Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI BELAJAR SOSIAL: INTERRELASI ANTARA INDIVIDU,


LINGKUNGAN, DAN PERILAKU (BANDURA)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pengembangan Teori Belajar dan
Perkembangan

Dosen Pengampu:
Dr. Esa Nurwahyuni, M.Pd.

Disusun Oleh:
Ramlah
(210103220001)
Imma Ya’Tiana
(210103220008)

MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “TEORI
BELAJAR SOSIAL: INTERRELASI ANTARA INDIVIDU,
LINGKUNGAN, DAN PERILAKU (BANDURA)” dengan
baik, meskipun masih tedapat kekurangan dalam
menyusunnya. Tak lupa ucapan terima kasih kepada Ibu Dr.
Esa Nurwahyuni, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Pengembangan Teori Belajar dan Perkembangan yang telah
memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat disusun yang nantinya akan berguna kepada
pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah dibuat oleh penulis, dan sebagai
pedoman untuk pembuatan makalah yang selanjutnya. Semoga
Makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan mohon kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.

Malang, 5 April 2022

i
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan ..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Albert Bandura...................................................................................3
B. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Teory)........................................4
a. Eksperimen Albert Bandura………………………………………………8
b. Jenis-Jenis Pemodelan………………………………………………...…10
c. Karakteristik Model yang Efektif………………………………………..12
C. Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan …………………….……14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................17

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi


berbagai aspek kehidupan, khususnya gaya hidup sebagian masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dengan semakin bergesernya nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru.
Menghadapi tantangan ini, sebagian masyarakat yang sangat peduli terhadap
perubahan tersebut tidak ingin ketinggalan dan akan berusaha mengimbangi
perubahan tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan belajar.
Masyarakat perlu belajar tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia
agar dapat mengaplikasikan dirinya dengan baik di dalam kehidupan. Belajar
adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya. Salah satu psikolog yang
terkenal dengan teori pembelajaran adalah Albert Bandura.
Teori Bandura yang sangat terkenal adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social
Learning Theory) yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, tingkah
laku, dan evaluasi. Dan berdasarkan teori inilah, kami membuat makalah ini
sebagai pembelajaran bagaimana teori belajar sosial itu dan pengimplikasiaannya
dalam pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Albert Bandura?
2. Bagaimana Perkembangan Teori Belajar Sosial Menurut Bandura?
3. Bagaimana Implikasi Dari Teori Belajar Bandura Dalam Pendidikan?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui Biografi Bandura
2. Mengetahui Teori Perkembangan Belajar Sosial Bandura
3. Mengetahui Implikasi Teori Belajar Bandura

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Albert Bandura


Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04
Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga
mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di
University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia memperoleh gelar
Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga
meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam
bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Beliau
banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku
manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura
dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American
Psychological Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahun
1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar
tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi.
Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan
mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama  mendapat gelar doctor
sebagai asistennya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk
menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh
paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori
pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorime yang
menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman, dan evaluasi.

3
B. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Teory)

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social (Social


Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan
pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang
psikologi yang terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta
efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang
menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
  Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa
ekspektasi/ penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social
mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura
merupakan salah satu peracang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika
siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman
mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral
yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan.
Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya
kecenderungan kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen.
Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan
kecerdasan.

4
Gambar 1: Hubungan antara Tingkah Laku (behavioristic), Person
(Kognitif), dan Lingkungan Belajar (Learning environment) menurut
Bandura.

Teori Belajar Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan


bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon
tertentu pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar
tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas
tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain yang menjadi
model.
Bandura menyatakan bahwa, orang belajar banyak perilaku melalui
peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang
diterima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut.
Proses belajar semacam ini disebut "observational
learning" atau pembelajaran melalui pengamatan.

5
Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba melakukan
tingkah laku yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi sebagai
sumber informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang
berkembang melalui proses pengamatan, di mana orang belajar melalui
observasi atau pengamatan terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin
atau orang yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah
yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling (peniruan). Modeling
lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model tetapi modeling
melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan proses kognitif.
Menurut Bandura (1986) mengemukakan empat komponen dalam
proses belajar meniru (modeling) melalui pengamatan, yaitu:
1. Atensi/ Memperhatikan 
Sebelum melakukan peniruan terlebih dahulu, orang menaruh
perhatian terhadap model yang akan ditiru. Keinginan untuk meniru model
karena model tersebut memperlihatkan atau mempunyai sifat dan kualitas
yang hebat, yang berhasilk, anggun, berkuasa dan sifat-sifat lain.
Dalam hubungan ini Bandura memberikan contoh mengenai pengaruh televisi
dengan model-modelnya terhadap kehidupan dalam masyarakat, terutama
dalam dunia anak-anak.
Keinginan memperhatikan dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan minat-
minat pribadi. Semakin ada hubungannya dengan kebutuhan dan minatnya,
semakin mudah tertarik perhatiannya; sebaliknya tidak adanya kebutuhan dan
minat, menyebabkan seseorang tidak tertarik perhatiannya.
2. Retensi/ Mengingat
Setelah memperhatikan dan mengamati suatu model, maka pada saat
lain anak memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model tersebut.
Anak melakukan proses retensi atau mengingat dengan menyimpan memori

6
mengenai model yang dia lihat dalam bentuk simbol-simbol. Bandura
mengemukakan kedekatan dalam rangsang sebagai faktor terjadinya asosiasi
antara rangsang yang satu dengan rangsang yang lain bersama-sama.
Timbulnya satu ingatan karena ada rangsang yang menarik ingatan lain untuk
disadari karena kualitas rangsang-rangsang tersebut kira-kira sama atau
hampir sama dan ada hubungan yang dekat.
Bentuk simbol-simbol yang diingat ini tidak hanya diperoleh berdasarkan
pengamatan visual, melainkan juga melalui verbalisasi. Ada simbol-simbol
verbal yang nantinya bisa dtampilkan dalam tingkah laku yang berwujud.
Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan
meniru hanya terbatas pada kemampuan mensimbolisasikan melalui
pengamatan visual.
3. Memproduksi gerak motorik
Supaya bisa mereproduksikan tingkah laku secara tepat, seseorang
harus sudah bisa memperlihatkan kemampuan –kemampuan motorik.
Kemampuan motorik ini juga meliputi kekuatan fisik. Misalnya seorang anak
mengamati ayahnya mencangkul di ladang. Agar anak ini dapat meniru apa
yang dilakukan ayahnya, anak ini harus sudah cukup kuat untuk mengangkat
cangkul dan melakukan gerak terarah seperti ayahnya.
4. Ulangan – penguatan dan motivasi
Setelah seseorang melakukan pengamatan terhadap suatu model, ia
akan mengingatnya. Diperlihatkan atau tidaknya hasil pengam Diperlihatkan
atau tidaknya hasil pengamatan dalam tingkah laku yang nyata, bergantung
pada kemauan atau motivasi yang ada. Apabila motivasi kuat untuk
memperlihatkannya, misalnya karena ada hadiah atau keuntungan, maka ia
akan melakukan hal itu, begitu juga sebaliknya. Mengulang suatu perbuatan
untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang, disebut
ulangan – penguatan. Dalam tumbuh kembang anak, teori ini sangat berguna
sebagai bentuk acuan pembelajaran yang tepat untuk anak. Orang tua, guru,

7
atau pihak-pihak lain dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dengan
menerapkan teori ini. mereka dapat lebih memahami tindakan apa yang pantas
atau tidak untuk ditunjukkan kepada anak sebagai bentuk pembelajaran dan
pembentukan pola tingkah laku diri.
 a. Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal yang dilakukan oleh Albert Bandura
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak meniru seperti
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa
proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan
menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa
aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh
guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang
optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
KUMPULAN A = Diinstruksikan memerhatikan sekumpulan orang
dewasa memukul, menumbuk, menendang dan
menjerit ke arah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih
agresif.
KUMPULAN B = Diinstruksikan memerhatikan sekumpulan orang
dewasa bermesra dengan patung besar Bobo.
Hasil = Tidak menunjukkan sebarang tingkah laku agresif seperti
kumpulan
Rumusan: Tingkah laku kanak-kanak dipelajari melalui peniruan/
permodelan.
Hasil keseluruhan eksperimen:
Kumpulan A menunjukkan tingkah laku lebih agresif dari orang
dewasa. B dan C tidak menunjukkan tingkah laku agresif.

8
RUMUSAN: Tingkah laku peniruan/permodelan adalah hasil dari
peneguhan.
 

Gambar 2.3 : GAMBAR PEMODELAN ALBERT BANDURA


Subjek terdiri dari pada kanak-kanak pra sekolah. Subjek dalam
kumpulan eksperimental didedahkan kepada model manusia sebenarnya,
kartun atau model dalam filem yang terlibat dengan tingkahlaku agresif
terhadap patung (doll) plastik yang besar. Subjek-subjek itu mungkin
memukul dengan kayu, menendang atau menumbuk patung plasktik itu.
manakala dalam kumpulan kawalan, subjek melihat model-model yang sama
tidak melakukan apa-apa pun terhadap patung plastik.
Hasil kajian menunjukkan bahawa kanak-kanak dalam kumpulan
eksperimen mempamerkan tingakahlaku agresif apabila dibiarkan bersama
patung plastik berkenaan.

9
 
b. Jenis-jenis Permodelan

1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran


social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling,
yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu
melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses
perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara
tidak langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku,
memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku
yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh :
Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku
yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.
Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.
Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan
mempunyai prinsip – prinsip sebagai berikut :
1) Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara
mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik

10
kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih baik dengan cara
perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau gambar
daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh: Belajar gerakan tari dari
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu
cermin dan seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama,
kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi juga
didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis
dalam buku panduan.
2) Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai
yang dimilikinya.
3) Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut
disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai nilai yang
bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori
belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan
prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada
penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Sebagai contoh: Penerapan teori belajar social dalam iklan
sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular
dan disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli
sabun supaya mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi
pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia,
status social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam
menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model
seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru
model yang sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang
sangat dependen cenderung imitasi model yang dependennya lebih ringan.

11
Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan
observernya.

 
c. Karakteristik Model yang Efektif
Menurut Jeanne Ellis ormrod (2008) ada 4 karakteristik dari beberapa
model yaitu:
1. Kompetensi

pembelajar biasanya meniru orang-orang yang melakukan sesuatu


dengan baik, bukan sebaliknya. Mereka akan mencoba meniru
keterampilan bermain bola dari seorang pemain bola professional yang
sudah punya skill. Pembelajar mendapatkan manfaat tidak hanya dari
mengamati apa yang dilakukan oleh model kompeten, melainkan juga
dari melihat hasil dari hasil akhir yang telah diciptakan oleh model
yang kompeten tersebut.

2. Prestise dan kekuasaan

Anak-anak remaja sering meniru orang yang terkenal atau orang


yang berkuasa. Beberapa model yang efektif, pemimpin dunia, atlet
terkenal, bintang rock popular adalah orang-orang yang terkenal di
tingkat nasional maupun internasional. Jadi, selain sendiri
mencontohkan perilaku yang diharapkan sebaiknya memajan (expose)
siswa dengan berbagai model yang mungkin mereka anggap kompeten
dan berprestise.

3. Perilaku “Sesuai-Jender”

Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka


anggap sesuai dengan jender mereka. Individu yang berbeda, tentu

12
saja, bias mendefinisikan yang sesuai jender dengan agak berbeda.
Sebagai contoh, beberapa anak perempuan mungkin menjauhkan diri
dari berkarir di bidang matematika, yang mereka rasa terlalu maskulin.

4. Perilaku yang relevan dengan situasi pembelajar sendiri


Pembelajar paling mungkin mengadopsi perilaku yang mereka
yakini akan membantu mereka dalam situasi mereka. Sebagai contoh,
seseorag siswa sekolah menengah lebih mungkin meniru cara
berpakaian teman-teman sekelasnya yang popular jika dia berpikir dia
dapat menjadi popular dengan mengenakan pakaian semacam itu.

Banyak penelitian telah dilakukan  mengenai dampak model pada tiga


area: keterampilan akademis (academic skilss), agresi (aggression), dan
perilaku intrapersonal (interpersonal behaviors).
1. Keterampilan Akademis (academic skills)
Siswa mempelajari banyak keterampilan akademis, setidaknya
sebagian, dengan mengamati apa yang dilakukan orang lain.
Misalnya, mereka mungkin belajar bagaimana memecahkan soal
pembagian yang panjang atau menulis karangan yang kohesif
sebagian dengan mengamati bagaimana guru dan teman mereka
melakukan hal tersebut. Pemodelan keterampilan akademik secara
khusus dapat efektif ketika model memperagakan tidak hanya
bagaimana melakukan suatu tugas, tapi juga bagaimana
memikirkan tugas tersebut.
2. Agresi (aggression)
Banyak kajian penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak
menjadi lebih agresif ketika mereka mengamati model yang agresif
atau berperilaku kasar. Anak-anak mempelajari agresi tidak hanya
dari model hidup (live models), tapi juga dari model simbolik

13
(symbolic models) yang mereka lihat di film, televise, atau video
game.
3. Perilaku Interpersonal
Dengan mengamati dan meniru orang lain, pembelajar
mendapatkan banyak keterampilan interpersonal. Sebagai contoh,
dalam kelompok kecil dengan teman-teman kelas, anak-anak biasa
mengadopsi strategi satu sama lain untuk melakukan diskusi
mengenai kesusasteraan, mungkin belajar bagaimana meminta
pendapat satu sama lain (“Bagaimana menurutmu, Jalisha?”),
mengepresikan persetujuan atau ketidaksetujuan (“aku setuju
dengan kordel karena …… “), dan membenarkan suatu sudut
pandang (“aku pikir hal itu sebaiknya tidak diperbolehkan, karena
……”). 
C. Implikasi Teori Belajar Sosial dalam Pendidikan
Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial yang dipelopori oleh Albert
Bandura, pemerhati akan meniru setiap tingkah laku 'model' sekiranya tingkah
laku model tersebut mempunyai ciri-ciri seperti bakat, kecerdasan, kuasa,
kecantikan atau pun populariti yang diminati oleh pemerhati.
Sudah tentu, sebagai seorang guru, kita sewajarnya turut mempunyai
sedikit/sebanyak-banyaknya mengenai ciri-ciri yang disebutkan di atas. Ia
secara tidak langsung amat berkait rapat terhadap proses pengajaran dan
pembelajaran.
Antara implikasi yang berkait rapat dengan Teori Pembelajaran Sosial
terhadap pengajaran dan pembelajaran yang Pertama ialah sebagai seorang
guru, amat penting bagi kita memberi setiap orang murid peluang untuk
memerhatikan dan mencontohi berbagai jenis model yang menunjukkan
tingkah laku yang diingini. Oleh karena itu, kita hendaklah memastikan
bahawa kita sendiri boleh menunjukkan tingkahlaku yang boleh diteladani
serta memaklumkan kepada anak murid berkenaan kesan sesuatu tingkah laku

14
yang tidak bermoral, melanggar norma-norma masyarakat dan undang-
undang, bersifat eksploitasi dan manipulasi dan sebagainya.
Kedua, kita sebagai guru perlu memastikan dan berusaha
menyediakan persekitaran sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku.
Perkara seperti memberi insentif, pengukuhan dan sokongan moral seharusnya
diberi kepada murid-murid secara terus menerus bagi menggalakkan
berlakunya tingkahlaku yang baik dalam kalangan murid-murid pada masa
kini.
Selain itu, persembahan pengajaran seseorang guru seharusnya tersusun dan
dapat menarik minat dan perhatian murid-murid serta seharusnya dapat
dijadikan model untuk diikuti oleh mereka.
Ketiga,Guru mestilah senantiasa  mahir dalam komunikasi agar setiap
kali sesi demonstrasi pembelajaran di dalam kelas jelas,dapat dipahami dan
dapat diikuti oleh murid dengan mudah dan tepat. Contohnya, jika guru
mengajar cara-cara untuk menghasilkan lukisan, guru mestilah menerangkan
dahulu langkah-langkahnya agar ia dapat diikuti oleh murid secara mudah.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04
Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga
mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di
University of British Columbia, dalam jurusan psikologi. Beliau banyak terjun
dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan
tertarik pada nilai eksperimen. Bandura berpendapat, walaupun prinsip belajar
cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu
harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh
paradigma behaviorisme.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh
Albert Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/
penerimaan siswa untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup
pengamatan siswa terhadap perilaku orang tuanya. Albert Bandura merupakan
salah satu peracang teori kognitif social. Menurut Bandura ketika siswa belajar
mereka dapat merepresentasikan atau mentrasformasi pengalaman mereka secara
kognitif. Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri
dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini
bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan

16
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor
person/kognitif mempengaruhi perilaku.
Antara implikasi yang berkait rapat dengan Teori Pembelajaran Sosial
terhadap pengajaran dan pembelajaran yang Pertama ialah sebagai seorang guru,
amat penting bagi kita memberi setiap orang murid peluang untuk memerhatikan
dan mencontohi berbagai jenis model yang menunjukkan tingkah laku yang
diingini. Kedua, kita sebagai guru perlu memastikan dan berusaha menyediakan
persekitaran sosial yang kondusif agar modeling boleh berlaku. Ketiga,Guru
mestilah senantiasa  mahir dalam komunikasi agar setiap kali sesi demonstrasi
pembelajaran di dalam kelas jelas,dapat dipahami dan dapat diikuti oleh murid
dengan mudah dan tepat.
B. Saran
Paparan diatas adalah makalah yang disusun penulis, harapan besar dapat
memberi manfaat bagi sipenulis dan bagi sipembaca. Penulis sadar bahwa
makalah yang disusunmasih juah dari sempurna, Oleh sebab itu, masih berharap
kritik serta sarsan yang membanggun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ormrod, Jeanne. E. 2008. Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh


Berkembang. Jakarta: Erlangga
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://mayakabbaro.wordpress.com/2012/03/09/teori-pembelajaran-sosial-bandura/
(http://forget-hiro.blogspot.com/2010/05/yang-perlu-diketahui-tentang.html)
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar)
http://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-belajar-sosial-albert-bandura/

18

Anda mungkin juga menyukai