Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

BEST PRACTICE
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
DI SD NEGERI 02 PONOLAWEN

oleh :
NAMA : ARI BUDI SULISTIYO, S.Pd,SD
NIP : 19730105 199703 1 007
UNIT KERJA : SD NEGERI 02 PONOLAWEN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,


karena berkat rahmat dan karuniaNya, penulisan Best Practice dengan judul
“Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawen ” ini dapat terselesaikan.
Keberhasilan penulis dalam membuat Best Practice ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan.


2. Kepala Bidang Pendidikan Dasar pada Dinas Pendidikan Kabupaten
Pekalongan.
3. Pengawas Pembina Kec. Kesesi yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyusunan Laporan Best Practice.
4. Istri dan anak-anakku yang telah mendukung penyusunan Laporan
Best Practice ini.

Penulis menyadari bahwa Best Practice ini masih sangat jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan Best Practice ini. Penulis berharap semoga Best
Practice ini dapat bermanfaat bagi bapak/ibu yang membacanya

ii
Pekalongan, Oktober 2021
Penulis,

iii
ABSTRAK
. “Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawen”

Pembinaan pendidikan karakter berfungsi untuk mmbentuk dan


mengembangkan potensi warga negara Indonesia agar berpikiran , berhati, dan
berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Untuk itu pembinaan
pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini di sekolah.
Melihat kenyataan, sekolah perlu membenahi perilaku peserta didik yang
dirasa kurang sesuai dengan Nasionalisme dan pendidikan karakter tersebut.
Salah satu cara meningkatkan perilaku peserta didik adalah dengan
mengimplementasikan Kurikulum Terintegrasi Nasionalisme dan Karakter
Bangsa di SD Negeri 02 Ponolawen.
Implementasi pendidikan karakter dalam kurikulum di SD Negeri 02
Ponolawen dilaksanakan secara bertahap. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:
Tahap Perencanaan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
Pada tahap pelaksanaan dilakukan melalui : (1) terintegrasi dalam semua mata
pelajaran muatan nasional dan mata pelajaran muatn lokal; (2) kegiatan
pengembangan diri: (a) pembudayaan dan pembiasaan yaitu GLS, membiasakan
prilaku baik yang bersifat spontan, menetapkan kegiatan pembiasaan pada awal
dan akhir KBM, menetapkan tata tertib; (b) kegiatan ekstra kurikuler
Dari pengamatan sebelumnya Pendidikan karakter secara implisit sudah
dikembangkan, namun belum diimplementasikan ke dalam kurikulum. Maka
pendidikan karakter pengembangannya belum dilakukan dengan jelas dan
terarah, sehingga hasilnyamasih rendah. Kompetensi peserta didik dalam
pengembangan pendidikan karakter mencapai rata-rata 51,17% dan pada aspek
perilaku yang sesuai pengembangan pendidikan karakter mencapai 73,83%.
Setelah implementasi pendidikan karakter melalui terintegrasi pada
pembelajaran serta pembudayaan dan pembiasaan maka pengembangan
pendidikan karakter menjadi jelas dan terarah. Dari itu diperoleh hasil
kompetensi peserta didik naik dari 51,17% naik 22,66% menjadi 73,83% kategori
Amat Baik. Sedangkan perilaku peserta didik sesuai karakter mengalami
perubahan dari 56,86% naik 22,43% menjadi 79,29% dengan kategori Amat
Baik.
Hasil pengembangan pendidikan karakter meningkat, sehingga
membawa dampak positif bagi mutu lulusan SD Negeri 02 Ponolawen untuk
lebih maju dan bermutu. Namun demikian tetap perlu ada upaya-upaya
memaksimalkan tumbuh kembangnya karakter peserta didik selanjutnya.

Kata kunci : implementasi, kurikulum, karakter bangsa

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa tidak
semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar
mengajar, tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi) dalam kehidupan,
seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-
jawab, dan sebagainya. Pembiasaan mengajarkan pengetahuan hal yang benar
dan salah, juga mampu merasakan terhadap nilai yang baik dan tidak baik.
Nilai-nilai tersebut perlu ditumbuhkembangkan peserta didik yang pada
akhirnya menjadi cerminan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sekolah
memiliki peranan yang besar dalam pengembangan pendidikan karakter
karena peran sekolah sebagai pusat pembudayaan melalui pendekatan
pengembangan budaya sekolah (school culture) (Kemendiknas. 2011: 1)

Terkait dengan upaya mewujudkan pendidikan karakter,


sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Kemendiknas. 2011: 5)

2
Pembinaan pendidikan karakter berfungsi untuk membentuk dan
mengembangkan potensi warga negara Indonesia agar berpikiran , berhati,
dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Untuk itu
pembinaan pendidikan karakter perlu dilakukan sejak dini disekolah.

Mengenai pendidikan karakter juga disampaikan oleh BSNP (Badan


Standar Nasional Pendidikan) dalam penerbitannya tentang panduan
penyusunan kurikulun tingkat satuan pendidikan menyatakan bahwa
pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan
peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu satuan
pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan karakter ke dalam Kurikulum, silabus yang sudah ada.

Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan nasionalisme dan


pendidikan karakter di sekolah dilakukan dalam kegiatan proses pembelajaran
di kelas dan kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler. Pembinaan
tersebut harus sesuai dengan bakat, minat dan kreativitas peserta didik yang
dikemas dalam situasi yang menyenangkan dan memberikan tantangan bagi
perkembangan diri peserta didik.

Namun perilaku ini kurang tercermin di lingkungan SD Negeri 02


Ponolawen, terbukti masih banyaknya perilaku peserta didik yang dirasa tidak
sesuai dengan Nasionalisme dan pendidikan karakter, seperti masih banyak
peserta didik yang bertengkar dan berkelahi dengan temannya, kurang
disiplin, dan kurang peduli dengan lingkungannya, kurang jujur dalam
mengerjakan tugas-tugas yang di sampaiakan guru, ketika upacara masih
banyak peserta didik yang berbicara dengan temannya saat menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya.

3
Melihat kenyataan tersebut sekolah perlu membenahi perilaku peserta
didik yang dirasa kurang sesuai dengan Nasionalisme dan pendidikan karakter
tersebut. Salah satu cara meningkatkan perilaku peserta didik tersebut adalah
dengan Mengimplementasikan Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil
Pelajar Pancasla di SD Negeri 02 Ponolawen.

Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang


mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik)
dan fungsi totalitas sosiokultural pada konteks interaksi dalam keluarga,
satuan pendidikan serta masyarakat (Kemendiknas. 2011: 9).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertantang untuk


Mengimplementasikan Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar
Pancasla di SD Negeri 02 Ponolawen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumusan masalah
sebagai berikut :

Bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil


Pelajar Pancasla di SD Negeri 02 Ponolawen?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang dicapai
adalah :
Dapat Mengimplementasikan Pendidikan Karakter untuk
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasla di SD Negeri 02 Ponolawen.

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari Best Practice “Implementasikan
Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar Pancasla di SD Negeri
02 Ponolawen” ini adalah :

4
1. Bagi peserta didik
a. Menjadi pribadi yang dapat menjadi panutan di lingkungannya
b. Menjadi pribadi yang mandiri dan penuh percaya diri
c. Dapat mengembangkan bakat dan minat sedini mungkin.
d. Sebagai bekal untuk mendaftar di sekolah menengah selanjutnya,
2. Bagi guru:

a. Menjadi Guru Profesional yang berintegritas


b. Meningkatkan kedisiplinan, efisiensi dan efektifitas proses
pembelajaran
c. Membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan guru lain
d. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan karier keprofesian
secara rutin dan berkelanjutan.

3. Bagi kepala sekolah yang bersangkutan

a. Meningkatkan kinerja kepala sekolah


b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran

4. Bagi Sekolah
a. Mendapatkan prestise dari masyarakat dan pemerintah
b. Menaikkan standar sekolah
c. Meningkatnya kualitas mutu lulusan sekolah.
d. Terciptanya budaya sekolah yang lebih efisien.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter mengandung dua kata, yaitu pendidikan dan


karakter. Ditinjau dari sudut etimologi, kata “karakter” atau dalam bahasa
Inggris disebut “character” dan bahasa Yunani “charassein” (Guralnik, 1986),
artinya mengukir hingga terbentuk sebuah pola, dapat pula diartikan sebagai
“pola perilaku moral individu”. Karenanya, untuk mendidik anak agar
memiliki karakter diperlukan proses ‘mengukir’, yakni pengasuhan dan
pendidikan yang tepat. Menurut Wynne (di unduh dari situs karakterbangkit.
blogspot.com), istilah karakter diambil dari bahasa Yunani pula yang berarti
‘to mark’ atau menandai. Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah
laku. Wynne mengatakan bahwa ada dua pengertian tentang karakter.
Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila
seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut
memanifestasikan perilaku buruk/jelek. Sebaliknya, apabila seseorang
berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’.
Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character)
apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang


yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan
norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada

6
orang lain (Pusat Kurikulum, 2010a). Dalam kamus besar bahasa Indonesia
tidak memuat kata karakter, namun yang ada adalah bermakna sebagai
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, berperilaku, tabiat, dan kata ‘watak’ dalam
arti sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah
lakunya (Pusat Bahasa, 2005). Watak menurut Soedarsono (2004) dapat
diubah. Watak merupakan pemicu atau pemberi “arah” atas tindakan-tindakan
perilaku seseorang. (Sucipto, 2011: 504)

Pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas


sekolah, tetapi selama ini kurang perhatian..Sekolah tidak hanya berkewajiban
meningkatkan pencapaian akademis, tetapi juga bertanggung jawab dalam
membentuk karakter peserta didik.

Nilai-nilai yang dikembangkan

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan


pendidikan karakter diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

1. Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat heterogen beragama.


Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.

2. Pancasila

Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa


Indonesia dipedoman dalam setiap sendi kehidupan bermasyarakat.

7
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.

3. Budaya
Budaya sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang
diakui masyarakat tersebut.

4. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan


yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan
budaya dan pendidikan karakter (kemdiknas. 2010:8).

Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai


untuk pendidikan budaya dan pendidikan karakter sebagai berikut ini.

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama


yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

8
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,


pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai


ketentuan dan peraturan

5. Kerja Keras

9
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil


baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10
8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih


mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.

10. Semangat Kebangsaan

11
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,


kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan


sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain

12
13. Bersahabat/ Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan


bekerja sama dengan orang lain..

14. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa


senang dan aman atas kehadiran dirinya

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang


memberikan kebajikan bagi dirinya.

13
16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada


lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung-jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan


kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

14
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa. (kemdiknas. 2010: 9-10)

Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan pendidikan karakter tidak


dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata
pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan
sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam
pendidikan budaya dan pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran
(RPP) yang sudah ada.

Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan


pendidikan budaya dan pendidikan karakter , peserta didik belajar melalui
proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial
dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk
sosial (kemdiknas. 2010: 11) .

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan


pendidikan budaya dan karakter bangsa.

1. Berkelanjutan

15
Mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai
budaya dan pendidikan karakter merupakan sebuah proses panjang,
dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan
pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun
pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir
SMP.

2. Terintegrasi dalam semua muatan pelajaran/ mata pelajaran

Mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan


pendidikan karakter dilakukan melalui setiap muatan pelajaran maupun
mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

3. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan;

Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan, mengandung makna


bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa.
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada, tetapi
menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan
proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu
harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.

16
Konsekuensi dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan pendidikan
karakter tidak ditanyakan dalam ulangan ataupun ujian. Walaupun
demikian, peserta didik perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang
sedang mereka tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada
dalam posisi tidak tahu dan tidak paham makna nilai itu

4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan


menyenangkan;

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan


pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru
menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses
pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa
senang dan tidak indoktrinatif. (Saiful Bahri. 2015:64)

B. Profil Pelajar Pancasila

Penamaan Profil Pelajar Pancasila bertujuan untuk menguatkan nilai –


nilai luhur Pancasila dalam diri setiap individu pelajar. Pancasila adalah satu
kata yang paling sesuai untuk merangkum seluruh karakter dan kompetensi
yang diharapkan untuk dimiliki setiap pelajar Indonesia. Sebagai acuan, Profil

17
Pelajar Pancasila dimaksudkan untuk penguatan karakter bangsa, menyiapkan
generasi masa depan yang unggul dan mampu menjawab tantangan masa kini
dan masa yang akan dating. Selain itu Profil Pelajar Pancasila adalah penentu
arah perubahan dan petunjuk bagi setiap pemangku kepentingan dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan. Profil Pelajar Pancasila kemudian
dirumuskan menjadi :”Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat
yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai
Pancasila .“ Pernyataan ini memuat tiga kunci : pelajar sepanjang hayat,
kompetensi global, dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.

C. Implementasi

Fullan (1991) dalam Oemar Hamalik (2006:3) mendefinisikan


implementasi sebagai: “Proses mempraktekkan/ menerapkan suatu gagasan,
program atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha
atau yang diharapkan untuk berubah”. Menurut Leithwood (1982) dalam
Miller dan Seller (1986), implementasi adalah upaya mengurangi perbedaan
antara praktek yang dilaksanakan dengan praktek yang diusulkan dalam
inovasi. Saylor dan Alexsander (1974) dalam Miller dan Seller (1986) proses
pembelajaran sebagai implementasi: “pembelajaran merupakan implementasi
dari rencana kurikulum yang melibatkan interaksi antara siswa dan guru
dalam suatu lingkungan sekolah.

18
Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud implementasi adalah proses
menerapkan rencana kurikulum dalam bentuk pembelajaran yang melibatkan
interaksi siswa dengan guru dalam konteks lingkungan sekolah baik didalam
kelas maupun diluar kelas.

19
BAB III

PEMBAHASAN

A. PROFIL SD NEGERI 02 PONOLAWEN

SDN 02 Ponolawen terletak di Jalan Raya Kesesi – sragi Km.2, Desa


Ponolawen, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan. SD Negeri 02
Ponolawen dibangun diatas lahan seluas ± 4300 m² dan sebagian lahan berupa
halaman sekolah tempat peserta didik beraktifitas setiap hari, seperti kegiatan
upacara tiap hari Senin dan Hari-hari besar, olah raga, dan bermain. SD
Negeri 02 Ponolawen dikenal oleh masyarakat sekitar karena aksesnya mudah
dijangkau alat transportasi baik roda dua maupun roda empat.

SD Negeri 02 Ponolawen memiliki murid 104 peserta didik yang


terbagi dalam 6 rombongan belajar. Jumlah guru 10 orang yang terdiri dari 5
PNS, 1 PPPK dan 2 guru wiyata bakti, 1 orang Tenaga Administrasi Sekolah
serta 1 Penjaga sekolah. Ruangan yang tersedia ada 9 ruangan meliputi 6
ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan, dan 1 ruang kepala sekolah.

B. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK


MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DI SD NEGERI 02
PONOLAWEN.

Implementasi pendidikan karakter untuk mewujudkan profil pelajar


Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawendilaksanakan secara bertahap. Tahapan-
tahapan tersebut meliputi: Tahap Perencanaan, tahap sosialisasi, tahap

20
pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Adapun penjelasan setiap tahap secara rinci
adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Program Nilai Budaya dan Pendidikan Karakter


Perencanaan Program Pendidikan karakter dilakukan melalui
kegiatan bersama Kepala Sekolah dan Tim Pengembang Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (TPK). SD Negeri 02 Ponolawen untuk
merumuskan rencana penerapan Pendidikan Karakter Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

2. Sosialisasi Program Pendidikan Karakter,


Sebelum implementasi Program Pendidikan Karakter dalam
pelaksanaan, sekolah mengundang stakeholder untuk sosialisasi program.
Sekolah mengundang Komite dan orangtua/wali dari peserta didik.

Gb. 2. Sosialisasi implementasi Pendidikan Karakter dalam kurikulum

21
3. Pelaksanaan Program Pendidikan Karakter

a. Terintegrasi dalam pembelajaran

Mengintegrasikan dalam Muatan Nasional

Proses pembelajaran di SD Negeri 02 Ponolawen, dalam setiap


muatan pelajaran/mata pelajaran sebenarnya telah memuat materi-
materi yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Secara
subtantif, setidaknya terdapat 2 (dua) mata pelajaran yang terkait
langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia,
yaitu Pendidikan Agama dan Budi Pekerta dan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut
merupakan mata pelajaran yang secara eksplisit mengenalkan
nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik
peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Integrasi pendidikan karakter pada mata pelajaran di
SD Negeri 02 Ponolawenmengarah pada internalisasi nilai-nilai di
dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran.

Mengintegrasikan ke dalam Muatan Lokal

Mata pelajaran muatan lokal SD Negeri 02 Ponolawen terdiri dari


muatan lokal Bahasa Jawa, dan Baca Tulis Huruf Al-Quran.

22
Keduanya mengintegrasikan nilai budaya dan pendidikan
karakter.

- Muatan lokal Bahasa Jawa, sarat dengan muatan nilai budaya


dan pendidikan karakter. Materi yang terdapat dalam mata
pelajaran Bahasa Jawa diantaranya Remen Basa Jawi yang
berisikan pengetahuan-pengetahuan, unggah ungguh yang
sarat dengan tatakrama dalam kehidupan bermasyarakat, serta
paramasastra yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air..
- Muatan lokal Baca Tulis Al-Quran mengembangkan sikap
religius yang diharapkan kedepan peserta didik memiliki hati
dan jiwa yang bersih, dapat menjadi pemimpin yang
melindungi dan mengayomi.
Dalam rangka memperkuat pendidikan karakter, integrasi dalam
pembelajaran dilakukan dengan :

- Menganalisis KD melalui mengidentifikasi nilai-nilai yang


terkandung dalam materi pelajaran.
- Mendesain RPP yang memuat focus pada karakter yang
dikembangkan dengan memilih metode dan pendekatan serta
pengelolaan kelas yang relevan.
- Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan scenario yang telah
dibuat/ direncanakan.
- Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan.

b. Kegiatan Pengembangan diri

23
1) Pembudayaan dan Pembiasaan

Proses pembentukan karakter di awali dengan pembiasaan. Proses


pembiasaan inilah yang kita kenal dengan budaya atau
pembudayaan. Maka, dalam rangka membentuk karakter yang
dituju, perlu di bangun budaya positif dilingkungan sekolah.
Budaya sekolah dimaknai dengan tradisi sekolah yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut di
sekolah. Artinya, budaya sekolah ini berisi kebiasaan-kebiasan
yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama.
Jika kebiasan positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai
karakter yang diharapkan akan terbentuk.

SD Negeri 02 Ponolawen melakukan kegiatan budaya sekolah


melalui kegiatan :

- Gerakan Literasi Sekolah

Salah satu program adalah kegiatan 15 menit membaca buku


non pelajaran sebelum waktu pelajaran dimulai. Kegiatan ini

24
dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik
serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengatahuan
dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai
budi pekerti  berupa kearifan lokal, nasioanl, dan global yang
disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

- Membiasakan prilaku baik yang bersifat spontan

Spontanitas akan menjadi ukuran, bahwa seseorang itu telah


memilki karakter yang baik atau belum. Perilaku ini mencakup
perkataan maupun perbuatan. Karakter itu akan terlihat pada
spontanitas perilakunya. Belumlah menjadi karakter yang
sesungguhnya jika perilaku yang tampak secara spontan adalah
perilaku yang buruk.

- Menetapkan kegiatan pembiasaan pada awal dan akhir


KBM

25
Kegiatan yang bisa dilakukan antara lain, mengikuti upacara
bendera, menyanyikan lagu Indonesia raya, Lagu Nasional,
dan berdoa bersama. Diakhir pelajaran, kegiatan serupa juga
perlu dilakukan. Antara lain refleksi, menyanyikan lagu
Daerah dan berdoa bersama.

- Menetapkan tata tertib

Tata tertib menjadi benteng pembatas antara yang boleh dan


tidak boleh, antara yang baik dan tidak baik. Sekolah perlu
membuat tata tertib yang disepakti dan dijalankan bersama.
Dengan begitu, situasi d isekolah akan berjalan dengan tertib
dalam waktu yang lama karena program sekolah berjalan
sesuai dengan aturan main.

2) Kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan potensi


peserta didik, dapat memberikan dampak positif dalam penguatan
pendidikan karakter. Peserta didik diharapkan dapat
mengembangkan karakter yang ada dalam dirinya. Sekolah

26
memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan kegiatan
ekstrakurikuler sebagai wahana memfasilitasi pengembangan bakat
dan minat peserta didik. Oleh sebab itu, kegiatan ekstrakurikuler
harus dikelola secara sistematis dan terpola agar bermuara pada
pencapaian tujuan yang dimaksud.

a. Ekstra kurikuler wajib : (pramuka)


Wajib diselenggarakan oleh sekolah dan wajib diikuti oleh
seluruh peserta didik.
b. Ekstra kurikuler pilihan : (olah raga, seni, keagamaan,
bimbingan belajar)
Kegiatan ini dapat diikuti oleh peseta didik sesuai dengan
bakat dan menat yang dimiliki. Tidak mewajibkan semua
peserta didik mengikuti kegiatan.

4. Evaluasi Hasil Implementasi Kurikulum Terintegrasi Nasionalisme


dan Karakter Bangsa di SD Negeri 02 Ponolawen

Hasil yang diperoleh setelah melakukan pengintegrasian nilai


budaya dan pendidikan karakter dalam pembelajaran, pembelajaran
menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Pengaruh terhadap perilaku
peserta didik dapat dilihat seperti pada tabel.

27
Tabel 1. Kompetensi peserta didik dalam pengembangan

nilai budaya dan pendidikan karakter

di SDN 02 Ponolawen

Capaian kompetensi (%)


No Aspek yang diamati
Sebelum Sesudah

1. Memahami, mengelola , dan menciptakan


komunikasi yang efektif dalam berbagai 42 76
bentuk secara lisan, tulisan, dan multimedia

2. Menggunakan kemampuan untuk


mengutarakan ide-ide saat berdiskusi di
57 72
dalam maupun diluar kelas, maupun
tertuang pada tulisan

3. Memanfaatkan informasi untuk lingkungan


55 74
secara logis, kritis, dan kreatif.

4. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan


45 72
menyadari potensi diri.

5. Mampu memecahkan masalah sederhana


50 71
dalam kehidupan sehari-hari.

6. Peduli dan cinta pada lingkungan. 58 78

Rata-rata capaian hasil 51,17 73,83

28
Kategori : 90 -100 Amat baik (A)

80 - ≤ 90 Baik (B)

71 - ≤ 80 Cukup (C)

70≤ … Kurang (D)

Dari tabel 1 dapat terlihat bahwa capaian kompetensi peserta didik dalam
pengembangan pendidikan karakter SD Negeri 02 Ponolawen dari sebelum
implementasi Pendidikan Karakter dalam kurikulum dan sesudahnya. Pada tabel
tersebut menjelaskan adanya kenaikan pada setiap aspek yang diamati. Kenaikan
capaian kompetensi peserta didik dalam pengembangan pendidikan karakter SD
Negeri 02 Ponolawendari 51,17% menjadi 73,83% kategori cukup. Meskipun
belum mencapai 100%, namun terjadi kenaikan yang signifikan yaitu 22,66 %,
sehingga perlu tindak lanjut untuk mencapai 100%.

Tabel 2. Perilaku peserta didik dalam pengembangan nilai budaya

dan pendidikan karakter di SDN 02 Ponolawen

Capaian kompetensi (%)


No Sikap positif
Sebelum Sesudah

1. Respon peserta didik dalam


60 70
mengikuti pelajaran

2. Antusias peserta didik dalam 50 85

29
pembentukan kelompok

3, Sikap menghargai pendapat


55 85
teman

4. Keaktifan dalam membantu


54 75
teman

5. Kemampuan berkomunikasi
60 70
dengan teman

6. Keseriusan mengerjakan tugas


56 80
yang diberikan

7. Ketepatan waktu mengerjakan


63 90
tugas

Rata-rata capaian hasil 56,86 79.29

Kategori : 90 -100 Amat baik (A)

80 - ≤ 90 Baik (B)

71 - ≤ 80 Cukup (C)

70≤ … Kurang (D)

30
Dari tabel 2 dapat terlihat bahwa capaian perilaku peserta didik dalam
pengembangan nilai budaya dan pendidikan karakter di SDN 02
Ponolawendari rata-rata capaian sebelum implementasi Pendidikan Karakter
dalam kurikulum dan sesudahnya. Pada tabel tersebut menjelaskan adanya
kenaikan pada setiap aspek sikap positif yang diamati. Kenaikan capaian
perubahan sikap peserta didik dalam pengembangan pendidikan karakter SD
Negeri 02 Ponolawendari 56,86% menjadi 79,29% kategori cukup.
Meskipun belum mencapai 100%, namun terjadi kenaikan yang signifikan
yaitu 22,43%, sehingga perlu usaha tindak lanjut untuk mencapai hasil
100%.

C. DAMPAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK


MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA.

Dampak yang terjadi setelah melakukan implementasi Pendidikan Karakter


untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawen

yaitu :

1. Terdapat perubahan yang lebih baik dari kompetensi peserta didik dalam
pengembangan nilai budaya dan pendidikan karakter.

31
2. Perubahan kompetensi pada peserta didik menpengaruhi hasil belajar
peserta didik menjadi meningkat.
3. Meningkatnya hasil belajar peserta didik mempengaruhi mutu lulusan,
sehingga prestasi sekolah lebih baik
4. Perubahan perilaku peserta didik yang sopan dan santun menjadi lebih
tertib, disiplin, tanggungjawab, menghargai dan menghormati orang lain
serta peduli social dan lingkungan

D. HAMBATAN DAN CARA MENGATASINYA

Dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, berharap


segalanya lancar dan berhasil dengan baik. Meskipun kegiatan telah
terlaksana, namun dalam pelaksanaan masih ditemuai adanya hambata-
hambatan.

Hambatan dalam Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan


Profil Pelajar Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawen:

Hambatan internal, yang merupakan hambatan dari dalam terjadi masih


terdapat guru yang masih kurang dapat memberikan teladan dalam
kedisiplinan, secara administrasi belum melakukan integrasi pendidikan
karakter sehingga pengembangan karakter tidak terarah.

1. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung, karena lokasi yang sangat
luas sehingga penataan halaman membutuhkan biaya yang tidak sedikit

32
2. Hambatan eksternal yang berasal dari luar sekolah yaitu masih terdapat
orang tua yang kurang memberikan perhatian kepada anak, dengan
membiarkan/mengijinkan anak tidak berangkat sekolah / berangkat
sekolah terlambat.
3. Sarana sekolah sering rusak dengan adanya aktivitas warga masyarakat di
luar jam sekolah, warga memanfaatkan halaman sekolah untuk latihan
sepak bola orang dewasa.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui selama pelaksanaan
Implementasi Pendidikan Karakter untuk Mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawen maka sekolah melakukan solusi :

1. Melakukan pembinaan terhadap para guru. baik secara kelompok


maupun secara individu. Melakukan pendekatan secara individu untuk
diskusi dari hati ke hati. Pemberian bantuan dan dukungan kepada guru
melalui teknik konselor , coaching, maupun mentoring.
2. Mengatasi sarana dan prasarana yang kurang, sekolah mengajukan
pemenuhan sarpras, rehap ke dinas terkait.
3. Menjalin komunikasi dengan orangtua, melalui sosialisasi program
sekolah, kunjungan dari rumah kerumah, memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
4. Cara mengatasi masalah warga yang memanfaatkan halaman sekolah
sudah dilakukan dan diselesaikan melalui menjalin komunikasi
langsung, konsultasi dan kerjasama dengan tokoh masyarakat setempat
dan Ketua RW setempat untuk memberikan pencerahan kepada
warganya.

33
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa
Implementasi Pendidikan Karakter untuk mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila di SD Negeri 02 Ponolawen Kabupaten Pekalongan :

1. Pelaksanaan implementasi pendidikan karakter untuk mewujudkan


Profil Pelajar Pancasila dilakukan melalui terintegrasi ke dalam semua
muatan /mata pelajaran dan kegiatan pembudayaan/pembiasaan
(literasi, ekstra kurikuler)
2. Memperoleh hasil meningkatkan kompetensi peserta didik secara
signifikan sebesar 51,17% dan 73,83% dengan kategori cukup.
3. Meningkatnya perubahan perilaku peserta didik secara positif melalui
kegiatan pembelajaran dan pembiasaan bagi peserta didik SD Negeri
02 Ponolawen, peningkatan sebesar 56,86% dengan capaian 79,29%
kategori cukup.

B. SARAN

34
Sebaiknya mengimplementasikan pendidikan karakter dengan dituangkan
dalam rencana pembelajaran. Sehingga dapat dikembangkan dengan jelas,
terarah dan dilaksanakan semua sekolah-sekolah supaya tercipta warga
masyarakat yang bermartabat sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar, 2006, Manajemen Implementasi Kurikulum, Bandung, Sekolah

Pasca Sarjana UPI.

Kemdiknas. 2010. Pengembangan Pendidikasn Budaya dan Karakter Bangsa.


Bahan Pelatihan

Kemendiknas. 2012. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter.

Marzuki. Prinsip Dasar Pendidikan Karakter Perspektif Islam. makalah

Saiful Bahri. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral


di Sekolah Jurnal Ta'allum, Vol. 03, No. OJ, Juni 2015.

Setiawan, Wisnu Adi. Pendidikan Karakter. Modul

Sutjipto. Rintisan Pengembangan Pendidikan Karakter di Satuan Pendidikan.


Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011.

Zulhijrah. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jurnal Tadrib Vol. 1


No.1 Juni 2015

35
KEGIATAN IMPLEMENTASI NILAI BUDAYA DAN
PENDIDIKAN KARAKTER SD NEGERI 02 PONOLAWEN

a. Nilai religius
Penanaman sikap religius terhadap peserta didik SD Negeri 02 Ponolawen
Secara prinsipil terintegrasi kedalam mata pelajaran pendidikan Agama dan
BTHA (Baca Tulis Huruf Al Qur’an) dan melalui PHBI.

b. Tanggung- jawab

Penanaman rasa bertanggung jawqab atas diri sendiri terhadap tugas yang
diberikan guru

c. Kegiatan Ekstra Kurikuler


Sebagai wahana pengembangan nilai budaya dan Pendidikan Karakter cinta
tanah air
d. Pembiasaan
Mengembangkan Karakter melalui kegiatan pembiasaan di sekolah

xxxvi

Anda mungkin juga menyukai