Abstrak
Guru adalah aset yang paling strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,
karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang
merupakan kegiatan inti di sekolah. Namun pada kenyataannya keberadaan guru
masih kurang dihargai baik secara dukungan akademik maupun materi. Dengan
melihat kembali peranan guru di sekolah, maka solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut antara lain mengembangkan kembali profesionalitas
guru baik secara akademik maupun secara moril, pemberian tunjangan-tunjangan
dari pemerintah maupun sekolah, dan manajemen pembinaan yang baik oleh
sekolah.
Kata kunci
Abstract
The teacher is the most strategic asset in improving the quality of education,
because teachers are directly involved in the learning process which is the core
activity in school. But in fact the presence of the teacher is still under-appreciated
both academic and material support. With a look back at the role of the teacher in
the school, so the solutions that we can do to resolve the issue, are, redeveloping
the professionalism of teachers, both academically and morally, granting
allowances from the government and schools, good coaching and management by
the school.
Keywords
1.
2012), karena tanpa sumber daya manusia yang berkualitas maka organisasi tidak
akan bertahan dalam persaingan. Dalam konteks pendidikan, guru adalah aset
yang paling strategis dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, karena guru
adalah orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang merupakan
inti dari kegiatan sekolah.
Sekolah yang berkualitas tentu memiliki aset yang mendukung hal
tersebut. Dan guru adalah aset berharga dalam lembaga pendidikan yang menjadi
penggerak semua unsur untuk menjadi berkualitas, sehingga lembaga pendidikan
yang berkualitas tergantung pada gurunya.
Namun, sampai saat ini keberadaan guru di sekolah masih belum dihargai
dengan baik. Hal ini terlihat dengan kesejahteraan guru yang masih belum
diperhatikan dengan baik. Hampir sebagian besar guru di seluruh Indonesia
berpenghasilan di bawah UMR. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah nasib
guru-guru honorer yang ada di Kabupaten Bengkalis seperti dikutip oleh
Setiawan, 2014 dari www.goriau.com. Setiawan, (2014) mengatakan bahwa gaji
yang diterima para guru honorer di Kabupaten Bengkalis hanya Rp 1,1 juta/bulan,
sementara para petugas cleaning service di kantor-kantor dinas dibayar Rp 1,3
juta Rp 1,7 juta/bulan.
Berdasarkan masalah tersebut dapat terlihat bahwa guru sebagai aset
penting di sekolah masih terabaikan. Bahkan jasanya dalam mencerdaskan anak
bangsa hanya dihargai tidak lebih baik dari petugas cleaning service (tanpa
memandang rendah pekerjaan sebagai cleaning service). Bila dilihat lebih jauh,
profesi guru adalah profesi yang profesional atau knowledge worker, di mana
untuk menjadi seorang guru dibutuhkan pendidikan dan keterampilan khusus. Di
sisi lain, profesi sebagai cleaning service bukanlah knowledge worker. Karena
semua orang bisa menjadi cleaning service yang tidak membutuhkan pendidikan
khusus atau mereka disebut dengan manual worker.
Masalah yang ada tersebut menjadi dilema dalam dunia pendidikan
Indonesia. Pada paper ini akan dipaparkan beberapa solusi yang ada untuk
mengatasi masalah yang ada.
2. Guru
Menurut Popoy (1978), guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya dan mampu
berdiri sendiri. Selain itu, dalam Undang-Undang No.14 tahun 2005, guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Sementara itu dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 tentang
pendidikan dasar dikatakan bahwa guru adalah jabatan fungsional, yaitu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
guru adalah pendidik yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik berdasarkan
keahlian atau keterampilan khusus.
Guru Profesional
Guru merupakan salah satu yang termasuk ke dalam knowledge worker.
Drucker (1959), mengatakan bahwa knowledge worker adalah orang-orang yang
pekerjaannya berbeda dari pekerjaan industri dan pertanian serta menggunakan
otaknya lebih banyak dibandingkan ototnya. Oleh karena itu tidak banyak orang
dapat menjadi guru, karena untuk menjadi guru dibutuhkan pendidikan dan
keterampilan khusus.
Kualitas guru yang profesional menentukan mutu suatu sekolah. Dan guru
yang profesional adalah guru yang tidak pernah berhenti untuk belajar. Ilmu
pengetahuan itu berkembang, maka sebagai pendidik, seorang guru juga harus
selalu meng-update ilmunya sebagai modal dasarnya dalam mendidik muridnya.
Oleh karena itu, pihak sekolah harus melakukan perhatian terhadap guru-guru
salah satunya diikutsertakan ke dalam pelatihan, baik itu pelatihan umum maupun
pelatihan khusus yang terkait dengan pendidikan secara kontinyu atau tidak. Ini
yang dijadikan sebagai salah satu indikasi bahwa sekolah itu menganggap guru
sebagai aset paling berharga, sehingga mereka di fasilitasi untuk terus mengupdate pengetahuannya.
Salah satu solusi dalam mengatasi dilema dunia pendidikan yang
disebutkan dalam latar belakang masalah yaitu dengan mengembangkan profesi
guru yang ada. Sekolah berkewajiban memberikan pelatihan, penataran, seminar
atau lokakarya yang menunjang kinerja guru sesuai dengan bidangnya. Namun di
sisi lain, sang guru pun mempunyai kewajibannya sendiri untuk dapat
mengembangkan profesionalitasnya. Walaupun mempunyai IP yang tinggi, hal itu
bukan menjamin bahwa ia bisa menjadi guru yang berkualitas. Untuk mencapai
kualitas yang terbaik, diperlukan kemauan dan keterbukaan hati untuk selalu
belajar (terhadap teguran, kritikan, kondisi anak).
Firman (2009), mengatakan bahwa pengembangan profesi guru dapat
dilakukan dengan cara:
1) Meningkatkan kemampuan professional keguruannya,
2) Menjaga nama baik guru baik di lingkungan kerja maupun di masyarakat,
3) Menjunjung tinggi kode etik profesi,
4) Mengikuti penataran, kursus, latihan, seminar, lokakarya yang berkaitan
dengan peningkatan tugas guru,
5) Memberikan layanan kepada peserta didik dan masyarakat pada umumnya
secara terus-menerus di bidang tugasnya,
6) Berpartisipasi dalam organisasi profesi, di pihak lain organisasi profesi juga
dijadikan wadah untuk mengembangkan diri para anggotanya,
7) Selalu mengasah kemampuan guru dalam mengaktifkan berprosesnya
komponen-komponen sistem pembelajaran (tujuan, anak didik, materi,
metode, alat, evaluasi, dan lingkungan),
8) Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dan nilai-nilai agama yang
dianutnya.
3. Aset
Guru sebagai aset berharga di sekolah perlu diperhatikan juga baik secara
ilmu atau pun kesejahteraannya. Pemeliharaan guru sebagai aset sekolah dalam
hal ilmu atau profesionalitasnya telah dijelaskan sebelumnya. Solusi yang kedua
dari permasalahan guru yang masih belum dihargai sebagai aset berharga sekolah,
adalah pemberian tunjangan-tunjangan yang diberikan oleh pemerintah.
Mendikbud menyebutkan bahwa ada tiga jenis tunjangan yang akan disalurkan,
yaitu (Kemdiknas, 2014):
1) Tunjangan profesi guru non PNS.
2) Tunjangan kualifikasi guru yang melanjutkan pendidikan ke S1.
3) Tunjangan guru daerah 3T (terluar, tertinggal, dan terpencil).
apresiasi yang sepadan kepada guru-guru yang profesional. Timbal balik ini akan
berjalan dengan baik bila semua pihak menjalankan perannya masing-masing.
Keluar-masuknya guru di suatu sekolah menandakan bahwa manajemen
pembinaan oleh kepala sekolah atau yayasan tidak berjalan dengan baik. Solusi
lainnya dari masalah yang ada ialah manajemen pembinaan yang baik. Dengan
manajemen pembinaan yang baik akan membuat guru merasa lebih diperhatikan
dan hal ini akan berdampak kepada loyalitas guru terhadap sekolah. Di samping
itu partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sangat penting. Karena menurut
Suparto, S. Adi (2007), perubahan di sekolah dapat terlaksana atau tidaknya
sangat tergantung kepada guru. Dikenalkan pembaruan apapun jika guru tidak
berubah, maka tidak akan terjadi perubahan di sekolah tersebut.
Seorang guru yang profesional mempunyai banyak sekali pengetahuan
pada dirinya. Jika sekolah tidak bisa mengelola guru-guru profesional yang ada,
maka sekolah akan merugi karena pengetahuan yang ada pada diri guru tersebut
tidak bisa dibagikan kepada guru-guru lainnya. Terlebih lagi jika sekolah harus
kehilangan guru-guru yang professional, maka kerugian yang diderita akan jauh
lebih besar. Karena guru penggantinya belum tentu memiliki pengetahuan seperti
guru yang sebelumnya. Oleh sebab itu, baik pihak sekolah maupun guru yang ada
harus sama-sama berjalan sesuai dengan kewajibannya.
3) Manajemen pembinaan yang baik dari sekolah merupakan hal penting dalam
mengelola guru sebagai aset berharga sekolah.
Penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Saran dari penulis jika ingin
mengkaji masalah ini lebih lanjut, dapat mencari solusi dari hal-hal lain yang
belum dikaji dalam paper ini. Kiranya paper ini bermanfaat bagi para pembaca
agar dapat menghargai guru sebagai aset penting dari sekolah.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perawatan
Aset Sarana-Prasarana Sekolah Bersama Masyarakat (Buku III).
Decentralized Basic Education (DBE-I) USAID, 2010.
Drucker, Peter F. The Landmarks of Tomorrow. New York: Harper & Row, 1959.
Firman. Tanggung Jawab Profesi Guru dalam Era Teknologi Informasi. Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan Volume IX No.1, April 2009. Diunduh dari
www.ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi pada 15 Mei 2014 pukul 09.27.
Indrapriyatna, Ahmad S., Kamil Insannul, dan Stefano Anka. Pengembangan
Perangkat Lunak Sistem Pengelolaan Aset Bergerak Sekolah Milik
Pemerintah untuk Meningkatkan Daya Saing Daerah. Prosiding Seminar
Nasional Competitive Advantage Vol. 1, No. 2, Jombang: Universitas
Pesantren
Tinggi
Darul
Ulum,
2012
diunduh
dari
www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/index pada 14 Mei 2014
pukul 17.50.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tunjangan Guru Triwulan I.2014
Dibayar Akhir Maret Ini. Jakarta: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia,
2014. Diunduh dari www.setkab.go.id/berita-12358 pada 15 Mei pukul
09.35.
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.
Popoy, Jamaludin Noor. Ilmu Pendidikan.Bagian Proyek Peningkatan Mutu
PGAN DEPAG, 1978.
Setiawan, Wawan. Ternyata Profesi Guru Belum Dihargai di Negeri Ini, Gajinya
Masih Kalah Dibanding Petugas Kebersihan. Surat kabar online Kamis, 27
Februari 2014. Diunduh dari www.goriau.com, Rabu, 14 Mei 2014 pukul
17.33.
Shah, M.J., et all. Job Satisfaction and Motivation of Teacher of Public
Educational Institutions. International Journal of Business and Social
Science, Vol. 3, No. 8, 2012.
Suparto, S. Adi. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Konsep dan
Implikasinya terhadap Peningkatan Mutu Guru. Interaksi Jurnal
Kependidikan ISSN No.: 1412 2952 tahun 3 No. 3 Juni 2007. Diunduh
dari www.fkip.unira.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/JURNAL-PORTAL3.pdf pada 16 Mei 2014 pukul 17.18.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Oleh:
NAMA : Astrie Primasari
NPM
: 00000002714
10