Anda di halaman 1dari 6

Kajian teori

A, Lingkungan Belajar di Sekolah

merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Dimana kondisi lingkungan belajar di
sekolah yang kondusif akan mendukung kegiatan belajar mengajar dan siswa akan lebih mudah
mencapai hasil belajar yang maksimal. Ada aspek dalam lingkungan belajar di sekolah bahwa
yang mencakup dua hal utama yaitu lingkungan fisik (sarana dan prasarana, sumber belajar,
media belajar) dan lingkungan sosial (hubungan siswa dengan siswa, hubungan siswa dengan
guru, disiplin belajar). Dalam penelitian ini lingkungan belajar diukur dari pendapat responden
tentang indicator-indikator yaitu

(1) Kondisi belajar

(2) Metode mengajar

(3) Relasi guru dengan siswa

(4) Relasi siswa dengan siswa

(5) Disiplin sekolah

(6) Fasilitas sekolah.

Lingkungan belajar di sekolah Siswa akan berinteraksi dengan lingkungan pada saat proses
belajar. Lingkungan menyediakan rangsangan terhadap individu dan sebaliknya individu
memberikan respon terhadap lingkungan. Lingkungan pada hakikatnya adalah segala material
dan rangsangan di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun
sosiokultural. Jika secara fisiologis lingkungan mencakup segala kondisi dan material jasmani di
dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan adalah semua rangsangan yang diterima sejak
terbentuknya seorang janin hingga kematiannya. Secara sosio kultural, lingkungan adalah
rangsangan, interaksi dan kondisi eksternal dalam hubungannya dengan orang lain. Menurut
Alpiyanto, lingkungan adalah dimana kita hidup dan berinteraksi, mulai dari lingkungan keluaga,
lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Awalnya manusia yang menciptakan lingkungan,
namun bila manusia pasif berinteraksi dengan lingkungan, maka manusia akan dibentuk dan
dipengaruhi oleh lingkungan itu sendiri.
Fungsi Lingkungan Belajar Menurut Hamalik, suatu lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-
fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi Psikologis Stimulus berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu
sehingga terjadi respon yang menunujukan tingkah laku tertentu. Respon tadi pada gilirannya dapat
menjadi stimulus baru yang menimbulkan respon baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan
mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologi tertentu.

b. Fungsi Pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya


lingkungan yang sengaja diciptakan sebagai suatu lembaga pendidikan, misal keluarga, sekolah, lembaga
pendidikan, lembaga sosial.

c. Fungsi Intruksional Program intruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran yang dirancang
secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media
pembelajaran, dan kondisi lingkungan kelas yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah
laku siswa.

3. Unsur-unsur Lingkungan Belajar di Sekolah yang mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar mengajar itu memerlukan ruang dan lingkungan pendukung untuk dapat membantu
siswa dan guru agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Slameto menyatakan unsur-unsur lingkungan
belajar di sekolah yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

a. Metode Mengajar
Metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan
mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat
terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga
guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata
pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya dan
akibatnya siswa malas untuk belajar.
b. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh
relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan
menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha
mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut akan terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya.
Maka, ia akan menjadi segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajaran
tersebut tidak akan dikuasai.
c. Relasi Siswa dengan Siswa
Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain,
mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
Akibatnya makin parah masalah yang sedang dihadapi dan akan mengganggu belajarnya. Terlebih
lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan yang tidak-tidak karena perlakuan yang
tidak menyenangkan yang berasal dari teman-temannya. Jika hal ini terjadi, sebaiknya siswa diberi
layanan bimbingan dan penyuluhan agar ia dapat diterima kembali ke dalam kelompoknya.
d. Disiplin Sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam
belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan
tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah
dalam mengelola seluruh staf beserta siswasiswanya. Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus
disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan.
e. Fasilitas sekolah
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh
guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat
pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju. Kenyataan saat ini sekolah masih kurang memiliki media dalam
jumlah maupun kualitasnya. Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar
guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta
dapat belajar dengan baik pula. Fasilitas-fasilitas olahraga juga diperlukan untuk menampung bakat
siswa, ruang UKS, koperasi sekolah, kantin, tempat parkir , mushola, kamar mandi, dan lain-lain.
Dari penjelasan di atas indikator Lingkungan Belajar di Sekolah yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
a. Metode mengajar,
b. Relasi guru dengan siswa,
c. Relasi siswa dengan siswa,
d. Disiplin sekolah,
e. Fasilitas sekolah.
Macam-Macam Lingkungan Belajar
Suhardan menyatakan bahwa lingkungan belajar di sekolah meliputi:
a. Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumbersumber belajar, dan media
belajar.
b. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya dan siswa dengan guru-
guruya.
c. Lingkungan akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan
berbagai kegiatan kurikuler. Menurut Sukmadinata menyatakan bahwa lingkungan belajar di
sekolah meliputi:
a. Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumbersumber belajar, dan media
belajar
b. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan teman-temannya dan siswa dengan guru-
guruya. Muhibbin Syah juga membagi menjadi dua macam lingkungan belajar (‫ کوچکی‬et al., 2018)

B. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang ada di sekolah untuk melayani para peserta
didik dalam memenuhi kebutuhan informasi . Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan
hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan buku-buku bacaan, tetapi dengan adanya
penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan guru
menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu segala macam buku
yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dapat menunjang proses belajar mengajar.
Perpustakaan sekolah sangat membantu siswa sebagai sumber belajar untuk mencari informasi,
menambah pengetahuan siswa, memperluas wawasan maupun untuk meningkatkan kegiatan
membaca siswa. Kegiatan membaca siswa akan lebih nyaman berada di perpustakaan, karena
dalam perpustakaan terdapat bahan bacaan yang menyenangkan untuk siswa dan media belajar
yang menarik yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Selain indikasi manfaat tersebut
siswa diharapkan mampu mencari, menemukan, menyaring, dan menilai informasi, terbiasa
belajar mandiri, terlatih ke arah tanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah merupakan
bagian penting dari program penyelenggaraan pendidikan tingkat sekolah yang memiliki fungsi
dan manfaat untuk mendukung penyelenggaraan perpustakaan sekolah. perpustakaan sekolah
memilki empat fungsi umum, yaitu:
(1) Fungsi edukatif adalah secara keseluruhan segala fasilitas, sarana dan prasarana perpustakaan
sekolah, terutama koleksi dapat membantu murid dalam proses belajar
(2) Fungsi informatif dari perpustakaan sekolah adalah mengupayakan penyediaan koleksi yang
bersifat memberi tahu akan hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan guru dan murid
(3) Fungsi kreasi bukan merupakan fungsi utama, namun sangat penting kedudukannya dalam
upaya peningkatan intelektual dan inspirasi
(4) Fungsi riset membuat koleksi yang ada di perpustakaan sekolah menjadi bahan untuk
melakukan riset atau penelitian sederhana
Berdasarkan manfaat dan fungsi dari perpustakaan sekolah, maka perpustakaan sekolah dapat
disebut sebagai pusat sumber belajar seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Pasal 1 angka 1 menyatakan
bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Diperlukan sarana atau wadah dapat menunjang proses belajar dan pembelajaran yaitu
perpustakaan. Perpustakaan sekolah dasar merupakan bagian dari perpustakaan sekolah yang
berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang
merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat
sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah tersebut. Dalam mewujudkan
perpustakaan sekolah yang memiliki fungsi dan manfaat sebagai pusat sumber belajar maka
setiap perpustakaan sekolah diharapkan untuk menyelenggarakan perpustakaan secara efisien
dan efektif. hal-hal yang terkait dalam penyelenggaraan perpustakaan adalah: koleksi
perpustakaan dan pengadaanya, pengolahan koleksi, pelayanan perpustakaan, serta sarana dan
prasarana perpustakaan. Perpustakaan sekolah disediakan buku-buku baik buku-buku fiksi
maupun non fiksi, dan bahan-bahan yang bukan berupa buku (non book material) seperti
majalah, bulletin, surat kabar, pamflet, artikel, peta, dan sebagainya. Semua ini akan memberikan
informasi dan pengetahuan baru yang diperlukan siswa. Penyelenggaraan perpustakaan yang
baik dan benar meliputi koleksi perpustakaan, pengolahan koleksi dan pustaka, pelayanan
perpustakaan, sarana dan prasarana perpustakaan. Namun pada kenyataannya, masih banyak juga
sekolah yang kurang memperhatikan penyelenggaraan perpustakaan sekolah, sehingga warga
sekolah khususnya murid kurang menyadari keberadaan perpustakaan sekolah untuk
dimanfaatkan sebagai pusat sumber belajar mengajar. Sehubungan dengan penyelenggaraan
perpustakaan sekolah, di negara kita Indonesia ini, masih banyak sekolah-sekolah yang masih
belum menyelenggarakan perpustakaan sekolah terutama di SD. Adapun sekolah yang sudah
menyelenggarakan perpustakaan sekolah tetapi belum memiliki buku-buku yang memadai yang
dapat memenuhi kebutuhan baik bagi siswa sebagai sumber belajar maupun guru-guru sebagai
sumber mengajar. Selain itu, permasalahan yang lainnya adalah usaha pengelolahannya, sekolah
yang telah memiliki buku-buku yang cukup memadai tetapi kurang dikelola dengan baik baik
oleh sekolah. Kondisi tersebut disebabkan karena biaya yang kurang memadai, biaya atau 4
anggaran tersebut merupakan salah satu faktor yang memang berpengaruh terhadap
penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Sekolah Dasar yang jumlahnya sekitar 155 ribu sekolah,
tidak memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai. Kalaupun ada, buku pelajaran dan buku
bacaan umum tidak terkoleksi secara lengkap (Suherman, . Sementara mengenai ketentuan
jumlah koleksi perpustakaan, dapat mengacu pada SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang
mengatakan bahwa tidak akan ada koleksi perpustakaan yang lengkap, yang ada adalah koleksi
yang berdasarkan pada kebutuhan. Standar yang dibuat oleh lembaga yang memiliki otoritas
dalam perpustakaan hanya menganjurkan jumlah minimal yang ideal yang harus dimiliki perpustakaan
sekolah. (States et al., 2009)

Anda mungkin juga menyukai