Dosen Pengampu:
Yanti Yandri Kusuma, SE.,M.Pd.
Disusun Oleh:
Nadila Kharunisa 1986206112
Uyun Rifka Azzahra 1986206094
Sri Restiana 1986206090
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan buku ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada buku ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah, dan teman-teman seperjuangan yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 2
A. Kesimpulan........................................................................................ 13
B. Saran................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah segala
usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di dalam kelas agar
menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik
sesuai dengan kemampuan.
Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal
dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas yang kondusif.
Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses
belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi
tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif.
Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas sedemikian
rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar terlibat secara
maksimal dalam proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengaturan kondisi kelas?
2. Bagaimana kegiatan manajemen kelas?
3. Apa tujuan manajemen kelas?
4. Apa faktor yang mempengaruhi manajemen kelas?
5. Apa saja hambatan dalam mengelola kelas?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengaturan kondisi kelas?
2. Mengetahui bagaimana kegiatan manajemen kelas?
3. Mengetahui apa tujuan manajemen kelas?
4. Mengetahui apa faktor yang mempengaruhi manajemen kelas?
5. Mengetahui apa saja hambatan dalam mengelola kelas?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengaturan kondisi kelas dan iklim belajar pengelolaan kelas dalam pengembangan
budaya dan iklim sekolah adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana
dan kondisi belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dengan kata lain
pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur segala hal dalam proses pembelajaran,
seperti lingkungan fisik dan sistem pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif
membutuhkan kondisi kelas yang kondusif. Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar
yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun
yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi
kelas yang kondusif. Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di
kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
2
Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim yang Kondusif Lingkungan sistem
pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat memperlancar proses belajar mengajar dikelas
seperti: Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran,
penggunaan metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses
belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Keselurahan
aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses pembelajaran. Yang
menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah penciptaan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan dan menguatkan.
Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru harus
berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang dan
mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa
untuk berkreasi secara aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran
yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. Untuk
keperluan itu guru-guru dilatih :
a. Bersikap ramah
b. Membiasakan diri selalu tersenyum
c. Berkomunikasi dengan santun dan patut
d. Adil terhadap semua siswa
e. Senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f. Menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang
dekat dengan kehidupan siswa.
2. Mencerdaskan dan Menguatkan
3
a. Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir,
melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
b. Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, karena
jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh,
melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka sebagai
pembelajar.
c. Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan keleluasaan bagi
siswa dalam proses pembelajaran.
d. Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan
menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa
bersalah.
Selain itu, ada juga hal dalam pengaturan tata ruang kelas dan pengaturan tempat
duduk :
4
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukaan tempat duduk yang
tidak mengganggu siswa, karena kurang aman atau tidak nyaman dipakai. Jika siswa
duduk berjam-jam di tempat duduk dengan keadaan tidak cukup aman dan tidak
nyaman, mereka tidak akan dapat berpikir tentang pelajaran tersebut dan terus
menerus merasakan siksaan sebagai akibat dari tempat duduk yang tidak nyaman.
1) Segi Keamanan
Guru atau murid yang menempati tempat duduk tersebut benar-benar merasa
aman sehingga tidak perlu khawatir akan jatuh atau celaka. Dengan demikian
mereka dapat berkonsentrasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
2) Segi Kenyamanan
Kenyamanan di sini bukan berarti tempat duduk itu harus empuk (tetapi jika
mampu demikian tidak masalah), melainkan tempat duduk tersebut cukup enak
digunakan, dilihat dari alas yang diduduki harus datar dan jangan sampai
miring, mempunyai sandaran, tidak terlalu ke depan atau ke belakang.
Perbedaan tinggi antara tempat duduk dengan tempat menulis harus memadai.
3) Segi Ukuran
Agar merasa aman dan nyaman, sebaiknya diperhatikan kondisi tempat duduk
yang memenuhi hal-hal berikut :
a) Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk siswa, agar guru mudah
mengawasi setiap kegiatan siswa. Meja dan kursi siswa sebaiknya terpisah,
agar memudahkan untuk dalam kegiatan proses belajar mengajar.
b) Bentuknya sederhana, kokoh dan bahannya kuat.
c) Ukuran daun meja adalah 100cm x 50cm (standar).
d) Tinggi meja kurang lebih setinggi pinggul siswa.
e) Tinggi kursi kurang lebih setinggi lutut siswa.
B. Kegiatan Manajemen Kelas
Kegiatan manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang secara
garis besar terdiri dari:
1. Pengaturan orang (siswa) Pengaturan orang atau siswa adalah bagaimana mengatur
dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan
5
perkembangan emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi
dalam belajar yang sesuai dengan minat dan keinginannya.
2. Pengaturan fasilitas Pengaturan fasilitas adalah kegiatan yang harus dilakukan siswa,
sehingga seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas. Pengaturan
fisik kelas diarahkan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa sehingga siswa
merasa senang, nyaman, aman, dan belajar dengan baik.
2. Terjadinya hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa (Alam S : 2003) Tujuan manajemen kelas : (Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen : 1996).
3. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
5. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual
siswa dalam kelas.
6
6. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individualnya.
1. Kondisi fisik
7
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah
ada) adalah aset penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
Kondisi lingkungan fisik tempat belajar memberikan pengaruh terhadap hasil bejar
anak. Guru harus dapat menciptakan lingkungan yang membantu perkembangan pendidikan
peserta didik. Ruang tempat berlangsungnya pembelajaran ; Ruang Kelas, Ruang
Laboratorium, Ruang Serbaguna/Aula. Pengaturan tempat duduk ; Pola berderet atau
berbaris-belajar, Pola susun berkelompok, Pola formasi tapal kuda, Pola lingkaran atau
persegi. Ventilasi dan pengaturan cahaya. Pengaturan penyimpanan barang-barang.
2. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan
pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
a. Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional
di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis,
laisez faire atau demokratis. Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta
didik.
b. Sikap guru
8
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah
laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah
lakunya bukan membenci siswanya. Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia
insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi
yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.
c. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau
malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana
gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan.
Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh
dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk memperhatikan
pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak membosankan siswa.
Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah
pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik
guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukannya serta
terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
9
Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru ketika
berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran sebagai
pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala sesuatunya
diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat
didalamnya, atau gaya demokrasi dimana terjadi proses timbal balik antara guru dan
murid sesuai dengan peranannya masing-masing. Sikap guru, sikap yang
diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan mempengaruhi
mod anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik.
Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang
memberikan bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan.
Pembinaan hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun
berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar mengajar dikelas, akan
tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan
keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman berhubungan seperti
dengan ibu dan bapaknya dirumah.
3. Kondisi Organisasional
10
terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa
jeda itu terlalu lama.
Tempat baca, tempat baca merupakan bagian dari fasilitas yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan kawan- kawannya, dengan fasilitas
dan guru. Tempat sampah, tempat sampah yang bersih ditempatkan di tempat yang
tepat dan tidak menggangu kegiatan belajar maupun bermain siswa, akan memberikan
dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Bau sampah, berserakan
dimana-mana, siswa tidak mengetahui tempat penyimpanan sampah atau karena tidak
ada tempat sampah akan berakibat buruk pada kondisi sosio-emosional dan fisik
siswa.
Catatan pribadi siswa, catatan pribadi adalah alat berinteraksi guru dengan
siswanya. Perlakuan-perlakuan khusus yang dibutuhkan untuk masing-masing siswa
dapat dilihat dari catatan-catatan tentang siswa.
1. Kontrol batasan terhadap siswa sangat ketat, atau malah guru menerapkan sedikit
sekali control. Guru tidak tegas dalam menjalankan peraturan kelas (inkonsisten).
11
2. Lay out kelas tetap sama, tidak mengubah-ubah leta tempat duduk siswa sesuai
dengan kegiatan pembelajaran.
3. Siswa melanggar langsung dihukum, guru tidak mau mendengar alasan siswa,
keputusan berasal dari guru. Siswa mengalami kekurangan motivasi karena aspirasi
tidak didengar.
4. Komunikasi hanya satu arah, kelas baru dianggap baik apabila sunyi.
5. Tidak ada minat dan perhatian terhadap siswa, tidak perhatian terhadap siswa, terlalu
memperhatikan emosi siswa dari pada kesuksesan pengelolaan kelas.
6. Tida kreatif, menggunakan materi yang sama setiap tahun, tidak ada variasi, guru
tidak mempersiapkan kelasnya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kita sebagai calon guru yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan
mempelajari dan mengetahui pengaturan kondisi kelas yang menunjang, sehingga dapat
menciptakan kondisi kelas yang menunjang, sehingga dapat menciptakan kondisi kelas baik
secara fisik yang menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan belajar yang ingin
dicapai secara efisien dan optimal.
13
DAFTAR PUSTAKA
Caroline dan Endmund. 2011. Manajemen Kelas untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta
Kencana.
14