Anda di halaman 1dari 4

Gurunya Manusia

Oleh : Feri Fren ( Widyaiswara LPMP Sumatera Barat )

Guru merupakan sosok penting dalam dunia pendidikan. Banyak tokoh pendidikan

yang berpendapat, sebagus apapun sistem, kurikulum dan sarana-prasarana pendidikan, tidak

akan ada artinya tanpa didukung oleh guru yang berkualitas dan berkarakter baik.

Kualitas seorang guru akan menentukan hasil belajar peserta didik. John I goodlad

dalam bukunya “behind the classroom door” mengatakan, sekali guru memasuki ruang kelas

dan menutup pintu kelasnya, hanya dialah yang bisa menentukan mau kemana proses

pembelajaran akan dibawanya.

Dalam proses pembelajaran, guru harus menjadi tauladan bagi peserta didiknya, baik

itu dalam hal perilaku, tutur kata, maupun tabiat keseharian guru. Semua itu harus menjadi

suri tauladan yang nantinya akan ditiru oleh peserta didik.

Keteladanan guru mengambil peranan yang sangat penting dalam internalisasi

pembentukan kompetensi sikap spiritual dan sosial peserta didik, apalagi dalam implementasi

kurikulum 2013 saat ini yang embrionya berupa penanaman nilaia-nilai sikap.

Peserta didik merupakan kertas putih yang akan diukir gurunya. Untuk mendapatkan

sikap dan perilaku peserta didik yang baik, seorang guru terlebih dahulu harus memiliki sikap

yang baik dalam mengajar dan mendidik.

Mengapa hal ini diperlukan, karena akan memberikan dampak terhadap motivasi

belajar peserta didiknya. Sebagai contoh, ketika seorang peserta didik diminta gurunya untuk

laihan membaca doa pada hari sabtu sore untuk persiapan upacara hari senin, peserta didik

yang disuruh mengatakan, saya tidak bisa datang karena mau pulang kampung. Lalu gurunya

berkata, kalau kamu tidak mau tidak apa-apa, bukan kamu saja yang pintar, masih banyak

yang lain kok.


Mungkin ini merupakan hal yang sepele bagi guru, namun bagi peserta didik tidaklah

demikian. Masih banyak hal-hal kecil lainnya yang mungkin bagi guru merupakan hal yang

sepele, namun bagi peserta didik bisa menganggapnya sebagai sesuatu hal yang besar dan

menyakitkan karena mereka juga manusia.

Contoh yang lainnya pernah juga kita dengar, ada guru yang menyuruh peserta

didiknya untuk berdisiplin, sementara dia sendiri tidaklah disiplin. Ada juga guru yang

menyuruh peserta didiknya untuk mematuhi tata tertib sekolah, sementara dirinya sendiri

kurang mematuhi tata tertib. Inilah masalah sepele yang akan menjadi dilema dalam proses

pendidikan dan penanaman nilai-nilai sikap di sekolah.

Seorang guru yang baik haruslah mencontohkan sikap yang baik terhadap peserta

didiknya. Sikap tidak bisa diajarkan melainkan dicontohkan dalam proses pembelajaran

melalui pembiasaan yang berulang-ulang dengan penuh kesabaran.

Guru merupakan sosok yang akan di gugu dan ditiru oleh peserta didiknya. Ada

ungkapan yang mengatakan ketika peserta didik di didik dengan cara-cara yang keras dan

tidak manusiawi, maka setelah dewasa nanti dia juga akan menjadi generasi yang keras dan

tidak manusiawi pula. Jangan salahkan mereka, karena proses pendidikan dimulai dari masa-

masa sekolahnya.

Sebaliknya, ketika seorang peserta didik diajar oleh guru-guru yang memiliki nilai-

nilai sikap yang baik, kita akan mendapatkan generasi yang memiliki sikap yang baik pula di

kemudian hari.

Dalam hal mendidik, seorang guru harus menyampaikan pesan dalam bahasa yang

santun. Apabila seorang guru tidak memahami hal ini, tanpa disadari nantinya akan bisa

mempengaruhi motivasi serta hasil belajar peserta didiknya dikemudian hari.

William Arthur Ward membagi empat macam tipe guru dalam mengajar, yakni guru

yang biasa-biasa saja, guru yang baik, guru yang pintar dan guru yang bisa menyemai
inspirasi peserta didiknya. Guru yang bisa menyemai inspirasilah yang akan membuat proses

belajar mengajar akan berlangsung dengan baik dengan suasana yang menyenangkan.

Untuk menjadi seorang guru yang disenangi oleh peserta didik ada beberapa sikap

yang harus dimiliki. Pertama, memiliki disiplin yang tinggi. Disiplin guru merupakan faktor

pembentuk nilai sikap peserta didik. Disiplin guru bukan hanya sebatas kehadiran tepat waktu

datang ke sekolah saja, lebih dari itu disiplin juga menyangkut masalah sikap dan perilaku

seorang guru dalam mengajar dan dalam kesehariannya dirumah.

Kedua, Memilki rasa sabar dan kasih sayang. Sebagaimana yang kita ketahui ada

peserta didik yang lambat atau yang cepat daya tangkap dan daya ingatnya. Untuk itulah

kesabaran dan rasa kasih sayang dari seorang guru sangat diperlukan dalam membelajarkan

peserta didik.

Setiap peserta didik memerlukan waktu dan gaya belajar yang berbeda-beda untuk

menyerap materi pelajaran yang sama, karena mereka memiliki permasalahan pribadi yang

berbeda-beda pula. Oleh karena itulah, sebelum mengajar seorang guru harus mengetahui dan

memahami karakteristik pribadi dari masing-masing peserta didik yang akan diajarnya.

Ketiga, bersikap demokratis. Seorang guru yang baik harus memiliki sikap mau

menerima dengan lapang dada jika ada peserta didik memberikan alasan yang logis sesuai

dengan situasi dan kondisinya.

Seorang guru yang baik janganlah cepat marah dan memaksakan kehendak kepada

peserta didiknya jika situasi dan kondisinya tidak mendukung, khususnya kondisi peserta

didik. Sebagai seorang guru harus juga menyadari bahwa kesenangan hati dan ketenangan

perasaan seorang peserta didik akan mempengaruhi hasil belajarnya.


Jadilah gurunya manusia, yakni guru yang bisa memahami karakteristik dari masing-

masing peserta didiknya. Guru yang bertindak sebagai gurulah yang akan dapat membentuk

sikap positif peserta didik ke arah yang lebih baik sebagaimana yang diharapkan pada

kompetensi sikap spiritual dan sosial pada kurikulum 2013 yang baru saja kita laksanakan.

Semoga.

Anda mungkin juga menyukai