Anda di halaman 1dari 17

LINGKUNGAN, IKLIM, DAN SARANA PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
Putu Ayu Septiari Dewi, S. Pd. H., M. Pd

Nama Kelompok :
Ni Kadek Vina Martha Widiyanti (2111171002/ 01) A2 Denpasar
Ni Luh Putu Ayu Astiti Sutami (2111171007/ 02) A2 Denpasar
Ni Kadek Ayu Purnama Putri (2111171015/ 03) A2 Denpasar
I Gusti Ayu Agung Cahyani Pratiwi (2111171058/13) A2 Denpasar
Komin Melly Arsantimas (2111171086/ 20) A2 Denpasar
Ni Nyoman Prayoni Sukma Dewi (2111171123/ 27) A2 Denpasar

ENGLISH LANGUAGE EDUCATION DEPARTMENT


DHARMA ACARYA FACULTY
I GUSTI BAGUS SUGRIWA HINDU STATE UNIVERSITY 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Diantara sekian banyak nikmat Tuhan yang membawa kita dari
kegelapan ke dimensi terang yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh
umat manusia. Sehingga oleh karenanya, kami dapat menyelesaikan Makalah Ilmu
Pendidikan mengenai “Lingkungan, Iklim, dan Sarana Pendidikan” ini dengan baik dan tepat
waktu
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen
pengampu. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
kami sebagai penulis dan bagi para pembaca.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putu Ayu
Septiari Dewi, S. Pd. H., M. Pd. selaku dosen pengampu. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan saran positif yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan mengenai Lingkungan, Iklim, dan Sarana Pendidikan.
Denpasar, 2 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................2


Daftar isi .......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................5
2.1 Lingkungan Belajar ...............................................................................................5
2.2 Sarana Prasarana Pendidikan ..............................................................................5
2.3 Kewajiban Lembaga Pendidikan Terhadap Ilkim Dan Lingkungan Belajar ..6
BAB III PENUTUP .......................................................................................................13
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Lingkungan
belajar merupakan bagian dari proses belajar yang menciptakan tujuan belajar, dalam
pencapaian tujuan belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri peserta didik, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang
berasal dari luar peserta didik. Salah satu faktor intern yang besar pengaruhnya terhadap
belajar adalah motivasi. Sedangkan faktor ekstern yang besar pengaruhnya terhadap
belajar adalah faktor lingkungan belajar. Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan
dengan lancar dan tujuan dari kegiatan tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi
belajar dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat
berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama
bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari luar diri siswa.
Motivasi yang diberikan guru bukan hanya berasal dari dalam diri siswa melainkan dari
kekuatan-kekuatan lingkungan yang dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan sesuatu
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dicapai. Motivasi belajar
peserta didik berkaitan erat dengan lingkungan belajar peserta didik itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu lingkungan belajar ?
1.2.2 Apa itu sarana prasarana pendidikan ?
1.2.3 Apa saja kewajiban lembaga pendidikan terhadap ilkim dan lingkungan belajar ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi lingkungan belajar.
1.3.2 Memahami sarana prasarana pendidikan
1.3.3 Memahami dan mendeskripsikan kewajiban lembaga pendidikan terhadap ilkim dan
lingkungan belajar.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan Belajar
Lingkungan merupakan salah satu faktor penunjang. Tempat dan lingkungan belajar
yang nyaman dan kondisif memudahkan siswa untuk berkonsentrasi. Dengan mempersiapkan
lingkungan yang tepat, siswa akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat menikmati
proses belajar yang siswa lakukan. Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah tempat berlangsungnya kegiatan
belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses dan hasil
dalam pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar diri individu
atau manusia. Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam
membangun kemampuan dan perilaku anak- anak dan mengembangkan potensi kecerdasan
jamak anak. Implikasinya adalah bahwa lingkungan untuk anak-anak harus diberikan
prioritas, terutama jika lingkungan tersebut adalah lingkungan belajar.
Memahami pengelolaan lingkungan belajar sangat penting, dan untuk menjadi
bermakna, yang pertama perlu rumus untuk digabungkan adalah konsep lingkungan belajar.
Dari kata “lingkungan” dan “belajar,” dapat dirumuskan dalam hal lingkungan belajar, yang
merupakan tempat atau suasana yang mempengaruhi proses perubahan perilaku manusia.
Tentu saja manusia adalah anak sebagai subyek yang berada di lingkungan itu. Dari
penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa perubahan yang dihasilkan dari lingkungan dapat
dirasakan dan relative permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan, perubahan yang akan
terjadi pada subjek yang diteliti diperkirakan akan lebih tinggi juga. Ini adalah besarnya
pengaruh lingkungan terhadap perilaku belajar anak. Untuk itu akan sangat bijaksana, jika
seseorang guru menampilkan peran lingkungan untuk perkembangan dan pertumbuhan
individu, terutamaanak-anak.

2.1.1 Suasana Lingkungan Belajar


Menurut Hamalik mengatakan bahwa : Kondisi (suasana) lingkungan sekolah
yang kondisuf akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan, motivasi,
dansemangat siswa dalam belajar dan berprestasi. Sedangkan menurut Sukmadinata
mengatakan bahwa, lingkungan sekolah yang kondusif juga akan sangat mendorong
semangat belajar para siswa apabila memiliki ciri-ciri sekolah yang kaya dengan
aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelola dengan baik,
dan diliputi suasana akademis yang mendukung. Menurut Supardi menyatakan
5
bahwa, Suasana lingkungan sekolah/belajar dinyatakan kondusif apabila warga
sekolah merasakan adanya kenyamanan, ketentraman, kemesraan, kegembiraan dan
antusias dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah memastikan sarana dan prasarana
seperti kursi, meja, lemari yang terdapat di sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan.
Bangunan sekolah dan ruangan kelas yang dilengkapi ventilasi udara yang baik dan
dilengkapi penerangan yang mencukupi dan suasana yang sunyi sehingga peserta
didik merasanyaman ketika pembelajaran berlangsung di kelas. Menurut Dimyati
menyatakan bahwa, suasana lingkungan belajar meliputi kondisi gedung sekolah,
ruang kelas yang mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Di samping kondisi
fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga berpengaruh pada kegiatan belajar.
Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik
bagi siswa. Menurut Syaifurahman menyatakan bahwa, suasana lingkungan belajar
yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran misalnya kegaduhan kelas, gaya
penataan tempat duduk, lingkungan visual kelas, warna dalam lingkungan kelas,
gambar-gambar hidup yang konkret, pajangan karya siswa, pencahayaan lingkungan
kelas, pengaruh musim terhadap pembelajaran, suhu optimal dalam lingkungan
belajar, dan fasilitas dalam lingkungan belajar. Sedangkan menurut Mulyasa
menyatakan bahwa, lingkungan yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas
belajar yang menyenangkan, seperti sarana, perpustakan, laboratorium, pengaturan
lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik
dengan guru dan antara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan
bahan pembelajaran peserta didik. Lingkungan belajar yang menyenangkan akan
membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik.
Hal ini diakui oleh Soedomo yang menyatakan bahwa : "Semakin menyenangkan
tatanan lingkungan fisik, akan memberikan dampak positif bagi proses belajar. Para
pakar psikologi aliran ekologik telah mendapatkan temuan- temuan penelitian yakni
tata warna secara langsung mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna cerah
cenderung menyiratkan keceriaan dan suasana jiwa yang optimistik, sedangkan
penggunaan warna-warna suram akan memberikan pengaruh yang sebaliknya”.
Kutipan tersebut menunjukan betapa pentingnya menciptakan lingkungan belajar dan
pembelajaran yang kondusif. Dalam kaitan ini, menurut Mulyasa, sedikitnya terdapat
tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu :
a) Ruang belajar
b) Pengaturan sarana belajar
c) Susunan tempat duduk

6
d) Penerangan
e) Suhu optimal didalam kelas
f) Pemanasan sebelum masuk materi yang akan dipelajari
g) Bina suasana dalam pembelajaran
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, suasana
lingkungan belajar adalah kondisi atau keadaan disekitar lingkungan tempat belajar
siswa yang bisa mempengaruhi proses dan motivasi belajar siswa. Yang meliputi :
kondisi ruangan belajar, keadaan sirkulasi udara, sarana prasarana, pengaturan tempat
belajar, hubungan siswa dengan siswa dan guru itu turut menentukan berhasil atau
tidaknya kegiatan belajar, serta kebisingan yang menganggu pada waktu belajar dan
keadaan yang serba kacau ditempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar.

2.1.2 Konsep Suasana Lingkungan Belajar yang Kondusif.


Menurut Abdul Majid, menyatakan bahwa : pengaturan kondisi lingkungan
belajar mencakup :
a) Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan siswa bergerak leluasa,
tidak berdesak-desakan dan saling menganggu antara siswa yang satu dengan
yang lain pada saat melakukan aktivitas belajar.
b) Pengaturan tempat duduk.
Dalam mengatur tempat duduk, yang terpenting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat mengontrol tingkah laku
siswa.
c) Ventilasi dan pengaturan cahaya.
Suhu, ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk terciptanya
suasana belajar yang nyaman.
d) Pengaturan penyimpanan barang-barang.
Barang-barang hendaknya disimpat pada tempat khusus yang mudah
dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar.
Menurut Mulyasa menyatakan bahwa, lingkungan yang kondusif yaitu dapat
dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
a) Memberikan pilihan bagi siswa yang lambat maupun yang cepat dalam
melaksanakan tugas pembelajaran.

7
b) Memberikan pembelajaran remedial bagi siswa yang kurangberprestasi
atau berprestasi rendah.
c) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan
aman bagi perkembangan potensi seluruh siswa secara optimal.
d) Menciptakan kerja sama saling menghargai.
e) Melibatkan siswa dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
f) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama
antara siswa dan guru.

2.2 Sarana Prasarana Pendidikan


2.2.1 Pengertian Sarana dan Prasarana

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999) secara umum pengertian
sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
dan tujuan; alat; media. Sedangkan menurut tim penyusun Dirjen Dikdasmen
Depdikbud menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak
agar pencapaian tujuan dapat berjalan lancar dan teratur, efektif serta efisien
(Arikunto, 1988). Ada juga yang menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah suatu
sarana yang menunjang proses pembelajaran baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan
efisien, termasuk di dalamnya barang habis pakai maupun yang tidak habis
pakai(Sukirman,1999).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat


disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah semua alat yang digunakan dalam
proses pembelajaran baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak untuk
menunjaang kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan dengan lancar dan mencapai
tujuan pendidikan.

Menurut Dirjen Dikdasmen Depdikbud (1997: 134) bahwa sarana pendidikan


sering diartikan dengan semua fasilitas yang digunakan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga nantinya dapat meningkatkan kualitas

8
pendidikan.

Pengertian sarana pedidikan ditinjau dari sisi kedekatannya dengan proses


pembelajaran menyatakan bahwa pengertian sarana pendidikan adalah segala sesuatu
yang berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran, misalnya; perabotan,
buku, alat tulis, dan sebagainya. Sarana pendidikan ini sering dikaitkan dengan
prasarana pendidikan, yaitu segala sesuatu yang tidak berhubungan secara langsung
dengan proses pembelajaran antara lain bangunan sekolah, ruang kelas, ruang
perpustakaan,uks,musholla sekolah, lapangan, kebun sekolah, dan lain-
lain(Arikunto,1987).

Selanjutnya jika dilihat dari sisi pandangannya sarana pendidikan itu diadakan
setelah prasarana pendidikan tersedia. Dengan kata lain prasarana lebih dahulu ada
sebelum sarana pendidikan disediakan. Pengertian sarana dan prasarana pendidikan
itu sejalan dengan pendapat Wijono (1989:154), yang menjelaskan bahwa prasarana
merupakan alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Dari
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana adalah alat atau bahan
yang berhubungan langsung dalam proses pembelajaran serta berfungsi sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan
prasarana pendidikan adalah alat yang tidak berhubungan secara langsung dengan
proses pembelajaran.

2.2.2 Fungsi dan Peranan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kondisi suatu sarana dan prasarana dapat dilihat dari berfungsi tidaknya
sarana dan prasarana itu dalam pendidikan. Selain itu juga dapat dilihat dari baik
buruknya kegunaannya dalam proses pembelajaran. Peranan atau fungsi merupakan
kriteria suatu alat yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan. Pengertian sederhana
dari fungsi adalah kegunaan yang timbul karena adanya kebutuhan manusia. Suatu
benda dikatakan fungsional tidak hanya diartikan sebagai hal-hal yang bersifat psikis,
misalnya berminat mengaktualisasikan diri untuk memanfaatkan sarana belajar guna
mengembangkan potensi yang dimiliki(Rumini dkk,1991).

Ditinjau dari fungsinya terhadap proses pembelajaran prasarana pendidikan


berfungsi tidak langsung. Yang termasuk di dalam prasarana pendidikan adalah
tanah, halaman, lapangan, tanaman, gedung/bangunan sekolah, musholla sekolah,

9
telepon, serta perabot. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung terhadap
proses pembelajaran seperti alat pelajaran, alat peraga dan media pendidikan
(Gunawan, 1996).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan mempunyai


beberapa fungsi yang penting dalam proses pembelajaran seperti sebagai alat yang
digunakan untuk menyampaikan informasi serta memperjelas penyampaian informasi
tersebut sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami informasi tersebut
sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. Selain itu sarana pendidikan juga dapat
berfungsi sebagai alat yang mempermudah siswa dalam memahami konsep dasar dan
juga menarik perhatian siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sehingga
memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri.

2.2.3 Perbedaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Meski terkesan sama, namun sarana dan prasarana memiliki perbedaan dalam
hal pemakaiannya. sarana adalah peralatan yang bergerak dan umumnya dipakai
secara langsung, misalnya ada kertas, pulpen, buku, komputer, dan lain-
lain. Sedangkan prasarana adalah penunjang dan umumnya merupakan fasilitas yang
tidak bergerak, misalnya gedung dan ruangan. Sarana dan prasarana memiliki
keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Dua hal ini adalah fasilitas penunjang
manusia untuk dapat melakukan suatu pekerjaan dengan mudah dan efisien.
Berikut ini ini adalah beberapa perbedaan antara sarana dengan prasarana.
a. Bentuk
Pada umumnya, prasarana memiliki bentuk yang lebih besar sehingga susah atau
tidak bisa dipindahkan. Sedangkan, sarana merupakan benda yang dapat dengan
mudah dipindahkan karena memiliki bentuk yang lebih kecil. Prasarana juga
memiliki sifat menetap di suatu tempat sedangkan sarana dapat dibawa dengan
mudah.
b. Kepemilikan
Secara umum, sarana dapat dimiliki secara individu, swasta, dan pemerintah.
Sedangkan, prasarana pada umumnya dimiliki suatu badan institusi seperti
pemerintah dan swasta
c. Fungsi
Sarana memiliki fungsi utama dari sebuah aktivitas tertentu. Sedangkan prasarana
pada umumnya memiliki fungsi sebagai penunjang.

10
d. Pembiayaan Pengadaan
Pembiayaan pengadaan sarana lebih kecil sehingga bisa dilakukan oleh pihak
tertentu yang mengadakan suatu kegiatan. Sedangkan, pembiayaan untuk
pengadaan prasarana jauh lebih tinggi. Sehingga, pembiayaan sepenuhnya berasal
dari suatu institusi tertentu seperti pemerintah.

2.2.4 Contoh Sarana dan Prasarana Pendidikan


Agar penjelasan tentang perbedaan sarana dan prasarana ini lebih jelas, di bawah ini akan
disajikan contoh-contoh sarana dan prasarana pendidikan.
Sarana Pendidikan Prasarana Pendidikan
1. Papan tulis, kapur, penghapus, meja, kursi. 1. Gedung dan ruang kelas
2. Pipet, gelas ukur, alat laboratorium. 2. Gedung laboratorium.
3. Peluit, bola (bola basket, bola sepak, dll) 3. Lapangan olahraga.
4. Laptop, meja dan kursi guru, almari 4. Ruang kantor guru dan kepala sekolah.
berkas, dll. 5. Gedung atau ruang UKS
5. Kapas, obat merah, matras. 6. Gedung atau ruang perpustakaan
6. Rak, buku, kursi dan meja baca.

Diatas merupakan perbedaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di lingkungan
sekolah. Dengan mengetahui perbedaan masing-masing, tenaga pendidik dan peserta didik
dapat dengan mudah melakukan manajemen sarana dan prasarana sekaligus membuat
laporannya.

2.2.5 Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mendukung proses pendidikan secara
menyeluruh. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan sangat penting:

a. Meningkatkan Kondisi Fisik dan Keamanan: Pengelolaan yang baik dapat


memastikan kondisi fisik sarana pendidikan tetap baik, aman, dan nyaman untuk
siswa dan staf. Perawatan, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dapat mencegah
kerusakan dan meminimalkan risiko kecelakaan.

11
b. Menyediakan Lingkungan Belajar yang Menyenangkan: Sarana dan prasarana yang
terjaga dengan baik menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
memotivasi siswa untuk belajar. Ruang kelas yang bersih, fasilitas olahraga yang
lengkap, perpustakaan dengan koleksi yang memadai, dan teknologi yang berfungsi
dapat menciptakan suasana belajar yang positif.

c. Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran: Sarana dan prasarana pendidikan yang


memadai dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Misalnya, adanya
laboratorium lengkap dengan peralatan dan bahan yang diperlukan dapat
memungkinkan eksperimen dan praktikum yang lebih baik, sementara teknologi
pembelajaran dapat menyediakan akses ke sumber daya dan informasi yang luas.

d. Mendukung Kegiatan Ekstrakurikuler: Sarana dan prasarana yang memadai juga


penting untuk mendukung kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, seni, dan
kegiatan klub. Fasilitas olahraga, ruang seni, ruang pertemuan, atau auditorium yang
memadai memungkinkan siswa untuk mengembangkan minat dan bakat di luar
kurikulum akademik.

e. Mendorong Inklusi dan Aksesibilitas: Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan


juga harus memperhatikan inklusi dan aksesibilitas bagi semua siswa. Dalam
mengelola fasilitas pendidikan, perlu dipertimbangkan kebutuhan siswa dengan
disabilitas atau kebutuhan khusus untuk memastikan bahwa mereka dapat mengakses
dan menggunakan sarana dan prasarana dengan mudah.

f. Pengelolaan Sumber Daya dengan Efisien: Pengelolaan sarana dan prasarana


pendidikan yang baik juga melibatkan penggunaan sumber daya dengan efisien.
Dengan perencanaan yang baik, pemeliharaan yang tepat, dan pengelolaan inventaris
yang teratur, sumber daya dapat digunakan secara optimal, menghindari pemborosan,
dan menghemat biaya.

g. Meningkatkan Citra Sekolah: Pengelolaan yang baik terhadap sarana dan prasarana
pendidikan juga dapat meningkatkan citra sekolah. Lingkungan belajar yang terawat
dengan baik dan fasilitas yang memadai akan memberikan kesan positif kepada siswa,
orang tua, dan masyarakat umum, yang pada gilirannya

12
2.3 Kewajiban Lembaga Pendidikan Terhadap Ilkim Dan Lingkungan Belajar
2.3.1 Pengertian Iklim Belajar
Menurut Oskar Gandra Irawan iklim belajar siswa adalah suasana dan kondisi
kelas dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Iklim belajar merupakan
suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa,
siswa-guru dan siswa-siswa. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa.
Keberhasilan seorang guru didalam kelas bukan hanya sekedar tercapainya suatu tujuan
belajar, akan tetapi keberhasilan guru juga ditentukan sejauhmana mereka
mengembangkan kecakapan siswanya. Selain itu juga guru harus mampu
mengembangkan kreatifitas para siswa melalui kecakapannya untuk memotivasi dengan
iklim belajar yang kondusif.
Menurut Zulfia Trinova iklim belajar siswa adalah sebuah konsep dalam banyak
teori pembelajaran. Iklim ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian,
kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri siswa untuk belajar
bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari
luar misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon
yang baik dari diri siswa yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah
menjadi sebuah motivasi yang tumbuh dalam dirinya sehingga siswa merasa terdorong
dalam mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Menurut Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer iklim belajar siswa adalah
interaksi positif antara guru dan siswa dan di antara sesama siswa. Sebuah lingkungan
positif mendorong para siswa menjadi begitu bersemangat mengenai pengalaman
sekolah dan mengenai pembelajaran. Berdasarkan pendapat diatas, maka penciptaan
iklim belajar siswa yang kondusif merupakan suasana yang sangat mendukung untuk
terlaksananya proses belajar mengajar yang baik, sehingga memunculkan sikap belajar
yang baik pula pada diri siswa. Keras atau tidaknya usaha belajar siswa bergantung pada
besar tidaknya penciptaan iklim belajar yang kondusif. Untuk itu, penciptaan iklim
belajar haruslah kondusif karena penciptaan iklim belajar bertujuan agar siswa menjadi
sadar dan siswa harus mencapai tujuan pembelajarannya.
Iklim belajar terdiri dari dua kata yaitu iklim dan belajar. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia iklim berarti “keadaan”, dan belajar berarti “berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu”. Menurut Auliansah, Nisaa, Safira, Maulidan, Nurjanah, dan
Odristya (2021:15) iklim belajar merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola
interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Sedangkan

13
menurut Ganda (2014:212) iklim belajar adalah suasana atau kondisi yang berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran.
Anderson, dkk dalam Auliansah (2021:15) menyatakan bahwa secara signifikan
iklim belajar mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang berlangsung dikelas, dimana setiap siswa dikelompokan untuk
mengerjakan tugas, mereka satu sama lain saling bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru.

2.3.2 Pengertian Lingkungan Belajar


Kata lingkungan tentu bukan kata asing lagi yang terdengar ditelinga kita.
Sebab sejak lahir kita hidup dalam suatu lingkungan. Lingkungan merupakan unsur
pokok dalam kehidupan manusia. Sebab sejak lahir kita hidup dalam suatu
lingkungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa
lingkungan adalah keadaan atau kondisi sekitar yang mempengaruhi perkembangan
dan tingkah laku organisme.
Lingkungan pada hakikatnya adalah segala material dan rangsangan didalam
dan diluar individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosiokultural. Jika
secara Fisiologis lingkungan mencangkup segala kondisi dan material jasmani
didalam tubuh, misalnya: air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, dan
kelenjar endoktrin. Secara psikologis lingkungan adalah semua rangsangan yang
diterima sejak terbentuknya janin hingga kematiannya. Sedangkan secara sosio
kultural lingkungan adalah segenap rangsangan, interaksi dan kondisi eksternal dalam
hubungannya dengan karya orang lain. Contohnya adalah pergaulan kelompok,
latihan, belajar dan pola hidup keluarga.
Anindito menjelaskan bahwa Lingkungan Belajar digunakan untuk mengukur
aspek prakondisi bagi pembelajaran, seperti iklim keamanan dan iklim kebinekaan
sekolah, sekaligus merupakan komponen dari Asesmen Nasional (AN). AN terdiri
dari tiga komponen yakni Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei
Lingkungan Belajar, dan Survei Karakter. bagian terpenting dari Lingkungan Belajar
adalah berbagai aspek yang berkaitan secara langsung dengan kualitas pembelajaran.
Hal ini mencakup indikator-indikator fasilitas belajar, praktik pengajaran, refleksi
guru, dan kepemimpinan instruksional kepala sekolah.
Dari pemaparan definisi tersebut dapat simpulkan bahwa Lembaga Pendidikan
memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan iklim dan lingkungan belajar
yang berada dalam Lembaga tersebut. Karena bagaimanapun keberhasilan dalam

14
pembelajaran iklim dan lingkungan belajar yang baik memiliki perana yang sangat
penting. Dengan iklim dan lingkungan belajar yang baik akan membantu siswa
mencapai tujuan Pendidikan yang diinginkan. Maka dari itu Lembaga seharusnya
sangat memperhatikan iklim dan lingkungan belajar yang aman dan nyaman dalam
Lembaga Pendidikan tersebut.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenyamanan belajar sangat dipengaruhi oleh suasana dan lingkungan sekolah.
Kerjasama team (dalam hal ini kepala sekolah, guru, segenap warga sekolah) sangat
membantu dalam meminimalisir kenakalan dan prilaku negatif para siswa. Tak dapat
dipungkiri semakin meningkat dan bagus, baik lingkungan fisik sekolahnya berupa penataan
ruang sekolah, tempat parkir kendaraan siswa dan penambahan dua lokal ruang belajar,
perlengkapan sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai, suasana sosial sekolah,
kerjasama dengan masyarakat lingkungan sekolah dan semakin tertibnya kegiatan akademik
dan kerjasama dengan orang tua dan wali murid semakin bagus.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sari, F. R., & Afriansyah, H. (2019). Sarana Dan Prasarana Pendidikan. INA-Rxiv. July, 5.
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Oskar Gandra Irawan, Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif Terhadap Hasil Belajar
tersedia di http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5819 di unduh pada
tanggal 24 september 2017.
Zulvia Trinova, Op.Cit. hal. 214 14 Carolyn
M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar (Jakarta:
Kencana Media Group, 2011)hal. 81.
Untung Tri Winarso, Lingkungan, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h.2
Edi Warsidi, Pentingnya Pendidikan Agama Sejak Dini, (Bandung: Pustaka Madani), h.19
https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/read/2969/kemendikbudristek-survei-lingkungan-
belajar-ukur-iklim-keamanan-sekolah.html
http://repositori.unsil.ac.id/8678/6/6.%20BAB%202.pdf

16
Riezky Rino Dwi Prasetyo, A. Ali Wafa, Ro’ufah Inayati, Pengaruh Persepsi Siswa Tentang
Komptensi Guru Ekonomi Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa
(JurnalJPE-Volume 9, Nomor, 2016), h. 18514.

Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktek. (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 3517
Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran. (Jakarta :Indeks
2013), h. 107.

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 167.

17

Anda mungkin juga menyukai