ILMU / TEORI
TEKNOLOGI
SITUASI INTERAKSI
KONSELOR KONSELING
pembantu ahli; pengamat; melibatkan hubungan
ahli bahasa dan komunikasi; pribadi ke pribadi antara
konseli dengan konselor;
proses pengungkapan perasaan frusiator; reflektor
Hubungan unik = “saya
yg blm terselesaikan; berhasil dan kamu”.
apabila konseli telah menge-
luarkan pera-saan yg selama ini KONSELOR MEKANISME / PROSEDUR
dipendam.
TUJUAN PENGUBAHAN PERILAKU
PENJELASAN
TEORI PENDEKATAN KONSELING GESTALT
NO Aspek Uraian
1 Latar Belakang dan Tokoh Teori ini dikembangkan oleh Frederich Salomon Perls. Teori ini muncul hampir bersamaan dengan teori Behaviorisme. Teori ini
Pengembang dikembangkan dari tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu: Psikoanalisis, Phenomonologi, Eksistensialisme Eropa dan Psikologi
Gestalt. Prinsip pandangan dari teori Gestalt bahwa suatu gejala haruslah dipandang sebagi sustu kesatuan atau keseluruhan.
2 Konsep Dasar: Hakikat a. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
Manusia b. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak dan
sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
c. Manusia aktif terdorong ke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
d. Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan
kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi.
e. Anti deterministik, bahwa manusia mampu menentukan, mengembangkan, mampu mengarahkan diri sendiri secara
bertanggung jawab.
f. Makhluk yang mempunyai kemampuan membebaskan diri dari pengaruh pengalaman masa lalu.
g. Manusia hidup di saat ini dan sekarang ini.
h. Hakikat manusia: (1) hanya dapat dipahami dalam keseluruhan konteksnya; (2) merupakan bagian dari lingkungannya dan
hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan lingkungannya itu; (3) aktor bukan reaktor; (4) berpotensi untuk menyadari
sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi, dan pemikirannya; (5) dapat memilih secara sadar dan bertanggung jawab; (6) mampu
mengatur dan mengarahkan hidupnya secara efektif.
3 Asumsi Perilaku a. Individu bermasalah karena terjadi pertentangan antara kekuatan top dog dan keberadaan under dog.
Bermasalah 1) Top Dog: adalah kekuatan yang mengharuskan, menuntun dan mengancam.
2) Under Dog: adalah keadaan defensif, membela diri, tidak berdaya, lemah, pasif, ingin dimaklumi.
b. Perkembangan yang tergantung kerena terjaadi ketidakseimbangan antara apa-apa yang harus (self Image) dan apa-apa yang
diinginkan (self).
c. Terjadi pertentangan antara keberadaan sosial dan biologis.
d. Ketidakmampuan individu mengintegrasikan pikiran, perasaan dan tingkah lakunya.
e. Mengalami gap/kesenjangan sekarang dan yang akan datang.
f. Melarikan diri dari kenyataan yang harus dihadapi.
g. Spektrum tingkah laku bermasalah: (1) kepribadian kaku; (2) tidak mau bebas bertanggung jawab, ingin tetap tergantung; (3)
menolak berhubungan dengan lingkungan; (4) memeliharan unfinished bussiness ; (4) menolak kebutuhan diri sendiri; (5)
melihat diri sendiri dalam kontinum hitam-putih.
4 Tujuan Konseling a. Tujuan utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran, dengan dan pada dirinya, pilihan yang sangat tepat.
Kesadaran termasuk mengetahui lingkungan, mengetahui akan diri sendiri, menerima diri sendiri dan mampu membuat
hubungan. Menambah dan memperkaya kesadaran, oleh diri sendiri adalah melihat sebagai penyembuhan. Pendekatan Gestalt
membantu klien mencatat proses kesadaran yang dimilikinya sehingga mereka dapat bertanggung jawab dan selektif dalam
menentukan pilihan.
b. Tujuan spesifik:
1) Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight
secara penuh.
2) Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya.
3) Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri (to be true to
himself).
4) Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua situasi
bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.
5 Peran Konselor a. Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, pesan-pesan tubuh, energi penghindaran serta
hambatan terhadap kesadaran.
b. Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnya dan berhubungan
dengan pesan-pesan tubuh mereka.
c. Tugas terapis adalah menolong klien bisa mengadakan transisi dari dukungan eksternal menjadi dukungan internal, dan ini
dilakukan dengan jalan menemukan lokasi impas.
d. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh si klien, sebagai petunjuk non verbal.
e. Waspada terhadap terpecahnya perhatian serta kesadaran dan terhadap tiadak kongruennya antara verbalisasi dengan apa yang
dilakukan oleh klien pada tubuhnya.
f. Memberi tekanan pada hubungan antara pola bahasa dan kepribadian, yang menjadi ungkapan perasaannya, pikirannya dan
sikapnya.
g. Secara halus berkonfrontasi dengan klien dengan jalan intervensi-intervensi yang menolong mereka untuk menjadi sadar akan
akibat dari pola bahasa mereka.
6 Deskripsi Proses Konseling a. Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapainya situasi yang memungkinkan perubahan-perubahan yang
diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai
keunikan sebagai individu.
b. Konselor berusaha menyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prsedur yang telah ditetapkan sesuai dengan
kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor yaitu membangkitkan motivasi klien dan membangkitkan otonomi klien
(menekankan bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alsan-alasannya secara bertanggung
jawab).
c. Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaanya pada saat ini. Klien diberi kesempatan untuk mengalami
kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di sini dan di saat ini. Kadang-kadang klien
diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada konselor.
d. Setelah klien memperleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya, konselor mengantarkan
klien memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klien menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang unik dan manusiawi.
7 Teknik Konseling a. Enhancing awarnes: yaitu klien dibantu untuk berada pada pengalamannya sekarang secara sadar.
b. Personality pronouns: yaitu klien diminta untuk mempribadikan pikirannya untuk mengingat kesadaran pribadinya.
c. Changing question to statements: mendorong klien untuk menggunakan pernyataan daripada pertanyaan yang mendorong
untuk mengekspresikan dirinya, dan bertanggung jawab bagi komunitasnya.
d. Assuming responsibility: klien diminta untuk mengalihkan kata won’t atau can’t.
e. Asking how and what: klien diajak untuk memahami suatu masalah melalui pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” masalah
itu terjadi.
f. Sharing hunches: mendorong klien untuk mengeksplorasi dengan menanamkan kata seperti “saya melihat/saya dapat
membayangkan”.
g. Bringing the pass into the now: membantu klien agar mengalami pengalaman-pengalaman masa lalu dan situasi sekarang.
h. Experssing restatements and apreciations: membantu klien untuk mengidentifikasi dan menyatakan keadaan dan penghargaan
dirinya.
i. Using body ekspresion: mengamati ekspresi badan klien dan memusatkan perhatian untuk membantu kesadaran individu.