Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM

KRISIS DAN IDENTITAS

Dosen Pengampu :
Nanang Wiyono, dr, M. Kes dan Afia Fitriani, S. Psi., M. Psi

Disusun Oleh :

Khodijah Syarifatun Nisa (P0122130)

KELAS D
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Krisis Identitas” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Bioneuropsikologi yang dibimbing oleh Bapak Nanang
Wiyono, dr, M. Kes dan Ibu Afia Fitriani, S. Psi., M. Psi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Krisis
Identitas” bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nanang Wiyono, dr,
M. Kes dan Ibu Afia Fitriani, S. Psi., M. Psi yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sehingga kami dapat menambah serta mengembangkan
pengetahuan kami lebih luas lagi mengenai “Biopsikologi Tidur dan
Bangun”.
Dalam makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkaitan dengan bentuk, materi
pembahasan, maupun teknik pengetikan. Maka dari itu, kami memohon
dengan sangat bimbingan dari Bapak Nanang Wiyono, dr, M. Kes dan Ibu
Afia Fitriani, S. Psi., M. Psi serta teman-teman untuk memberikan kritik
serta saran yang membangun kepada kami.

Surakarta, 28 November 2022

Khodijah S. N.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…..,…………………………………………...
………………………..ii

DAFTAR ISI…………………..………………………………………………...……………iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………..…………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………..……………………………………………………………..1
1.3 Tujuan…….……………….……………………………………………………………….2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Ritme Bangun dan Tidur……………….………………………………………………….3
2.1.1 Ritme Endogen………………………………………….……………………….3
2.1.2 Mengatur dan Mereset Jam Biologis…………………….………………………4
2.1.3 Mekanisme dari Jam Biologis…………………………………………………...6
2.1.4 Nukleus Suprachiasmatic (SCn)………………………………………………....7
2.1.5 Bagaimana Cahaya Mengatur Ulang SCn………………………………….……7
2.1.6 Biokimia Ritme Sirkadian……………………………………………………….7
2.1.7 Melatonin………………………………………………………………………..8
2.2 Tahapan Tidur dan Mekanisme Otak………………………………………………….…..8
2.2.1 Tidur dan Gangguan Kesadaran Lainnya………………………………….…….8
2.2.2 Tahapan Tidur……………………………………………………………………
9
2.2.3 Tidur Paradoks atau Tidur REM………………………………………………...9
2.2.4 Struktur Otak saat Arousal dan Atensi…………………………..….………….10
2.2.5 Tidur dan Penghambatan Aktivitas Otak…………………………….……...
….11
2.2.6 Aktivitas Otak dalam Tidur REM………………………………………...……11
2.2.7 Gangguan Tidur………………………………………………………………...12

iii
2.3 Kenapa Tidur ? Kenapa REM ? Kenapa Mimpi ?………………………………………..17
2.3.1 Fungsi Tidur……………………………………………………………………17
2.3.2 Fungsi Tidur REM……………………………………………………………..18

iii
2.3.3 Perspektif Biologis Tentang Mimpi…………………………………...……….19

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...……..22
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...23

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
….24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan
serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat atau
dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai suatu tingkah laku yang ditandai dengan
karakteristik pengurangan gerakan tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari
luar. Pada keadaan tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang respons terhadap
rangsangan eksternal. Otak berangsur-angsur menjadi kurang responsif terhadap
rangsang visual, auditori dan rangsangan lingkungan lainnya. Tidur dianggap sebagai
keadaan pasif, tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari input sensorik
walaupun mekanisme inisiasi aktif juga mempengaruhi keadaan tidur
Siklus tidur dan bangun diregulasikan oleh jam tubuh (body clock). Body
clock terletak di dalam otak yaitu nucleus suprachiasmatic dan mempunyai periode
selama 24 jam. Selama satu periode 24 jam, manusia mempunyai waktu tidur normal
selama 6-10 jam. Pola tidur manusia dipengaruhi oleh umur hal ini ditunjukkan dengan
terdapatnya gambaran yang khas pada kelompok umur bayi, dewasa dan orang tua.
Tiap individu idealnya memiliki daur tidur yang teratur. Ada orang yang begitu
mudah tidur. Namun ada juga yang sulit untuk tidur. Bisa karena faktor fisik, bisa juga
karena non fisik seperti masalah kejiwaan. Ada suatu teori dalam psikologi faal yang
menyebutkan lamanya tidur paling tidak selama 8 jam per harinya. Kurang dan lebih
dari itu tidak sehat. Namun teori itu dibantah. Yang penting adalah kualitasnya dan tidak
melihat skala waktu, yang dimaksud kualitas adalah derajat nyenyak tidur dan kesegaran
fisik dan batin ketika yang bersangkutan bangun tidur. Semakin kurang nyenyak tidur
ditambah dengan kegelisahan tidur yang semakin tinggi semakin berkuranglah manfaat
tidur, yang bersangkutan mudah lelah dan sulit bekerja secara optimum.
Tidur sangat diperlukan bagi setiap orang karena dapat menjaga status kesehatan
seseorang. Tidur bermanfaat untuk memulihkan keadaan fisik setelah beraktivitas,
mengurangi stres, menjaga keseimbangan mental dan emosional, serta meningkatkan
kemampuan dan konsentrasi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu ritme endogen dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya?
1.2.2 Apa apa saja tahapan ketika seseorang tidur?
1.2.3 Apa fungsi dari tidur?

1.3 Tujuan

1
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberi wawasan serta pemahaman mengenai
aktivitas tidur dan bangun dari sudut pandang bioneuropsikologis. Kami berharap ilmu
yang dipaparkan dalam makalah ini dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ritme Bangun dan Tidur

2.1.1 Ritme Endogen

Hewan yang bertindak tidak hanya atas stimulus yang mereka terima pada saat
itu juga, melainkan juga mengantisipasi perubahan pada lingkungannya. Hal ini
bisa dilihat pada burung-burung yang bermigrasi ketika teritori mereka mulai terlalu
dingin. Apabila burung tersebut menunggu sampai salju pertama untuk turun,
mereka akan terjebak dan kedinginan. Bahkan, burung-burung yang di sangkar akan
menjadi resah di musim-musim migrasi. Contoh lain adalah pada hewan seperti
tupai yang menyetok makanan dan menimbun lemak sebelum musim dingin tiba.

Tindakan-tindakan hewan tersebut bisa disebabkan oleh sebuah ritme internal


yang dikenal dengan ritme sirkanual endogen (endogenous circannual rhythm),
dimana sirkanual merujuk pada tahunan dan endogen merujuk pada makna
“dihasilkan secara internal”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ritme
sirkanual endogen adalah ritme yang beroperasi pada siklus tahunan dan dihasilkan
secara internal.

Ada juga yang namanya ritme sirkadian endogen (endogenous circadian


rhythms) yang bekerja pada siklus harian. Contoh yang paling mudah ditemukan
adalah ketika kita menjadi semakin mengantuk semakin lama begadang di malam
hari namun menjadi lebih waspada ketika pagi hari tiba. Pada hewan, bahkan tupai
yang dibiarkan pada kegelapan total selama 25 hari tetap menunjukan pola bangun-
tidur yang konsisten. Manusia memiliki ritme bangun-tidur 24 jam dan modifikasi
yang dapat dilakukan terhadap ritme tersebut hanya sedikit. Ritme sirkadian
berpengaruh juga pada makan-minum, urinasi, sekresi hormone, metabolism, dan
masih banyak hal lainnya. Misalnya, kita cenderung lapar pada waktu-waktu yang
sama setiap harinya.

3
2.1.2 Mengatur dan Mereset Jam Biologis

Ritme sirkadian manusia tidak sempurna. Setelah melakukan aktivitas di malam


hari, misalnya jalan-jalan ke luar dimana kita jadi terpapar cahaya dan suara-suara,
kemungkinan besar kita bisa terlambat bangun di pagi harinya, jam alarm sudah
menunjukan pukul 7:00 namun jam biologis kita menganggap bahwa waktu masih
jam 5:00.

Stimulus-stimulus yang dapat mereset ritme sirkadian disebut dengan zeitgeber,


misalnya cahaya. Tanpa adanya zeitgeber, ritme sirkadian akan secara perlahan
menyimpang dari waktu yang benar. Cahaya disini adalah zeitgeber dominan untuk
mamalia darat, lalu ada juga zeitgeber lain berupa olahraga, makanan, dan
temperatur lingkungan.

Zeitgeber selain cahaya memiliki efek yang cenderung lemah pada manusia.
Seseorang yang tinggal di daerah minim cahaya, misalnya Antartika, akan kesulitan
untuk tetap mengikuti siklus 24 jam. Bahkan efek dari jam juga kalah dibanding
cahaya matahari, dimana contoh nyatanya banyak mahasiswa bangun telat
meskipun memiliki jam, apalagi mereka cenderung kurang tidur di malam hari.

Pada orang buta, beberapa menyesuaikan ritme sirkadian mereka dengan suara-
suara, temperatur, makanan, dan aktivitas. Akan tetapi, orang buta yang kurang
sensitif terhadap zeitgeber-zeitgeber alternatif tersebut cenderung menghasilkan
ritme yang lebih lama dari 24 jam. Banyak orang buta melaporkan mereka sering
mengalami masalah tidur.

2.1.2.1 Jet Lag

Perjalanan lintas zona waktu dapat menyebabkan terganggunya ritme sirkadian,


atau lebih dikenal sebagai jet lag. Ini disebabkan karena adanya ketidaksesuaian
jam eksternal dengan waktu internal sehingga menyebabkan rasa kantuk di siang
hari, kesulitan tidur saat malam, berkurangnya konsentrasi, dan bahkan depresi.

Menyesuaikan diri dengan jet lag dapat menyebabkan stress, dimana stress
tersebut akan menaikan kadar hormon kortisol. Kenaikan hormon kortisol
berkepanjangan dapat merusak neuron di hipokampus. Misalnya pada seorang
pramugari yang menghabiskan waktunya terbang melintasi tujuh zona waktu

4
berbeda atau lebih, yang ditemukan memiliki ukuran hipokampus otak lebih kecil
dari rata-rata. Kerusakan pada neuron hipokampus ini memiliki efek gangguan pada
memori.

2.1.2.2 Kerja Shift

Pada orang-orang dengan pola tidur tidak teratur, lamanya durasi tidur mereka
tergantung pada waktu tidur mereka. Ketika terlelap pada pagi atau siang hari,
mereka hanya bisa tidur sebentar meski sebenarnya kekurangan tidur. Orang-orang
yang menjalani shift malam sering merasakan efek seperti sulit tidur nyenyak,
berkurangnya efisiensi kerja, dan suhu tubuh yang terus naik saat tidur di pagi/siang
hari.

Aktivitas shift malam biasanya tidak efektif dalam mereset ritme sirkadian,
dikarenakan cahaya yang ada berupa cahaya artifisial (cahaya artifisial tidak
seefektif cahaya matahari). Peningkatan efektivitas kerja shift malam dapat
ditingkatkan dengan tidur siang di kamar yang sangat gelap dan kerja di tempat
yang sangat terang.

2.1.2.3 Morning People dan Evening People

Ritme sirkadian pada setiap orang bisa berbeda. Morning people akan terbangun
lebih pagi serta lebih produktif di awal hari sementara evening people akan
mencapai puncak produktivitasnya ketika penghujung siang atau saat senja serta
lebih kuat terjaga di malam hari.
Ritme sirkadian juga berubah seiring bertambahnya usia. Umumnya, anak-anak
akan tertidur dan terbangun lebih awal sementara remaja dan dewasa muda
cenderung lebih suka begadang selagi bisa. Kecenderungan yang sama tidak hanya
ditemukan manusia tetapi juga pada hewan seperti tikus dan monyet. Hal ini
disebabkan oleh peningkatan hormon seks.

Adanya morning people dan evening people disebabkan tidak hanya oleh usia,
tetapi juga faktor lain seperti genetic dan lingkungan tempat tinggal. Misal, orang-
orang di kota besar memiliki kecenderungan tidur lebih larut akibat paparan cahaya
kota di malam hari jika dibandingkan dengan orang-orang di daerah pedesaan.

5
Remaja dan dewasa muda yang memiliki kecenderungan evening person tinggi
biasanya mengalami beberapa kesulitan. Kegiatan seperti sekolah, perkuliahan, dan
kerja lebih sering diadakan pada pagi hingga siang hari, sehingga evening people
akan lebih kesulitan menyesuaikan diri dengan kegiatan produktif sehari-hari
dibanding morning people. Evening people juga ditemukan memiliki
kecenderungan kuat untuk mengambil resiko impulsif. Selain itu, morning people
dilaporkan memiliki kualitas hidup yang lebih bahagia dibandingkan evening
people karena pola tidur morning people lebih cocok dengan jadwal kegiatan di
masyarakat secara umum. Kesulitan-kesulitan yang dialami evening people dapat
berujung pada frustrasi, sehingga evening people lebih mungkin terlibat dengan
alkohol, makan berlebih, dan tindakan beresiko lainnya.
Usia menjadi salah satu indikator perbedaan tiap individu. Waktu rata-rata untuk
tidur semakin lambat sampai sekitar usia 20 dan kemudian secara step by step
membalikkan (Roenneberg et al., 2004).
Dari sudut pandang fungsional, dapat dispekulasikan mengapa begadang dan
bangun terlambat mungkin lebih menguntungkan bagi remaja daripada untuk anak-
anak atau orang dewasa.
Jadi, menjadi Morning People ataupun Evening People sebagian bergantung pada
usia, genetika, lingkungan dan faktor lainnya. Ketika orang beranggapan bahwa
remaja cenderung mengambil risiko impulsif, kecenderungan pada Evening Person,
dan jet lag sosial merupakan faktor yang mungkin berkontribusi.

2.1.3 Mekanisme dari Jam Biologis


Curt Richter (1967) memperkenalkan konsep bahwa otak menghasilkan ritmenya
sendiri—jam biologis—dan dia melaporkan bahwa jam biologis tidak sensitif
terhadap sebagian besar bentuk gangguan. Ritme sirkadian yang dihasilkan tubuh
tiap makhluk hidup tetap stabil walaupun kekurangan makanan atau air, sinar-X,
obat penenang, alkohol, anestesi, kekurangan oksigen, sebagian besar jenis
kerusakan otak, atau pengangkatan organ endokrin sehingga banyak negara hiber
yang gagal mengatur jam biologis karena mekanismenya yang kuat.

2.1.4 Nukleus suprachiasmatic (SCn)


Pendorong utama ritme untuk tidur dan suhu tubuh adalah nukleus suprachiasmatic
(soo-pruh-kie-as-MAT-ik), atau SCN, bagian dari hipotalamus (Refinetti &

6
Menaker). , 1992), karena itu, jika SCN rusak, maka tubuh menjadi tidak menentu.
Ritme sirkandian dihasilkan secara genetik oleh SCN. Potensial aksi ritme sirkadian
dihasilkan oleh neuron SCN yang terputus dari otak. Mutasi pada satu gen
menyebabkan SCN hamster menghasilkan ritme 20 jam, bukan 24 jam (Ralph &
Menaker, 1988). Ritme mengikuti kecepatan donor, bukan penerima, hasil
menunjukkan bahwa ritme berasal dari SCN itu sendiri.

2.1.5 Bagaimana Cahaya Mengatur Ulang SCn


Sebagian besar cahaya masuk melalui sebuah cabang kecil dari saraf optik, yang
dikenal sebagai jalur retinohypothalamic, dari retina ke SCN. Jalur
retinohypothalamic ke SCN berasal dari populasi khusus sel ganglion retina yang
memiliki fotopigmen sendiri, yang disebut melanopsin, yang menerima beberapa
masukan dari batang dan kerucut dan direspons langsung terhadap cahaya.
Beberapa konsekuensi dari dibutuhkannya SCn dan adanya ganglion :
1. Beberapa orang yang buta karena kerusakan sel batang dan sel kerucut, atau
karena kerusakan korteks visual, biarpun demikian, mata mereka memiliki
masukan cahaya yang cukup ke sel ganglion yang mengandung melanopsin
untuk mengatur siklus bangun dan tidur mereka ke dalam.
2. Sel ganglion yang mengandung melanopsin mengirimkan input ke talamus
posterior, yang merupakan bagian dari jalur yang menghasilkan nyeri pada
migrain.
3. Orang yang menggunakan media dengan cahaya dan radiasi di malam hari
cenderung mengalami kesulitan tidur, dan lebih sulit untuk bangun pada waktu
yang ditentukan keesokan paginya karena sel-sel ganglion ini merespons cahaya
dengan panjang gelombang pendek dengan kuat.

2.1.6 Biokimia Ritme Sirkadian


Dua dari gen ini, yang dikenal sebagai periode (disingkat PER) dan timeless
(TIM), menghasilkan protein PER dan TIM. Konsentrasi kedua protein ini, yang
mendorong tidur dan tidak aktif, berosilasi selama satu hari, berdasarkan interaksi
umpan balik di antara neuron. Saat konsentrasi protein PER dan TIM meningkat, mereka
memberi umpan balik untuk menghambat gen yang menghasilkan molekul messenger
RNA. Jadi, pada malam hari, konsentrasi PER dan TIM tinggi, tetapi konsentrasi
messenger RNA menurun

7
2.1.7 Melatonin
SCN mengatur bangun dan tidur dengan mengontrol tingkat aktivitas di area otak
lainnya, termasuk kelenjar pineal; yang melepaskan hormon melatonin, yang
mempengaruhi ritme sirkadian dan sirkannual. Kelenjar pineal mengeluarkan melatonin
paling banyak di malam hari, membuat kita mengantuk saat itu.
Orang yang memiliki tumor kelenjar pineal terkadang tetap terjaga selama berhari-
hari
Mengkonsumsi pil melatonin di malam hari memiliki sedikit efek pada kantuk
karena kelenjar pineal memproduksi melatonin pada saat itu pula. Dalam prosesnya, ia
mengubah ritme sirkadian sehingga orang tersebut mulai mengantuk lebih awal dari
biasanya pada hari berikutnya juga.

2.2 Tahapan Tidur dan Mekanisme Otak

2.2.1 Tidur dan Gangguan Kesadaran Lainnya

Tidur adalah keadaan yang diproduksi otak secara aktif yang ditandai dengan
penurunan aktivitas dan penurunan terhadap rangsangan.

Koma adalah periode tidak sadar yang disebabkan oleh trauma kepala, strok, atau
penyakit. Seseorang yang koma memiliki tingkat aktivitas yang rendah, sedikit atau
bahkan tidak ada respons terhadap rangsangan. Seseorang yang koma akan mulai
pulih atau meninggal dalam beberapa minggu.

Kondisi vegetatif adalah kondisi dimana seseorang berganti-ganti periode tidur


dan arousal yang sedang, bahkan dalam keadaan yang lebih aroused, orang tersebut
tidak menunjukkan kesadaran tentang lingkungan dan menunjukkan perilaku yang
tidak bertujuan. Kondisi kesadaran minimal adalah satu tahap lebih tinggi, waktu
yang singkat dari tindakan yang bertujuan dan jumlah pemahaman yang terbatas.

Kematian Otak adalah suatu kondisi tanpa adanya tanda aktivitas pada otak dan
tidak ada respons terhadap stimulus apa pun. Dokter biasanya menunggu sampai
seseorang tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas otak selama 24 jam sebelum
mengumumkan kematian otak.

2.2.2 Tahapan Tidur

8
Tahap 1 atau pada awal tidur dimulai, EEG didominasi oleh gelombang tegangan
rendah bergerigi yang beraturan. Pada tahap ini aktivitas otak terjadi lebih sedikit
dibandingkan dalam keadaan terjaga secara rileks, namun lebih tinggi dibandingkan
tahapan tidur lainnya.

Tidur tahap 2 didominasi oleh K-Kompleks dan tidur spindle. K-Kompleks


adalah gelombang tajam yang terkait dengan penghambatan sementara pada
penembakan neuron, Sedangkan tidur spindle adalah semburan gelombang 12-14
Hz selama kurang lebih setengah detik. Tidur spindle dihasilkan dari interaksi
antara sel-sel di thalamus dan korteks yang berosilasi. Tidur spindle mewakili
aktivitas yang berkaitan dengan konsolidasi memori.

Tidur tahap 3 dan 4 didominasi oleh tidur gelombang-lambat. Akan tetapi tidur
gelombang-lambat yang ada pada tahap 3 lebih sedikit dan lebih banyak pada tahap
4. Selama tidur gelombang-lambat, denyut jantung, laju pernapasan, dan aktivitas
otak akan menurun, namun gelombang lambat amplitudo-tinggi akan menjadi lebih
banyak.

2.2.3 Tidur Paradoks atau Tidur REM

Tidur paradoks adalah periode tidur yang riil, dimana aktivitas otak relatif tinggi,
namun otot lehernya benar-benar santai. Tidur paradoks dalam beberapa hal mirip
dengan tidur nyenyak dan tidur ringan. Pada tidur paradoks terjadi gerakan mata
cepat atau biasa disebut rapid eye movement (REM). Selama tidur paradoks, EEG
menunjukkan gelombang cepat bervoltase rendah dan tidak beraturan yang
mengindikasikan peningkatan aktivitas neuron. Tidur REM termasuk ke dalam tidur
nyenyak dan termasuk ke dalam tidur yang ringan. Otot-otot postural tubuh lebih
rileks selama REM dibandingkan dengan tahapan lainnya.

Ketika tidur, dimulai pada tahap 1 dan perlahan menuju ke tahap 2 yang
kemudian menjadi gelombang lambat. Setelah sekitar satu jam tertidur maka mulai
siklus tidur gelombang-lambat kembali ke tahap 2 lalu kemudian REM. Urutan
tersebut berulang dengan setiap siklus berlangsung sekitar 90 menit. Pada awal
malam, tidur gelombang-lambat sangat mendominasi, namun seiring berjalannya
waktu REM menempati persentase yang semakin besar. Jumlah REM tergantung
pada waktu dalam sehari dibandingkan dengan berapa lama waktu tidur.

9
2.2.4 Struktur Otak Saat Arousal dan Atensi

Setelah dilakukan pemotongan melalui otak tengah yang memisahkan otak depan
dan bagian otak tengah dari semua struktur dasar otak, maka akan memasuki
kondisi tidur berkepanjangan. Pemotongan otak tengah mengurangi arousal dengan
merusak formasi retikuler. Beberapa neuron dari formasi retikuler memiliki akson
yang naik ke otak, dan beberapa lagi memiliki akson yang turun ke sumsum tulang
belakang. Akson yang turun ke sumsum tulang belakang membentuk bagian saluran
medial kontrol motorik.

Pada tahun 1949, Giuseppe Moruzzi dan H. W. Magoun mengusulkan bahwa


neuron formasi reticular dengan akson pembangkit sangat cocok untuk mengatur
arousal. Salah satu bagian dari formasi retikuler yang berkontribusi terhadap cortical
arousal dikenal sebagai ponto mesensefalon (Woolf, 1996). Neuron-neuron ini
menerima input dari banyak sistem sensorik dan menghasilkan aktivitasnya sendiri
yang bervariasi dengan ritme sirkadian. Akson dari beberapa sel melepaskan
GABA, yang menghambat atau mengganggu perilaku dan mengembangkan tidur
gelombang-lambat (Anaclet dkk, 2014; Giber dkk, 2015).

Locus Coeruleus adalah struktur kecil di pons yang mengeluarkan semburan


impuls sebagai respons terhadap peristiwa yang penting, terutama yang
menghasilkan arousal emosional. Akson dari locus coeruleus melepaskan
norepinefrin yang menyebar di seluruh korteks sehingga daerah kecil ini memiliki
pengaruh besar. Keluaran dari locus coeruleus ini meningkatkan aktivitas neuron
yang paling aktif.

Hipotalamus memiliki jalinan neuron yang mendorong kondisi terjaga dan


mendorong kondisi tidur. Satu jalur akson dari hipotalamus melepaskan eksisatori
neurotransmitter histamine yang meningkatkan arousal dan kewaspadaan di seluruh
otak.

Jalur lain hipotalamus, terutama dari nukleus lateral dan posterior hipotalamus
yang melepaskan neurotransmitter peptida yang biasa disebut orexin atau
hipokretin. Akson yang melepaskan orexin meluas dari hipotalamus ke otak depan
basal dan banyak area lainnya, yang mengakibatkan peningkatan pada aktivitas dan
kondisi terjaga.

10
2.2.5 Tidur dan Penghambatan Aktivitas Otak

Secara umum, tidur bergantung pada penurunan input sensorik ke korteks


serebral. Selama tidur, neuron di thalamus menjadi terhiperpolarisasi, mengurangi
kesiapannya untuk menanggapi rangsangan dan mengurangi informasi yang
dikirimkan ke korteks. Selama tidur non REM yang lebih ringan, otak akan
merespons setiap ucapan yang bermakna. Pada setiap tahap, stimulus yang cukup
intens menghasilkan arousal.

Selama tidur, neuron yang aktif secara spontan terus menembak sedikit di bawah
kecepatan biasanya, sedangkan akson yang melepaskan hambatan neurotransmitter
GABA meningkatkan aktivitasnya, mengganggu penyebaran informasi dari satu
neuron ke neuron lainnya. Tidur dapat bersifat kekal di dalam otak karena tidur
bergantung pada penghambatan yang dimediasi GABA.

Terdapat beberapa fenomena yang terjadi pada saat tidur, seperti tidur sambil
berjalan dan mimpi sadar (lucid dreaming). Orang yang tidur sambil berjalan
tertidur di sebagian besar otak, tetapi bangun di korteks motorik dan beberapa area
lain. Sementara mimpi sadar (lucid dreaming) seorang bermimpi tetapi sadar
bahwa ia sedang tidur dan bermimpi. Meski secara umum otak tertidur, banyak
aktivitas sekitar 40 Hz terjadi di korteks frontal dan temporal.

2.2.6 Aktivitas Otak dalam Tidur REM

Para peneliti melakukan penelitian dengan pemindaian PET untuk menentukan


bagian otak mana yang meningkat atau menurun aktivitasnya selama REM.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa selama tidur REM, aktivitas pada otak
meningkat pada pons (bagian otak yang memicu timbulnya tidur REM) dan sistem
limbik (bagian otak yang penting untuk respons emosional). Adapun aktivitas yang
menurun yaitu pada korteks visual primer, korteks motorik, dan korteks prefrontal
dorsolateral, tetapi meningkat pada bagian parietal dan korteks temporal (Braun
dkk., 1998; Maquet dkk., 1996).

Tidur REM juga dikaitkan dengan pola khas potensial listrik amplitudo tinggi
yang dikenal sebagai gelombang PGO, untuk pons-geniculate-occipital. Gelombang
aktivitas saraf dideteksi pertama di pons, kemudian di nukleus genikulat lateral

11
talamus, dan kemudian di korteks oksipital (Brooks dan Bizzi, 1963; Laurent,
Cespuglio, dan Jouvet. 1974).

Jalur akson dari medula ventral melepaskan GABA yang mendukung tidur REM.
Merangsang atau menghambat akson ini dapat memulai atau menghentikan REM.
Akson-akson ini menginisiasi REM dengan menghambat neuron penghambat
lainnya–kasus eksitasi oleh double negative (Weber dkk., 2015). Beberapa
transmitter lain juga mempengaruhi REM. Suntikan obat carbachol, yang
menstimulasi sinapsis asetilkolin, dengan cepat memindahkan orang yang tidur ke
tidur REM (Baghdoyan, Sports, dan Snyder, 1993). Ingat bahwa asetilkolin penting
untuk terjaga dan tidur REM, yaitu keadaan arousal otak. Serotonin dan
norepinefrin mengganggu tidur REM (Boutrel, Franc, Hen, Hamon, dan Adrien,
1999; Singh dan Mallick, 1996).

2.2.7 Gangguan Tidur


Rata-rata manusia dewasa membutuhkan 7 ½ hingga 8 jam tidur per
harinya, tetapi ada juga sejumlah orang yang membutuhkan waktu tidur lebih
banyak, sementara ada juga yang baik-baik saja hanya dengan tidur 3 jam per
harinya.
Salah satu gangguan tidur adalah Insomnia. Insomnia adalah keluhan sulit
untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan
bangun terlalu awal serta tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur
(Puspitosari, 2008). Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk jatuh tidur dan
mempertahankan tidur, atau bangun lebih dini (Bixler, Kales, Soldatos, Healey
dalam Lichstein dan Morin, 2000). Pemahaman ini juga dapat menjelaskan aspek-
aspek insomnia yang dikemukakan oleh Iskandar dan Setyonegoro (1985): sulit
tidur, terganggunya kontinuitas tidur, bangun lebih awal, kurang tidur delta (dalam),
atau ada gangguan kualitas tidur. Patokan insomnia (kekurangan tidur) adalah
bagaimana perasaan seseorang pada hari berikutnya. Jika Anda merasa lelah pada
siang hari maka berarti Anda tidak cukup tidur pada malam hari sebelumnya.
Kurang tidur dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan, yaitu:
merusak ingatan, perhatian, dan kognisi. Kurang tidur juga memperbesar reaksi
emosional yang tidak menyenangkan dan meningkatkan risiko depresi.

12
Insomnia dapat disebabkan oleh kebisingan, suhu yang tidak nyaman, stres,
penyakit, makanan dan obat-obatan. Insomnia juga dapat disebabkan oleh epilepsi,
penyakit Parkinson, tumor otak, depresi, kecemasan, atau gangguan neurologis dan
kejiwaan lainnya. Beberapa anak menderita insomnia karena mereka tidak toleran
terhadap susu, dan orang tua tidak menyadari intoleransi tersebut dan terus
memberikan susu kepada anak-anak mereka sebelum tidur. Sebagai contoh lain,
seorang lelaki menyadari bahwa ia takut untuk tidur karena ia benci untuk bangun
untuk jogging pada esok paginya. Setelah mengubah waktu joggingnya menjadi
sore hari, ia dapat tertidur dengan mudah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
sebelum mencoba mengatasi masalah tidur, kita harus mengenali penyebabnya
dahulu.

Penyebab lain insomnia adalah konsumsi obat tidur (yang terdengar agak
kontradiktif karena pada dasarnya obat tersebut membantu orang tertidur dengan
cepat atau mudah). Penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan
ketidakmampuan seseorang untuk tidur tanpa obat. Contoh lainnya adalah, bagi
kebanyakan orang, minum kopi di malam hari bisa mengganggu tidur. Kopi juga
memperlambat ritme sirkadian (fase-penundaan), menunda pelepasan hormon
melatonin. Penundaan ini biasanya menyebabkan masalah, tetapi penundaan ini
dapat membantu untuk mengatasi jet lag.

Beberapa kasus insomnia dikaitkan dengan perubahan ritme sirkadian. Biasanya


orang tertidur pada saat suhu turun dan terbangun pada saat suhu meningkat. Orang-
orang dengan ritme fase penundaan mengalami kesulitan tidur pada waktu normal,
seolah-olah hipotalamus berpikir bahwa waktu itu belum cukup terlambat untuk
tertidur. Sementara orang yang ritmenya fase maju akan tertidur dengan mudah
tetapi bangun lebih awal.

2.2.7.1 Apnea

Apnea tidur merupakan salah satu jenis dari insomnia. Apnea tidur adalah
gangguan kemampuan bernapas saat tidur. Orang-orang dengan apnea tidur
mengalami periode sesak napas sekitar satu menit atau lebih. Penderita apnea tidur
memiliki potensi peningkatan risiko stroke, masalah jantung, dan gangguan lainnya.
Beberapa area otak penderita apnea tidur kehilangan neuron dan akibatnya adalah
kurangnya kemampuan belajar, penalaran, perhatian, dan kontrol impuls. Beberapa

13
penyebab apnea tidur adalah genetika, hormon, dan kemunduran mekanisme otak
usia lanjut yang mengatur pernapasan. Adapun penyebab lainnya adalah obesitas,
terutama pada pria paruh baya. Pria gemuk cenderung memiliki saluran udara yang
lebih sempit daripada normal.

Penderita apnea tidur disarankan untuk menurunkan berat badan serta


menghindari konsumsi alkohol dan obat penenang (yang merusak otot pernapasan).
Perawatan yang biasa dilakukan adalah dengan mengenakan masker yang menutupi
hidung dan memberikan udara di bawah tekanan yang cukup untuk menjaga saluran
pernapasan tetap terbuka. Prosedur ini dapat meningkatkan kualitas tidur dan
tekanan darah, tetapi hanya sedikit mengurangi risiko stroke atau serangan jantung.
Sayangnya, perangkat ini tidak nyaman dan banyak orang menolak untuk terus
memakainya. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat membantu.

2.2.7.2 Narkolepsi

Narkolepsi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan seringnya mengantuk pada
siang hari, menyerang sekitar 1 dari 1000 orang. Narkolepsi kadang terjadi dalam
satu keluarga, tetapi kebanyakan kasus muncul pada orang yang tidak memiliki
saudara yang menderita narkolepsi. Narkolepsi memiliki empat gejala utama,
masing-masing gejala dapat diinterpretasikan sebagai gangguan dari kondisi seperti
REM hingga terjaga:

1. Serangan kantuk pada siang hari


2. Katapleksi sesekali–serangan kelemahan otot sementara orang tersebut
tetap terjaga.
Katapleksi sering kali dipicu oleh emosi yang kuat, seperti kemarahan atau
kegembiraan besar. Contohnya, seorang pria tiba-tiba pingsan saat upacara
pernikahannya.
3. Kelumpuhan tidur–ketidakmampuan untuk bergerak saat tertidur atau
bangun. Banyak orang mengalami kelumpuhan tidur setidaknya sekali atau dua kali,
tetapi orang dengan narkolepsi sering mengalaminya.
4. Halusinasi hipnagogik–pengalaman seperti mimpi yang membuat orang
tersebut kesulitan membedakan dari kenyataan, sering kali terjadi pada awal tidur.

14
Penyebab narkolepsi berkaitan dengan neurotransmiter orexin. Orang-orang
dengan narkolepsi mengalami kekurangan sel-sel hipotalamus yang memproduksi
dan melepaskan orexin. Alasan kekurangan sel tersebut belum diketahui, tetapi
diduga dikarenakan oleh reaksi autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh yang
menyerang bagian tubuh–dalam hal ini, sel-sel dengan orexin (Hallmayer dkk.,
2009).
Neuron penghasil orexin berfungsi untuk meregulasi perilaku tidur-bangun dan
mempengaruhi fungsi otak lainnya, termasuk sirkuit reward dan metabolik. Neuron
penghasil orexin paling aktif pada kondisi terjaga, khususnya pada waktu tonus otot
sedang tinggi dan pada perilaku termotivasi dan eksploratif. Orexin membantu
mempertahankan periode terjaga dan regulasi tidur REM. Oleh karena itu, orang-
orang yang kekurangan orexin memiliki masalah tetap terjaga pada siang hari dan
sulit tidur pada malam hari.

Sejauh ini, masih belum ada yang mengembangkan obat yang secara khusus
mengaktifkan reseptor orexin. Pemberian orexin bukan solusi yang baik karena
tidak mudah melewati sawar darah-otak. Perawatan yang biasanya dilakukan adalah
dengan obat stimulan seperti methylphenidate (Ritalin), yang meningkatkan
aktivitas dopamin dan norepinefrin.

2.2.7.3 Gangguan Gerakan Tungkai Periodik

Gangguan gerakan tungkai periodik (periodic limb movement disorder) dapat


ditandai dengan gerakan kaki yang tidak disengaja dan terkadang pula gerakan
lengan yang tidak disengaja saat tertidur. Banyak orang bisa jadi pernah mengalami
tendangan tak disengaja sesekali, dan itu tidak menjadi masalah, namun orang
dengan gangguan gerakan tungkai periodik akan menendang satu kali setiap 20
hingga 30 detik selama beberapa menit atau bahkan jam, secara umum selama tidur
non-REM. Penderita gangguan ini cenderung berusia setengah baya atau lebih.

2.2.7.4 Teror Malam dan Tidur Berjalan

Teror malam (night terror) adalah pengalaman kecemasan yang luar biasa saat
seseorang terbangun menjerit ketakutan. Teror malam tentunya lebih parah dari

15
sekedar mimpi buruk. Teror malam bisa terjadi selama tidur NREM dan lebih sering
terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
Tidur berjalan (sleepwalking) adalah gangguan yang menyebabkan
seseorang untuk berdiri dan berjalan saat tidur. Tidur berjalan terjadi dalam satu
keluarga dan umumnya terjadi pada anak-anak juga. Secara umum, orang yang
berjalan dalam tidurnya mengalami satu atau bahkan lebih kesulitan tidur lainnya,
seperti mendengkur kronis, gangguan tidur, mengompol, dan teror malam (Cao dan
Guilleminault, 2010). Penyebabnya sendiri masih belum dapat diketahui, tetapi tidur
berjalan sering terjadi ketika orang tersebut mengalami kurang tidur atau berada di
bawah tekanan yang luar biasa (Zadra dan Pilon, 2008). Tidur berjalan tidak terjadi
selama tidur REM, ketika otot-otot besar benar benar dalam keadaan rileks. Orang-
orang yang berjalan dalam tidur biasanya ditemukan dalam kondisi makan,
mengatur ulang perabot, jatuh dari balkon, hingga mengendarai mobil–tentunya
dengan ugal-ugalan. Perilaku tersebut biasanya tidak diingat. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa saat seseorang berjalan dalam tidurnya, beberapa bagian
otaknya terjaga dan bagian lainnya tertidur.

Kondisi yang sama juga terjadi pada tidur seks atau seksomnia. Seksomnia
adalah kondisi di mana saat seseorang tidur, ia terlibat dalam perilaku seksual, baik
dengan pasangan maupun masturbasi, dan tidak mengingatnya setelahnya. Banyak
orang dengan seksomnia adalah sleepwalker ketika kanak-kanak. Sampai saat ini,
seksomnia masih belum dapat dipahami dengan baik.

Seksomnia dapat menjadi ancaman sendiri bagi kehidupan percintaan dan


pernikahan. Seorang wanita pernah mengalami kejadian yang kurang
menyenangkan. Setelah menikah, wanita tersebut diberi tahu oleh suaminya sendiri
bahwa ia sedang bermasturbasi dalam tidurnya. Pernikahannya yang masih seumur
jagung itu berada di ujung tanduk, karena wanita tersebut berhubungan seks dengan
begitu hebat dalam tidurnya, tetapi keinginan itu pun seketika hilang saat ia bangun.

2.3 Kenapa Tidur? Kenapa REM? Kenapa mimpi?

2.3.1 Fungsi Tidur

16
Tidur berfungsi untuk mengistirahatkan otot, menurunkan metabolisme,
pemeliharaan sel dalam neuron, mengatur ulang sinapsis, dan memperkuat ingatan.
Orang yang kurang tidur dapat meningkatkan gejala penyakit mental, kurang tidur
juga dapat menyebabkan kecelakaan saat beraktivitas.

2.3.1.1 Tidur dan konservasi energi

Selama tidur, suhu tubuh mamalia menurun 1℃ atau 2℃ untuk menghemat


energi dan aktivitas otot yang berkurang juga menghemat banyak energi. Tidur
dianalogikan dengan hibernasi untuk menghemat energi.

2.3.1.2 Analog dengan tidur: hibernasi

Hewan yang hibernasi menurunkan suhu tubuhnya menjadi sedikit di atas suhu
lingkungan. Detak jantung turun, aktivitas otak turun, badan sel neuron menyusut,
dan dendrit hampir kehilangan seperempat cabangnya, untuk menggantinya akan
dilakukan ketika suhu tubuh meningkat. Fakta tentang hibernasi:

1. Beruang hampir tidur sepanjang musim dingin, menurunkan suhu tubuh,


menurunkan metabolisme, dan detak jantung.

2. Hamster melakukan hibernasi apabila ditempatkan di tempat yang sejuk


dan remang-remang selama musim dingin.

3. Hewan yang melakukan hibernasi akan keluar beberapa saat dalam


beberapa hari dan menaikkan suhu tubuh ke rentang biasa.

4. Hibernasi memperlambat proses penuaan. Hibernasi juga merupakan


periode kekebalan relatif terhadap infeksi dan trauma.

2.3.1.3 Perbedaan spesies dalam tidur

● Ikan yang hidup di dalam gua tidak mengenal siang dan malam karena
tidak ada cahaya dan suhu yang hampir konstan, sehingga pengamat
melaporkan bahwa ikan tidak pernah tidur.

● Lumba-lumba dan paus setelah melahirkan, ibu dan bayi akan terjaga 24
jam selama beberapa minggu.

17
● Selama musim kawin, burung kicau jantan aktif hampir 23 jam sehari
hampir tiga minggu untuk mendapatkan pasangan, tanpa membahayakan
kesehatan dan kewaspadaan mereka. Pada saat migrasi, mereka mencari
makan pada siang hari dan melakukan migrasi terbang di malam hari.

Spesies hewan yang berbeda dalam kebiasaan tidurnya juga berbeda. Hewan
penggembala perlu makan lebih banyak ketika kurang tidur dibandingkan karnivora
yang bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan sekali makan.

2.3.1.4 Tidur dan memori

Fungsi lain dari tidur adalah meningkatkan ingatan. Orang yang kehilangan tidur
malam menunjukkan defisit pada tugas memori. Jika seseorang belajar kemudian
pergi tidur atau bahkan tidur siang, ingatan mereka lebih baik daripada sebelum
tidur.

Tidur membantu orang menganalisis ingatan mereka. Dalam sebuah penelitian,


orang yang baru saja berlatih tugas lebih mungkin memahami setelah periode tidur
daripada setelah periode terjaga yang sama. Studi lain menemukan bahwa tidur
siang termasuk tidur REM yang meningkatkan kinerja tertentu.

Terdapat penelitian tentang tidur meningkatkan daya ingat, hasilnya adalah otak
memutar ulang pengalaman sehari-hari selama tidur. Hipokampus berperan untuk
mengulang pengalaman atau kejadian-kejadian tersebut selama tidur.

2.3.2 Fungsi Tidur REM

Bayi mendapatkan lebih banyak REM dan lebih banyak tidur total daripada
orang dewasa, hal tersebut membenarkan pola tidur yang lebih total serta
memprediksi persentase yang lebih tinggi tentang tidur REM. Di antara manusia
dewasa, mereka yang tidur 9 jam atau lebih permalam memiliki persentase tertinggi
dari tidur REM, dan mereka yang tidur 5 atau lebih sedikit jam memiliki persentase
paling sedikit. Pola ini menyiratkan bahwa meskipun REM tidak diragukan lagi
penting, NREM lebih diatur secara ketat. Jumlah NREM kurang bervariasi di antara
individu dan antar spesies.

18
Tidur REM merupakan bentuk tidur aktif yang biasanya disertai mimpi dan
aktivitas otak menjadi aktif. Seseorang lebih sukar dibangunkan oleh rangsangan
sensorik selama tidur NREM, namun orang-orang terbangun secara spontan di pagi
hari saat tidur REM. Sekitar 80% mimpi terjadi selama tidur REM dan 20% terjadi
selama tidur NREM. Lebih mudah mengingat mimpi REM daripada mimpi NREM.
Serta lebih mudah mengingat mimpi-mimpi jika seseorang terbangun segera setelah
dimulainya mimpi-mimpi REM, daripada mencoba mengingatnya pada pagi
berikutnya setelah bangun dari tempat tidur. Mimpi REM sering jelas, tidak realistis
dan aneh. Sebaliknya, mengingat mimpi, yang kadang-kadang sebagian dapat
terjadi setelah bangun segera dari keadaan mimpi NREM, lebih realistis. Selama
tidur REM, pikiran memberi energi tersendiri saat tubuh tidak bergerak. Hal ini
dikarenakan selama tidur mata dapat melesat ke berbagai arah sementara anggota
tubuh dan otot lumpuh sementara.

Tidur REM sangat penting dalam memelihara fungsi kognitif dikarenakan


tidur REM melancarkan aliran darah ke otak, meningkatkan aktivitas korteks dan
konsumsi oksigen serta meningkatkan pengeluaran epinefrin. Tidur REM yang
adekuat berperan dalam mengorganisasi informasi, proses belajar dan menyimpan
memori jangka panjang. Merampas orang yang tidur lebih awal di malam hari
(kebanyakan tidur non-REM) dapat mengganggu pembelajaran verbal, seperti
menghafal kata, sedangkan hilangnya waktu tidur selama paruh kedua di malam
hari (lebih banyak REM) dapat merusak konsolidasi keterampilan motorik yang
dipelajari. Namun, banyak orang menggunakan obat antidepresan yang sangat
menurunkan tidur REM, tanpa menimbulkan masalah memori (Rasch, Pommer,
Diekelmann, & Born, 2009).

2.3.3 Perspektif Biologis Tentang Mimpi

Pada penelitian mengenai mimpi dihadapkan dengan masalah khusus dimana


semua yang kita ketahui tentang mimpi berasal dari laporan diri orang-orang, dan
para peneliti belum dapat memeriksa keakuratan laporan tersebut. Faktanya, kita
melupakan sebagian besar mimpi, dan bahkan ketika kita mengingatnya, detail
mimpi memudar dengan cepat.

19
2.3.3.1 Hipotesis Aktivasi-Sintesis

Menurut hipotesis aktivasi-sintesis, mimpi mewakili upaya otak untuk


memahami hal-hal yang jarang dan informasi yang terdistorsi. Mimpi dimulai
dengan ledakan periodik aktivitas spontan di pons gelombang PGO yang telah
dijelaskan sebelumnya yang mengaktifkan beberapa bagian korteks tapi tidak
yang lain. Korteks menggabungkan input serampangan ini dengan aktivitas lain
apa pun yang sudah terjadi dan melakukan yang terbaik untuk mensintesis cerita
yang masuk akal. Rangsangan sensorik, seperti suara di dalam ruangan, kadang-
kadang masuk ke dalam mimpi, meskipun biasanya mereka tidak melakukannya
(Nir & Tononi, 2010). Teori ini terkadang menangani beberapa kesamaan mimpi.
Kebanyakan orang terkadang bermimpi jatuh atau terbang.Sebuah interpretasi
berdasarkan teori aktivasi-sintesis adalah selama tidur REM (yang menyertai
sebagian besar mimpi), korteks motorik tidak aktif dan otot postural utama
hampir lumpuh. Artinya, ketika sedang bermimpi, seseorang benar-benar tidak
bisa bergerak dan merasakan kurangnya gerakan.

2.3.3.2 Hipotesis Clinico-Anatomi

Pandangan lain tentang mimpi telah diberi label hipotesis kliniko anatomi
karena berasal dari studi klinis pasien dengan berbagai jenis kerusakan otak.
Seperti teori aktivasi-sintesis, teori ini menekankan bahwa mimpi dimulai dengan
membangkitkan rangsangan yang dihasilkan di dalam otak dikombinasikan
dengan ingatan terbaru dan informasi apapun yang diterima otak dari indra.
Namun, hipotesis klinis-anatomi kurang menekankan pada pons, gelombang
PGO, atau tidur REM. Hipotesis ni menganggap mimpi sebagai pemikiran yang
terjadi di bawah kondisi yang tidak biasa. Salah satunya adalah kondisi otak yang
mendapatkan sedikit informasi dari organ indera, visual utama dan area
pendengaran korteks memiliki aktivitas yang lebih rendah dari biasanya sehingga
area otak lainnya bebas menghasilkan gambar tanpa kendala atau gangguan.
Selain itu, korteks motorik primer akan ditekan seperti neuron motorik sumsum
tulang belakang sehingga gairah tidak dapat mengarah pada tindakan. Aktivitas
ditekan di korteks prefrontal, yang mana penting untuk memori kerja (memori
peristiwa yang sangat baru). Akibatnya, kita tidak hanya melupakan sebagian

20
besar mimpi setelah kita bangun, tetapi kita juga kehilangan jejak apa yang telah
terjadi dalam mimpi, dan adegan yang tiba-tiba berubah adalah hal biasa.

21
BAB III

PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Tidur adalah keadaan yang diproduksi otak secara aktif yang ditandai dengan
penurunan aktivitas dan penurunan terhadap rangsangan. Tidur berfungsi untuk
mengistirahatkan otot, menurunkan metabolisme, pemeliharaan sel dalam neuron,
mengatur ulang sinapsis, dan memperkuat ingatan. Fungsi lain dari tidur adalah
meningkatkan ingatan.
Gangguan kesadaran:
1. Koma
2. Kondisi vegetatif
3. Kematian otak
Tidur terbagi menjadi 4 tahap. Tahap 1 atau pada awal tidur dimulai, EEG
didominasi oleh gelombang tegangan rendah bergerigi yang beraturan. Pada tahap ini
aktivitas otak terjadi lebih sedikit dibandingkan dalam keadaan terjaga secara rileks,
namun lebih tinggi dibandingkan tahapan tidur lainnya. Tidur tahap 2 didominasi oleh
K-Kompleks dan tidur spindle. K-Kompleks adalah gelombang tajam yang terkait
dengan penghambatan sementara pada penembakan neuron, Sedangkan tidur spindle
adalah semburan gelombang 12-14 Hz selama kurang lebih setengah detik. Tidur tahap 3
dan 4 didominasi oleh tidur gelombang-lambat. Akan tetapi tidur gelombang-lambat
yang ada pada tahap 3 lebih sedikit dan lebih banyak pada tahap 4.
Tidur Paradoks atau tidur REM adalah periode tidur dimana aktivitas otak relatif
tinggi, namun otot lehernya benar-benar santai. Pada tidur paradoks terjadi gerakan mata
cepat atau biasa disebut rapid eye movement (REM). Selama tidur paradoks, EEG
menunjukkan gelombang cepat bervoltase rendah dan tidak beraturan yang
mengindikasikan peningkatan aktivitas neuron. Tidur REM juga dikaitkan dengan pola
khas potensial listrik amplitudo tinggi yang dikenal sebagai gelombang PGO, untuk
pons-geniculate-occipital. Gelombang aktivitas saraf dideteksi pertama di pons,
kemudian di nukleus genikulat lateral talamus, dan kemudian di korteks oksipital. Tidur
REM sangat penting dalam memelihara fungsi kognitif dikarenakan tidur REM
melancarkan aliran darah ke otak, meningkatkan aktivitas korteks dan konsumsi oksigen
serta meningkatkan pengeluaran epinefrin.
Gangguan tidur:
1. Insomnia
2. Apnea
3. Narkolepsi
4. Gangguan gerakan tungkai periodik
5. Teror malam dan tidur berjalan
Tidur memiliki banyak fungsi bagi tubuh kita. Tidur juga dapat dianalogikan
sebagai hibernasi, karena sama-sama menghemat energi. Spesies hewan yang berbeda-
beda akan berbeda pula kebiasaan tidurnya. Tidur juga mempengaruhi memori kita,
semakin cukup tidur, maka semakin baik memori kita. Mimpi sebagai pemikiran yang

22
terjadi di bawah kondisi tidak biasa, kondisi otak yang mendapat sedikit informasi organ
indera, visual utama, dan area pendengaran korteks.

3.2 Saran

Saran yang ingin kami sampaikan adalah bahwa kita sebagai calon psikolog, hendaknya
kita mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan “Tidur dan Terjaga” karena
proses tidur dan terjaga tentunya berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

23
Kalat, J. W. 2015. Biological Psychology 12E. Boston: MPS Limited.

Alomedika.com (2022, Maret 31). Patofisiologi Narkolepsi. Diakses pada 24 Oktober,


dari https://www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/narkolepsi/patofisiologi

24

Anda mungkin juga menyukai