Anda di halaman 1dari 34

1

3
Bidang Garapan Penelitian Tindakan Kelas:
Bagian 1

Terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran di dalam kelas yang


dapat dijadikan sebagai bidang garapan dalam penelitian tindakan kelas. Di
antara bidang-bidang tersebut ialah: (a) lingkungan belajar, (b) pendekatan
pembelajaran, (c) model pembelajaran, (d) strategi pembelajaran, (e) metode
pembelajaran, (f) materi pembelajaran, (g) media pembelajaran, (h) evaluasi
pembelajaran, serta (i) pengembangan nilai, moral, dan sikap. Pembahasan
sembilan bidang garapan PTK tersebut di atas dibagi menjadi dua bagian.
Empat bidang pertama dibahas pada bab III. Lima bidang lainnya dibahas
pada ba IV.

A. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang


terdapat di alam sekitar siswa yang dapat memengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Secara garis besar, lingkungan belajar dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu: (a) lingkungan keluarga, (b) lingkungan sekolah, dan (b)
lingkungan masyarakat. Namun demikian, pembahasan pada bagian ini
akan difokuskan pada lingkungan sekolah sebagai salah satu lingkungan
belajar siswa.
Menata lingkungan sekolah yang kondusif merupakan tanggung
jawab semua pihak yang ada dalam lingkungan sekolah, mulai dari kepala
sekolah sebagai pemangku kebijakan tertinggi di sekolah, guru, konselor,
siswa, sampai pada tenaga kependidikan. Hal tersebut karena lingkungan
sekolah meruapakan komponen yang sangat kompleks, mulai dari
lingkungan yang bersifat fisik hingga nonfisik. Lingkungan yang bersifat
fisik berupa sarana dan prasarana belajar seperti ruang kelas,
perpustakaan, sumber belajar, dan media pembelajaran. Lingkungan yang
bersifat nonfisik dapat berupa suasana kelas, relasi antara guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, dan sebagainya.
Dalam upaya mewujudkan lingkungan sekolah yang baik, peran guru
menjadi sangat penting karena guru tidak hanya sebagai penyampai materi,
2

pemberi motivasi, model, ataupun pengatur, tetapi juga sebagai aktor atau
pelaku dalam pembelajaran. Guru memiliki tanggung jawab dalam aktivitas
pengelolaan atau manajemen kelas untuk dapat menciptakan situasi kelas
yang kondusif dan menyenangkan sehingga dapat tercipta proses
pembelajaran yang efektif. Melalui proses pembelajaran yang efektif inilah
diharapkan guru memfasilitasi siswa meraih prestasi belajar yang optimal.
Pencapaian prestasi belajar yang optimal menunjukkan keberhasilan dalam
proses pembelajaran, begitu pula sebaliknya. Prose

1. Hakikat Lingkungan Sekolah

Konsep Trisentra Pendidikan atau tiga pusat pendidikan yang digagas


oleh Ki Hajar Dewantara1 dikatakan bahwa pendidikan berlangsung di tiga
lingkungan yaitu: (a) yakni lingkungan keluarga, (b) lingkungan sekolah,
dan (c) lingkungan masyarakat. Setelah anak mendapatkan pendidikan di
lingkungan keluarga, maka di sekolahlah pendidikan formal berlangsung.
Anak akan belajar tentang berbagai pengalaman belajar yang diajarkan oleh
guru. Di Sekolah juga anak dibimbing untuk meningkatkan perilaku ke
arah yang lebih baik. Sekolah adalah jembatan bagi anak dalam
mendewasakan diri, berinteraksi dengan baik di lingkungan keluarga, dan
dapat menyesuaikan diri dengan baik ketika berada di lingkungan
masyarakat.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang memungkinkan
anak untuk berproses dan mencapai hasil belajar setinggi-tingginya. Di
samping itu, peran lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap
tumbuh kembang kepribadian anak. Hal tersebut sejalan dengan
pandangan Syamsu (2001: 54) yang menyatakan bahwa lingkungan sekolah
adalah kesatuan ruang dalam lingkup pendidikan formal yang memberikan

11 Ki Hadjar Dewantara, EBI: Ki Hajar Dewantara meruapakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia,
kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia
merupakan pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para
pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari
semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.
Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret
dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998. Ia dikukuhkan sebagai pahlawan
nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).
3

pengaruh terhadap pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa.


Lebih dari itu, Dalyono (2010: 131) mengatakan bahwa lingkungan sekolah
merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Lingkungan sekolah
sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena kelengkapan
sarana dan prasarana dalam belajar serta kondisi lingkungan yang baik
sangat penting guna mendukung terciptanya lingkungan belajar yang
menyenangkan. Bahkan, menurut Tu’u (2004:18) di sekolahlah nilai-nilai
kehidupan dapat ditumbuhkembangkan.

Hal di atas menegaskan bahwa betapa penting peran sekolah sebagai


salah satu lingkungan belajar anak yang dapat memberikan kesempatan
kepada setiap anak untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mengasah
keterampilan, dan segala potensi diri, serta membentuk sikap dan
kepribadian yang mantap sebagai insan manusia yang dicita-citakan. 2

2. Fungsi Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan belajar formal yang


membantu menumbuhkembangkan kemampuan intelektual, menggali dan
mengembangkan potensi dasar siswa, membekali siswa dengan berbagai
keterampilan, serta membantu menanamkan nilai-nilai aspek kepribadian,
tingkah laku, tatakrama dan budi pekerti dalam diri seorang siswa. Sejalan
dengan hal tersebut Hasbullah (2006: 34 – 35) mengemukakan fungsi
utama lingkungan sekolah yaitu sebagai berikut.
1. Mengembangkan kecerdasan berpikir.
2. Mengembangkan pribadi peserta didik secara menyeluruh.
3. Meningkatkan diferensiasi dalam tugas dan fungsi kemasyarakatan.
4. Membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial dan
kemampuan beradaptasi di masyarakat.
5. Memberikan kesempatan kepada anak melatih berdiri sendiri dan
tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
2 Manusia ideal atau yang dicita-citakan sesuai dengan tujuan pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
4

3. Komponen Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah memiliki berbagai komponen yang berpengaruh


terhadap proses dan hasil belajar siswa. Komponen-komponen tersebut
berupa lingkungan yang bersifat fisik dan lingkungan nonfisik.

a. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik terdiri atas: (a) letak geografis sekolah, (b) kondisi
gedung, (c) sumber dan media pembelajaran. Letak geografis sekolah turut
memengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Sekolah-sekolah yang terletak
di daerah yang padat atau berdampingan dengan tempat keramaian
biasanya akan mengalami persoalan terkait rendahnya konsentrasi belajar
siswa. Kondisi Gedung terutama ruang kelas yang memadai menjadi salah
satu syarat yang harus dipenuhi agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif. Kondisi ruang kelas yang baik dapat menumbuhkan rasa
nyaman dalam diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Begitu pula
dengan Sumber dan Media Pembelajaran dapat memberikan kemudahan
bagi siswa untuk memperoleh informasi tentang objek yang sedang
dipelajarinya. Begitu pula dengan media pembelajaran yang lengkap akan
memudahkan penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.

b. Lingkungan Nonfisik
Lingkungan nonfisik dapat dibagi menjadi dua yaitu: (a) lingkungan sosial
dan (b) lingkungan akademis.
a) Lingkungan Sosial: terbagi menjadi (a) relasi guru dengan siswa, (b) relasi siswa
dengan siswa, dan (c) disiplin siswa. Antara guru dengan siswa sering
kali terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan relasi keduanya menjadi
terganggu. Relasi yang baik antara guru dengan siswa merupakan faktor
yang sangat penting dalam upaya menciptakan iklim belajar yang
kondusif dan menyenangkan. Adapun relasi siswa dengan siswa akan
menghasilkan pembelajaran yang multiarah. Jika relasi antara siswa
dengan siswa berjalan dengan baik, maka pembelajaran dapat berjalan
5

secara efektif. Sedangakna disiplin siswa erat kaitannya dengan prestasi


belajar. Umumnya, siswa yang berhasil dalam belajar memiliki tingkat
kedisiplinan yang tinggi.

b) Lingkungan Akademis
lingkungan akademis teridiri dari: (a) implementasi kurikulum, (b)
kualitas guru, (c) suasana belajar, (d) cara belajar siswa, dan (e) waktu
belajar. Implementasi kurikulum benar-benar diperhatikan agar tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.3 Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2003 yang
meneyebutkan bahwa kurikulum merupkan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Begitu pula dengan
kualitas guru yang berkaitan erat dengan kompetensi guru yang
dipersyaratkan oleh Undang-undang No. 14 tahun 2005 Dosen pasal 10
ayat 1, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.4
Suasana belajar yang tenang dan kondusif membuat siswa merasa
nyaman dan termotivasi belajar yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap prestasi belajarnya. Adapun cara belajar siswa Cara belajar
siswa yang tidak benar akan menyebabkan proses belajar menjadi tidak
efektif. Termasuk pengaturan waktu belajar di sekolah juga turut
memengaruhi proses dan hasil belajar siswa.

3 Implementasi kurikulum merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi
serta karakter peserta didik. Implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan terutama Standar Proses, sebagaimana dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
mencakup perencanaan proses pembelajaraan, pelaksanaan proses pembelajraan, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran.
4 Kompetensi pedagogik berkenaan dengan kemampuan guru untuk memiliki pemahaman terhadap karakteristik
siswa dan pengelolaan pembelajaran mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi. Kompetensi kepribadian
berkenaan dengan kemampuan guru untuk tampil sebagai personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial
berkenaan dengan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan siswa, sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
profesional berkenaan dengan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang menaungi materi dalam
kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan.
6

Berikut ini diuraiakan beberapa permasalahan dalam lingkungan


sekolah yang biasa menjadi penghambat keberhasilan proses pembelajaran.
Masalah-masalah tersebut dapat dijadikan sumber masalah PTK.
(a) Guru kurang berkualitas, baik dalam pemilihan model, metode, dan
teknik pembelajaran atau penguasaan materi ajar.
(b) Hubungan guru dengan siswa atau hubungan siswa dengan siswa
kurang harmonis;
(c) Pengaturan jam pembelajaran yang kurang tepat dan tidak konsisten;
(d) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan
belajar siswa;
(e) Cara belajar siswa yang masih kurang baik;
(f) Alat atau media pembelajaran yang kurang memadai;
(g) Keterbatasan berbagai jenis sumber belajar;
(h) Fasilitas fisik sekolah seperti gedung dan ruang kelas tidak terpelihara
dengan baik; dan
(i) Suasana belajar kurang menyenangkan.

Contoh Judul PTK dalam Bidang Garapan Lingkungan Sekolah

Berikut ini merupakan contoh judul penelitian PTK dalam bidang


garapan lingkungan sekolah.
1. Manajemen Kelas dalam Menciptakan Suasana Belajar yang Kondusif;
Suatu Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah X
2. Upaya Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan melalui
Optimalisasi Jeda Strategis dengan Video Humor dan Motivasi dalam
Belajar Bahasa Indonesia Kelas X SMP X
3. Menciptakan Pembelajaran Menyenangkan dalam Upaya Menumbuhkan
Minat Anak Usia Dini Terhadap Pelajaran X
4. Pemanfaatan Layanan Perpustakan Digital dalam Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa di Sekolah X

B. Pendekatan Pembelajaran
7

Pada perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dikenal beberapa


istilah yang memiliki kemiripan makna dan seringkali dipahami secara
tumpang tindih oleh sebagian guru. Istilah tersebut ialah (a) pendekatan
pembelajaran, (b) model pembelajaran, (c) strategi pembelajaran, (d) metode
pembelajaran, dan (e) teknik pembelajaran. Kelima istilah tersebut
diuraikan sebagaima berikut ini.

1. Hakikat Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan berpikir


filosofis dalam menentukan bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran masih bersifat umum dan
implementasinya secara teknis diturunkan dalam bentuk strategi, metode,
dan teknik pembelajaran tertentu dengan langkah-langkah yang sistematis.
Sejalan dengan hal tersebut Rianto, dkk. (2006: 16) mengartikan
pendekatan pembelajaran sebagai seperangkat wawasan yang secara
sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan
strategi, metode, dan teknik (prosedur) dalam mencapai target atau hasil
tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sama halnya dengan Rianto, Suherman (1993: 220) mengemukakan
bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur
yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Begitu pula dengan Sanjaya (2008: 127) yang
mengatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran merupakan titik tolak, ide atau prinsip, cara
pandang yang mendasar (filosofis) dalam menentukan cara pengelolaan
pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran yang akan diuraikan berikut ini dapat


digunakan sebagai pendekatan pembelajaran dalam pelaksanaan PTK. Pada
berbagai referensi ditemukan berbagai jenis-jenis pendekatan pembelajaran
8

yang sudah umum digunakan oleh guru dalam menyelesaikan


persoalannya di dalam kelas.

2. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran

Secara garis besar, pendekatan pembelajaran dapat dibedakan


menjadi dua jenis, yakni (a) pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
guru (teacher centered approach) dan (b) pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered approach).
a. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru , merupakan
pendekatan yang memosisikan guru sebagai pengendali sebagian besar
pembelajaran dan siswa sebagai objek dalam pembelajaran itu. Guru
mengomunikasikan pengetahuan kepada siswa berdasarkan tuntutan
silabus dan biasanya dilakukan dengan menggunakan metode
konvensional. lnteraksi pembelajaran bersifat satu arah sehingga
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh siswa sangat terbatas,
tergantung dari apa saja yang disampaikan oleh guru dan hanya sekali-
sekali siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan di
pertengahan, ataupun di akhir proses pembelajaran.
b. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, merupakan
pendekatan yang menekankan pada partisipasi aktif siswa sebagai
subjek dan guru bertindak sebagai mediator, fasilitator, evaluator, dan
pemimpin dalam proses pembelajaran. Pembelajaran efektif menurut
pendekatan ini ialah pembelajaran yang mampu memberikan
pengalaman kepada siswa agar dapat belajar secara aktif dengan
melibatkan penggunaan berbagai macam strategi, metode, teknik,
sumber belajar, dan media pembelajaran. Bentuk interaksi yang terjadi
bukanlah komunikasi satu arah, melainkan komunikasi interaktif yang
multiarah, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan
siswa lainnya.
Berikut ini diuraikan beberapa jenis pendekatan yang dapat
diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. Termasuk dapat diterapkan
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
9

a. Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual5 atau Contextual


Teaching and Learning, (CTL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog,
bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan
sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat ke dalam konsep yang
akan dipelajari (Sulianto (2008). Dengan demikian, Pendekatan kontekstual
menekankan pada proses keterlibatan siswa secara utuh dalam
menemukan dan mengontruksikan konsep yang dipelajari sehingga
membentuk suatu pengetahuan dengan menghubungkannya pada situasi
kehidupan nyata hingga akhirnya pengetahuan itu dapat diaplikasikan
dalam kehidupan. Pendekatan ini juga menuntut guru menghadirkan
situasi dunia nyata ke dalam kelas. Selain itu, dalam pendekatan ini guru
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehingga pembelajaran dapat lebih

bermakna dan bermanfaat.

b. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik6 juga dikenal dengan istilah pendekatan ilmiah.


Pendekatan pembelajaran ini mengacu pada proses atau tahapan kerja
ilmiah, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen,
mengasosiasi/mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Dalam
penerapannya, siswa didorong untuk berperan aktif baik secara individu
maupun kelompok menggali konsep dan prinsip melalui tahapan-tahapan
ilmiah dengan indra dan akal pikiran sendiri. Pada saat siswa mengalami

5 Pembelajaran Berbasis Kontekstual diusulkan oleh John Dewey pada tahun 1916 yang menyarankan agar
kurikulum dan metodologi pembelajaran dikaitkan langsung dengan minat dan pengalaman siswa. Dewey tidak
menyetujui konsentrasi pembelajaran pada pengembangan intelektual terpisah dari pengembangan aspek
kepribadian. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah
diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya.
6 Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang berlaku dalam Kurikulum 2013. Namun, secara
prosedural, pendekatan saintifik tidak selalu tepat atau sesuai untuk diaplikasikan pada semua mata pelajaran,
materi, atau situasi tertentu. Dalam kondisi demikian, guru dimungkinkan untuk menggunakan pendekatan lain
dengan catatan tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dalam pembelajaran yang dilaksanakan.
10

secara langsung proses mendapatkan ilmu pengetahuan, siswa diharapkan


dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, ilmiah, dan analitis.

c. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme7 merupakan pendekatan pembelajaran


yang memandang belajar sebagai pembentukan pengetahuan yang
dilakukan secara aktif oleh siswa. Siswa diwajibkan aktif berpikir,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang
dipelajari. Dalam pendekatan ini, siswa dianggap telah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu walaupun mungkin masih
sangat sederhana. Pengetahuan awal itulah yang akan menjadi dasar
mengonstruksian pengetahuan baru. Peran guru dalam pendekatan
konstruktivisme adalah membantu dan memastikan bahwa proses
pengonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan dengan baik.

Penerapan pendekatan konstruktivisme dapat dilakukan dengan


membiasakan siswa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Argumentasinya,
menurut Saguni (2019) bahwa Guru tidak akan mampu memberikan semua
pengetahuan kepada siswa. Oleh seba itu, Siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan pada benak mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi
berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan
pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan
diri dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.

d. Pendekatan Konsep

Pendekatan konsep adalah pendekatan pembelajaran yang


mengarahkan siswa meguasai konsep secara benar agar tidak terjadi

7 Pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad 20 dalam tulisan Baldwin yang secara luas diperdalam dan
disebarkan oleh Piaget. Apabila ditelusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivistik sebenarnya telah dimulai
oleh Vico, seorang epistemolog dari Italia (1710), Vico dalam de Antiquissima Italorum Sapientia,
mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari
ciptaan.” Dia menjelaskan bahwa mengetahui berarti mengetahui bagaimana membuat sesuatu (Glasersfeld,
1988).
11

kesalahan konsep (miskonsepsi). Pada pendekatan ini guru menyajikan


konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Pendekatan ini memiliki kelebihan dari
sudut pandang siswa karena mereka lebih percaya diri dalam
mengungkapkan apa yang ia lihat dan dialaminya di dalam kehidupan
sehari-hari.

e. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)

Pendekatan sains teknologi dan masyarakat (STM) merupakan


gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, inkuiri dan
diskoveri, serta pendekatan lingkungan. Pendekatan STM merupakan
pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di
masyarakat. Adapun tujuan pendekatan STM ini adalah menghasilkan
siswa yang memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil
keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta
mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.

Terdapat tiga landasan pendekatan sains teknologi dan


masyarakat (STM), yakni: (1) adanya hubungan erat antara sains,
teknologi, dan masyarakat; (2) proses pembelajaran didasarkan kepada
teori konstruktivisme; dan (3) memuat lima ranah belajar, yaitu ranah
kognitif, afektif, proses sains, kreativitas, serta hubungan dan aplikasi.

3. Beberapa Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bidang


Garapan Pendekatan Pembelajaran

Berikut ini disajikan beberapa contoh judul penelitian tindakan kelas


(PTK) dalam bidang garapan pendekatan pembelajaran.
1. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa ….
2. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Scoaffolding untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi ….
12

3. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Penerapan


Pendekatan Saintifik Menggunakan Metode Jigsaw di Kelas ….
4. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pengurangan dan
Penjumlahan Bentuk Aljabar Melalui Penerapan Pendekatan RME
(Realistic Mathematic Education) di Kelas … Sekolah ….
5. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan ….
6. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menulis Bahasa
Inggris melalui Pendekatan Proses di Kelas … SMA ….
7. Upaya Meningkatkan Prestasi Mata Pelajaran Matematika Melalui
Penerapan Pendekatan Mastery Learning di Kelas … SMA ….
8. Upaya Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui
Penerapan Pendekatan Komunikatif ....
9. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa tentang Operasi Hitung
Pecahan Melalui Pendekatan Heurustik pada Pembelajaran Matematika
di Kelas … SD ….
10. Implementasi Pendekatan RME (Realistic Mathematic Education)
Berbantuan LKS dengan Model Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas …
SMP ….

C. Model Pembelajaran

Pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang


dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada
umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional). Inovasi pembelajaran
merupakan sesuatu yang penting dan harus dilakukan oleh guru. Hal ini
dimaksudkan agar pembelajaran menjadi lebih hidup dan bermakna.
Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari
berbagai terobosan, termasuk salah satunya dalam pemilihan dan
penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran masa kini akan sangat menunjang keberhasilan dalam
pembelajaran.
13

Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi para guru
untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran.
Dengan menguasai berbagai model pembelajaran, seorang guru akan
merasakan adanya kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas,
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang
diharapkan.

1. Definisi Model Pembelajaran

Dengan mengutip pendapat Briggs (1978: 23) yang menjelaskan


bahwa model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media,
dan evaluasi, maka secara umum, model pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu prosedur yang berurutan yang dijadikan panduan dalam
mengorganisasikan pembelajaran mulai dari perencanaan hingga evaluasi
pembelajaran.
Menurut Joyce & Weil (1980: 1), model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Sagala (2005: 175) memberi batasan tentang definisi model
pembelajaran, yakni suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Serupa dengan pandangan dua ahli sebelumnya, Trianto (2010: 51)
menyebutkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
14

Dari beberapa pandangan ahli tersebut, dapat ditarik sebuah


kesimpulan yang menunjukkan kesamaan konsep perihal definisi model
pembelajaran yang pada pokoknya menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang disusun secara sitematis dan berisi
prosedur yang dijadikan sebagai panduan bagi guru untuk
mengorganisasikan pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran.
Terkait hubungan model pembelajaran dengan komponen
pembelajaran lainnya, pada dasarnya seluruh komponen pembelajaran
mulai dari pendekatan hingga teknik memiliki kaitan sangat erat satu sama
lain dan membentuk satu hierarki seperti yang ditunjukkan dalam gambar
berikut:

Gambar 3.1 Hierarki Komponen Pembelajaran

2. Rumpun Model Pembelajaran

Joyce dan Weil (1980; 1992) dalam bukunya Models of Teaching


menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat rumpun.
Keempat rumpun model pembelajaran tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Rumpun Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi

Model pembelajaran pemrosesan informasi didasari oleh teori


belajar kognitif yang dikemukakan oleh Jean Piaget 8 dan berorientasi
8 Jean Piaget adalah psikolog Swiss kelahiran Neuchatel 1896 yang dikenal sebagai pencetus teori
perkembangan kognitif. Teorinya memiliki pengaruh yang luar biasa pada munculnya psikologi perkembangan
15

pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki


kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimulus dari lingkungan, mengorganisasi
data, memecahkan masalah, menemukan konsep, serta menggunakan
simbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori
oleh Robert Gagne9 (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan
merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu,
proses kognitif) dan kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan).
Interaksi antara keduanya akan membentuk hasil belajar. Pembelajaran
merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan
manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal, (2)
kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) kecakapan
motorik.

b. Rumpun Model Pembelajaran Personal

Model pembelajaran personal bertitik tolak dari teori belajar


humanistik10, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu.
Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan
hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan
siswa sebagai pribadi yang mampu membentuk hubungan harmonis
serta mampu memproses informasi secara efektif. Guru harus berupaya
sebagai subbidang khas dalam psikologi dan berkontribusi besar terhadap bidang pendidikan. Dia juga dikenal
sebagai pelopor teori konstruktivistik tentang pengetahuan.
9 Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang lahir di Andover Utara, Massachusetts pada 21
Agustus 1916 dan meninggal pada 28 April 2002. Beliau adalah seorang professor dalam bidang psikologi dan
psikologi pendidikan di Connecticut College for Women (1940–1949), Penn State University (1945-1946), serta
professor di Tallahasse, Florida State University. Beberapa pandangannya tentang belajar dituangkan dalam dua
teorinya, yakni teori pemrosesan informasi dan teori conditions of learning.
10 Teori belajar humanistik memandang belajar sebagai proses untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
berhasil jika siswa dianggap telah mencapai aktualisasi diri secara optimal. Bagi teori humanistik, proses
pembelajaran boleh menggunakan pendekatan apa saja selama tujuannya untuk memanusiakan manusia.
16

menciptakan kondisi kelas yang kondusif agar siswa merasa bebas


dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun
intelektual.
c. Rumpun Model Pembelajaran Sosial

Model pembelajaran sosial didasari oleh teori belajar gestalt 11.


Model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu
dengan masyarakat (learning to life together). Pokok pandangan teori
belajar gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang
sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu
objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk dan bukan
bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi
diberikan secara utuh, bukan bagian-bagian. Model pembelajaran sosial
ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dalam upaya peningkatan proses
demokratis dalam bermasyarakat secara produktif.

d. Rumpun Model Pembelajaran Perilaku

Model pembelajaran perilaku bertitik tolak dari teori belajar


behavioristik12, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien
untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku
dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model
pembelajaran yang termasuk dalam rumpun ini mementingkan
penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi
penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang

dikehendaki. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-


tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat
fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu fase mesin

11 Teori belajar gestalt sering pula disebut field theory atau insight full learning. Teori belajar gestalt
merupakan teori belajar yang di kembangkan oleh Max Wertheimer. Max Wertheimer (1880-1943) adalah
pendiri Psikologi Gestalt, bersama kedua temannya, yakni Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler
(1887-1967).

12 Teori belajar behavioristik memandang belajar sebagai perubahan tingkah laku akibat dari interaksi stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Bagi teori belajar
behavioristik, aspek mental boleh saja ada, tetapi tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati dan
diukur.
17

pembelajaran (CAI dan CBI), penggunaan media, pembelajaran


berprogram (linier dan branching,) operant conditioning, dan operant
reinforcement.

3. Jenis-Jenis Model Pembelajaran

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru


dalam kegiatan pembelajaran, yakni: model pembelajaran langsung , model
pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model
pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran PAKEM, model
pembelajaran berbasis web/e-learning, model pembelajaran inkuiri, dan
model pembelajaran VTC (value clarification technique). Tiga di antaranya
dijelaskan sebagai berikut.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model


pembelajaran yang dilakukan dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat hingga lima orang siswa dengan struktur kelompok bersifat
heterogen.13 Pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik: (1)
pembelajaran dilakukan dalam bentuk tim atau kelompok belajar; (2)
pembelajaran didasarkan pada manajemen kooperatif; (3); kemauan bekerja
sama ada dalam diri setiap anggota tim; dan (4) keterampilan bekerja sama
sangat menentukan keberhasilan belajar.
Secara umum, ada enam fase dalam model pembelajaran kooperatif
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.1 Fase Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Perilaku Guru dan Siswa
Fase 1 Guru menjelaskan tujuan-tujuan
Mengklarifikasikan tujuan dan pembelajaran dan establishing set.
establishing set.
Fase 2 Guru mempresentasikan informasi
Mempresentasikan informasi. kepada siswa secara verbal atau
dengan teks.
Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa tata
Mengorganisasikan siswa ke cara membentuk tim-tim belajar dan

13 Dalam pengertian ini, heterogen yang dimaksud dilihat dari berbagai perbedaan karakteristik siswa,
utamanya pada aspek tingkat kemampuan belajar.
18

dalam tim-tim belajar. membantuk kelompok untuk


melakukan transisi yang efisien.
Fase 4 Guru membantu tim-tim belajar selama
Membantu kerja tim dan mereka mengerjakan tugas.
belajar.
Fase 5 Guru menguji pengetahuan siswa
Mengajukan berbagai materi. tentang berbagai materi atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerja.
Fase 6 Guru mencari cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan. usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.
Sumber : Arends (2012)
Model pembelajaran koopratif memiliki banyak tipe dengan langkah
pembelajaran yang berbeda-beda. Berikut ini disajikan beberapa tipe model
pembelajaran kooperatif, yakni di antaranya: (1) tipe jigsaw, (2) tipe NHT 
(number heads together), (3) tipe STAD (student teams achievement division),
(4) tipe TAI (team accelerated instruction), (5) tipe TGT (team games
tournament), (6) tipe GI (group investigation), (7) tipe IOC (inside outside
circle), (8) tipe CS (cooperative script ), (9) tipe mencari pasangan (make a
match), dan (10) tipe STL (student team learning).
b. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah seperangkat model


pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan
pengaturan diri (Hmelo-Silver, 2004; Serafino & Ciccheilli, 2005).
Pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga karakteristik yang
digambarkan oleh Eggen & Kauchak (2012), yakni: (1) pembelajaran
berfokus pada pemecahan masalah; (2) tanggung jawab untuk memecahkan
masalah bertumpu pada siswa; dan (3) guru mendukung proses saat siswa
mengerjakan masalah.
Hal utama dalam pembelajaran berbasis masalah bukanlah kuantitas
materi atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru kepada siswa,
melainkan bagaimana guru dapat memfasilitasi siswa untuk mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan pemecahan
masalah secara ilmiah, serta kemampuan mengonstruksi pengetahuan
19

sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Arends (2012: 70) bahwa


pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah, belajar peranan orang dewasa secara autentik, memungkinkan
siswa untuk mendapatkan rasa percaya diri atas kemampuan yang
dimilikinya sendiri, serta untuk berpikir dan menjadi pelajar yang mandiri.
Ada lima fase dalam model pembelajaran berbasis masalah
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 3.2 Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Perilaku Guru dan Siswa
Fase 1 Guru menyampaikan tujuan
Mengenalkan siswa pada pembelajaran yang hendak dicapai,
masalah. mengecek apersepsi siswa dengan
melakukan tanya jawab materi
sebelumnya, dan memberikan motivasi.

Fase 2 Guru mengorganisasi siswa untuk


Mengorganisasi siswa untuk belajar dalam kelompok.
belajar.
Fase 3 Guru mendorong siswa untuk
Membantu investigasi mandiri mengumpulkan data dan melakukan
dan kelompok. percobaan.

Fase 4 Guru memberi kesempatan kepada


Mengembangkan dan siswa untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil diskusinya dan membantu dalam
karya. kegiatan tukar pendapat.

Fase 5 Guru membantu siswa menganalisis


Menganalisis dan dan mengevaluasi proses berpikir
mengevaluasi proses mereka dalam investigasi dan
pemecahan masalah. keterampilan intelektual yang
digunakan saat pemecahan masalah
serta merefleksi pembelajaran yang
telah dilakukan.

Sumber: Arends (2012)


c. Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri biasa juga disebut dengan istilah


pembelajaran penemuan. Gulo (2002: 84-85) mendefinisikan model
pembelajaran inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
20

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat


merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan
menemukan sendiri melalui pemecahan masalah. Trowbridge & Bybee
(1986: 183) mengemukakan “Inquiry is the process of defining and
investigating problems, formulating hypotheses, designing experiments,
gathering data, and drawing conclutions about problems”. Artinya, inkuiri
adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki suatu masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, dan
menarik kesimpulan tentang masalah.
Hosnan (2014: 341) mengatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran inkuiri
yaitu: (1) menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan; (2) aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga
diharapkan dapat menimbulkan sikap percaya diri; dan (3) tujuan dari
penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Ada enam fase dalam model pembelajaran inkuiri sebagaimana
ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.3 Fase Model Pembelajaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru dan Siswa


Fase 1 Guru membimbing siswa mengidentifikasi
Menyajikan pertanyaan masalah yang dituliskan di papan tulis. Guru
atau masalah membagi siswa dalam kelompok
Fase 2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
Membuat hipotesis untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan hipotesis
21

menjadi prioritas penyelidikan.


Fase 3 Guru memberikan kesempatan kepada siswa
Merancang percobaan untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat.
Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan.
Fase 4 Guru membimbing siswa mendapatkan
Melakukan percobaan informasi melalui percobaan.
Fase 5 Guru memberikan kesempatan kepada setiap
Mengumpulkan data kelompok untuk menyampaikan hasil
dan menganalisis data. pengolahan datanya yang terkumpul.
Fase 6 Guru membimbing siswa dalam membuat
Membuat kesimpulan kesimpulan.
Sumber: Trianto (2009: 53)

4. Beberapa Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bidang


Garapan Model Pembelajaran

Berikut ini disajikan beberapa contoh judul penelitian tindakan kelas


(PTK) dalam bidang garapan model pembelajaran.
1. Optimalisasi Pembelajaran Geografi Melalui Model Contextual Teaching
And Learning (CTL) di Kelas … SMA ….
2. Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPS Materi Peninggalan Sejarah
Melalui Model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM) di Kelas … SD ….
3. Upaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PKN
Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah di Kelas ... SMP ....
4. Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran IPA
Menggunakan Model Pembelajaran Konstruktivisme ….
5. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Benda dan
Sifatnya Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture To Picture di
Kelas … SD ….
6. Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa pada Pokok Bahasan
Pengerjaan Hitung Campuran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
dengan Media Permainan Mencari Harta Karun di Kelas … SD ....
7. Peningkatan Proses Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) di Kelas … SD ….
22

8. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle Model)


untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Pokok Bahasa … di Kelas ….
9. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournamets) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Operasi
Bilangan Bulat di Kelas … SD ….
10. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas … dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ….

D. Strategi Pembelajaran

Sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran, guru memiliki


kewajiban untuk menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang dikehendaki. Strategi merupakan pola atau acuan dalam bertindak
sesuai dengan tujuan tertentu. Pembelajaran adalah proses, cara, atau
kegiatan guru yang berorientasi pada layanan dan bimbingan terhadap
siswa dalam belajar. Jadi, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu perencanaan yang berisi pola kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Dalam implementasinya, guru harus mampu menciptakan
pembelajaran aktif, interaktif, edukatif, dan menyenangkan. Terkait dengan
hal tersebut, tentu diperlukan langkah-langkah pemilihan strategi yang
tepat sehingga dapat menunjang keberhasilan proses kegiatan
pembelajaran.

1. Definisi Strategi Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai rencana yang


berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (J. R. David dalam Sanjaya, 2008: 126). Menurut
Romiszowski (1981), strategi pembelajaran adalah suatu pandangan umum
tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi dari perintah-perintah terpilih
untuk metode pembelajaran. Batasan lain tentang definisi strategi
pembelajaran dikemukakan oleh Dick & Carey (1990) yang menyatakan
23

bahwa strategi menunjukan komponen umum suatu set bahan ajar


instruksional dan prosedur yang akan digunakan bersama bahan ajar

tersebut untuk memperoleh hasil belajar tertentu. Komponen yang


dimaksud, meliputi kegiatan prainstruksional, penyajian informasi,
partisipasi siswa, tes, dan tindak lanjut.
Dalam modul Strategi Pembelajaran yang ditulis oleh Direktorat
Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK, dikatakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan),
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Kemudian, terkait dengan strategi pembelajaran, ada tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, yakni: (a) strategi
pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian pembelajaran,
dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran.
Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat dikatakan bahwa
strategi pembelajaran merupakan perencanaan yang berisi tentang cara
penyelenggaraan atau langkah-langkah utama pembelajaran yang akan
dilakukan guru dan siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Strategi
pembelajaran meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran
yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Lebih dari itu,
strategi pembelajaran bukan hanya sebatas prosedur atau tahapan
kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau
paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.

2. Prinsip-Prinsip Pemilihan Strategi Pembelajaran

Berikut ini diuraikan beberapa prinsip yang menjadi pertimbangan


guru dalam memilih strategi pembelajaran.
a. Strategi pembelajaran harus berorientasi pada siswa. Dalam menyusun
program pembelajaran, strategi yang dipilih harus sesuai dengan situasi
dan kondisi siswa, seperti tingkat kematangan, minat, gaya belajar,
lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan keadaan ekonomi siswa.
24

Selain itu, jumlah siswa juga menjadi penentu dalam pemilihan strategi
pembelajaran.
b. Strategi yang dipilih harus mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran mencakup tiga ranah kompetensi,
yakni kognitif, afektif atau psikomotor. Tujuan tersebut bersifat mulai
yang operasional sampai konkret, yaitu tujuan instruksional khusus dan
umum, tujuan kurikuler, serta tujuan universal. 14
c. Pemilihan strategi harus memerhatikan ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran. Kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menunjang
keberhasilan proses pembelajaran. Namun, kenyataan di lapangan
menunjukkan guru sering kali harus dihadapkan pada situasi
ketidaktersediaan sarana dan prasarana yang memadai, terutama di
sekolah-sekolah yang ada di perdesaan. Menghadapi situasi ini,
kreativitas seorang guru dalam menetapkan alternatif strategi
pembelajaran dengan memanfaatkan benda-benda sekitar atau segala
sumber daya yang tersedia sangat dibutuhkan.
d. Pemilihan strategi harus memerhatikan alokasi waktu pembelajaran
yang tersedia. Waktu yang tersedia untuk kegiatan pembelajaran
beragam sesuai dengan tingkat pendidikan (SD/SMP/SMA) dan jenis
mata pelajaran. Misalnya, di tingkat SMA, alokasi waktu per jam
pelajaran selama 45 menit. Dengan durasi yang terbatas, guru harus
mampu mengelola waktu seefisien mungkin sehingga proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

3. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran

Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat dipilih dan


diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, yakni: strategi
pembelajaran ekspositori, strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir (SPPKB), strategi pembelajaran quantum, strategi pembelajaran
afektif, strategi pembelajaran inkuiri, strategi pembelajaran berbasis

14 Tujuan khusus atau indikator adalah tujuan yang mengarah pada sasaran pembelajaran. Tujuan umum
mengarah pada hasil akhir dari kegiatan pembelajaran seperti pemberian tes. Tujuan kurikuler berkaitan dengan
bidang studi atau mata pelajaran. Tujuan universal mencakup kompetensi guru, yakni: kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.
25

masalah, strategi pembelajaran kooperatif, dan strategi pembelajaran


kontekstual. Tiga di antaranya diuraikan sebagai berikut.

a. Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang


menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari guru
kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pembelajaran secara optimal. Dalam strategi ini, siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu, melainkan disampaikan langsung oleh guru.
Terdapat beberapa karakteristik strategi pembelajaran ekspositori di
antaranya: (1) strategi pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pembelajaran secara verbal; (2) biasanya materi yang
disampaikan adalah materi pembelajaran yang sudah jadi, seperti data atau
fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut
siswa untuk berpikir ulang; (3) tujuan utama pembelajaran adalah
penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Berikut ini diuraikan langkah-langkah yang ditempuh oleh guru
dalam penerapan strategi pembelajaran ekspositori.
1. Persiapan (Preparation)
Dalam strategi pembelajaran ekspositori, persiapan merupakan
langkah yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran. Beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru dalam
langkah persiapan di antaranya:
a. pemberian sugesti yang positif kepada siswa;
b. pembelajaran dimulai dengan mengemukakan tujuan yang harus
dicapai; dan
c. membuka wawasan yang ada dalam otak siswa terkait materi yang
akan dipelajari.
2. Penyajian (Presentation)
Penyajian merupakan proses penyampaian materi pembelajaran
sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus
dipikirkan oleh guru dalam langkah penyajian adalah bagaimana agar
materi pembelajaran dapat ditangkap dan dipahami dengan mudah oleh
26

siswa. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru,
yakni: (a) penggunaan bahasa, (b) intonasi suara, (c) jarak kontak mata
dengan siswa, dan (4) penggunaan cerita lucu sebagai penyegaran.
3. Korelasi (Correlation)
Korelasi adalah langkah menghubungkan materi pembelajaran
dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan
yang telah dimiliki. Korelasi dilakukan untuk memberikan makna
terhadap materi pembelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur
pengetahuan yang telah dimiliki maupun makna untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4. Menyimpulkan (Generalization)
Menyimpulkan adalah langkah untuk memahami inti dari materi
pembelajaran yang telah disajikan. Keberhasilan dalam menyimpulkan
sangat penting dalam strategi pembelajaran ekspositori karena pada
tahap ini siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
5. Mengaplikasikan (Application)
Aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka
menyimak penjelasan guru. Guru akan mengumpulkan informasi
tentang penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran oleh siswa.
Teknik yang biasa dilakukan pada langkah mengaplikasikan dapat
berupa pemberian tugas atau tes.

b. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB)


merupakan strategi pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-fakta atau pengalaman
siswa sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan. Dalam
SPPKB, materi pembelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa.
Siswa dibimbing untuk menemukan sendiri melalui proses dialog atau
tanya jawab dengan memanfaatkan pengalaman yang mereka miliki.
Melalui strategi ini, siswa dipacu untuk berpikir sehingga dapat
27

menemukan konsep sendiri. Siswa tidak hanya diarahkan untuk dapat


mengingat dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep, tetapi
bagaimana data, fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat
untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah.
SPPKB pada dasarnya memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: (1)
proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan pada proses kekuatan
mental siswa secara maksimal; (2) SPPKB dilaksanakan dalam situasi
dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus; dan (3) SPPKB
menyandarkan akan dua masalah pokok, yaitu sisi proses dan hasil belajar.
Adapun tahap pelaksanaan strategi pembelajaran peningktan
kemampuan berpikir diuraikan sabagai berikut.
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini, guru mengondisikan siswa pada posisi siap untuk
mengikuti pembelajaran.  Tahap orientasi dilakukan dalam dua langkah,
yakni penyampaian tujuan pembelajaran dan penjelasan proses yang
harus dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.
2. Tahap Pelacakan
Tahap pelacakan adalah tahap penjajakan untuk memahami
pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau
pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahap ini, guru akan
mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap
pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan
dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman tersebut,
selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus mengembangkan
dialog dan tanya jawab pada tahap-tahap selanjutnya.
3. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahap penyajian persoalan yang harus
dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.
Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahap ini, guru
dapat memberikan persoalan-persoalan dilematis yang memerlukan
jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan tema
dan kemampuan dasar atau pengalaman siswa.
28

4. Tahap Inkuiri.
Tahap inkuiri merupakan tahap terpenting dalam SPPKB. Pada
tahap ini, siswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahap
inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.
Untuk itu, guru harus memberikan ruang dan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan
yang dihadapi.
5. Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahap pembentukan pengetahuan baru
melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk dapat
menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema
pembelajaran. Tugas guru adalah membimbing siswa untuk dapat
menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami seputar
topik yang dipermasalahkan.
6. Tahap Treatment.
Dalam tahap ini, guru mengadakan perbaikan pada siswa yang
belum bisa menyimpulkan hasil kegiatan inkuiri.
7. Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahap penyajian masalah baru yang
sepadan dengan masalah yang telah dipecahkan sebelumnya. Tahap
transfer dimaksudkan agar siswa mampu mentransfer kemampuan
berpikir untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini,
guru memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.

c. Strategi Pembelajaran Quantum

Strategi pembelajaran quantum merupakan penggubahan belajar yang


meriah dengan segala nuansanya.15 Strategi pembelajaran quantum

15 Tokoh utama di balik Quantum Learning adalah Bobbi De Porter. De Porter adalah perintis, pencetus, dan
pengembang utama Quantum Learning. Semenjak tahun 1982, De Porter mematangkan dan mengembangkan
gagasan pembelajaran quantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak di Kirkwood
Meadows, Negara Bagian California, AmerikaSerikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh
Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada pembelajaran guna pengembangan
potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike
Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nouric, De Porter secara terprogram dan terencana menguji coba
gagasan-gagasan Quantum Learning kepada para remaja di SuperCamp pada awal tahun 1980-an.  De Porter
menjelaskan bahwa metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 2.500 siswa dan
sinergi pendapat ratusan guru di SupeCamp.
29

menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan


momen belajar. Strategi pembelajaran quantum menaruh titik fokus pada
hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan
landasan dan kerangka untuk belajar (De Porter, 2005:3). Strategi
pembelajaran quantum adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang
ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang memengaruhi
kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini juga mengubah kemampuan dan
bakat alamiah siswa menjadi lebih baik yang akan bermanfaat bagi mereka
sendiri dan orang lain (De Porter, 2005: 5).
Lebih lanjut, De Porter mengatakan bahwa ada beberapa prinsip
startegi pembelajaran quantum yang harus diperhatikn agar tujuan
pembelajaran tercapai. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1. Segalanya Berbicara
Segalanya yang berada di lingkungan memberikan makna tentang
belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya
mengirimi pesan tentang belajar.
2. Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan.
Semua langkah yang dilakukan oleh guru memiliki tujuan dan tujuan
itu harus bermuara pada keberhasilan belajar siswa.
3. Pengalaman sebelum Pemberian Nama
Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan
kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu,
proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi
sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
4. Akui Setiap Usaha
Perlu ada pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri siswa
pada setiap langkah yang dilakukannya.
5. Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan
meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.
30

Adapun langkah-langkah penerapan stategi pembelajaran quantum


menurut De Porter (2005: 10) dikenal dengan akronim TANDUR.
1. Tumbuhkan (T)
Secara umum, konsep “tumbuhkan” adalah sertakan diri mereka,
pikat mereka, puaskan keingintahuan, dan buatlah siswa tertarik atau
penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut,
tersirat makna bahwa saat pendahuluan (persiapan) pembelajaran
dimulai, guru seyogianya menumbuhkan sikap positif dengan
menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas
belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna
pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.
2. Alami (A)
Konsep “alami” mengandung pengertian bahwa dalam
pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap
pengetahuan yang dibangun oleh siswa sehingga menimbulkan hasrat
alami otak untuk menjelajah. Guru harus memberikan cara terbaik agar
siswa memahami informasi, memberikan permainan atau kegiatan yang
memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga dapat
memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang melekat.
3. Namai (N)
Konsep “namai” mengandung maksud bahwa penamaan
memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh
pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas,
menguatkan, dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah
mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir, dan juga strategi
belajar.
4. Demonstrasikan (D)
Pada langkah ini, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan bahwa ia tahu apa yang ia pelajari. Hal ini sekaligus
memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan tingkat
pemahaman terhadap materi yang dipelajari.
5. Ulangi (U)
31

Langkah ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan


menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini
dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Guru
memberikan ulangan tentang apa yang sudah dipelajari.
6. Rayakan (R)
Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan rasa puas,
menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya
memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir
siswa yang senang, maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam
belajar lebih lanjut.

4. Beberapa Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Bidang


Garapan Strategi Pembelajaran

Berikut ini disajikan beberapa contoh judul penelitian tindakan kelas


(PTK) dalam bidang garapan strategi pembelajaran.
1. Penerapan Strategi Learning Stars with A Question untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Kemampuan Siswa dalam Menyelsaikan Luas Bangun
Datar di Kelas … SD ….
2. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Menggunakan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi
Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika di Kelas ... SMP ….
3. Penerapan Strategi Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Biologi Siswa ….
4. Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas … Sekolah Dasar ….
5. Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum Teaching sebagai Upaya
Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Konsep Pecahan pada
Siswa Kelas ….
6. Penerapan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas … SD ….
7. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas … SMA ….
32

8. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil


Belajar Siswa pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana
Kelas … SD ….
9. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas … SMP ….
10. Penerapan Strategi Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan
Kemampuan Memahami Nilai-Nilai Kehidupan dalam Cerpen Siswa
Kelas ….

Referensi

Arends, Richard. 2012. Learning to Teach (Ninth Edition). New York:


McGraw-Hill.
Briggs, Lisslie. 1978. Instructional Design. New Jersey: Ed.Techn Pub.
Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
De Porter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching, Orchestrating Student Success.
Alih Bahasa Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
Dick, W. and Carey, L. 1990. The Systematic Design of Instruction. (Third
ed.). United States of America: Harper Collins Publishers.
33

Eggen, Paul dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran:
Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Alih Bahasa Satrio
Wahono Jakarta: Indeks.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hmelo-Silver, C. E. 2004. Problem-Based Learning: What and How Do
Students Learn? Educational Psychology Review,16, 3, 235-265.
http://dx.doi.org/10.1023/B:EDPR.0000034022. 16470. f3
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Joyce, Bruce and Weil, Marsha. 1980. Models of Teaching. (Second Edition).
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Rianto, Milan dkk. 2006. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran:
Bahan Ajar Diklat Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMA
Jenjang Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat
Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Romiszowski, A.J. 1981 . Designing lnstructional Sysfem: Decision Makingin
Course Planning and Curriculum Design. New York: Nicohls Publishing
Company.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain sistem pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Medai Grup.
Suherman. 1993. Pendekatan Pembelajaran Merupakan Suatu Konsep atau
Prosedur………………

Sulianto, Joko. Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika


Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar, Jurnal
Phitagoras, Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 14-25.
https://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/view/555/4
13.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran Teori dan


Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suprijono, Agus. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia
Pustaka Jaya.
Syamsu, Yusuf. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Trowbridge, Leslie W. & Rodger Bybee. 1986. Becoming a Secondary School
Science Teacher. Columbus: Merril Publishing Company.
Tu’u, T. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
34

Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

garuda1640523.pdf
PENERAPAN TEORI KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN Fatimah Saguni Jurnal Paedagogia Vol. 8
No. 2 September 2019

Anda mungkin juga menyukai