Anda di halaman 1dari 26

Pengelolaan Lingkungan Belajar

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Manajemen Kelas

yang diampu oleh Ibu Efi Ika Febriandari, M.Pd

Oleh Kelompok 3 :

Alfa Della Y.M 1786206002

M.Aziz Lukman H 17862060

Yogo Eko Saputro 17862060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

Asalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
banyak nikmat yang diberikan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Manajemen kelas tepat pada waktunya. Kami juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Efi Ika Febriandari, M.Pd
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman kami dan para
mahasiswa tentang Memanajemen Kelas di SD nantinya.

Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat,bahasa,dan isi karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, sehingga kami membutuhkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata kami berharap semoga
makalah kami dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mata kuliah ini.

Wassalamualaikum wr.wb.

Trenggalek, 22 Februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... I
DAFTAR ISI .............................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................ 1
C. TUJUAN DAN MANFAAT ........................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 5
A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar..........................
B. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar..................................
C. Macam-Macam Lingkungan Belajar.........................................
D. Prinspi-Prinsip Pengelolaan Manajemen Kelas.........................
E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Pengelolaan Lingkungan Belajar................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................... 25
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satunya adalah
suatu kondisi yang kondusif pada lingkungan belajar. Untuk mengkondusifkan
lingkungan belajar, diperlukan adanya pengelolaan lingkungan belajar. Guru
memiliki peranan penting dalam pengelolaan lingkungan belajar.
Suasana atau lingkungan belajar yang kondusif akan berpengaruh pada
proses belajar mengajar siswa cenderung mendorong anak untuk belajar dengan
tenang dan berkonsentrasi.
Pengelolaan lingkungan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai komponen lingkungan yang
dapat mempengaruhi perubahan prilaku anak sehingga pendidikan dapat berjalan
dengan baik. Pengelolaan lingkungan belajar yang baik dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang efektif dan optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar dari pengelolaan lingkungan belajar?
2. Apa tujuan dari pengelolaan lingkungan belajar?
3. Apa prinsip – prinsip pengelolaan lingkungan belajar?
4. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan belajar?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas tujuan penuisan makalah
ini adalah untuk:
1. Untuk memahami konsep dasari pengelolaan lingkungan belajar.
2. Untuk memahami tujuan dari pengelolaan lingkungan belajar.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan belajar.
4. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalam pengelolaan
lingkungan belajar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengelolaan Lingkungan Belajar


Pengelolaan berasal dari kata kelola yang mendapat imbuhan pe dan
akhiran yang mempunyai arti ketatalaksanaan, tata pimpinan, atau bisa disebut
juga memanajemen.
Lingkungan yang merupakan sumber belajar memiliki pengaruh dalam
proses pembelajaran. Lingkungan dalam arti sempit adalah alam sekitar di luar
diri individu atau manusia.
Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di
luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural
(Dalyono,2007:129).
Menurut Hamalik, (2004: 195) lingkungan adalah segala sesuatu yang
yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada
individu. Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekeliling manusia yang dapat
mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. Imam
Supardi (2003:2) menyatakan “lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan
mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati”. Kehidupan
manusia selalu berhubungan dengan ligkungan yang didalamnya diperlukan suatu
interaksi antara sesama manusia. lingkungan belajar.
Lingkungan belajar menurut Muhammad Saroni (2006:82-84), adalah
”Segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran
dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik
danlingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses
pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga siswa merasa krasan di
sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena
tekanan ataupun keterpaksaan”. Sedangkan menurut Indra Djati Sidi (2005:148),
”Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar
menyenangkan”. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan belajar, oleh
karena itu lingkungan belajar perlu di tata semestinya.

5
B. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar
Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai
tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual di kelas Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan
mengembangkan sikap apresiasi.
Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar mempunyai
tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dikelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan bekerja dan
mengembangkan sikap apresiasi pada siswa.
Ada 3 pokok tujuan pengelolaan lingkungan belajar:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik (siswa)
untuk mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang berada di lingkungan belajar yang


dapat menghalangi proses interaksi belajar mengajar

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta sarana atau alat peraga belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

C. Macam-Macam Lingkungan Belajar


Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa
menunjang materi yang didapat dari gurunya. Lingkungan belajar tidak berpatok
pada lingkungan sekolah atau universitas akan tetapi lingkungan belajar bisa
berada di luar lingkungan sekolah. Dengan kata lain lingkungan belajar bisa
dibagi menjadi 2 macam:
1. Lingkungan Belajar Dalam Ruangan (Indoor)
Lingkungan belajar ini (indoor) lingkungan belajar yang sudah
disediakan oleh manajemen sekolahan agar digunakan untuk para

6
siswanya sebagai sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada di
dalam sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini bisa berupa
perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang kelas.
a. Ruang tempat belajar

(Gambar 3.1 : Ruang kelas Sekolah Dasar)


Sumber: http://kkgonline.blogspot.co.id/2017/09/10-contoh-ruang-kelas-sd-yang-bagus-dan.html)

Ruang tempat belajar atau bisa juga disebut dengan ruang


kelas sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.
Ruang kelas bukan merupakan sebuah wilayah yang sangat luas
dan dalam ruang kelas antara siswa dan guru terlibat dalam
berbagai kegiatan dan menggunakan berbagai wilayah ruang yang
berbeda. Guru akan memfasilitasi kegiatan-kegiatan jika guru
mengatur ruang belajar untuk memungkinkan pergerakan yang
teratur, dan menggunakan ruang yang tersedia secara efisien
Adapun syarat-syarat kelas yang efisien diantaranya:
1) Bersih dan rapi
2) Ventilasi dan pengaturan cahayanya baik
3) Perlengkapan dan perabotan kelas masih dalam keadaan baik
seperti:
papan tulis dan penghapusnya, meja dan kursi siswa, meja
dan kursi guru, alat kebersihan(sapu, pembersih kaca dan
tempat sampah) hiasan dinding, absensi siswa, peraturan

7
kelas, jadwal piket kelas, gambar presiden dan wakilnya.
jadwal pelajaran, jam dinding dan hal-hal yang menarik
lainnya.
4) Sirkulasi udara cukup
5) Jumlah siswa tidak lebih dari 40 siswa
6) Dan dapat memberikan keluasan gerak dan komunikasi yang
baik antara guru dan siswa.
b. Ruang laboratorium

(Gambar 3.2 : Laboratorium IPA di Sekolah Dasar )


Sumber: :
https://reginapacis.sch.id/index.php?r=front/page&p=unit&idkategori=3&idkolom=3&idartikel=376

Sekolahan yang efisien harus mempunyai laboratorium sebagai


ruang praktik. Dalam kaitannya dengan pengelolaan laboratorium,
bahan-bahan yang perlu disediakan sangat tergantung pada jenis
laboratoriumnya, diantaranya:
1. Laboratorium IPA, khusunya fisika, bahan-bahan yang perlu
disediakan biasanya berupa bahan-bahan kimia seperti air raksa, air
cuka dan timah. Untuk laboratorium IPA, khususnya biologi,
bahan-bahan yang perlu disediakan biasanya berupa tumbuh-
tumbuhan, kerangka manusia, dan berbagai macam pupuk tanaman.
2. Laboratorium BAHASA biasanya bahan-bahan yang disediakan
lebih berupa peralatan laboratorium, seperti kaset dan tape recorder

8
(Gambar 3.2.2 Laboratorium bahasa )
Sumber : https://sdnpandanwangi1.wordpress.com/

3. Laboratoriun KOMPUTER perlu disediakan sejumlah perangkat


komputer, yang meliputi layar monitor, keyboard, stavolt, printer
dan central processing unit. Selain perangkat keras diatas, untuk
penyelenggaraan laboratorium komputer perlu disediakan sejumlah
perangkat lunak seperti disket DOS-Utility, disket pemrosesan kata
(word processor) dalam bentuk disket wordstar, chiwriter, word
perfect, dan lain sebagainya.

(Gambar 3.3.3 Laboratorium Komputer)


Sumber : https://labkompsdpetra1.wordpress.com/lab-komputer-sd-petra-1/

9
c. Ruang auditorium / ruang serbaguna

Gambar 3.3 Ruang Auditorium


Sumber : http://news.liputan6.com/read/2887076/di-hadapan-siswa-sd-humas-dpr-ajarkan-
pendidikan-politik

Ruang auditorium atau bisa juga disebut dengan ruang


serbaguna yang bisa juga berfungsi sebagai tempat diskusi atau
tempat pertunjukan, dan selayaknya ruang tersebut harus dilengkapi
dengan:
1. Panggung pertunjukan
2. Tempat yang luas dan bersih
3. Kamar mandi laki-laki dan perempuan harus terpisah
4. Dinding harus dilapisi oleh peredam suara agar tidak bergema
5. Tempat ganti pakaian laki-laki dan perempuan harus terpisah
6. OHP atau LCD proyektor
d. Ruang perpustakaan

(Gambar 3.4 Perpustakaan Sekolah Dasar)

10
Sumber : https://schoollibrarybeyondsurvival.wordpress.com/2012/09/01/a-school-library-
transformed-part-6-easy-street/

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana


pendidikan dalam mengembangkan pengetahuan murid. Selain
memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan juga
memerlukan sejumlah bahan diantaranya: pensil, pena, kartu
peminjaman dan kartu buku. Sedangkan peralatan-peralatan
perpustakaan antara lain: komputer (opag), stempel peminjaman, jam
dinding, sapu, keranjang sampah, daftar kalsifikasi, dan lain
sebagainya. Adapun dalam perabot perpustakaan yang dibutuhkan
antara lain: rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar,
meja sirkulasi, lemari atau kabinet katalog, kereta buku, dan papan
display. Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan
hal-hal seperti nilai efisiensi pengeluaran uang, efisiensi dalam
pengaturannya, mutunya baik, enak dipakai, dan menarik bagi
pengelihatan.

e. Lingkungan Belajar Diluar (Outdoor)


Lingkungan belajar ini (outdoor) adalah kebalikan dari
lingkungan belajar indoor yaitu lingkungan atau sarana belajar yang
berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan belajar
ini diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa
digunakan untuk proses belajar mengajar, seperti misalnya:

11
1. Museum

(Gambar 3.5. Musium sebagai sarana belajar)


Sumber : http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/08/07/179384/belajar-ke-museum/

Museum adalah tempat yang diciptakan oleh pemerintah


untuk menyimpan barang-barang bersejarah sehingga
masyarakat luas dapat mengetahui sejarah-sejarah pada masa
lampau, oleh karena itu museum ini bisa digunakan oleh para
siswa untuk menggali pengetahuan tentang mata pelajaran
sejarah dan juga bisa digunakan untuk obsrvasi atau penelitian

2. Masjid

Gambar 3.6 Suasana saat pembelajaran sholat di masjid


Sumber : https://www.jawapos.com/read/2016/09/07/49412/sekolah-disegel-ratusan-siswa-sd-ini-
belajar-di-masjid

Masjid adalah tempat yang digunakan oleh seluruh umat


islam untuk menyembah kepada tuhannya dan di masjid bisa
dilakukan proses pembelajaran tidak langsung seperti khutbah

12
jum’at. Masjid juga bisa dibuat untuk praktik sholat jenazah,
praktek wudhu dan lain sebagainya.
3. Monumen

Gambar 3.7 Monumen Pancasila


Sumber : https://travelingyuk.com/monumen-pancasila/20793/

Monumen dan museum merupakan tempat yang bersejarah


akan tetapi keduanya berbeda. Monumen merupakan tempat
yang memang ada pada zaman dulu dengan kata lain tempat
tersebut tidak dibuat atau diciptakan oleh tangan manusia, namun
tempat itu ada sebagai bukti sebuah kejadian atau sejarah bukan
untuk menyimpan barang-barang bersejarah
4. Lapangan

Gambar 3.8 Lapangan di Sd 1 Jakarta


Sumber :http://sd1-jkt.tarki.interaksi.web.id/sejarah-sekolah.html

Lapangan identik dengan lahan yang luas tanpa adanya


bangunan apapun.Setiap sekolah harusnya memiliki lapangan

13
karena lapangan menunjang dalam aktivitas siswa seperti
olahraga.

D. Prinspi-Prinsip Pengelolaan Manajemen Kelas


Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan kerumitan dalam pengelolaan kelas.
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
yaitu.

1. Faktor interen siswa


2. Faktor eksteren siwa
Faktor interen siswa biasanya berhubungan dengan masalah emosi, pikiran
dan prilaku. Kepribadian siswa dengan ciri khasnya masing masing menyebabkan
siswa berbeda dari siswa lainya secara individual. Perbedaan secara individual ini
dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual dan psikologis.

Sedangkan factor eksteren siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan


belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa di kelas, dan
sebagainya. masalah jumlah siswa dikelas akan mewarnai dinamika kelas.
Semakin banyak jumlah siswa di kelas misalnya dua puluh dua orang keatas
cenderung lebih mudah terjadi konflik. dan Sebaliknya semakin sedikit jumlah
siswa di kelas cendrung lebih kecil terjadi konflik.
Mustahil kekacaun di kelas tidak dapat dibatasi, selama ada usaha dari guru,
kekacauan di kelas pasti dapat di pecahkan. Memang diakui kelas dari waktu ke
waktu, dari hari ke hari, hari ini, esok atau lusa, menunjukan suasana yang
berbeda. Sewaktu waktu kebaikan belajar siswa terganggu dengan datangya
gangguan dari luar kelas dalam berbagai bentuk dan jenisnya, misalnya ada
kebakaran disekitar sekolah, ada maling disiang bolong, ada tabrakan kendaraan
bermotor, dan lain sebagainya.

Sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip


pengelolaan kelas. Djarmajah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka
memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas seperti , dapat
dipergunakan”. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat di pergunakan, yang
dikemukakan oleh Djarmajah akan di uraikan berikut ini. yaitu :

14
1. Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru
yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.

2. Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat
mengendalikan gairah belajar mereka.

3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,
pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya
gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya
bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa
yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan
kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak
didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan
pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak
didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif


Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal
yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku
anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang

15
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat
mengganggu proses belajar mengajar.

6. Penanaman disiplin diri


Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru
sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila
ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengatasi masalah untuk


membuat iklim kelas yang sehat dan efektif adalah sebagai berikut :

1. Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal,


fungsi kelompok harus diminimalkan.
2. Manajemen kelas harus memberi fasilitas untuk mengembangkan kesatuan
dan bekerjasama.
3. Anggota-anggota kelompok harus diberi kesempatan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi
belajar atau kerja.
4. Anggota-anggota kelompok harus dibimbing dalam menyelesaikan
kebimbingan, ketegangan dan perasaan tertekan.
5. Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.

E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pengelolaan Lingkungan Belajar

1. Memahami sifat yang dimiliki siswa


Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu.
Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya
merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap atau pikiran kritis dan
kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang
kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua
potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan

16
pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang
menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan,merupakan
pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa.

2. Memahami perkembangan kecerdasan siswa


Jean Piaget dalam Syah (2008 : 29-32) menjelaskan tentang
perkembangan kecerdasan akal atau perkembangan kognitif manusia
berlangsung dalam empat tahap, yakni:
a. Sensory-motor ( Sensori-motor / 0-2 tahun )
adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa
tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial
penting dalam enam sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu
dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-
kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi
antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan
untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya
berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan
penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.

b. Pre-operational ( Pra-operasional / 2 -7 tahun )

17
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan
mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah
akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-
objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan
secara logika tidak memadai Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-
benda dengan kata-kata dan gambar.

c. Concrete-operational ( Konkret-operasional / 7 – 11 tahun)


Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul
antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa
penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama
tahapan ini adalah:

1. Pengurutan—kemampuan untuk mengurutkan objek menurut


ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda
berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.

2. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan


mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke
dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan
logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)

3. Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari


suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh,
anak tidak akan lagi menganggap bahwa cangkir yang pendek tapi
lebar memiliki isi lebih sedikit dibanding cangkir yang tinggi tapi
ramping.

18
4. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-
benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,
anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-
4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

5. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah


benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila
anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir
lain.

6. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat


sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik
yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu
ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu
bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

d. Formal-operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas).


Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan
kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia
sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari
informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami
hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-
abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas

19
Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa
mengalami tahap Concrete-operational dan Formal operational.
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia
menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut
system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan
langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu kedalam sistem
pemikirannya sendiri.
Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-
operational seorang remaja telah memiliki kemampuan
mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam
kemampuan kognitif, yakni:
a. Kapasitas menggunakan hipotesis
b. Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar),
seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai
sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan
anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons.
Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak,
remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang
abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak
lainnya dengan luas dan mendalam

3. Mengenal siswa secara perorangan


Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan
individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan
pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan
yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa
yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu
temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal

20
kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya
sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.

4. Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar


Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat
dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas
atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam
kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas
dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini
memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar
bakat individunya berkembang.

5. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan


memecahkan masalah
Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah
karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada
masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis
untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu
dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena
itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering
memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan
memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang
kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan
“Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata
yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”,”Berapa?”,”Kapan?”, yang
umumnya tertutup ( jawaban betul hanya satu ).

6. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

21
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk
memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
kaligrafi, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan
siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan
pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah
masalah.

7. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar


Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang
sangat kaya untuk bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam
belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus di luar
kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk
menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis,
mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.

8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar


Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa
merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik
hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan
siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun.
Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi
tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil

22
pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru
berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri
siswa daripada hanya sekedar angka.
Untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan
beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik
sebagai makhluk individual. Beberapa teknik untuk mendapatkan umpan
balik dari anak didik antara lain :
a. Memancing aspirasi anak didik
b. Memanfaatkan teknik alat bantu yang praktis (akseptabel)
c. Memilih bentuk motivasi yang akurat ( misalnya : memberi angka,
hadiah, pujian, memberi tugas, hukuman, dll. )
d. Menggunakan metode yang bervariasi

9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental


Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa
sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan
para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik
seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena
aktif secara mental (mentally active) lebih berarti daripada aktif secara
fisik (phisically active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang
lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan
tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut
dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun
dari guru itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan
dengan prinsip PAIKEM

10. Pengelolaan Kelas


Masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang
sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
merupakan masalah tingkah laku yang kompleks dan guru

23
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran
secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian
pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang sfektif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajararan. Juga
hubungan interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak
didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan
kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar mengajar.

Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas secara efektif perlu diperhatikan hal
– hal sebagai berikut :

1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu, yang
dilengkapi oleh tugas – tugas dan diarahkan oleh guru.
2. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk satu anak pada waktu tertentu,
tetapi bagi semua anak atau kelompok.
3. Kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku –
perilaku masing – masing individu dalam kelompok itu. Kelompok
mempengaruhi individu – individu dalam hal bagaimana mereka
memandang dirinya masing – masing dan bagaimana belajar.
4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota – anggota.
Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing
mereka di kelas dikala belajar.
5. Praktik guru waktu belajar cenderung terpusat pada hubungan guru dan
siswa. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok,
makin puas anggota – anggota di dalam kelas.
6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan
oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah
maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.

24
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada proses belajar mengajar pengelolaan lingkungan belajar
mempunyai tujuan secara umum yaitu menyediakan fasilitas bagi bermacam-
macam kegiatan siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual di
kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar dan
bekerja dan mengembangkan sikap apresiasi pada siswa.

Lingkungan belajar merupakan sarana dan prasarana yang bisa menunjang


materi yang didapat dari gurunya.. Lingkungan belajar dapat dibagi dua yaitu
lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar outdoor. Lingkungan belajar
indoor adalah lingkungan belajar yang sudah disediakan oleh manajemen
sekolahan agar digunakan untuk para siswanya sebagai sumber belajar atau
lingkungan belajar yang ada didalam sekolahan tersebut. Lingkungan belajar ini
bisa berupa perpustakaan, laboratorium, auditorium dan utamanya adalah ruang
kelas. Sedangkan lingkungan belajar outdoor yaitu lingkungan atau sarana belajar
yang berada diluar lingkungan sekolahan, dalam artian lingkungan belajar ini
diciptakan tidak untuk proses belajar mengajar akan tetapi bisa digunakan untuk
proses belajar mengajar, seperti misalnya: museum, masjid, monumen, dan
lapangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Karwati,Euis & Juni,Donni . 2015 . “Manajemen Kelas (Classroom Management)


Menjadi guru profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan dan
Berprestasi”. Alfabeta

Ardi wiyani, Novan. 2014. “Manajemen Kelas Teori dan aplikasi untuk
menciptakan kelas yang kondusif”. Ar-Ruzz Media : Jogjakarta.

Wikipedia. “Teori perkembangan kognitif”. (Online)


https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif.
diakses pada 25 Februari 2018

Oddy,Hakim. 2014. “Pengelolaan lingkungan belajar”. (online)


http://hakimoody.blogspot.co.id/2014/07/pengelolaan-lingkungan-
belajar.html diakes pada 25 Februari 2018

26

Anda mungkin juga menyukai