.

(1) Kegiatan awal


(a) Guru memberi salam
(b) Mengkondisikan kelas dengan menyiapkan siswa untuk
siap belajar seperti mempersiapkan alat tulis, media atau
alat peraga
(c) Guru mengadakan apersepsi berupa mengulang pelajaran
yang telah lalu. Guru meminta siswa menebak bunyi yang
25

didengarnya dan mengaitkan dengan materi yang akan


dipelajari
(d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(e) Guru menyampaikan rencana kegiatan pembelajaran

(2) Kegiatan inti


(a) Guru membagi siswa dikelas menjadi 4 kelompok
heterogen, tiap kelompok terdiri dari lima orang dan
dibagi berdasarkan jenis kelamin dan peringkat.
(b) Setiap anggota kelompok diberi nomor
(c) Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa
dalam bentuk LKK

(d) Siswa berpiir bersama untuk menggambarkan dan


menyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban
tersebut.
(e) Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya dengan meminta siswa nomor
tertentu dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya dan siswa dengan nomor yang
sama pada kelompok yang lain untuk menanggapi hasil
diskusi yang dibacakan.
(f) Pemberian kuis secara lisan kepada seluruh kelompok
tentang indra penglihat (mata). Penilaian dilakukan
dengan menghitung skor yang didapatkan ketika
menjawab kuis oleh anggota masing – masing kelompok.
Penghitungan skor dilakukan secara jelas dan terbuka
didepan kelas. Kuis dalam bentuk soal tertulis yang
dikocok dan dijawab secara lisan, setiap kelompok
mendapat satu lembar soal yang terdiri dari dua nomor dan
dijawab oleh dalam kelompok . Jika dalam kelompok
26

tidak dapat menjawab dengan benar maka soal dapat


dilempar dan dijawab oleh kelompok lain.
(g) Guru mengumumkan hasil skor penilaian dan memberikan
penghargaan berupa piagam penghargaan.

(3) Kegiatan akhir


(a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan
(b) Guru mengadakan evaluasi
(c) Guru melakukan refleksi pembelajaran
(d) Guru memberikan tindak lanjut
(e) Guru menyampaikan materi pada pembelajaran berikutnya
yaitu tentang indra pembau (hidung) dan indra peraba
(kulit)

Nilai rata – rata yang diperoleh siswa sudah memuaskan, semua


sudah mencapai nilai yang diharapkan .........sudah mencapai 78,61. Ini
berarti sudah mencapai target perolehan nilai pada mata pelajaran IPA.
Aktivitas siswa juga sudah memuaskan sehingga peneliti dan teman – teman
sejawat memutuskan utnuk tidak melakukan perbaikan pembelajaran siklus
III, dan pembelajaran siklus II merupakan penutup dari kegiatan perbaikan
pembelajaran.
27

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian
iniyaitu meningkatkan keterampilan menemukan kalimat utama melalui
Pendekatan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together pada siswa kelas 09
Batipuah Baruah Kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar.yang dilkaukan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Aktivitas siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan
melalui pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together. Hal ini
terlihat dari :
a. Presentasi aktivitas siswa dalam kelompok yang diperoleh pada siklus
1 dengan kreteria cukup aktif dan pada siklus 2 mendapatkan kriteria
aktif dengan dengan presentasi yang sangat tinggi. Dengan demikian
aktivitas siswa dalam kelompok telah meningkat pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kooperatif tipe
numbered Heads Together.
b. Presentasi aktivitas siswa dalam kelompok yang diperoleh pada siklus
1 dengan kreteria kurang aktif dan pada siklus 2 mendapatkan kriteria
aktif dengan dengan presentasi yang cukup tinggi. Dengan demikian
aktivitas siswa dalam kelompok telah meningkat pada kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan kooperatif tipe
Numbered Heads Together.

2. Hasil belajar siswa dalam kegiatan pembejaran menggunkan Pendekatan


Kooperatif Tipe Snowball Throwing terjadi peningkatan dan melebihi
standar minimum yang ditentukan terlihat dari ketuntasan individu. Pada
siklus 1 ketuntasan klasikal memperoleh nilai presentasi 87,5%. Dengan
demikian hasil belajar siswa telah meningkat dengan menggunakan
Pendekatan Kooperatif tipe Numbered Heads Together.
28

B. SARAN DAN TINDAK LANJUT


Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat diajukan peneliti
antara lain :
1. Bagi sekolah agar memberikan dukungan penuh kepada guru untuk
menerapkan model pembelajaran salah satunya model NHT dalam
melaksankan proses belajar mengajar agar dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam belajar.
2. Setiap guru hendaknya dalam melaksanakan proses belajar mengajar
dapat menerapkan model – model pembelajaran yang ada salah satunya
model pembelajaran kooperatif NHT dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran serta peningkatan keaktifan siswa baik secara kelompok
maupun individu dalam kegitan proses pembelajaran.
3. Bagi peneliti agar menerapkan pemahaman yang telah didapat dari
penelitian untuk melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia yang
menarik, dan menyenangkan.
4. Kepada siswa hendaknya berusaha meningkatkan pengetahuan,
keberanian dan rasa percaya diri baik dalam kelompok atau pada saat
kuis.
29

DAFTAR PUSTAKA

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun 2006


Idi Abdullah (2007) Pengembangan Kurikulum Teori & Praktek.Jogjakarta : Ar-
Ruzz MediaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ditjen Dikti. Proyek
Pengembangan Guru
Sekolah Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research
). IBRD OAN No. 3979 – IND
Hasbullah (2009) dasar – dasar ilmu Pendidikan.Jakarta : Rajawali Pers Sumantri.
Mulyani
dan Nana Syaodih (2007) Perkembangan Peserta didik.Jakarta : Universitas
Terbuka
Wardani Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Dzamarah, syaiful Basri (2008) Psikologi Belajar.Jakarta : Rineka Cipta
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi (2010). Konstruksi Pengembangan
Pembelajaran.
Jakarta : Prestasi Pustaka
Suyanto.(2009) Menjelajah pembelajaran Inovatif.Surabaya : Masmedia Buana
Pustaka
Taufik, Agus, dkk.2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta : Universitas Terbuka
Dinn Wahyudin, Supriadi, dan Ishak Abdulhak. 2007. Pengantar Pendidikan. Jkarta
:
Universitas Terbuka
Satori Dzam’an, dkk. 2007. Profesi Keguruan. Jakarta. Universitas Terbuka
Umaedi, Hadiyanto, dan Siswantari. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai