Anda di halaman 1dari 2

Contoh Praktek Pengajaran di Indonesia yang Appropriate

berdasarkan Wacana Perkembangan Manusia


Sekolah: Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Sleman
Deskripsi Praktek Pengajaran:

SLB Negeri 1 Sleman memiliki jenjang pendidikan yaitu kelas persiapan, kelas dasar (SDLB),
kelas menengah pertama (SMPLB), maupun kelas menengah atas (SMALB) yang berlangsung dari
pukul 07.30 WIB. Kecuali di hari jumat proses belajar mengajar dimulai pukul 07.00-10.05 WIB.
SLB Sleman tidak hanya mementingkan kegiatan akademik saja, tetapi berbagai kegiatan
non-akademik yang dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi potensi dan minat yang
dimilikinya seperti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, membatik, menjahit tata busana, memasak
tata boga, perbengkelan, pertanian, musik, dan tari. Hal tersebut membantu sekolah untuk lebih
dekat dengan tujuannya yaitu agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang sesuai dengan
dirinya dan memiliki kemampuan mengurus diri serta berinteraksi dengan orang lain secara baik.
Kurikulum yang digunakan SLB Negeri 1 Sleman yaitu kurikulum 2013 yang dimana proses
pembelajaran yang dilakukan menggunakan tematik.

Alasan:
1. Salah satu rancangan kegiatan dalam SLB adalah melakukan observasi pembelajaran
didalam dan diluar kelas, observasi ini digunakan untuk mengetahui perilaku anak dalam
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan dimensi individual appropriateness dimana
pembelajaran sedapat mungkin disesuaikan dengan keunikan setiap anak supaya dapat
mengakomodasikan kebutuhan dari semua anak didik
2. Fasilitas yang diberikan pihak sekolah membuat siswa dapat mengasah kemampuannya
dalam kegiatan yang disukai contohnya ada alat band yang disediakan untuk siswa yang
menggemari musik
3. Selain untuk mengasah kemampuan anak didik, fasilitas yang disediakan sekolah
merupakan salah satu peran guru dalam mempersiapkan materi, kebutuhan, dan lingkungan
yang mendukung proses pembelajaran dimana ini juga merupakan prinsip dari
Developmentally Appropriate yaitu anak diberikan kesempatan untuk mempraktekkan
ketrampilan baru dari dan guru sebagai media fasilitator

Contoh Praktek Pengajaran di Indonesia yang Inappropriate


berdasarkan Wacana Perkembangan Manusia
Sekolah: SMAK 3 Penabur Jakarta
Deskripsi Praktek Pengajaran:
Praktek pengajaran difokuskan pada konten-konten akademik. Siswa dituntut untuk terus duduk
belajar dari pukul 6.30 hingga 15.30 dengan mendengarkan guru mengajar dan mengerjakan
berbagai tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Untuk masuk sekolah tersebut, terdapat pula seleksi
dengan sistem tracking (Armstrong, 2006), dimana anak-anak yang dianggap lebih pintar bisa
masuk ke program IPA dan anak-anak yang dianggap kurang pintar dimasukkan ke program IPS.
Selain itu, terdapat tekanan akademik cukup berat yang dibebankan pada siswa dimana siswa
dituntut untuk mendapatkan nilai bagus, terutama dalam ujian-ujian penting agar bisa
mempertahankan reputasi sekolah.

Alasan:
1. Alasan mengapa SMAK 3 Penabur dikatakan praktek pembelajarannya inappropriate karena
sebagian besar waktu belajar di sekolah tersebut difokuskan pada materi akademik, sehingga
materi materi non akademik lebih terbelakang dalam proses belajarnya. ini membuat siswa yang
mempunyai kelebihan dalam bidang non akademik menjadi kurang terasah kemampuannya dan
dianggap sebagai siswa yang kurang berprestasi.
2. Beban reputasi sekolah “unggulan” yang dibebankan kepada siswa dengan memberikan tugas
tugas dan tuntutan mendapatkan nilai yang selalu bagus membuat siswa merasa cukup tertekan dan
dapat membuat siswa tidak nyaman selama proses pembelajaran
3. Sistem tracking di mana hanya siswa yang dianggap cukup pintar saja yang bisa masuk ke
program IPA, sehingga siswa IPA diberikan fasilitas pembelajaran yang lebih dibandingkan siswa
IPS.

Anda mungkin juga menyukai