Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Kecaduan Media Sosial

terhadap Kesehatan Mental

Kesehatan mental merupakan salah satu topik penting namun kerap kali terabaikan. Masyarakat
Indonesia lebih familiar dengan istilah stress, depresi, gangguan kecemasan, atau bahkan leih ekstrem
lagi gangguan jiwa (gila). Walaupun pemerintah Indonesia sudah mengaturnya dalam UU No. 18 Tahun
2014 tentang Kesehatan Jiwa, tetap saja respon masyarakat Indonesia masih kurang dari cukup. Hal ini
didukung dengan minimnya jumlah psikiater dan jumlah unit layanan kesehatan yang menyediakan
pelayanan kejiwaan di Indonesia.

Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental, diantaranya faktor
biologis (genetik), adaptasi dengan lingkungan sosial, aliran kepercayaan yang masih tradisional
terkhusus masyarakat yang belum melek teknologi, dan lain-lain. Salah satu yang pengaruhnya cukup
signifikan adalah adaptasi dengan lingkungan sosial, fokusnya pada media sosial. Media sosial
notabenenya bisa diakses oleh hampir segala usia, namun kecanduan biasanya menyerang usia-usia
remaja. Media sosial dalam hal ini memberikan efek buruk bagi kesehatan mental. Pertama, seseorang
akan merasa tidak aman dan tidak percaya diri. Yang bersangkutan akan membanding-bandingkan hasil
postingannya dengan postingan orang lain yang pada akhirnya memicu agresifitas. Yang kedua,
pecandu media sosial biasanya kesulitan berinterakasi di dunia nyata yang kemudian memicu sikap
individualis. Ketiga, kecanduan media sosial biasanya akan membuat otak bekerja dengan cepat dan
multitasking karena menerima terlalu banyak informasi. Alhasil, yang bersangkutan akan lebh cepat
lelah dan jenuh serta mudah emosi.

Berdasarkan data BPJS 2017, dari 143 juta jiwa anak muda, 54% sudah menggunakan internet.
Hal ini sebenarnya merupakan potensi besar bagi masyarakat Indonesia untuk semakin melek teknologi
dan terbuka terhadap informasi dari dunia luar. Namun 90,61 % anak muda masih memanfaatkan
internet hanya untuk media dan jejaring sosial. Bukannya memanfaatkan media sosial dengan baik,
realisasinya kebanyakan dari remaja malah kecanduan untuk hal-hal yang dianggap kurang edukatif.
Misalnya, scroll-up timeline berjam-jam, postingan mengenai hal-hal yang kurang berfaedah,
menyebarkan hoaks, dan lain-lain. Hal inilah yang kemudian membuat seseorang rentan terhadap
gangguan kesehatan mental. Memantau timeline berjam-jam bisa membuat orang merasa jenuh dan
kurang beraktivitas, ada dampak negatif bagi kesehatan fisik.

Bagaimana mengurangi kecanduan media sosial bagi remaja ? Kita tidak bisa mengalihkan
jaringan internet atau server menjadi barang yang lebih privat seperti yang dilakukan oleh beberapa
negara maju. Mereka mengenakan tarif dan batasan waktu untuk setiap penggunaan jaringan internet.
Mengingat Indonesia masih dalam tahapan negara berkembang, akses terhadap dunia luar masih sangat
dibutuhkan. Menjadikan jaringan internet sebagai hal sulit dijangkau masyaralkat sangat tidak sesuai
dengan kondisi Indonesia saat ini.

Solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan pengawasan dari orang terdekat, misalnya
orangtua, teman, guru, dll. Kita tidak bisa melarang anak untuk mengakses internet atau media sosial.
Internet dan media sosial bisa memberikan manfaat yang besar jika dipergunakan dengan baik, misalnya
pengusaha-pengusaha online. Peran orangtua bisa berupa membantu memanajemen waktu anak dengan
menyibukkan anak dengan aktivitas-aktivitas yang edukatif, membatasi jam penggunaan internet,
mengawasi anak ketika berselancar di jejaring sosial, dan lain-lain. Peran guru dan instansi pendidikan
bisa berupa larangan penggunaan internet pada jam sekolah tanpa seijin guru. Mengingat anak/remaja
mayoritas menghabiskan waktunya dalam lingkaran peer group, peran teman sebaya juga diperlukan
walau hanya sekadar mengingatkan.

Kecanduan akan media sosial bisa memicu gangguan kesehatan mental. Hal ini kerap kali
menyerang masyarakat di usia remaja yang menggunakan media sosial untuk hal-hal yang kurang
edukatif. Oleh karena itu, dibutuhkan pengawasan dari orangtua, guru, dan teman sebaya untuk
membatasi penggunaan media sosial untuk hal-hal yang kurang edukatif.

Ditulis oleh : Rosmaria Anggelina Simanjuntak

Diploma III Akuntansi PKN STAN

Kontak: rosmaria183/081260101967

Anda mungkin juga menyukai