Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KEGIATAN PROGRAM PENGENALAN

LAPANGAN PERSEKOLAHAN (PLP) II

Nama : Alan Wahyu Pratama


NIM : G000190035

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023
BAB 1
PENGETAHUAN MENGENAI SEKOLAH SEBELUM PLP
SMP Al-Irsyad Surakarta adalah sekolah yang didirikan pada tahun 1987 yang terletak di
Jl. Kapten Mulyadi No.117, Kedung Lumbu, Kec Pasarkliwon, Kota Surakarta Prov. Jawa
Tengah. Lembaga Pendidikan ini berbasis al-Qur’an yang mengintegrasikan teknologi untuk
melahirkan siswa-siswinya mandiri, berkarakter, mengedepankan akhlak, dan berpegang teguh
kepada al-Qur’an dan sunnah yang siap untuk bersaing dalam menghadapi tantangan kehidupan.
1. Visi dan Misi
Visi SMP Al-Irsyad Surakarta adalah “ Lurus Aqidah, Prestatif, Akhlaqul Karimah.” Sedangkan
misi sekolah al-Irsyad yaitu:
1) Menyelenggarakan Pendidikan yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2) Menyelenggarakan Pendidikan terpadu berbasis sains dan Agama Islam
3) Menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan kepribadian islam siswa
4) Menyelenggarakan Pendidikan tahfidz dan life skill
5) Menjalin kerjasama dengan mitra Pendidikan dan stakeholder sekolah
2. Kurikulum
Sekolah ini memiliki kurikulum yang mengacu pada standar nasional pendidikan dan
menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi. Setiap kelas memiliki kurikulum yang
berbeda kelas 9 menggunakan kurikulum 2013 sedangkan kelas 7 dan 8 menggunakan kurikulum
merdeka. Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan
kompetensi peserta didik pada fasenya. Proses pembelajaran diharapkan menjadi lebih
mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan. Pembelajaran melalui kegiatan
proyek memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif
mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung
pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.
3. Program-Program Unggulan
Dalam mendukung terwujudnya visi misi sekolah al-Irsyad maka perlu program-program
yang mendukung terwujudnya visi dan misi tersebut. Program yang mendukung terwujudnya visi
misi tersebut adalah adanya program tahfidz reguler dan program tahfidz ziyadah. Program
reguler adalah program yang disediakan untuk siswa-siswi yang belum punya hafalan banyak
dan siswa-siswi lulusan dari SD Negeri atau SD yang tidak ada program tahfidznya. Sedangkan
untuk program ziyadah adalah program yang disediakan untuk siswa-siswi yang sudah
mempunyai hafalan banyak. Tidak hanya program unggulan tahfidz saja, di SMP Al-Irsyad
Surakarta memiliki beberapa program bina prestasi seperti Program Kelas Khusus Olahraga,
Program Kelas Khusus Bahasa Inggris, dan Program Kelas Khusus Sains, matematika, MHQ,
MTQ, Kaligrafi, dan Khitobah. Program-program ini dirancang untuk memaksimalkan potensi
siswa dalam bidang yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
4. Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di SMP Al-Irsyad Surakarta juga cukup lengkap dan memadai.
Terdapat ruang kelas yang dilengkapi dengan fasilitas audio visual, ruang laboratorium IPA,
ruang perpustakaan, ruang serbaguna, dan lapangan olahraga. Seluruh fasilitas tersebut dirancang
untuk mendukung proses pembelajaran siswa secara optimal. SMP Al-Irsyad Surakarta juga telah
mengadopsi teknologi dalam proses pembelajaran. Setiap kelas dilengkapi dengan proyektor
LCD dan internet sehingga siswa dapat memperoleh informasi lebih cepat dan mudah.
5. Peraturan-peraturan
Dalam setiap Lembaga Pendidikan pasti memiliki peraturan-peraturan yang berbeda-beda
tergantung dengan v daisi dan misi yang menjadi tolak ukur berjalannya peses belajar mengajar.
Di sekolah SMP Al-Irsyad memiliki peraturan-peraturan tersendiri seperti siswa-siswi laki-laki
diwajibkan menggunakan peci. Sedangkan bagi siswa yang perempuan diwajibkan menggunakan
kaos kaki. Handshock, ciput dan jilbab yang menutup dada. Di sekolah Al-Irsyad juga
memberlakukan pembatasan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, sehingga kelas antara
laki-laki dan perempuan terpisah. Hal ini dilakukan supaya hafalan siswa-siswi terjaga.

BAB II
APA YANG SAYA PELAJARI SAAT PLP II:
1. Managemen internal, diantaranya :
A. Kurikulum
Sekolah ini menggunakan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka. Kurikulum 2013
diterapkan untuk kelas 9 dan kurikulum merdeka diterapkan di kelas 7 dan 8. Namun setelah
melakukan pengamatan khususnya pada mata pelajaran agama rata-rata proses pembelajaran
menggunakan model kurikulum 2013 dan ktsp. Untuk cara pembuatan modul masih berpedoman
pada buku ktsp bukan buku kurikulum 2013.
Kurikulum merdeka disini diterapkan dalam kegiatan Gelar Karya P5 (Project Penguatan
Profil Pelajar Pancasila). Kegiatan ini adalah kegiatan penampilan karya P5 berupa poster, selain
karya p5 disini terdapat kegiatan bina prestasi yang menampilkan berbagai karya diantaranya
cerdas cermat islami, kitobah, ziyadah dan lain sebagainya.
B. Kesiswaan dan tenaga pendidik
Hubungan antar guru dan murid disini sangat harmonis. Guru disini bukan hanya sebagai
pemberi ilmu saja tetapi sebagai tempat curhatan peserta didiknya agar siswa proses dalam
pembelajaran lebih mudah dan peserta didik termotivasi untuk belajar
C. Sarana prasarana
Sarana prasarana di sekolah ini sangat lengkap, memiliki laboratorium, aula mushola,
perpustakaan, dan di masing" kelas terdapat alat pembelajaran dan fasilitas yang lengkap
D. Pelaksanaan evaluasi pendidikan
Mempelajari evaluasi program pembelajaran. Disini program pembelajaran diantaranya
ada program tahfidz, program halawah tarbiyah, ziyadah. Program tersebut dievaluasi setiap
semester dan mingguan.
Kemudian mempelajari evaluasi kegiatan pembelajaran. Disini mempelajari mengenai
proses pembelajaran, teknik mengajar, komunikasi dua arah antar guru dan siswa, dan lain
sebagainya. Selain itu mempelajari evaluasi pembelajarannya yaitu mengenai tingkat penguasaan
dan pencapaian siswa selama pembelajaran
2. Cara menilai dan menganalisis hasil belajar, membuat modul ajar, teknik mengajar
dan pengelolaan kelas, diantara nya
A. Penilaian dan analisis hasil belajar
Penilaian mengacu pada modul ajar, materi bersifat mengacu pada buku ktsp penerapan
model atau strategi pembelajaran masih dengan metode ceramah, menulis di papan tulis dan
diskusi serta anak lebih cenderung senang menggunakan metod equiz. Kemudian analisis hasil
belajar dengan penyusunan kisi-kisi, penyusunan instrumen penilaian: selama kegiatan plp
penilaian pembelajaran ulangan harian di terapkan pada minggu ketiga, penyusunan asesmen:
penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan
B. Membuat modul ajar
Syarat mengajar dengan baik adalah ketika modul ajar sudah siap atau sudah lengkap
karna modul ajar yang tidak lengkap dan tidak sistematis akan membuat guru mengalami
kesulitan ketika mengajar. Dalam penyusunan modul ajar ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan yaitu kami sebagai guru mampu menganalisis kondisi dan kebutuhan dan siswa
berdasarkan latar belakang, serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah, sekaligus
kemampuan dan kreativitas yang dimiliki oleh guru, Mengidentifikasi dan menentukan dimensi
Profil Pelajar Pancasila. Pada langkah ini, kami sebagai guru dapat memilih beberapa dimensi
Profil Pelajar Pancasila yang paling memungkinkan untuk dikembangkan dalam pembelajaran.
Misalnya, untuk materi taharah mata pelajaran fiqih, dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dipilih
adalah berkebinekaan global dan bernalar kritis, Mengidentifikasi dan menentukan dimensi Profil
Pelajar Pancasila. Menentukan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) yang akan dikembangkan
menjadi Modul Ajar, Menyusun Modul Ajar berdasarkan komponen yang tersedia. Pada langkah
ini, guru juga bisa menambahkan komponen lain yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran,
Setelah Modul Ajar selesai disusun, kami sebagai guuru dapat langsung menggunakannya dalam
kegiatan pembelajaran. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru dapat melakukan
evaluasi mengenai efektivitas Modul Ajar dalam kegiatan pembelajaran sekaligus menentukan
tindak lanjut untuk pembelajaran selanjutnya. Pada saat penyusunan modul ajar menurut kami
sudah bisa mengkoordinasikan dengan kondisi kelas yang sudah ditentukan oleh guru pamong
masing masing.
C. Teknik Mengajar
Setiap guru pasti punya teknik mengajar masing masing. Termasuk kami guru dalam
mengajar sangat mementingkan teknik mengajar yang baik karna menunjang keberhasilan belajar
anak disekolah. Pastinya antara tiap siswa punya level pemahaman yang berbeda-beda. Karena
itulah satu metode yang diterapkan di sekolah lalu digunakan untuk belajar banyak siswa dinilai
kurang efektif. Dengan menggunakan metode belajar yang sama untuk semua siswa, akan ada
siswa yang bisa tertinggal karena tidak mampu mengikuti metode belajarnya. Inilah pentingnya
melakukan refleksi pada setiap siswa untuk melihat apakah ada kesulitan melaksanakan metode
belajar yang digunakan. Teknik belajar yang aktif menurut kami itu dengan menggunakan macam
macam teknik atau metode yang melibatkan kelompok agar semua siswa juga bisa belajar tentang
kebersamaan dengan temannya dan diskusi bareng karna dapat mempermudah untuk
menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh guru.
D. Pengelolaan Kelas
Pada saat pengelolaan kelas itu sendiri kami sebagai pengajar memiliki cara sendiri untuk
melakukan pengondisian kelas agar siswa tidak mudah bosan atau pun ricuh ketika didalam kelas.
Ada beberapa pengondisian kelas yang sudah kami lakukan diantaranya yaitu atur ruang kelas
karna agar terciptanya suasana belajar yang kondusif adalah ruangan kelas yang rapi, bersih,
cukup pencahayaan dan lingkungan sekitar kelas yang nyaman menjadi syarat mutlak
kenyamanan belajar siswa. Bangun komunikasi dengan siswa karna dengan kami sebagai guru
sebaiknya memiliki hubungan baik akan cenderung menjalani proses pembelajaran dengan baik.
Itu adalah salah satu yang sudah diterapkan oleh kami sebagai guru untuk melakukan
pengondisian kelas agar maksimal.
3. Pembiasaan dan budaya sekolah
Sekolah ini memiliki pembiasaan dan budaya sekolah diantaranya shalat dan majelis duha
dan halaqah tahfidz diterapkan setiap hari, halaqah tarbiyah diterapkan pada hari jumat, mutabaah
yumiyyah, camping quran experience class, latihan dasar kepemimpinan (LDK), bina prestasi.
BAB III
Manfaat Apa Yang Saya Dapatkan setelah Mengikuti PLP II
1. Pengalaman Mengajar
Pengalaman mengajar kami dapatkan selama mengikuti PLP II yaitu Dengan praktek
mengajar kami dapat melaksanakan tugas sebagai pendidik dan melaksanakan kewajiban yang
dimiliki oleh para pengajar, dan mempelajari ilmu untuk dapat menambah kemampuan dalam
mengajar. Selain itu, kami juga mendapat pengalaman dalam menghadapi anak didik yang
memiliki karakter, kemampuan, dan keinginan yang berbeda. Dengan Pengalaman mengajar
yang saya dapatkan di PLP II dapat membuat murid memaknai materi dengan lebih baik, dan
dapat menjadi bekal kami sebagai calon guru yang professional.
2. Mengetahui Kondisi Langsung di Lapangan
Setelah mengikuti PLP II kami juga dapat mengetahui kondisi langsung di lapangan
bukan hanya sekedar teori saja. Kondisi langsung di lapangan yang dimaksud disini yaitu kami
dapat mengetahui kondisi sekolah dalam banyak hal, misalnya suasana sekolah (bising atau tidak,
dsb), sarana dan prasarana belajar, sumber-sumber belajar, dan media belajar. Selain itu kita juga
dapat mengetahui kondisi lingkungan sosial, menyangkut hubungan siswa dengan teman-
temannya, guru-gurunya dan staf sekolah yang lain.
3. Mampu Mengelola Waktu untuk Mengajarkan Materi Secara Efektif
Mampu mengelola waktu saat kegiatan pembelajaran kami dapatkan saat melakukan PLP
II, dengan penggunaan waktu pembelajaran yang tepat dan secara maksimal maka kami mampu
menyajikan bahan atau materi pembelajaran dengan cara tertentu, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan peserta didik.
4. Mampu Berlatih Mengelola Kelas dengan Karakteristik Peserta Didik yang
Berbeda
Setelah mengikuti PLP II kami mampu berlatih mengelola kelas dengan karakteristik
peserta didik yang berbeda. Pada dasarnya setiap orang memiliki watak atau karakteristik yang
berbeda-beda. Kami sebagai calon guru perlu memahami karakteristik awal peserta didik
sehingga dapat dengan mudah mengelola segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran.
Kami belajar mengenal karakteristik peserta didik, karena dengan mengenal akan membantu
kami dalam mengantarkan peserta didik mencapai keinginannya.
5. Mampu Menilai dan Menganalisis Hasil Belajar Siswa
Dalam pembelajaran guru harus mampu menilai siswa baik berupa kinerjanya juga
megenai kesungguhan belajarnya. Dengan penilaian yang tepat dapat membantu untuk diagnosis
kesulitan belajar dan menilai kemampuan siswa. Sebelum memberikan penilaian kinerja siswa
guru terlebih dulu harus tahu bagaimana penilaian yang adil dan objektif. Dengan mengikuti
kegiatan PLP II ini maka kami mampu menilai dan menganalisis hasil belajar siswa,
6. Mengetahui Tugas-tugas Guru Selain Mengajar Sehingga dapat Menjadi Bekal
Untuk Menjadi Seorang Guru yang Profesional.
Setelah mengikuti kegiatan PLP II kami menjadi mengetahui bahwa tugas-tugas guru
bukan hanya mengajar, tetapi peran/tugas guru dalam proses pembelajaran juga mencakup guru
sebagai: Sumber belajar; Fasilitator; Pengelola pembelajaran; Demonstrator; Pembimbing;
Motivator; dan Penilai. Sebagai Sumber Belajar, guru bertanggung jawab untuk menyediakan
informasi yang relevan dan bermanfaat bagi siswa. Mereka harus menyediakan materi pelajaran
yang berkualitas dan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang topik yang diajarkan.
Selanjutnya, sebagai Fasilitator, guru bertanggung jawab untuk membantu siswa mencapai tujuan
belajar mereka. Mereka harus membantu siswa memahami materi pelajaran dan memberikan
bimbingan yang tepat untuk membantu siswa menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Kemudian, sebagai Pengelola Pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk mengelola proses
pembelajaran. Selanjutnya, sebagai Demonstrator, guru bertanggung jawab untuk menunjukkan
cara melakukan sesuatu. Mereka harus menunjukkan cara mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan dan menunjukkan cara melakukan sesuatu dengan benar. Selanjutnya, sebagai
Pembimbing, guru bertanggung jawab untuk membimbing siswa dalam mencapai tujuan belajar
mereka. Kemudian, sebagai Motivator, guru bertanggung jawab untuk memotivasi siswa untuk
belajar. Terakhir, sebagai Penilai, guru bertanggung jawab untuk menilai hasil belajar siswa.
Mereka harus menilai hasil belajar siswa dengan benar dan memberikan umpan balik yang
bermanfaat bagi siswa. Guru juga harus memastikan bahwa siswa memahami materi pelajaran
dan dapat mencapai tujuan belajar mereka.
BAB IV
KENDALA APA YANG SAYA RASAKAN
1. Penyesuaian dengan budaya atau kebiasaan sekolah.
Penyesuaian dengan kebudayaan dan kebiasaan yang kami rasakan selama kami PLP II
yaitu adanya pembatasan interaksi antara perempuan dan laki-laki. Jadi, dalam satu angkatan
antara siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan ruang kelasnya juga tangga menuju lantai dua-
pun juga dipisahkan sehingga interaksi antara siswa laki-laki dan perempuan jarang sekali.
Mereka hanya berinteraksi hanya pada satu ruangan di saat shalat di aula saja. Dengan adanya
pembatasan ini kami para mahasiswa mau tidak mau juga harus membatasi interaksi dengan
siswa laki-laki atau perempuan, tidak terlalu dekat dengan siswa lawan jenis. Ketika kita mau ke
basecamp PLP II, di ruang perpustakaan, kami juga harus melewati tangga yang berbeda.
Khususnya untuk mahasiswa perempuan harus melewati tangga khusus perempuan yang itu agak
jauh dari ruangan perpustakaan. Kemudian, untuk kamar mandi perempuan-pun berada di lantai
dua sehingga setiap mahasiswa perempuan harus naik ke lantai dua terlebih dahulu apabila ingin
ke kamar mandi.
2. Pengkondisian Kelas Saat Mengajar.
Pengkondisian kelas saat mengajar yang dimaksudkan adalah pada saat siswa secara umum
berada di ruang kelas di waktu kegiatan belajar mengajar, terutama untuk kelas bawah kelas 7
putra yaitu 7C dan 7D. Kelas tersebut terkenal dengan kelas yang sangat sulit untuk dikondisikan
karena siswanya sangat ricuh. Hampir satu kelas memiliki sikap ricuh hanya satu dua anak saja
yang bisa tenang. Apabila sekali diingatkan beberapa menit kemudian mulai ricuh lagi. Untuk
kelas 7C siswanya ricuh dikarenakan ada anak-anak yang suka mengolok-olok sehingga memicu
pertengkaran dan itu terjadi setiap hari, bahkan siswa kelas tersebut memahami diri mereka
sendiri bahwasannya kelas mereka kelas yang ricuh. Tetapi setidaknya ketika diajak diskusi
mereka paham apa yang harus mereka lakukan meskipun banyak ngobrolnya dibandingkan
diskusinya. Untuk kelas 7D kelas ini juga tidak jauh beda masih sama-sama ricuh seperti kelas
7D namun lebih mudah untuk dikondisikan, tidak ada pertengkaran dan bullyan, tetapi hanya
ramai satu sama lainnya saat pembelajaran maupun tidak pembelajaran. Kelas 7D ini ketika
pembelajaran walaupun mereka ramai tapi mereka kooperatif saat pembelajaran malu untuk
bertanya tentang materi tidak harus dipancing mereka sudah mau untuk bertanya, dan saat diskusi
mereka cepat untuk berdiskusi meskipun juga tetap remain dan susah dikondisikan. Mungkin hal
ini terjadi juga karena mereka masa transisi dari SD menuju SMP jadi masih ada sikap anak SD
nya.
1. Siswa-siswa Hiperaktif.
Siswa di SMP Al-Irsyad ini juga banyak yang hiperaktif terutama siswa putra kelas 7.
Disaat pembelajaran mereka tidak bisa diam duduk dengan tenang. Ada beberapa anak yang
tidak mau tenang mereka suka jalan-jalan di kelas dan suka mengganggu temannya. Di Setiap
waktu pasti ada saja yang dilakukan entah bermain sendiri ataupun menjahili temannya. Hal ini
berdampak pada kegiatan belajar mengajar dimana siswa satu dengan yang lainnya fokusnya
akan terpecah, bagi gurunya juga kami sulit menenangkan kelas dan untuk menarik perhatian
siswa kepada kita juga penuh perjuangan.
2. Kurangnya 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)
Kurangnya 5S ini juga terjadi, mungkin karena kita para mahasiswa PLP II masih muda
jadi para siswa-siswa kurang adanya 5S ini mereka menganggap kita lebih pada kakak bukan
guru atau ustadz-ustadzah. Mereka mungkin bisa menghargai ketika kita mengajar saja,
terkadang pun saat mengajar mereka kurang menghargai kita ketika kita menyuruh mereka
untuk membaca atau berdiskusi lebih ke menyepelekan kita. Sehingga figure kita sebagai guru
kurang dimata mereka. Hanya beberapa siswa yang menerapkan 5S ini, mungkin yang sulit
adalah sopan dan santun walaupun para ustadz ustadzah di SMP Al-Irsyad sudah me-notice
para siswa untuk menganggap kita sebagai ustadz-ustadzah namun in real life mereka kurang
menerapkan itu.
3. Target Durasi Pembelajaran.
Target durasi pembelajaran yang terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang ada di
kelas. Saat mengajar kami terkadang sulit me-manage durasi pembelajaran sesuai dengan
materi ajar. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini seperti kesulitan materi ajar sehingga kita
tidak bisa cepat-cepat dan harus mengulang materi yang lalu atau materi yang diajarkan, siswa
ramai sulit dikondisikan juga menjadi faktor target durasi pembelajaran tidak tercapai waktu
habis untuk mengkondisikan siswa. Saat suasana kelas tidak kondusif, siswa cenderung lebih
lambat untuk menerima materi baru sehingga membuat capaian belajar yang direncanakan tidak
dapat untuk dicapai hanya dengan satu kali pertemuan
BAB V
SOLUSI YANG SAYA LAKUKAN UNTUK MENGATASI KENDALA
1. Kendala : Penyesuaian dengan budaya atau kebiasaan sekolah
Solusi :
Sebagai seorang mahasiswa, kami haruslah memiliki pemikiran bahwa pihak sekolah
pasti telah mendesain dan menyusun suatu kebiasaan atau budaya pada lingkungannya sesuai
dengan visi sekolah tersebut. Selain itu, terdapat sebuah tujuan tersendiri dari kebiasaan tersebut
yang dibiasakan oleh sekolah. Dari budaya (kebiasaan) SMP Al-Irsyad Surakarta yang berbasis
pada syari’at islam yang mana musti adanya pemisahan antara perempuan dan laki-laki tersebut,
bangunan sekolah yang sedemikian rupa juga didesain sesuai dengan kebiasaan itu. Oleh karena
itu, kami sebagai mahasiswa praktik atau mahasiswa magang tentunya harus mengikuti dan
menyesuaikan kondisi yang ada semaksimal mungkin.
2. Kendala : Pengkondisian Kelas Saat Mengajar.
Solusi :
Sebagai calon guru perlu memahami karakter peserta didik pada fase-fase perkembangan
peserta didik. Sesuai uraian pada BAB IV, disebutkan bahwa terdapat kesulitan dalam
pengkondisian siswa terkhusus pada kelas VII putra (VII-C dan VII-D). Di sinilah kompetensi
pedagogik seorang guru diuji. Sebagai calon seorang guru, perlu memahami karakteristik siswa
untuk mengeluarkan sebuah inovasi, mencari cara bagaimana menarik fokus peserta didik dalam
pembelajaran bukan hal lainnya.
Pertama, metode mengajar menjadi titik poin utama dalam sebuah pengkondisian kelas.
Metode mengajar juga harus menyesuaikan dengan karakter peserta didik masing-masing kelas.
Apabila mayoritas peserta didik dalam suatu kelas lebih fokus ke pembelajaran dengan metode
klasikal atau metode ceramah, maka guru dapat lebih sering menerapkan metode tersebut.
Namun, dalam satu atau dua pertemuan, guru juga perlu memberikan metode-metode
pembelajaran lainnya, seperti Problem Based Learning (PBL) atau Project Based Learning
(PjBL), sebagai bentuk variasi pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton dan kompetensi
peserta didik dapat berkembang.
Kedua, berinovasi dengan merancang media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam
kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang signifikan dalam pengkondisian kelas.
Dengan adanya media pembelajaran, peserta didik akan lebih tertarik pada pembelajaran karena
mereka akan menganggap itu adalah suatu hal yang baru bagi mereka. Dengan media
pembelajaran, peserta didik akan memfokuskan diri mereka pada media pembelajaran tersebut.
3. Kendala : Siswa - siswi hiperaktif
Solusi:
Pembelajaran di kelas merupakan kegiatan untuk bapak-ibu guru dan para murid di
sekolah yang dimana bapak dan ibu guru adalah sebagai fasilitator utama, guru sangat berperan
penting terciptanya pembelajaran di kelas yang kondusif. berikut beberapa cara agar membuat
kelas menyenangkan dan tidak membosankan untuk siswa.
1. Hindari berdiri di satu posisi
Metode konvensional dalam mengajar guru selalu mengajar dengan posisi yang saya yaitu
hanya di depan kelas sehingga siswa yang di belakang kurang mendapat perhatian layaknya yang
di depan kelas. Sebaiknya guru menggunakan metode mobile teaching. Guru mengajar
pembelajaran dengan jarak dekat dengan murid. Misalnya matematika guru bisa menjelaskan
penggunaan rumus, perkalian pembagian dan sebagainya. Selain itu, hal itu juga membantu siswa
untuk lebih santai dalam pembelajaran berlangsung. Menciptakan suasana bahwa mereka
memang sedang belajar bersama guru dengan guru berjalan-jalan, berpindah-pindah posisi guru
juga akan lebih mengetahui secara detail situasi kelas, bahkan melihat yang dikerjakan oleh
siswanya satu persatu.
2. Bervariasi
Saat pembelajaran cara-cara yang bervariasi disajikan, misalnya di awal pelajaran
memberikan aktivitas class warming up, seperti berdiri bersama dan melakukan yel-yel atau
games selama 5 menit atau hanya sedikit bercerita yang berkaitan dengan materi yang akan
dibahas untuk memberikan semangat sehingga memberikan siswa tambahan tenaga untuk belajar
dengan guru selama 40-80 menit ke-depan. Di tengah pelajaran diselingi dengan kuis dan diskusi
yang melibatkan anak anak menemukan inti materi yang ingin dicapai.
3. Berikan perhatian semua ke anak
Tidak sedikit guru yang hanya cenderung memperhatikan siswa yang pintar saja
sehingga siswa yang lain akan ditinggal. maka sebaiknya berikan semua perhatian kepada
seluruh siswa baik yang pendiam, aktif, atau yang sedang malas-malasan. Mereka akan bisa
merasa bahwa guru juga memperhatikan mereka.
4. Kendala : Kurangnya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun)
Solusi :
Pendidikan adalah proses pembelajaran untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman
yang lebih tinggi. Melalui pendidikan merupakan salah satu kunci dalam pembentukan karakter
seseorang. Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, hal itu dimaksudkan
bahwa pendidikan tidak hanya untuk menjadikan insan bangsa yang cerdas, tetapi juga untuk
membentuk karakter agar nantinya lahir generasi masa depan yang tumbuh dan berkembang
dengan karakter nilai luhur bangsa dan agama. Berdasarkan hal tersebut, guru merupakan salah
satu pembentuk karakter peserta didik di sekolah. banyak cara yang dapat dilakukan contohnya
adalah 5S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun).
Budaya 5S adalah budaya untuk membiasakan diri agar selalu senyum, salam, sapa,
sopan dan santun saat berinteraksi dengan orang lain.
1. Senyum
Menggerakkan sedikit raut muka serta bibir agar orang lain atau lawan bicara merasa nyaman
ketika sedang berjumpa.
2. Salam
Salam dilakukan dengan hati yang tulus sehingga mampu mencairkan suasana kaku, salam
dalam hal ini bukan berarti berjabat tangan saja, tapi seperti mengucapkan salam menurut
agama.
3. Sapa
Tegur sapa ramah yang diucapkan membuat suasana menjadi akrab dan hangat, sehingga lawan
bicara merasa dihargai.
4. Sopan
Sopan ketika duduk, lewat di depan orang tua, sopan santun kepada guru, sopan santun ketika
berbicara maupun berinteraksi dengan orang lain.
5. Santun
Santun merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang istimewa yaitu orang-orang yang
mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya, sopan santun merupakan
gerak, kata atau tindakan untuk menghargai orang lain.
5. Kendala : Target durasi pembelajaran
Solusi :
Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyampaikan materi terhadap murid dengan
mengikuti perkembangan zaman dan perubahan sistem pendidikan serta metode pembelajaran
yang sangat beragam. Meskipun kegiatan mengajar hanya dilakukan di kelas selama setengah
hari, tetapi guru membutuhkan waktu yang sangat panjang dalam menyiapkan materi. Begitu
banyak tugas yang guru harus lakukan sehingga perlu mengatur waktu agar menjadi guru yang
produktif. Ketika guru dapat membagi waktu dengan tepat maka tidak akan memberatkan guru
dalam bekerja. Adapun tips mengatur waktu bagi guru yaitu:
1. Menetapkan tujuan pembelajaran
Terlebih dahulu guru harus menetapkan tujuan dari pembelajaran yang akan guru
lakukan saat KBM. Tujuan ini akan sangat berpengaruh pada arah dan langkah yang guru
lakukan untuk kali pertama. Untuk penerapannya guru bisa memulainya dengan membuat RPP
seperti biasa.Usahakan sudah membuatnya dengan baik sehingga kegiatan belajar mengajar
dapat berlangsung dengan baik.
2. Menentukan prioritas
selain itu, guru dapat menentukan prioritas dari tugas yang akan guru berikan kepada
siswa. Berikanlah tugas yang sesuai dan dapat meningkatkan pemahaman topik pembelajaran
yang sedang guru ajarkan tadi. Guru tidak perlu memberikan banyak tugas untuk membuat
mereka paham, karena tidak jarang siswa akan merasa jenuh dengan banyaknya tugas yang
harus mereka kerjakan di setiap harinya.
3. Menetapkan batas waktu untuk menyelesaikan tugas
Dengan adanya batas waktu untuk menyelesaikan tugas, guru dapat membantu siswa
untuk menjadi lebih fokus dalam belajar dan menyelesaikan masalah. Selain itu, guru juga
dapat membimbing siswa untuk menjadi lebih produktif dan disiplin waktu.
4. Rehat sejenak
Guru dan siswa juga membutuhkan waktu untuk istirahat. Apabila guru memaksakan
diri untuk terus beraktivitas, maka akan kehilangan fokus dan pada akhirnya akan membuat diri
sendiri sakit. Dengan istirahat pikiran akan menjadi jernih dan lebih termotivasi ketika sedang
mengajar, begitu juga dengan siswa.
5. Mengatur tenggat waktu dengan baik dan rasional
Guru dapat memanfaatkan kalender dan daily planner untuk mengatur waktu dalam
jangka panjang. Guru dapat menulis tenggat waktu untuk tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai, serta tenggat waktu untuk pengumpulan tugas yang akan diberikan kepada siswa.
6. Tidak melakukan kegiatan yang berlebihan
Selanjutnya, sangat penting bagi guru untuk tidak melakukan beberapa kegiatan yang
berlebih, misalnya saat di mana guru melakukan perbincangan sederhana yang tidak sesuai
dengan topik pembelajaran. Usahakan untuk mengatur dan melakukan kegiatan pembelajaran
dengan seefektif mungkin.
7. Merencanakan kegiatan ke depannya
Tips terakhir yaitu guru harus memastikan kegiatan atau ide-ide apa saja yang dapat guru
lakukan di kemudian hari. Dengan adanya berbagai macam pemikiran seperti itu, guru dapat
meningkatkan kualitas guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di hari-hari selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai