Anda di halaman 1dari 15

PENGELOLAAN KELAS DAN PEMBELAJARAN

DI SEKOLAH DASAR NEGERI

DISUSUN OLEH:
NAMA: HERI GUNAWAN
NIM: 1405114688

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS RIAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah suatu pembinaan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak
(yang dianggap belum dewasa) untuk mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan hakikatnya
adalah upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai kodrat dan martabat
kemanusiaannya, atau mampu melaksanakan berbagai peranan sesuai dengan statusnya
berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang diakuinya.

Untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah harus dilakukan pengelolaan


pendidikan yang meliputi pengelolaan kepemimpinan, pengelolaan kurikulum, pengelolaan
pembelajaran, pengelolaan peserta didik, pengelolaan sumber daya manusia (personil atau
pegawai), pengelolaan keuangan, pengelolaan tata usaha, pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat, serta pengelolaan supervisi pendidikan. Apabila seluruh komponen tersebut
dapat dikelola dengan baik maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai.

Saat ini, tujuan pendidikan di Indonesia masih belum tercapai sepenuhnya. Hal
tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor yang menjadi kendala dan masalah dalam

tercapainya tujuan pendidikan nasional. Salah satu kendala dan masalah tersebut yaitu belum
dilaksanakannya pengelolaan pendidikan di Indonesia dengan baik dan optimal.

Oleh karena itu, penulis merasa tergugah untuk melakukan tinjauan pustaka dengan
tujuan untuk mengetahui pengelolaan pendidikan secara sistematis. Penulis mengharapkan
dapat mengetahui berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam mengelola pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II: PEMBAHASAN


PENGELOLAAN KELAS DAN PEMBELAJARAN
DI SEKOLAH DASAR NEGERI

A.

Pengelolaan Perabot Kelas

Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat akan mendukung


berlangsungnya proses belajar mengajar serta mempunyai pengaruh positif terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran. Kelas merupakan tempat bagi siswa dan guru untuk
berinteraksi secara formal dalam pembelajaran. Untuk itu, ruangan kelas hendaknya ditata
supaya siswa nyaman berada dalam ruangan kelas tersebut. Setiap ruangan kelas berisi
perabot yang berfungsi untuk menunjang pembelajaran. Perabot kelas yang harus ada pada
setiap kelas antara lain :
1.

Meja siswa

2.

Kursi siswa

3.

Meja guru beserta kursinya

4.

Lemari guru

5.

Rak buku dan rak pajangan untuk memajang hasil karya siswa.

6.

Papan tulis (blackboard atau whiteboard)

7.

Alat tulis (penghapus, kapur dan spidol)

8.

Foto Presiden dan Wakil Presiden beserta Lambang Negara Burung Garuda

9.

Daftar regu piket harian, jadwal pelajaran, papan absensi dan struktur organisasi siswa

10. Gambar-gambar atau alat peraga dan media pembelajaran.


11. Ember dan lap untuk cuci tangan
12. Alat kebersihan (sapu, kemoceng dan tempat sampah)
Perabotan di atas disimpan pada tempat yang mudah dijangkau agar pada saat
dibutuhkan, siswa dapat mengambilnya sendiri. Dinding kelas juga dapat digunakan untuk
tempat memajang hasil karya siswa. Semua perabot kelas hendaknya dipelihara dengan baik
oleh guru maupun oleh siswa. Disamping perabot kelas di atas, ventilasi, jendela dan
pengaturan cahaya juga mempengaruhi kenyamanan siswa di kelas. Ventilasi dan jendela
harus disesuaikan agar sirkulasi udara masuk dengan udara keluar berlangsung secara terusmenerus. Dengan begitu, udara di dalam kelas tidak akan terasa pengap. Daun jendela juga
harus diperhatikan agar tidak mengganggu lalu lintas.

B.

Pengelolaan Tempat Duduk Siswa

Selain memperhatikan perabot kelas agar tidak menggangu dan memberikan rasa
nyaman kepada siswa, pengelolaan tempat duduk siswa juga tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan. Sebab hal ini akan berpengaruh juga terhadap kelancaran pegaturan proses
belajar mengajar. Pengaturan diperlukan agar siswa tidak jenuh terhadap tempat duduk
mereka. Ada beberapa kemungkinan pengaturan tempat duduk siswa, diantaranya :
1.

Pola berderet atau berbaris berjajar

2.

Pola susunan berkelompok

3.

Pola formasi tapal kuda

4.

Pola lingkaran atau persegi

5.

Pola setengah lingkaran

Pengaturan tempat duduk yang tepat dan baik dapat mendukung hasil belajar. Guru
dapat menggeser bangku atau meja agar siswa dapat terfokus pada pelajaran atau tugas yang
dihadapi. Mengatur tempat duduk dalam bentuk leter U atau tapal kuda, atau lingkaran, hal
ini memudahkan untuk memandang maupun berpindah untuk siswa dan guru. Meskipun
posisi tempat duduk dirubah, guru harus tetap memperhatikan jarak antara meja yang satu
dengan meja yang lain cukup, tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu dekat serta siswa tidak
kesulitan saat memperhatikan papan tulis.

C.

Pengelolaan Pembelajaran

Kurikulum sebagai inti dari pendidikan dan berpengaruh terhadap seluruh kegiatan
pendidikan. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Dengan kata lain kurikulum merupakan acuan untuk menjalankan
komponen-komponen pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum, tiap komponen
kurikulum berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Dari kurikulum itulah disusun
silabus pembelajaran per semester dan selanjutnya akan disusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) oleh guru kelas setiap harinya.
Pengelolaan pembelajaran merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seorang guru untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, kelas rendah menggunakan pendekatan tematik yang,
yakni kelas I, II, III dan pembelajaran per mata pelajaran yang diterapkan pada kelas tinggi,
yakni kelas IV, V, VI. Pembelajaran di kelas akan berjalan baik bila didukung dengan
persiapan yang baik pula. Untuk itu guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) secara matang. Guru juga harus menyiapkan alat peraga atau media yang
relevan dengan tema apa yang akan dipelajari hari itu. Feed back dari siswa diukur sebagai
berhasilnya proses pembelajaran. Selain itu juga dapat diukur dengan tes tertulis maupun tes
lisan. Pembelajaran juga tidak hanya semata-mata berlangsung di ruang kelas, bias juga guru
melakukan pembelajaran di luar kelas. Misalnya pada mata pelajaran IPA materi energi panas
kelas IV semester 2, untuk mengenalkan konsep panas secara jelas dan mencegah timbulnya
miskonsepsi terhadap siswa, guru melakukan pembelajaran di lingkungan luar kelas dengan
mengenalkan tentang sumber-sumber panas atau hal-hal yang berkaitan dengan energi panas.

D.

Pengelolaan Media dan Sarana Pembelajaran

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang proses
pembelajaran. Sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana
pendidikan adalah semua perangkat perlengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Pengelolaan ini dilakukan mulai dari perencanaan, pengadaan, pemeliharaan dan
penataan lahan bangunan, perlengkapan sekolah secara tepat guna dan tepat sasaran. Media
yang digunakan dalam pembelajaran dapat berupa media visual, audio maupun audio visual.
Media, sarana dan prasarana yang digunakan hendaknya relevan dengan yang dibutuhkan dan
tidak mengganggu kenyamanan siswa dalam belajar.

BAB II
PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF
DI SD NEGERI NAGARAWANGI 3

A.

Kelas Rendah (Kelas III)

Siswa kelas III SD Negeri Nagarawangi 3 terdiri dari kelas A dan kelas B. Kelas A berjumlah
30 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan kelas B
berjumlah 30 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Untuk kelas
rendah masuk sekolah pada pagi hari.
B.

Pengorganisasian KBM

Pengorganisasian KBM di sekolah dasar merupakan salah satu tugas utama guru selama
proses KBM berlangsung. Hal ini dilakukan agar proses KBM berjalan secara kondusif.
Untuk itu, guru harus mempunyai perencanaan yang matang sebelum melakukan
pembelajaran, misalnya pembuatan RPP, metode yang akan digunakan serta media dan alat
peraga yang mendukung atau relevan terhadap pembelajaran atau materi yang akan
disampaikan.
Setelah observer melakukan observasi di kelas rendah, kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan karakteristik anak pada usia kelas rendah, mereka lebih sulit untuk diarahkan atau
difokuskan pada pembelajaran. Guru harus benar-benar menciptaan kondisi kelas yang
PAKEMI. Siswa yang masih berpikir konkret memerlukan contoh-contoh yang nyata agar
mereka paham mengenai konsep materinya. Untuk itulah diperlukan bimbingan yang
maksimal dari guru kelas.

C.

Pengorganisasian Siswa di Kelas

Siswa merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pembelajaran di kelas.
Untuk itu, guru harus mengkondisikan atau mengorganisasi siswa agar siswa nyaman dalam
pembelajaran. Pengkondisian atau pengorganisasian siswa haruslah memperhatikan situasi,
kondisi dan karakteristik siswa. Pada saat observasi di kelas rendah yaitu kelas III SD Negeri
Nagarawangi 3, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok belajar. Mereka lebih menyukai
pembelajaran yang ada unsur bermainnya. Sehingga guru harus memiliki tingkat kreatif yang
tinggi agar siswa tidak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang susah sekalipun.

D.

Penataan Ruangan atau Kelas

Ruang belajar atau kelas merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Ruang belajar tersebut meliputi ruang kelas, ruang laboratorium dan

ruangan auditorium. Menurut aturan Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996) ruangan kelas
harus memenuhi syarat dan memungkinkan siswa dapat bergerak leluasa, tidak berdesakdesakan, cukup cahaya yang masuk dan ada sirkulasi udara, daun jendela tidak mengganggu
lalu lintas, sehingga terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Pada SD Negeri
Nagarawangi 3, setiap ruang kelas telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh
Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996).
Penataan ruangan atau kelas di SD Negeri Nagarawangi 3 ini agak berbeda dari
sekolah biasanya. Karena SD ini bertingkat, maka kelas untuk kelas I dan II berada di lantai
bawah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan siswa karena siswa pada umur 7
atau 8 tahun masih senang-senangnya berlari-larian. Ruangan kelas yang terdiri dari 6 kelas
digunakan secara bergantian. Pagi hari untuk kelas rendah, yakni kelas I, II, III dan pada
siang hari digunakan untuk kelas tinggi, yakni kelas IV, V, VI. Penataan ruangan kelas III
sudah cukup bagus dan memperhatikan aspek-aspek yang harus diperhatikan, seperti ukuran
ruangan kelas yang luas disertai dengan jendela dan ventilasi yang memadai.

E.

Penataan Perabot Kelas dan Media Pembelajaran

Penataan perabot kelas dan media pembelajaran sudah memenuhi standar. Hal
tersebut terlihat pada SD Negeri Nagarawangi 3 di kelas III. Ruangan kelas berisi perabot dan
media yang berfungsi untuk menunjang pembelajaran. Perabot kelas dan media tersebut
antara lain :
a.

Meja kelas sebanyak 20 buah ditata 5 berbanjar ke belakang dan 4 ke samping.

b.

Kursi kelas sebanyak 40 buah ditata menyesuaikan meja.

c.

Meja guru beserta kursinya sebanyak 1 buah ditata di pojok kanan depan meja siswa.

d.

Lemari guru sebanyak 1 buah ditata di dekat meja guru.

e.
Rak buku dan rak pajangan masing-masing sebanyak 1 buah ditata di dekat lemari
guru.
f.

Papan tulis (whiteboard) ditata di depan meja siswa.

g. Alat tulis (penghapus dan spidol masing-masing sebanyak 1 buah) ditata di dekat papan
tulis (whiteboard).
h.
Foto Presiden dan Wakil Presiden beserta Lambang Negara Burung Garuda yang
ditempatkan di dinding atas.
i.

Kaligrafi sebanyak 1 buah ditempatkan di bawah foto dan lambing.

j.
Daftar regu piket harian, jadwal pelajaran, dan struktur organisasi siswa yang ditempel
di dinding belakang ruangan kelas.

k.
Bank data siswa, peta-peta dan foto-foto pahlawan nasional yang terpampang di dinding
belakang ruangan kelas kelas.
l.

F.

Hiasan jendela karya siswa dan gorden yang digantungkan di jendela.

Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Digunakan Berikut Alasannya

Pada saat observasi, SD Negeri Nagarawangi 3 juga menerapkan pendekatan


pengelolaan kelas. Pendekatan yang dipakai pada kelas rendah yakni pendekatan otoriter,
yakni guru yang berperan dalam menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan
menggunakan strategi pengendalian di kelas, tujuannya untuk mengendalikan perilaku siswa.
Hal ini dilakukan oleh guru kelas III SD Negeri Nagarawangi 3 karena dianggap lebih efektif
untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di kelas. Strategi-strategi yang digunakan
dalam pendekatan ini juga disesuaikan dengan karakteristik siswa pada kelas rendah dan
membantu siswa menemukan jati dirinya. Dalam pelaksanaannya, guru tidak memaksakan
kepatuhan dan tidak merendahkan siswanya, serta tidak bertindak kasar kepada siswa. Guru
kelas dengan segala otoritasnya bertindak untuk kepentingan siswa itu sendiri.

G.

Pembinaaan Disiplin Kelas

Disiplin tidak selamanya berkaitan dengan kekerasan. Itulah yang diterapkan di kelas
III SD Negeri Nagarawangi 3. Usia anak pada kelas ini masih tergolong labil. Siswa akan
cenderung takut apabila selalu disalahkan ketika mereka membuat kesalahan. Guru harus
pandai-pandai mengkondisikan kelas dan memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan
keaktifannya di kelas. Ketika siswa membuat kegaduhan, guru kelas III langsung
mengarahkan dengan cara-cara yang halus dan tentu saja memberikan teguran. Pada saat
observasi, disiplin ini juga muncul ketika akan dimulainya kegiatan belajar mengajar. Siswa
tertib masuk ke dalam kelas dan serentak memberi salam dipimpin oleh ketua kelasnya.

H.

Masalah Kelas dan Penanggulangannya

Pada waktu pembelajaran masalah yang sering terjadi yaitu masalah intern siswa.
Misalnya siswa yang usil mengganggu teman sebangku atau teman yang lainnya, siswa yang
berlarian ketika pembelajaran masih berlangsung, siswa yang kurang semangat dalam
mengikuti pembelajaran dan siswa yang mengobrol dengan teman lainnya. Hal tersebut
sering kali terjadi sewaktu pembelajaran. Guru harus dapat mengubah semua kondisi di atas
dengan berbagai cara yang mendukung. Guru kelas sering kali mengarahkan agar siswa untuk
diam dan memperhatikan penjelasan guru, memberikan teguran kepada siswa yang membuat
kegaduhan, terkadang guru juga memindahkan tempat duduk siswa ke depan atau
menghampiri siswa yang membuat kegaduhan tersebut. Semua hal di atas dilakukan oleh
guru dengan tujuan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal.

1.

Kelas Tinggi (Kelas IV)

Siswa kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3 terdiri juga dari kelas A dan kelas B. Kelas
A berjumlah 38 siswa, terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan
kelas B berjumlah 36 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Untuk
kelas tinggi masuk sekolah pada siang hari.

2.

Pengorganisasian KBM

Pengorganisasian KBM di sekolah dasar merupakan salah satu tugas utama guru
selama proses KBM berlangsung. Hal ini dilakukan agar proses KBM berjalan secara
kondusif. Untuk itu, guru harus mempunyai perencanaan yang matang sebelum melakukan
pembelajaran, misalnya pembuatan RPP, metode yang akan digunakan serta media dan alat
peraga yang mendukung atau relevan terhadap pembelajaran atau materi yang akan
disampaikan.
Setelah observer melakukan observasi di kelas tinggi, kegiatan belajar mengajar lebih
mudah dibandingkan dengan kelas rendah. Siswa lebih mandiri dalam melakukan
pembelajaran sehingga guru tidak mengalami kesulitan. Kemandirian siswa ini menyebabkan
mereka dapat menemukan informasi dari sumber lain, baik dari buku maupun internet.
Meskipun demikian, guru harus tetap mengawasi siswa-siswanya dalam belajar. Karena pada
usia ini, rasa ingin tahu siswa terhadap suatu hal lebih besar. Mereka juga lebih suka terhadap
hal-hal yang baru mereka temui.

3.

Pengorganisasian Siswa di Kelas

Siswa merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pembelajaran di kelas.
Untuk itu, guru harus mengkondisikan atau mengorganisasi siswa agar siswa nyaman dalam
pembelajaran. Pengkondisian atau pengorganisasian siswa haruslah memperhatikan situasi,
kondisi dan karakteristik siswa. Pada kelas tinggi yaitu kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3,
siswa dilatih untuk belajar mandiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa dilatih
untuk dapat menemukan informasi dari sumber-sumber lain. Jadi pada kelas tinggi,
menerapkan pendekatan student centered, yakni pembelajaran berpusat pada siswa.

4.

Penataan Ruangan atau Kelas

Ruang belajar atau kelas merupakan tempat siswa dan guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Ruang belajar tersebut meliputi ruang kelas, ruang laboratorium dan
ruangan auditorium. Menurut aturan Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996) ruangan kelas
harus memenuhi syarat dan memungkinkan siswa dapat bergerak leluasa, tidak berdesak-

desakan, cukup cahaya yang masuk dan ada sirkulasi udara, daun jendela tidak mengganggu
lalu lintas, sehingga terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Pada SD Negeri
Nagarawangi 3, setiap ruang kelas telah memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh
Depdiknas (Dirjen dikdasmen, 1996).
Penataan ruangan di kelas IV ini tidak jauh berbeda dengan kelas rendah. Kelas ditata
rapi dengan memperhatikan kenyamanan siswa dalam pembelajaran, seperti penempatan
lemari yang diletakkan di sebelah kanan dekat dengan meja guru. Hal tersebut membuat
ruang kelas tidak terlalu sempit meskipun terdapat lemari.

E.

Penataan Perabot Kelas dan Media Pembelajaran

Penataan perabot kelas dan media pembelajaran di kelas IV tidak jauh berbeda dengan
kelas rendah yang sudah memenuhi standar. Ruangan kelas berisi perabot dan media yang
berfungsi untuk menunjang pembelajaran. Berbeda dengan media pada kelas rendah, media
pembelajaran pada kelas tinggi lebih kompleks dari kelas rendah, contohnya adanya torso
(replika manusia) di kelas tersebut. Perabot kelas dan media tersebut antara lain :
a.

Meja kelas sebanyak 20 buah ditata 5 berbanjar ke belakang dan 4 ke samping.

b.

Kursi kelas sebanyak 40 buah ditata menyesuaikan meja.

c.

Meja guru beserta kursinya sebanyak 1 buah ditata di pojok kanan depan meja siswa.

d.

Lemari guru sebanyak 1 buah ditata di dekat meja guru.

e.
Rak buku dan rak pajangan masing-masing sebanyak 1 buah ditata di dekat lemari
guru.
f.

Papan tulis (whiteboard) ditata di depan meja siswa.

g. Alat tulis (penghapus dan spidol masing-masing sebanyak 1 buah) ditata di dekat papan
tulis (whiteboard).
h.
Foto Presiden dan Wakil Presiden beserta Lambang Negara Burung Garuda yang
ditempatkan di dinding atas.
i.

Kaligrafi sebanyak 1 buah ditempatkan di bawah foto dan lambing.

j.
Daftar regu piket harian, jadwal pelajaran, dan struktur organisasi siswa yang ditempel
di dinding belakang ruangan kelas.
k.
Bank data siswa, peta-peta dan foto-foto pahlawan nasional yang terpampang di dinding
belakang ruangan kelas kelas.
l.

Hiasan jendela karya siswa dan gorden yang digantungkan di jendela.

F.

Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Digunakan Berikut Alasannya

Pada saat observasi, SD Negeri Nagarawangi 3 juga menerapkan pendekatan


pengelolaan kelas. Pendekatan yang dipakai pada kelas tinggi, guru menerapkan pendekatan
pengubahan perilaku (behavior modification). Pendekatan ini dipilih karena memperhatikan
karakteristik siswa kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3. Pada usia ini, reward dari guru
merupakan sesuatu yang berharga bagi dirinya. Jadi setiap siswa berlomba-lomba untuk
mendapatkan reward dari guru atas apa yang telah mereka kerjakan.

G.

Pembinaaan Disiplin Kelas

Meskipun siswa kelas IV termasuk siswa kelas tinggi, tetapi dalam hal disiplin
mereka juga tidak jauh berbeda dengan siswa kelas rendah. Mereka sering membuat
kegaduhan di kelas. Guru harus tetap mengawasi jalannya kegiatan belajar mengajar di kelas
agar tujuan pembelajaran tetap tercapai.

H.

Masalah Kelas dan Penanggulangannya

Pada umumnya masalah yang terjadi di dalam kelas III dan IV SD Negeri
Nagarawangi 3 hampir sama. Meskipun kelas IV tergolong kelas tinggi, ternyata tidak
menutup kemungkinan untuk mereka melakukan kegaduhan di kelas. Misalnya siswa yang
usil mengganggu teman sebangku, siswa yang berlarian ketika pembelajaran masih
berlangsung, siswa yang kurang semangat dalam mengikuti pembelajaran dan siswa yang
mengobrol dengan teman lainnya. Sebagai guru, kita harus mengetahui sebab-sebab mengapa
mereka melakukan hal tersebut. Hal itu dilakukan agar usaha penanggulangan berjalan efektif
dan efisien. Penanggulangan ini juga tidak jauh berbeda dengan kelas III, seperti
mengarahkan agar siswa untuk diam dan memperhatikan penjelasan guru, memberikan
teguran kepada siswa yang membuat kegaduhan. Semua hal di atas dilakukan oleh guru
dengan tujuan tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal.

BAB III
PENGALAMANKU DI KELAS

A.

Pengalaman Menata Kelas (penataan tempat duduk bentuk tapal kuda dan lingkaran)

1.

Mata Pelajaran

: Ilmu Pengetahuan Alam

2.

Kelas / Jam ke

: III / 1

3.

Metode atau strategi yang digunakan

Metode yang digunakan oleh observer antara lain metode ceramah, diskusi, Tanya jawab,
demonstrasi dan metode pemberian tugas.
4.

Media atau alat peraga yang dipakai

Media atau alat peraga menggunakan media visual yaitu berupa gambar dan media audio
visual berupa video pembelajaran.
5.

Respon siswa

Ketika observer melakukan pembelajaran dengan siswa, terlihat sekali siswa sangat
antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dikarenakan suasana baru yang dibawa oleh
observer dan pembelajaran yang berbasis IT pula. Karena pada saat pembelajaran dengan
guru kelas jarang sekali menggunakan sarana yang berhubungan dengan teknologi, misalnya
laptop dan in focus. Hal tersebut tergolong baru bagi siswa sehingga siswa lebih bersemangat
lagi dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu, praktikan juga mengubah posisi tempat duduk siswa menjadi berbentuk
tapal kuda dan setengah lingkaran. Meskipun sedikit kesulitan dalam mengubah posisi tempat
duduk, tetapi siswa merasa senang dengan hal itu. Siswa menjadi lebih bersemangat dalam
belajar karena terciptanya suasana baru di kelas.
6.

Respon guru kelas

Respon guru kelas terhadap pembelajaran yang praktikan lakukan sangat bagus. Guru
kelas juga memperoleh pengalaman belajar baru yang berbasis IT. Guru sangat mendukung
ketika sehari sebelum pembelajaran observer meminta pendapat akan menggunakan media
visual dan media audio visual serta menggunakan pembelajaran berbasis IT. Selain itu, guru
juga memberikan saran-sarannya ketika praktikan sudah selesai melakukan proses
pembelajaran.
7.

Respon praktikan

Setelah melakukan observasi dan pembelajaran di SD Negeri Nagarawangi 3,


praktikan sangat senang. Siswa SDN Negeri Nagarawangi 3 sangat antusias mengikuti proses
pembelajaran. Selain itu, dari proses pembelajaran tersebut praktikan mendapat pengalaman
yang sangat berharga dan dapat dijadikan bekal di masa yang akan datang ketika praktikan
sudah terjun langsung ke lapangan. Pengalaman tersebut misalnya ketika menyampaikan
materi, praktikan mengetahui bagaimana cara menyampaikan materi yang baik, bagaimana
cara mengkondisikan kelas dan siswa serta bagaimana cara mengendalikan diri saat terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan ketika pembelajaran sedang berlangsung atau saat di kelas.

B.

Pengalaman Menggunakan Pendekatan Pengelolaan Kelas

1.

Kelas : III

2.

Jenis pendekatan yang dipakai

Pada saat melakukan proses belajar mengajar praktikan menggunakan pendekatan


eklektik yakni pendekatan yang mengkombinasikan atau memadukan beberapa pendekatan
lainnya dan diambil hal-hal positifnya serta menghilangkan hal-hal negatif. Seperti yang
dikemukakan oleh Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan eklektik adalah
pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari beberapa pendekatan
manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang
secara filosofis, teoritis dan atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber
pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi.
3.

Jenis kegiatan kelas

Pada awal pembelajaran, praktikan tidak langsung masuk ke dalam kelas. Guru kelas
mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar siswa lebih tenang dan mudah untuk mengawali
pembelajaran. Setelah siswa siap dan tidak gaduh lagi, barulah praktikan memasuki kelas.
Seperti biasa, pembelajaran dibuka dengan salam dilanjutkan dengan apa yang sudah tertera
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Siswa perlu dimotivasi agar mereka
semangat dalam melakukan pembelajaran. praktikan juga melakukan apersepsi mengenai
materi yang akan disampaikan. Pada saat menjelaskan materi pembelajaran, praktikan
mengkondisikan siswa secara berkelompok, begitu pula pada saat penilaian tes tertulis. Hal
ini dilakukan agar siswa dapat bekerja secara berkelompok. Satu kelas dibagi menjadi 5
kelompok dengan masing-masing anggota sebanyak 6 orang. Meskipun terdapat sedikit
kendala dalam pembelajaran, tetapi praktikan dapat mengatasi kendala tersebut dengan sigap
sehingga proses pembelajaran tidak terganggu lama.
4.

Kelebihan

Kelebihan menggunakan pendekatan eklektik yaitu praktikan dapat leluasa memilih


pendekatan mana yang dirasa sesuai dengan situasi dan kondisi di kelas. Contohnya pada
waktu pembelajaran, praktikan menggunakan pendekatan berbasis teknologi dan pendekatan
instruksional. Tetapi pada saat salah seorang siswa membuat kegaduhan, praktikan
menggunakan pendekatan otoriter. Sedangkan pada saat praktikan memberikan kebebasan
kepada siswa serta sebagai pendorong mengembangkan potensi siswa secara penuh,
praktikan menggunakan pendekatan permisif.
5.

Kelemahan

Pendekatan elektik selain mempunyai kelebihan tentu saja memiliki kelemahan.


Kelemahan tersebut antara lain apabila guru atau praktikan tidak dapat menguasai
pendekatan-pendekatan kelas yang potensial seperti pendekatan berbasis teknologi dan
pendekatan instruksional serta pendekatan permisif maka pembelajaran tidak akan berjalan
lancar. Selain itu penggunaan prosedur yang tidak sesuai juga kan memunculkan masalah
menejerial kelas.
6.

Respon guru kelas

Berdasarkan respon guru kelas, beliau memberikan tanggapan bahwa dalam


menerapkan pendekatan eklektik praktikan sudah cukup baik, meskipun masih ada
kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki oleh praktikan. Selain itu, guru memberikan
saran bahwa ketika menerapkan pendekatan eklektik hendaknya praktikan memperhatikan
strategi yang harus diterapkan ketika pembelajaran berlangsung, dimana dalam memberikan
teguran kepada siswa harus secara ramah dan memberikan pengendalian dengan cara
mendekatinya, karena guru yang paling mengetahui urusan siswa di kelas. Praktikan juga
diharapkan dapat memperhatikan hal-hal yang menerapkan kegiatan yang efektif, tidak
bertele-tele dan memberikan pengarahan yang jelas. Sebab siswa kelas III itu pada umumnya
masih membutuhkan pengarahan dan pengendalian sikap yang harus dituntun oleh guru.

C.

Pengalaman Menangani Masalah Kelas

1.

Kelas : III

2.

Jenis masalah anak

Proses belajar mengajar tidak akan selalu sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Akan timbul masalah-masalah yang
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik masing-masing siswa. Pada umumnya
masalah-masalah yang timbul dari siswa SD antara lain :
a.
Siswa senang mengganggu siswa lainnya dengan perilaku menyerang fisik maupun
dengan kata-kata.
b.
Siswa senang mengobrol baik dengan teman sebangkunya ataupun dengan siswa
lainnya.
c.

Perilaku tidak bermoral, seperti kebiasaan mencontek, berbohong dan mencuri.

d.

Siswa keluar masuk kelas.

e.

Mengganggu kelas, berbicara keras, jalan-jalan di kelas tanpa permisi, suka membadut.

Permasalahan yang dihadapi oleh praktikan saat berlangsungnya proses belajar mengajar di
kelas III SD Negeri Nagarawangi 3 diantaranya yaitu :
a.

Adanya siswa yang suka mengganggu dan mengejek temannya pada saat belajar.

b. Adanya siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan
pada saat praktikan menjelaskan materi pembelajaran.
c.

Adanya siswa yang sering permisi keluar kelas.

3.

Faktor penyebab masalah

Setelah praktikan melakukan identifikasi didapatkanperkiraan mengenai faktor-faktor


penyebab timbulnya masalah pada diri siswa, diantaranya :

a.
Siswa yang suka mengganggu dan mengejek temannya, diperkirakan penyebabnya
adalah dalam diri siswa tersebut tumbuh rasa ingin menguasai kelas, merasa diri paling hebat
dan menganggap rendah temannya. Siswa juga diperkiraan ingin mencari perhatian guru agar
guru lebih fokus terhadap dirinya.
b.
Siswa yang senang mengobrol di kelas diperkirakan penyebabnya adalah rasa bosan dan
jenuh terhadap materi yang disampaikan atau rasa ingin berbagi cerita tentang apa yang telah
ia alami sehari sebelumnya karena pada siswa kelas III, ia mulai menemukan rasa nyaman
ketika bersama dengan teman sebayanya.
c.
Siswa yang sering permisi keluar kelas diperkirakan juga merasa situasi dan kondisi
kelas membuatnya kurang nyaman. Hal tersebut dapat terjadi karena iklim sosio-emosinal
siswa di kelas kurang baik.
4.

Upaya mengatasi masalah

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di kelas antara lain :
a.
Guru melakukan pendekatan kepada siswa yang bermasalah, guru memberikan nasihatnasihat yang membuatnya mengerti mengenai pentingnya seorang teman dalam
kehidupannya.
b.
Guru mengajarkan pada siswa bahwa manusia diciptakan harus saling menghargai
sesamanya.
c.
Guru menciptakan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan dan menarik
sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan situasi dan kondisi di kelas.
5.

Hasil akhir

Dalam upaya mengatasi masalah anak, praktikan sudah meminimalisir masalahmasalah yang terjadi di kelas meskipun belum sepenuhnya dapat diatasi. Tetapi perubahan
perilaku siswa yang bermasalah sudah dapat dilihat sedikit demi sedikit menuju ke arah yang
lebih baik. Setelah praktikan berupaya mengatasi masalah-masalah di kelas, frekuensi siswa
yang mengejek temannya mulai berkurang, siswa yang tadinya mengobrol juga dapat
berhenti mengobrol dan memperhatikan kembali materi yang disampaikan serta siswa yang
sering permisi keluar pun mulai berkurang. Setiap permasalahan yang terjadi dapat
diselesaikan dengan mudah apabila kita mengetahui strategi atau pendekatan apa yang harus
diambil ketika menghadapi suatu masalah.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan.
Guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran seperti mentransfer ilmu
pengetahuan kepada siswa, sebagai fasilitator serta membentuk karakter siswa-siswanya.
Agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien maka diperlukan pengelolaan di
dalam kelas. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk merancang,
menangani dan menilai situasi dan kondisi kelas agar tercipta kelas yang menyenangkan dan
kondusif untuk belajar sehingga siswa merasa senang dalam belajar, aktif, kreatif, produktif
dan nyaman.
Pengelolaan kelas yang terdapat di SD Negeri Nagarawangi 3 sudah terlihat baik.
Sekolah ini memperhatikan hal-hal yang memang penting dalam menciptakan kondisi belajar
yang kondusif, seperti pengelolaan perabot kelas, tempat duduk siswa, sarana dan prasarana
ataupun media di kelas. Pengelolaan lainnya pun sudah Nampak baik, seperti pengelolaan
kurikulum dan pembelajarannya, pengelolaan pesera didik, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengelolaan tenaga kerja dan lainnya. Semua pengelolaan ini dilakukan cukup baik meskipun
terdapat kekurangan di dalamnya. Namun, pihak sekolah beserta komite sekolah berusaha
melakukan perbaikan-perbaikan yang positif guna memajukan SD Negeri Nagarawangi 3.
B. Rekomendasi
Pengelolaan kelas yang baik akan menunjukkan keberhasilan kegiatan pembelajaran
di kelas. Hal tersebut tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antar warga sekolah
yang mendukung proses pembelajaran. Hal ini diperlukan di setiap sekolah mana pun,
termasuk di SD Negeri Nagarawangi 3. Selain itu, pemimpin atau kepala sekolah juga harus
mampu mengorganisir dan mengarahkan seluruh stafnya agar mereka bekerja secara
maksimal dan sesuai dengan bidangnya sehingga tidak terjadi over laping yang akan
memunculkan masalah di sekolah. Setiap tindakan pengelolaan dimaksudkan agar
mendukung tercapainya tujuan. Begitu pula dalam proses pembelajaran, pengelolaan sekolah
maupun pengelolaan kelas dimaksudkan agar tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Deni Koswara, Suryadi. 2007. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : UPI Press.
Tim Dosen PK . 2012. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar . UPI Kampus Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai