Dosen Pengampu:
Putu Ayu Septiari Dewi, S. Pd. H., M. Pd
Nama Kelompok :
Ni Kadek Vina Martha Widiyanti (2111171002/ 01) A2 Denpasar
Ni Luh Putu Ayu Astiti Sutami (2111171007/ 02) A2 Denpasar
Ni Kadek Ayu Purnama Putri (2111171015/ 03) A2 Denpasar
I Gusti Ayu Agung Cahyani Pratiwi (2111171058/13) A2 Denpasar
Komin Melly Arsantimas (2111171086/ 20) A2 Denpasar
Ni Nyoman Prayoni Sukma Dewi (2111171123/ 27) A2 Denpasar
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut. Lingkungan
belajar merupakan bagian dari proses belajar yang menciptakan tujuan belajar, dalam
pencapaian tujuan belajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri peserta didik, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang
berasal dari luar peserta didik. Salah satu faktor intern yang besar pengaruhnya terhadap
belajar adalah motivasi. Sedangkan faktor ekstern yang besar pengaruhnya terhadap
belajar adalah faktor lingkungan belajar. Kegiatan belajar mengajar tidak akan berjalan
dengan lancar dan tujuan dari kegiatan tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi
belajar dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat
berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik.
Motivasi belajar juga diharapkan mampu menggugah semangat belajar, terutama
bagi para siswa yang malas belajar sebagai akibat pengaruh negatif dari luar diri siswa.
Motivasi yang diberikan guru bukan hanya berasal dari dalam diri siswa melainkan dari
kekuatan-kekuatan lingkungan yang dapat mempengaruhi siswa untuk melakukan sesuatu
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dicapai. Motivasi belajar
peserta didik berkaitan erat dengan lingkungan belajar peserta didik itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu lingkungan belajar ?
1.2.2 Apa itu sarana prasarana pendidikan ?
1.2.3 Apa saja kewajiban lembaga pendidikan terhadap ilkim dan lingkungan belajar ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengidentifikasi lingkungan belajar.
1.3.2 Memahami sarana prasarana pendidikan
1.3.3 Memahami dan mendeskripsikan kewajiban lembaga pendidikan terhadap ilkim dan
lingkungan belajar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lingkungan Belajar
Lingkungan merupakan salah satu faktor penunjang. Tempat dan lingkungan belajar
yang nyaman dan kondisif memudahkan siswa untuk berkonsentrasi. Dengan mempersiapkan
lingkungan yang tepat, siswa akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat menikmati
proses belajar yang siswa lakukan. Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai
lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah tempat berlangsungnya kegiatan
belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam proses dan hasil
dalam pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar diri individu
atau manusia. Lingkungan belajar merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam
membangun kemampuan dan perilaku anak- anak dan mengembangkan potensi kecerdasan
jamak anak. Implikasinya adalah bahwa lingkungan untuk anak-anak harus diberikan
prioritas, terutama jika lingkungan tersebut adalah lingkungan belajar.
Memahami pengelolaan lingkungan belajar sangat penting, dan untuk menjadi
bermakna, yang pertama perlu rumus untuk digabungkan adalah konsep lingkungan belajar.
Dari kata “lingkungan” dan “belajar,” dapat dirumuskan dalam hal lingkungan belajar, yang
merupakan tempat atau suasana yang mempengaruhi proses perubahan perilaku manusia.
Tentu saja manusia adalah anak sebagai subyek yang berada di lingkungan itu. Dari
penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa perubahan yang dihasilkan dari lingkungan dapat
dirasakan dan relative permanen. Semakin kuat pengaruh lingkungan, perubahan yang akan
terjadi pada subjek yang diteliti diperkirakan akan lebih tinggi juga. Ini adalah besarnya
pengaruh lingkungan terhadap perilaku belajar anak. Untuk itu akan sangat bijaksana, jika
seseorang guru menampilkan peran lingkungan untuk perkembangan dan pertumbuhan
individu, terutamaanak-anak.
6
d) Penerangan
e) Suhu optimal didalam kelas
f) Pemanasan sebelum masuk materi yang akan dipelajari
g) Bina suasana dalam pembelajaran
Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, suasana
lingkungan belajar adalah kondisi atau keadaan disekitar lingkungan tempat belajar
siswa yang bisa mempengaruhi proses dan motivasi belajar siswa. Yang meliputi :
kondisi ruangan belajar, keadaan sirkulasi udara, sarana prasarana, pengaturan tempat
belajar, hubungan siswa dengan siswa dan guru itu turut menentukan berhasil atau
tidaknya kegiatan belajar, serta kebisingan yang menganggu pada waktu belajar dan
keadaan yang serba kacau ditempat belajar sangat besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar.
7
b) Memberikan pembelajaran remedial bagi siswa yang kurangberprestasi
atau berprestasi rendah.
c) Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, nyaman, dan
aman bagi perkembangan potensi seluruh siswa secara optimal.
d) Menciptakan kerja sama saling menghargai.
e) Melibatkan siswa dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran.
f) Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama
antara siswa dan guru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 999) secara umum pengertian
sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud
dan tujuan; alat; media. Sedangkan menurut tim penyusun Dirjen Dikdasmen
Depdikbud menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak
agar pencapaian tujuan dapat berjalan lancar dan teratur, efektif serta efisien
(Arikunto, 1988). Ada juga yang menyatakan bahwa sarana pendidikan adalah suatu
sarana yang menunjang proses pembelajaran baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan
efisien, termasuk di dalamnya barang habis pakai maupun yang tidak habis
pakai(Sukirman,1999).
8
pendidikan.
Selanjutnya jika dilihat dari sisi pandangannya sarana pendidikan itu diadakan
setelah prasarana pendidikan tersedia. Dengan kata lain prasarana lebih dahulu ada
sebelum sarana pendidikan disediakan. Pengertian sarana dan prasarana pendidikan
itu sejalan dengan pendapat Wijono (1989:154), yang menjelaskan bahwa prasarana
merupakan alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan. Dari
pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana adalah alat atau bahan
yang berhubungan langsung dalam proses pembelajaran serta berfungsi sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan
prasarana pendidikan adalah alat yang tidak berhubungan secara langsung dengan
proses pembelajaran.
9
telepon, serta perabot. Sedangkan sarana pendidikan berfungsi langsung terhadap
proses pembelajaran seperti alat pelajaran, alat peraga dan media pendidikan
(Gunawan, 1996).
10
d. Pembiayaan Pengadaan
Pembiayaan pengadaan sarana lebih kecil sehingga bisa dilakukan oleh pihak
tertentu yang mengadakan suatu kegiatan. Sedangkan, pembiayaan untuk
pengadaan prasarana jauh lebih tinggi. Sehingga, pembiayaan sepenuhnya berasal
dari suatu institusi tertentu seperti pemerintah.
Diatas merupakan perbedaan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di lingkungan
sekolah. Dengan mengetahui perbedaan masing-masing, tenaga pendidik dan peserta didik
dapat dengan mudah melakukan manajemen sarana dan prasarana sekaligus membuat
laporannya.
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan mendukung proses pendidikan secara
menyeluruh. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan sangat penting:
11
b. Menyediakan Lingkungan Belajar yang Menyenangkan: Sarana dan prasarana yang
terjaga dengan baik menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
memotivasi siswa untuk belajar. Ruang kelas yang bersih, fasilitas olahraga yang
lengkap, perpustakaan dengan koleksi yang memadai, dan teknologi yang berfungsi
dapat menciptakan suasana belajar yang positif.
g. Meningkatkan Citra Sekolah: Pengelolaan yang baik terhadap sarana dan prasarana
pendidikan juga dapat meningkatkan citra sekolah. Lingkungan belajar yang terawat
dengan baik dan fasilitas yang memadai akan memberikan kesan positif kepada siswa,
orang tua, dan masyarakat umum, yang pada gilirannya
12
2.3 Kewajiban Lembaga Pendidikan Terhadap Ilkim Dan Lingkungan Belajar
2.3.1 Pengertian Iklim Belajar
Menurut Oskar Gandra Irawan iklim belajar siswa adalah suasana dan kondisi
kelas dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran. Iklim belajar merupakan
suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa,
siswa-guru dan siswa-siswa. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa.
Keberhasilan seorang guru didalam kelas bukan hanya sekedar tercapainya suatu tujuan
belajar, akan tetapi keberhasilan guru juga ditentukan sejauhmana mereka
mengembangkan kecakapan siswanya. Selain itu juga guru harus mampu
mengembangkan kreatifitas para siswa melalui kecakapannya untuk memotivasi dengan
iklim belajar yang kondusif.
Menurut Zulfia Trinova iklim belajar siswa adalah sebuah konsep dalam banyak
teori pembelajaran. Iklim ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian,
kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan dalam diri siswa untuk belajar
bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari
luar misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon
yang baik dari diri siswa yang akan belajar. Respon yang baik tersebut, akan berubah
menjadi sebuah motivasi yang tumbuh dalam dirinya sehingga siswa merasa terdorong
dalam mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Menurut Carolyn M. Evertson dan Edmund T. Emmer iklim belajar siswa adalah
interaksi positif antara guru dan siswa dan di antara sesama siswa. Sebuah lingkungan
positif mendorong para siswa menjadi begitu bersemangat mengenai pengalaman
sekolah dan mengenai pembelajaran. Berdasarkan pendapat diatas, maka penciptaan
iklim belajar siswa yang kondusif merupakan suasana yang sangat mendukung untuk
terlaksananya proses belajar mengajar yang baik, sehingga memunculkan sikap belajar
yang baik pula pada diri siswa. Keras atau tidaknya usaha belajar siswa bergantung pada
besar tidaknya penciptaan iklim belajar yang kondusif. Untuk itu, penciptaan iklim
belajar haruslah kondusif karena penciptaan iklim belajar bertujuan agar siswa menjadi
sadar dan siswa harus mencapai tujuan pembelajarannya.
Iklim belajar terdiri dari dua kata yaitu iklim dan belajar. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia iklim berarti “keadaan”, dan belajar berarti “berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu”. Menurut Auliansah, Nisaa, Safira, Maulidan, Nurjanah, dan
Odristya (2021:15) iklim belajar merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola
interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Sedangkan
13
menurut Ganda (2014:212) iklim belajar adalah suasana atau kondisi yang berhubungan
dengan kegiatan pembelajaran.
Anderson, dkk dalam Auliansah (2021:15) menyatakan bahwa secara signifikan
iklim belajar mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang berlangsung dikelas, dimana setiap siswa dikelompokan untuk
mengerjakan tugas, mereka satu sama lain saling bekerja sama untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh guru.
14
pembelajaran iklim dan lingkungan belajar yang baik memiliki perana yang sangat
penting. Dengan iklim dan lingkungan belajar yang baik akan membantu siswa
mencapai tujuan Pendidikan yang diinginkan. Maka dari itu Lembaga seharusnya
sangat memperhatikan iklim dan lingkungan belajar yang aman dan nyaman dalam
Lembaga Pendidikan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kenyamanan belajar sangat dipengaruhi oleh suasana dan lingkungan sekolah.
Kerjasama team (dalam hal ini kepala sekolah, guru, segenap warga sekolah) sangat
membantu dalam meminimalisir kenakalan dan prilaku negatif para siswa. Tak dapat
dipungkiri semakin meningkat dan bagus, baik lingkungan fisik sekolahnya berupa penataan
ruang sekolah, tempat parkir kendaraan siswa dan penambahan dua lokal ruang belajar,
perlengkapan sarana dan prasarana sekolah yang cukup memadai, suasana sosial sekolah,
kerjasama dengan masyarakat lingkungan sekolah dan semakin tertibnya kegiatan akademik
dan kerjasama dengan orang tua dan wali murid semakin bagus.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sari, F. R., & Afriansyah, H. (2019). Sarana Dan Prasarana Pendidikan. INA-Rxiv. July, 5.
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Oskar Gandra Irawan, Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif Terhadap Hasil Belajar
tersedia di http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/5819 di unduh pada
tanggal 24 september 2017.
Zulvia Trinova, Op.Cit. hal. 214 14 Carolyn
M. Evertson dan Edmund T. Emmer. Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar (Jakarta:
Kencana Media Group, 2011)hal. 81.
Untung Tri Winarso, Lingkungan, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h.2
Edi Warsidi, Pentingnya Pendidikan Agama Sejak Dini, (Bandung: Pustaka Madani), h.19
https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/read/2969/kemendikbudristek-survei-lingkungan-
belajar-ukur-iklim-keamanan-sekolah.html
http://repositori.unsil.ac.id/8678/6/6.%20BAB%202.pdf
16
Riezky Rino Dwi Prasetyo, A. Ali Wafa, Ro’ufah Inayati, Pengaruh Persepsi Siswa Tentang
Komptensi Guru Ekonomi Dan Lingkungan Sekolah Terhadap Hasil Belajar Siswa
(JurnalJPE-Volume 9, Nomor, 2016), h. 18514.
Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktek. (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), h.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 3517
Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen Dalam Pembelajaran. (Jakarta :Indeks
2013), h. 107.
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 167.
17