Disusun oleh:
Kelompok 5
1
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang sudah melimpahkan
rahmat,taufik dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana.semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.makalah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang.oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar belakang
Istilah pendidikan merupakan suatu hal yang tidak asing lagi bagi semua orang,
terlebih lagi di era globalisasi yang dikenal dengan zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) seperti sekarang ini. Berkembangnya iptek diikuti dengan berkembangnya
pola pemikiran masyarakat. Pada perkembangan pemikiran masyarakat seperti sekarang ini,
pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sebab, persaingan untuk
mempertahankan hidup semakin ketat dengan sulitnya lapangan pekerjaan sebagai modal
untuk mempertahankan hidup dan melanjutkan keturunan.
Kegiatan belajar adalah suatu proses interaksi sosial antara pendidik (guru) dan
peserta didik (siswa) dalam suatu proses pembelajaran. Guru memiliki peran yang sangat
penting, bukan hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai panutan, pemberi
motivasi, penyeleksi dan pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
guru harus membuat kelas menjadi menarik dan menyenangkan sehingga kelas menjadi
kondusif dan efesien dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Berhasil tidaknya
pembelajaran didalam kelas ternyata sangat didukung oleh faktor lingkungan. Lingkungan
itu bisa berupa lingkungan dikeluarga, masyarakat dan tentunya sekolah. Lingkungan juga
mempengaruhi hubungan sosial, belajar dan psikologis peserta didik. Untuk itu, lingkungan
seharusnya juga menjadi hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik dalam proses belajar.
Berdasarkan hal tersebut, kami ingin membahas lebih dalam dalam makalah ini akan
dijelaskan konsep dasar lingkungan belajar dan evaluasi hasil belajar, yang diharapkan bisa
menambah wawasan bagi calon pendidik.
B. Rumusan masalah
4
Dari latar belakang diatas dapat di rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar?
2. Apa saja macam-macam lingkungan belajar?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap hubungan sosial, belajar, dan psikologi?
4. Bagaimana pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak yang lebih
meningkat?
5. Bagaimana teknik menggunakan lingkungan?
6. Apa pengertian evaluasi ?
7. Apa saja prinsip-prinsip dasar evaluasi ?
8. Bagaimana menilai hasil pengukuran hasil belajar ?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam kamus umum bahasa indonesia (kubi) lingkungan diartikan sebagai bulatan
yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu
daerah. Dalam kamus bahasa inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya
5
ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya
kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau
sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik
(makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala kondisidan pengaruh dari luar terhadap kegiatan
pendidikan (hadikusumo,1996:74). Sedangkan lingkungan pendidikan menurut
tirtarahardjadan la sulo (1994:168) adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan.
Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus didalam dan diluar diri
individhu, baik bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Setain (seorang ahli
psikologi amerika) mengatakan bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan
(environment) ialah meliputi kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita
kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan
(to provide environment) bagi gen yang lain.
Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan
untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan dengan
komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
1. Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah,
seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan
(flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan
lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk juga proses terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami
gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan
juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga
anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
2. Lingkungan sosial
6
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain
yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial. Hal-hal yang bisa
dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial
sebagai sumber belajar ini misalnya:
1) mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak tinggal.
Mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
2) mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan
sekolah.
3) mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan
sekolah.
4) mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
5) mengenal struktur pemerntahan setempat seperti rt, rw, desa atau kelurahan dan
kecamatan.
6) pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk
anak usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan
anak.
3. Lingkungan budaya
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang
disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau
dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Anak dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya,
pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang
berkenan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya.
Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan
atau program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan
memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar
anak.
Menurut ki hajar dewantara, lingkungan pendidikan mencakup: 1) lingkungan
keluarga, 2) lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat (munib, 2004:76). Ketiga
lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia
secara bervariasi.
1. Lingkungan keluarga
7
diperluas (disamping inti, ada orang lain: kakek/nenek, adik/ipar, pembantu, dll). Dari
pengertian lingkungan dan keluarga di atas, maka dapat disimpulkan pengertian ligkungan
keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan
perkembangan anggota keluarga.
B. Faktor-faktor keluarga
Menurut slameto (2003:60-64), siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa:
1. Cara orang tua mendidik
Peran orang tua dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam mendidik
anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan agar mendorong semngat anak untuk
belajar.
3. Suasana rumah
Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik amka perlu diciptakan susana rumah
yang tenang dan tentram. Susana tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta
hubungan yang harmonis antar orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga
yang lain.
C. Fungsi keluarga
Menurut oqbum fungsi keluarga itu adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi,
pendidikan, perlindungan/penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama
(ahmadi,2004:108). Sedangkan menurut bierstadt (ahmadi,2004:109) keluarga berfungsi
sebagai:
1) menggantikan keluarga
2) bersifat membantu
3) mengatur dan menguasai impuls-impuls (dorongan) sexual
8
4) menggerakkan nilai-nilai kebudayaan
2. Lingkungan sekolah
C. Fungsi sekolah
9
D. Karakteristik lingkungan sekolah
Ada beberapa karakteristik lingkungan sekolah yang nyaman sebagai tempat belajar
(burstyn & stevens dalam ormrod, 2006), yaitu:
1) sekolah mempunyai komitmen untuk mendukung semua usaha peserta didik agar sukses
baik dalam bidang akademik maupun sosial.
2) adanya kurikulum yang menantang dan terarah.
3) adanya perhatian dan kepercayaan peserta didik serta orang tua terhadap sekolah.
4) adanya ketulusan dan keadilan bagi semua peserta didik, baik untuk peserta didik dengan
latar belakang keluarga yang berbeda, beda ras maupun etnik.
5) adanya kebijakan dan peraturan sekolah yang jelas. Misalnya panduan perilaku yang baik,
konsekuensi yang konsisten, penjelasan yang jelas, kesempatan menjalin interaksi sosial
serta kemampuan menyelesaikan masalah.
6) adanya partisipasi peserta didik dalam pembuatan kebijakan sekolah.
7) adanya mekanisme tertentu sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya
secara terbuka tanpa rasa takut.
8) mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi,
membantu dan bekerja sama.
9) membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat.
10) mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan
dengan peserta didik.
3. Lingkungan masyarakat
10
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas,
tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah.
Hai ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam
masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu,
sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beranekaragam. Meskipun
demikian, masyarakat mempunyai peranyang besar dalam pelaksanaan pendidikan
nasional. Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang
pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan nonpemerintah
(swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan
lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-orang atau
manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat dipengaruhi, sehingga
kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan
bergaul satu dengan yang lainnya.terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat
manusia pada tahun-tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya
tabiat manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.dapat kita
bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya dipisahkan dari pergaulan
manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun diberinya cukup makanan dan
minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada pergaulan manusia, maka sudah
dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu berbicara dengan bahasa yang biasa,
canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian
dirinya itu akan berlangsung sangat lambat sekali.
11
membangun keterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-
temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka
memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini anak
berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan
kebutuhan yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu banyaknya
12
nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam
pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari
lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru
untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan merupakan
sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi
tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang,
dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih
banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-
kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini
lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa
yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak
untuk memanfaatkan lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati
lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak
hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan
sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik,
keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
A. Perkembangan fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk
mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari,
melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-
cara yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam
mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak menjadi tahu
bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka
memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau
berguling di dedaunan.
B. Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang
lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu
yang ada di lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan yang lain.
Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati
anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka membuat
perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat
tertentu pada saat mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui
kegiatan sepeti ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan
menyenangkan.
C. Perkembangan aspek emosi
13
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak.
Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang
positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang
memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak
mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain
dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan
fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
D. Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide.
Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-
konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya
adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan
dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan
anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan
terhadap aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Dengan cara antara lain sebagai
berikut:
A. Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan sesuatu yang sangat menarik baginya. Bila
guru melihat hal ini berilah bimbingan kepada anak dengan cara menayakan apa yang
sedang diamatinya. Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak dapat
mengmbangkan kemampuan intelektualnya dengan mengetahui berbagai benda yang
diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu
dengan mengembangkan kemampuannya dengan berinteraksi dengan orang dewasa dalam
hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga akan dapat
mengembangkan emosi anak misalnya pada saat anak mengungkapkan hal-hal yang
menarik baginya, dia menunjukkan ekspresi yang serius dan pandangan mata yang tajam.
Kemampuan berbahsa anak juga akan semakin meningkat jika guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa anak, kosa katanya akan
berkembang.
B. Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan
berbagai alternatif pendekatan dalam membelajarkan anak. Hal tersebut disebabkan
alternatif dan pilihan sumber belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan
kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.
C. Tanyalah anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
14
Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mendorong mereka untuk menjelaskan
mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk mengungkap berbagai
hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan berbahasanya.
D. Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk
menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada anak harus
dibantu oleh guru sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan
kosa katanya akan semakin meningkat.
E. Cobalah bersikap lebih ingin tahu
Guru-guru tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas peertanyaan anak-
anak. Guru yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan keperecayaan anak
kepadanya. Anak merasa memiliki orang yang dapat dijadikannya tempat bertanya
mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Anak akan memiliki keyakinan yang
tinggi kepada guru yang mau membantunya dalam segala hal. Sebaliknya jika guru tidak
mengetahui banyak hal akan menimbulkan ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka
menanyakn sesuatu anak tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.
1. Survey
Survvey yaitu siswa mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk
mempelajari dan mengamati proses social, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain.
Kegiatan ini dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan nara sumber,
mempelajari data atau dokumen yang ada, dan lain-lain. Lalu, hasilnya dicatat dan
dilaporkan di sekolah untuk dibahas bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk
melengkapi bahan pengajaran. Pelajaran yang dapat digunakan untuk survey diutamakan
bidang study ilmu social dan kemasyarakatan.
2. Kamping atau berkemah
Kegiatan berkemah ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena siswa harus
dapat menghayati bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dan lain-lain.
Berkemah cocok untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, kimia, dan
fisika.
3. Field trip atau karyawisata
Karyawista adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari obyek tertentu
sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. Sebelum karyawisata
15
dilaksanakan, terlebih dahulu direncanakan objek yang akan dipelajari, cara
mempelajarinya, dan kapan sebaiknya dipelajari.objek karyawisata harus sesuai dengan
bahan pengajaran, misalnya museum ubtuk pelajaran sejarah, kebun binatang untuk
pelajaran biologi dan sebagainya. Karyawisata selain untuk kegiatan belajar juga untuk
rekreasi yang mengandung nilai edukatif.
4. Praktik lapangan
Praktil lapangan ini dilaksanakan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan
dan kecakapan khusus. Misalnya mahasiswa tarbiyah dan keguruan diterjunkan ke sekolah
smp untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa smk dikirim ke perusahaan
untuk mempelajari dan memepraktikkan pembukuan, akuntansi, dan lain- lain. Dengan
demikian, praktik lapangan berkaitan dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat
untuk sekolah-sekolah kejuruan.
5. Mengundang nara sumber
Teknik kelima ini berbeda dengan teknik-teknik sebelumnya. Jika pada teknik
sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, sedangkan pada nara sumber mengundang tokoh
masyarakat ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai keahliannya di hadapan
para siswa. Nara sumber yang diundang, hendakanya relevan dengan kebutuhan belajar
siswa, sehingga apa yang diberikan oleh nara sumber dapat memperkaya materi yang
diberikan guru di sekolah. Dan criteria nara sumber dilihat dari keahliannya dalam suatu
bidang tertentu yang diperlukan bukan jabatan atau kedudukannya.
6. Proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat
Cara ini dapat dilakukan, apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-sama
melakukan kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan,
penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan masayarakat dan kegiatan lain yang diperlukan).
Cara ini memiliki manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masayarakat setempat.
Bagi siswa bermanfaat untuk penerapan kecakapan dan keterampilan belajarnya dalam
bidang tertentu. Sedangkan bagi masyarakat bermanfaat untuk memperbaiki keadaan yang
seharusnya menjadi garapan masyarakat itu sendiri.
F. Pengertian evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan
suatu program substansi pendidikan, termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan
dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan
secara keseluruhan.
Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun oleh guru,
biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas
dan dievaluasi dengan seksama serta melakukan penilaian kelas. Penilaian kelas yang baik
memiliki syarat adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar.
16
memiliki keuntungan pengalaman-pengalaman dari sekolahnya yang harus menentukan
batas-batas kesanggupan penyesuaian pada tuntutan-tuntutan kehidupan waktu sekarang
dan yang akan datang, yang dapat dicapainya sebagai hasil pengalaman-pengalaman
belajarnya..
Dengan demikian, evaluasi atau penilai mengenai hasil-hasil belajar meliputi:
1) pengukuran atau peramalan kemajuan pelajar dalam arti persiapan yang teliti dan
penyelenggaraan yang tepat dalam memerankan teknik-teknik, dan
2) mencatat sebaik-baiknya dan memberi interprestasi data-data yang dihasilkan.
Dalam memberi interprestasi secara luas, evaluasi pendidikan meliputi tidak saja menilai
kemajuan murid, tetapi juga terhadap kurikulum yang diberikan, organisasi sekolah teknik-
teknik mengajar dan hasil-hasil pendidikan.
Jika evaluasi hasil-hasil belajar dikehendaki supaya mentap, maka penyelenggaraannya
harus dilakukan dengan memperhatikan dua faktor umum:
1. Perbedaan potensi-potensi yang dibawa oleh masing-masing pelajar pada suatu situasi
belajar. Kesehatan fisik, ebilitas mental, kondisi emosional, minat dan kebutuhan, serta
lingkungan rumah tangga dan sosial, karena ini semua direfleksikan pada berbagai sikap dan
kebiasaan-kebiasaan para pelajar, kesemuanya itu menentukan dasar-dasar di atas mana
dibangun melalui media pendidikan formal dan informal berbagai ilmu pengetahuan,
keterampilan-keterampilan, kebiasaan-kebiasaan dan berbagai sikap yang dapat terjadi
pada tiap individu bila diusahakan.
2. Berbagai tuntutan sosial dan ekonomi daerah sekitar, di mana pelajar mempersiapkan
untuk dapat turut berpartisipasi aktif di dalamnya. Masyarakat telah meletakkan standar-
standar tertentu terhadap tingkah laku dan sikap yang harusdidiperpegangi oleh semua
warga masayarakat tanpa mengindahkan tempat dan fungsi mereka dalam masyarakat ini.
H. Menilai hasil pengukuran hasil belajar
Setiap jenis atau bentuk butir soal mempunyai cara penilaian atau scoring-nya masing-
masing.
A. Penilaian (scoring) tes objektif
Tes ini dikatakan objektif karena nilai (score) setiap butir soal sudah dapat ditetapkan lebih
dahulu dan pola jawaban sudah ditetapkan oleh penyusun soalnya sehingga pemeriksa
hanya tinggal mencocokkan saja dengan kuncinya. Kelemahannya ialah kemungkinan siswa
yang tidak belajar pun dapat menebak-nebak (guessing) saja alternative jawaban yang
ditawarkan, meskipun yang bersangkutan tidak mengerti sama sekali. Setiap bentuk soal
mempunyai cara penilaian sendiri sebagai berikut:
1) penilaian butir soal benar-salah (b-s)
Nilai akhir (net score) untuk keseluruhan butir soal b-s ini dapat dikoreksi lebih dahulu
dengan rumusan tebakan (formula for guessing) sebagai berikut:
17
Jadi nilai bersih (akhir) = jumlah yang benar dikurangi jumlah jawaban yang
salah. Karena itu, mungki saja seorang siswa mendapat nilai minus (-) kalau
.jawaban lebih baik yang salah daripada yang benar
2) penilaian butir soal pilihan berganda (pg)
Nilai bersih (net score) juga harus dikoreksi dengan menggunakan formula:
Pada dasarnya nilai akhir sama, ialah jumlah jawaban yang benar (right) dikurangi dengan
jumlah jawaban yang salah. Namun yang berakhir itu dibagi dahulu dengan jumlah
alternative (n) umpan jawaban minus 1.
3) penilaian butir soal isian
Setiap bagian yang kosong (yang seyogyanya diisi atau mungkin juga memang harus
dikosongkan) kalau diisi dengan benar atau tidak diisi kalau memang harus dikosongkan,
dapat diberi nilai (score) 1 (satu).
Nilai akhir tidak perlu dikoreksi, karena kalau siswa (testee) memang tidak tahu jawabannya
pasti akan salah dan tidak mungkin ditebak-tebak.
4) penilaian butir soal menjodohkan
Penilai butir soal menjodohkan diberikan berdasarkan kelompok alternatif jodohnya
(jawabannya). Jadi, kalau pernyataannya (stem) itu 4, sedangkan alternatif jodohnya 5,
maka kalau benar menjodohkannya nialainya ialah 4, dan bukan 5. Untuk setipa pernyataan
artinya mempunyai 1 nilai. Nilai bersih dapat dicapai dengan mengadakan koreksi pula
dengan menggunakan formula seperti untuk pilihan ganda.
B. Penilaia test uraian atau essay
Dalam bentuk soal ini siswa (testee) harus mengkreasikan bentuk-bentuk kalimat atau
jawabannya sendiri. Sudah barang tentu sifat jawaban ini akan beragam (bervariasi)
meskipun mungkin materi jawabannya sama. Bobot nilai setiap soal uraian (essays) tidak
perlu sama, bergantung kepada kriteria atau aspek yang dinilainya. Kalau titik berat penilai
tidak ditekankan kepada ide-ide pokok materi jawaban dari semua siswa (testee) untuk
setiap soal yang sama. Cara lain, untuk mengurangi faktor subjektif penilaian itu dapat
dilakukan dengan diadakan penilaiannya oleh dua orang atau lebih. Nilai akhirnya
merupakan consensus atau rata-rata dari nilai yang diberikan oleh para penilai.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang ada pada bab sebelumnya maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar peserta didik yang dapat
membuat peserta didik merasa senang, aman, nyaman dan termotivasi untuk belajar yang
meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
19
2. Menurut ki hajar dewantara, lingkungan pendidikan mencakup: 1) lingkungan keluarga, 2)
lingkungan sekolah, dan 3) lingkungan masyarakat
3. Lingkungan memiliki peran penting dalam pembelajaran. Lingkungan juga mempengaruhi
hubungan sosial peserta didik, prestasi belajar, dan psikologi. Oleh karena itu, lingkungan
yang baik akan mendukung peningkatan prestasi belajar siswa.
4. Dalam memanfaatkan lingkungan belajar itu harus mengetahui teknik-tekniknya terlebih
dahulu. Agar para guru yang menggunkannya dapat efektif dan efisien. Dan ada beberapa
cara dalam mempelajari lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yaitu survey,
kamping atau berkemah, field trip atau karyawisata, praktik lapangan, mengundang nara
sumber dan proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat.
5. Memanfaatkan lingkungan sebagai media dan sumber belajar dalam proses pengajaran
memerlukan persiapan dan perencanaan yang matamg dari para guru. Tanpa perencanaan
yang matang kegiatan belajar siswa tidak bisa terkendali, sehingga tujuan pengajaran tidak
tercapai dan siswa tidak melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan. Maka
dari itu ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menggunakan lingkungan
sumber belajar, yang terbagi menjadi langkah persiapan, langkah pelaksanaan dan tindak.
6. Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian program pendidikan, perencanaan suatu
program substansi pendidikan, termasuk kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidikan, dan reformasi pendidikan secara
keseluruhan.
Sekolahan harus menentukan batas-batas kesanggupan penyesuaian pada tuntutan-
tuntutan kehidupan waktu sekarang dan yang akan datang, yang dapat dicapai siswa
sebagai hasil pengalaman-pengalaman belajarnya.
Daftar pustaka
Https://riemabieber.wordpress.com/2015/06/17/makalah-lingkungan-belajar-dalam-tep/
Http://zacaryngeblog.blogspot.co.id/2017/03/makalah-lingkungan-belajar-anak-dan-
implikasinya.html
Https://ilmurahmad.blogspot.co.id/2016/11/makalah-lingkungan-belajar.html
Drs. M. Dalyono. 2005. Psikologi pendidikan. Jakarta; jl jend. Sudirman. Kav 36-a. Penerbit
rineka cipta
20
http://pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia dini « ilmuwan
muda.htm
21