Anda di halaman 1dari 4

SEMANGAT PEMUDA ERA NEW NORMAL

Kongres Pemuda I atau Kerapatan Besar Pemuda dihadiri oleh perwakilan dari
perhimpunan pemuda/pemudi termasuk Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,
Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, Jong Bataks Bond, Pemuda
Kaum Theosofi, dan masih banyak lagi.
Tujuan Kongres Pemuda I, seperti dikutip dari buku Peranan Gedung Kramat Raya 106
dalam Melahirkan Sumpah Pemuda (1996) karya Mardanas Safwan, antara lain mencari jalan
membina perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu dengan membentuk sebuah badan sentral
dengan maksud:
Pertama, untuk memajukan persatuan dan kebangsaan Indonesia, serta yang kedua adalah
demi menguatkan hubungan antara sesama perkumpulan pemuda kebangsaan di tanah air.
Namun, Kongres Pemuda I diakhiri tanpa hasil yang memuaskan bagi semua pihak lantaran
masih adanya perbedaan pandangan. Setelah itu, digelar lagi beberapa pertemuan demi
menemukan kesatuan pemikiran. Maka, disepakati bahwa Kongres Pemuda II akan segera
dilaksanakan.
Lahirnya Sumpah Pemuda
Kongres Pemuda II dilangsungkan selama dua hari pada 27 dan 28 Oktober 1928 di
Batavia. Hari pertama, kongres menempati Gedung Katholikee Jongelingen Bond atau
Gedung Pemuda Katolik, sedangkan kongres di hari kedua diadakan di Gedung Oost Java
(sekarang di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat).
Tujuan Kongres Pemuda II antara lain: (1) Melahirkan cita cita semua perkumpulan pemuda
pemuda Indonesia, (2) Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia; serta
(3) Memperkuat kesadaran kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia.
Kongres ini diikuti oleh lebih banyak peserta dari kongres pertama, termasuk Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong
Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Celebes, Jong Ambon, Katholikee Jongelingen
Bond, Pemuda Kaum Betawi, Sekar Rukun dan lainnya.
Hadir pula beberapa orang perwakilan dari pemuda peranakan kaum Tionghoa di Indonesia
dalam Kongres Pemuda II ini, seperti Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok, dan Tjio Djien
Kwie, namun asal organisasi/perhimpunan mereka belum diketahui.
Gedung yang nantinya menjadi tempat dibacakannya Sumpah Pemuda merupakan rumah
pondokan atau asrama pelajar/mahasiswa milik seorang keturunan Tionghoa bernama Sie
Kok Liong. Gedung yang terletak di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat, ini kini
diabadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.
Adapun susunan panitia Kongres Pemuda II, seperti yang dituliskan Ahmad Syafii Maarif
melalui buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan (2009) adalah sebagai
berikut:
Ketua: Sugondo Djojopuspito (PPPI)
Wakil Ketua: R.M. Joko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris: Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)
Bendahara: Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I: Johan Mohammad Cai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II: R. Katjasoengkana (Pemuda Indonesia)
Pembantu III: R.C.I. Sendoek (Jong Celebes)
Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)
Pembantu V: Mohammad Rochjani Su'ud (Pemuda Kaum Betawi)
Hadir pula Wage Rudolf Supratman yang memainkan lagu Indonesia Raya di Kongres
Pemuda II dengan alunan biolanya. Lagu Indonesia Raya juga dinyanyikan untuk
pertamakalinya dalam kongres ini oleh Dolly Salim yang tidak lain adalah putri dari Haji
Agus Salim.
Isi & Makna Sumpah Pemuda
Setelah melalui prosesi panjang selama 2 hari, maka pada 28 Oktober 1928, para peserta
Kongres Pemuda II bersepakat merumuskan tiga janji yang kemudian disebut sebagai
Sumpah Pemuda.
Adapun isi Sumpah Pemuda adalah sebagai berikut:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Menurut Azyumardi Azra, seperti dikutip oleh Asvi Warman Adam dalam buku Menguak
Misteri Sejarah (2010), Kongres Pemuda II yang menghasilkan Sumpah Pemuda merupakan
salah satu tonggak sejarah bangsa Indonesia dalam mengawali kesadaran kebangsaan.
Sementara dalam buku Literasi Politik (2019) yang ditulis Gun Gun Heryanto dan kawan-
kawan diungkapkan bahwa ikrar sebagai satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa merupakan
ikrar yang sangat monumental bagi perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Ikrar ini atau Sumpah Pemuda yang dibacakan di arena Kongres Pemuda II dan dihadiri oleh
kaum muda lintas suku, agama, dan daerah, nantinya, 17 tahun kemudian, melahirkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada 17 Agustus 1945.
Makna yang terkandung adalah bahwa peristiwa bersejarah itu mengajarkan nilai-nilai
persatuan bangsa. Sumpah Pemuda membuktikan, perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia
ternyata dapat disatukan sebagai perwujudan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-
beda tetapi tetap satu".
Sumpah Pemuda juga memuat banyak nilai positif yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Sri Sudarmiyatun dalam buku berjudul Makna Sumpah Pemuda (2012)
menyebutkan nilai-nilai Sumpah Pemuda antara lain:
Nilai patriotisme, gotong-royong, musyawarah untuk mufakat, cinta tanah air, kekeluargaan,
persatuan dan kesatuan, kerukunan, kerja sama, cinta damai, serta tanggung jawab.
Maka, Sumpah Pemuda hendaknya bisa dijadikan sebagai inspirasi bagi generasi muda
Indonesia sekarang untuk membawa negara ini ke arah perubahan yang lebih baik, bukan
justru terpecah-belah dalam pusaran konflik antar sesama anak bangsa sendiri.
Generasi muda memiliki fungsi sebagai agent of change, moral force, dan control social.
Agent of change merupakan hal terpenting yang dibutuhkan saat ini sebagai pemicu
terjadinya sebuah perubahan habits untuk kaum pemuda sendiri maupun kaum lainnya,
seperti kalangan anak-anak dan orang tua.
Mengutip dari penyataan presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, “Beri aku 1000
orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan
kuguncangkan dunia”. Jangankan makna tersirat, tersurat pun penyataan Bung Karno itu
sangat benar dan tepat. Kaum muda memiliki semangat yang luar biasa berapi-api. Tidak ada
yang mustahil tercapai bila semangat Pemuda Indonesia berkobar.
Peran pemuda atau yang saat ini dikenal dengan istilah milenial sangat penting di tengah
pandemi Covid-19, terutama dalam memberikan informasi dan edukasi kepada orang-orang
sekitarnya. Pasalnya, para pemuda zaman sekarang sangat paham teknologi dan juga
informasi. Dalam suasana pandemi ini, kaum muda memiliki kapasitas dan kesempatan untuk
menciptakan lingkungan dan menyesuaikan diri dalam situasi apa pun, termasuk dalam
menerapkan pola kehidupan yang baru untuk menghindari dampak buruk pandemi Covid-19
secara berkelanjutan.
Sosialisasi dan edukasi tentang disiplin menerapkan protokol kesehatan harus terlihat lebih
menarik dan jelas, agar masyarakat yang awam dapat dengan mudah mengenal dan
memahami kriteria dan dampak virus ini. Tidak hanya ditujukan untuk golongan tua, akan
tetapi usia dini juga harus diberikan edukasi tentang hidup sehat. Edukasi yang atraktif
mampu melekatkan kebiasan baik pada diri anak. Apalagi anak-anak termasuk ke dalam
rentang umur yang rentan terinfeksi Virus Corona.
Peluang pemerintah mengandalkan generasi milenial sangatlah tepat. Pasalnya milenial
punya caranya sendiri yang dinilai lebih efektif untuk memberikan informasi yang lebih
menarik dengan cara yang mudah dipahami. Selain itu, milenial dinilai dapat lebih berpikir
kritis dalam segala situasi, dalam hal ini milenial dapat bersosialisasi dengan baik dan benar
di tengah situasi genting seperti sekarang. Memberikan edukasi dengan cara yang menarik
kepada masyarakat dinilai penting, agar masyarakat luas menjadi lebih peduli terhadap virus
yang tidak boleh sedikit pun untuk diabaikan.
Dilihat dari antusiasme para milenial yang rela melakukan pergerakan secara cepat dalam
membantu negara mengusir virus ini, contohnya membuka donasi, membantu pergerakan
ekonomi kreatif baik dalam bidang kuliner yang dilakukan melalui pemasaran digital sosial
media, maupun bidang sosial yaitu menjadi relawan, dipandang sangat baik dan memberikan
contoh yang seharusnya dalam kalangan pemuda. Hal ini tentu membuat sebagian kalangan
menjadi melek terhadap isu sosial, mengingat banyaknya masyarakat yang masih
menganggap sepele terhadap membantu sesama. Padahal ditengah darurat seperti ini, saling
membantu dan menguatkan merupakan hal yang penting, sesuai dengan semboyan Indonesia
yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Di dalam makna Bhinneka Tunggal Ika terdapat nilai gotong royong. Tak peduli latar
belakang seperti apa, agama apa, budaya mana, keturunan siapa, semua warga Indonesia
sudah memiliki sifat gotong royong itu. Hanya saja di saat kondisi pandemi seperti ini,
gotong royong perlu dikobarkan kembali. Bersama kita bahu membahu membantu membantu
saudara kita yang terdampak Covid-19. Mulai dari dukungan kebutuhan sehari-hari hingga
dukungan moral agar bersama pula kita mampu melalui masa pandmi ini dengan selamat.
Peran milenial seperti ini tentu akan menjadi konsentrasi pemerintah dalam membangun
Sumber Daya Manusia (SDM) agar menghasilkan bibit unggul bagi negara. Terlebih,
Indonesia diperkirakan akan menghadapi bonus era demografi, yang mana membutuhkan
banyak sekali bantuan milenial yang cemerlang. Hal ini jangan sampai disia-siakan. Isu-isu
yang menyangkut penurunan kualitas SDM bangsa perlu ditepis dan diperbaiki. Mental kudu
dibentuk sejak dini agar menjadi insan yang bertanggung jawab di hari kelak.
Berbagai upaya kaum milenial dengan giat menggaungkan protokol kesehatan, seperti tak
lupa untuk rajin mencuci tangan sehabis memegang sesuatu, rajin mencuci baju setelah
beraktivitas diluar, menggunakan masker, hingga menjaga pola makan yang sehat seperti
konsumsi buah dan sayur serta rutin minum air putih sangat bermanfaat untuk membangun
kebiasaan sehat dikemudian hari. Jika hal tersebut rajin dilakukan selama new normal, semua
akan berjalan dengan baik dan cepat mencapai tujuan.
Dilihat dari manfaatnya, new normal tentu solusi yang tepat dan cerdas demi masa depan
bangsa. Oleh karena itu sebagai warganet, kita harus bersatu, disiplin jalankan protokol
kesehatan selama new normal sebagai sikap patriot menghadapi tantangan demi
keberlangsungan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai