Anda di halaman 1dari 24

PENGATURAN DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG

MENUNJANG
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen
Pengelolaan Kelas
Dosen : H. Saeful Mufid S.Pd.I, M.M.Pd

Disusun Oleh :
1. Ridwan Gunawan (068.14.0335.18)
2. Taufik Hadi N (068.14.1615.17)
3. Tesa Meisa Putri (068.14.1616.17)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AT-TAQWA
CIPARAY-BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat serta salam semoga
senantiasa terlimpah curah kepada Rasulullah SAW. Kami bersyukur kepada Illahi
Rabbi yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Pengelolaan Kelas yang berjudul “Pengaturan dan Penciptaan Iklim
Belajar yang Menunjang”.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak H. Saeful Mufid S.Pd.I, M.M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah
Manajemen Pengelolaan Kelas.
Kami menyadari sepenuhnya di dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca serta dapat memahami secara mendalam hal-hal yang berkaitan
dengan “Pengaturan dan Penciptaan Iklim Belajar yang Menunjang”.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Metode Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar 3
B. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang
Kondusif 8
C. Kondisi Sosio Emosional 10
D. Kondisi Organisasional 12
E. Kondisi Administrasi Teknik 14
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar 15
G. Kelas yang Menyenangkan 18
BAB III PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dapat dimengerti bahwa kondisi atau suasana belajar berpengaruh terhadap
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk pembelajaran adalah
terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas
adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang
optimal agar pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat
berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik
maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan
dan keamanan untuk belajar, tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap
tingkah laku siswa yang menyimpang dan merusak kondisi optimal terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Tindakan pencegahan dapat merupakan tindakan
guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur siswa, mengatur peralatan dan
lingkungan sosio-emosional.
Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah
segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di
dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Kelas yang kondusif
adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif
dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif
jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif.
Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas
sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kondisi dan situasi belajar
mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, mengajar yang efektif, dan
kelas yang menyenangkan.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi dan situasi belajar mengajar di kelas?
2. Apasajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa di kelas?
3. Bagaimanakah kelas yang menyenangkan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kondisi dan situasi belajar mengajar di kelas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa di kelas.
3. Mengetahui cara menciptakan kelas yang menyenangkan.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode kualitatif yaitu
dengan mengkaji buku maupun artikel-artikel tentang Pengaturan dan Penciptaan
Iklim Belajar yang Menunjang sebagai acuan yang sesuai dengan pembahasan dan
browsing data di internet atau searching di google.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan
belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan
akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam
proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang
kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan
untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai berikut;
1. Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2. Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
3. Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
4. Penetapan strategi pembelajaran
5. Pemanfaatan media dan sumber belajar
6. Penilaian hasil belajar.
Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain
sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat
menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik seperti:
pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya
siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di iringi
dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau
nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar siswa. Design ruang kelas
yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa
keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Dengan ruang kelas yang baik,
para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan menghargai
pendapat masing-masing.

3
4

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility (Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam
kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula
guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau
mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain
itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa
dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang
bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan
yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk
yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan
kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas
yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang
indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu
dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar,
hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu:
5

1. Ukuran bentuk kelas


2. Bentuk serta ukuran bangku dan meja
3. Jumlah siswa dalam kelas
4. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
5. Jumlah kelompok dalam kelas
6. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai,
pria dan wanita).
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah
formal. Tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat
duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat
panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan
dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk
siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang
digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik
individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa
itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk
yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi para siswa
1. Pengaturan meja-kursi
Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat saling
berinteraksi dan memberi keluasaan untuk terjadinya mobilitas pergerakan untuk
melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya dapat digerakkan,
dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri keleluasaan siswa mengatur
sendiri atau memilih meja-kursinya masing-masing,
Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang dapat
dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar siswa
dalam proses pembelajaran.
a. Model huruf U
Model susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai
tujuan. Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan
6

membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah, dan
memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung.
b. Model Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau
oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi
dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi
mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga
dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk
melihat guru atau papan tulis.
c. Model Meja Konferensi
Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini
mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
d. Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran
sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung.
Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.
e. Model Fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk
menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas
kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran
kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah,
dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Model Breakout groupings
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan
meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat
melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan
susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu
tidak saling mengganggu.
7

2. Pemajangan gambar dan warna


Pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan
saran-saran berikut.
a. Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-pajangan
yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta membuat
gambar, poster, motto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan pesan tokoh
tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas.
b. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster afirmasi yang
sama, guru perlu secara priodik mengganti gambar-gambar atau poster-poster
tersebut.
c. Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan siswa
sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-karya terpilih
siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan praise yang dapat
memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi
siswa lain.
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya.
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendatipun guru sulit mengaturnya
karena sudah tersedia) adalah asset penting untuk terciptanya suasana belajar
yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk,
udara sehat dengan ventilasi yang baik sehingga semua dalam kelas dapat
menghirup udara segar yang cukup mengandung O2. Siswa harus dapat melihat
tulisan dengan jelas, baik tulisan di papan tulis, pada papan bulletin, maupun
pada buku bacaan. Kapur tulis yang digunakan sebaiknya kapur yang bebas dari
debu dan selalu bersih. Cahaya harus datang dari sebelah kiri dan cukup terang
tetapi tidak menyilaukan.
4. Pengaturan penyimpanan barang-barang.
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah
dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan
kegiatan belajar. Barang–barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat
disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu
8

pribadi, dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga


barang-barang tersebut segera dapat dipergunakan. Hal lain yang tidak kalah
pentingnya adalah pengamanan barang-barang tersebut dari pencurian dan
pengamanan terhadap barang yang mudah meledak atau terbakar. Alat
pengaman harus selalu tersedia, seperti alat pemadaman kebakaran, P3K, dan
sebagainya.
Hal lain yang perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan belajar
adalah kebersihan dan kerapian. Berkaitan dengan kondisi fisik, dari yang
sederhana sampai kepada yang ideal yang meliputi pengaturan ruang tempat
berlangsungnya pembelajaran, pengaturan tempat duduk, oleh karena itu
seorang guru sebaiknya membuat peraturan yang mengatur kelompok kerja yang
membersihkan ruangan, menyiapkan kapur tulis, mengganti taplak meja dan
sebagainya. Guru harus membagi tanggung jawab peraturan kondisi fisik itu
menjadi milik siswa di kelas tersebut, dan tidak hanya dimiliki siswa di kelas
tersebut, dan tidak hanya dimiliki oleh seorang guru. Siswa harus aktif dalam
membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi, dan sebagainya. Berkaitan
dengan kondisi fisik, dari yang sederhana sampai kepada yang ideal yang
meliputi pengaturan ruang tempat berlangsungnya pembelajaran, pengaturan
tempat duduk, dan pengaturan penyimpanagn peralatan.
B. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang
Kondusif
Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat
memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan kreativitas
guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi
belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan
pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.
Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses
pembelajaran.
Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
adalah penciptaan suasana pembelajaran yaitu :
9

1. Menyenangkan dan mengasyikkan


Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan.
Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat
mengundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang
disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Rancangan
pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang kontekstual harus
dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. Untuk keperluan itu
guru-guru dilatih:
a. Bersikap ramah
b. Membiasakan diri selalu tersenyum
c. Berkomunikasi dengan santun dan patut
d. Adil terhadap semua siswa
e. Senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f. Menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik
yang dekat dengan kehidupan siswa.
2. Mencerdaskan dan menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan
juga dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke
dalam mata pelajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah
yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life
skill). Oleh karena itu, guru dilatih:
a. Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir,
melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran,
karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang
diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan
mereka sebagai pembelajar.
c. Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan
keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
10

d. Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak
akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus
diselimuti rasa bersalah.
Beberapa praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good
practice) dikemukakan berikut ini.
a. Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman
guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan
kesiapan masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang
membuka pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya
menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu tersebut.
b. Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama
agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan
pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa
saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi
setiap tugas yang diberikan.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa mengembangkan
bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau
mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan dan merasa
tidak tertekan, tidak takut atau merasa bersalah
C. Kondisi Sosio Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya
tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
1. Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru ketika
berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran
sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala
sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan
kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya demokrasi dimana terjadi
proses timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya masing-
masing.
11

Peranan guru, tipe kepemimpinan guru atau administrator akan


mewarnai suasana emosional di dalam kelas. Tipe kepemimpinan yang lebih
berat pada otoriter akan menghasilkan sikap siswa yang submissive atau apatis.
Tetapi di pihak lain juga akan menumbuhkan sikap yang agresif. Tipe
kepemimpinan yang cenderung pada laizer-fair biasanya tidak produktif
walaupun ada pemimpin. Kalau ada guru, siswa lebih banyak melakukan
kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Dalam kepemimpinan tipe ini
malahan biasanya aktifitas siswa lebih produktif kalau gurunya tidak ada. Tipe
ini biasanya lebih cocok bagi siswa yang “innerdirected” diam siswa tersebut
aktif, penuh kemauan berinisiatif dan tidak selalu menunggu pengarahan. Tipe
kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbukanya sikap persahabatan guru dan siswa dengan dasar
saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat membantu
menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi belajar-
mengajar optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi
guru maupun tanpa diawasi guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya
problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin.
2. Sikap guru, sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas
yang akan mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap
guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu,
kakak, orang dewasa yang memberikan bimbingan tentunya adalah hal yang
paling baik diperlihatkan. Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar
peraturan sekolah hendaknya tetap sabar dan tetap bersahabat dengan suatu
keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru
terpaksa membenci, maka bencilah tingkah laku siswa tersebut dan jangan
membenci orangnya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi
yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.Guru hendaknya:
a. Menerima siswa dengan hangat, sehingga ia insyaf akan kesalahannya.
b. Berlaku adil dalam bertindak.
12

c. Menciptakan suatu kondisi yang dapat menyebebkan siswa sadar akan


kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3. Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, namun turut mempunyai
pengaruh dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau demikian rendah
sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari jarak yang agak jauh akan
mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan yang seperti itu akan membosankan,
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara yang relative rendah
tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks
akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran. Mereka akan berani
mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan
suara hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang
mendengarnya. Hal yang penting dari itu semua adalah proses pembelajaran
akan semakin terarah.
4. Pembinaan hubungan baik. Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa
dalam masalah pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan
terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira,
penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar
yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
Pembinaan hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun
berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar mengajar dikelas,
akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan
dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan aman berhubungan
seperti dengan ibu dan bapaknya di rumah.
D. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun
tingkat sekolah akan mencegah timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas.
Kondisi organisasional tersebut meliputi hal-hal sebagi berikut.
1. Pergantian pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam pelajaran harus disikapi
oleh guru karena dalam proses ini ada jeda (kekosongan) yang memungkinkan
terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari siswa dengan siswa lainnya.
Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengahiri pelajaran guru tidak terlalu
13

cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa
jeda itu terlalu lama.
2. Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan
terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari
terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa
seperti berlarian kesana kemari menggangu kelas lain, dan menimbulkan
kerusakan pada fasilitas kelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi
dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir, siswa disuruh tetap
berada dalam kelas untuk menunggu guru pengganti. Bila setelah waktu yang
ditentukan guru pengganti juga belum datang ketua siswa diwajibkan lapor
kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk mengatasi
kekosongan guru tersebut. Mungkin juga kepala sekolah yang bertugas mengisi
kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.
3. Masalah antar siswa, masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi
emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru
harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat dipahami
keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik
diantaranya. Jika terjadi masalah antar siswa yang dapat diselesaikan antar
mereka, ketua kelas dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama
memecahkan dan mengatasi masalah tersebut.
4. Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan
berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti kegiatan
upacara bendera. Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah
ditentukan. Pengaturan ini meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru
maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara,
pakaian yang harus dikenakan, aturan acara upacara pengumuman sekolah, dan
siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasehat atau
pengarahan pada upacara tersebut.
5. Kegiatan lain; kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari
sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan rekreasi
14

dan social seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian
anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.
E. Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen
pembelajaran di dalam kelas. Kondisi administrasi teknik meliputi hal-hal berikut.
1. Daftar presensi. Kerapihan, kebersihan dan keteraturan daftar presensi akan
memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
Keterdukungan dari sisi keteraturan dalam presensi akan memberikan efek
psikologis terhadap siswa karena terjadi keadilan dalam perlakuan.
2. Ruang bimbingan siswa. Ruang bimbingan siswa diarahkan untuk memberikan
bantuan pada siswa yang secara emosional memiliki masalah. Hal terpenting
dari ruang bimbingan adalah bagaimana ruang tersebut tidak menimbulkan
ketakutan ketika harus berhubungan dengan guru di sana.
3. Tempat baca. Tempat baca merupakan bagian dari fasilitas yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan kawan-kawannya dengan
fasilitas dan guru.
4. Tempat sampah. Tempat sampah yang bersih ditempatkan di tempat yang tepat
dan tidak menggangu kegiatan belajar maupun bermain siswa, akan memberikan
dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Bau sampah,
berserakan dimana-mana, siswa tidak mengetahui tempat penyimpanan sampah
atau karena tidak ada tempat sampah akan berakibat buruk pada kondisi sosio-
emosional dan fisik siswa.
5. Catatan pribadi siswa. Catatan pribadi adalah alat berinteraksi guru dengan
siswanya. Perlakuan-perlakuan khusus yang dibutuhkan untuk masing-masing
siswa dapat dilihat dari catatan-catatan tentang siswa. Dengan catatan pribadi
siswa, guru akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang
kehidupannya. Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan
akademik seperti hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap
sosial, catatan anekdotal dan sebagainya.
15

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor Intern
Faktor intern yang dimaksudkan adalah kondisi internal dari siswa itu
sendiri seperti di bawah ini.
a. Kondisi jasmaniah siswa. Faktor-faktor kesehatan atau kelainan fungsi pada
tubuh jasmaniah siswa akan memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar
yang diikutinya. Selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah puling, dan ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada
gangguan/kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
b. Kondisi Psikologis. Kondisi psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat
bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
1) Intelegensi. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
Dalam situasi yang lama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang
tinggi akan lebih berhasil dari pada siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang rendah. Kendatipun begitu, siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi yang tinggi belum tentu berhasil yang kompleks dengan
banyak faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang memiliki tingkat
intelegensi normal dapat berhasil denagn baik dalam belajarnya jika
kondisi yang diciptakan mendukung tejadinya pembelajaran yang efisien
dan efektif.
2) Perhatian. Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus
mempunyai perhatian yang penuh terhadap bahan yang dipelajarinya.
Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan
pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. Caranya antara lain
adalah dengan mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau
bakatnya, berkualitas, aktual dan mengkaitkan bahan tersebut dengan
pelajaran yang lalu, mengemukakan manfaat bagi anak baik dengan
pelajaran yang sedang dibicarakan maupun dengan bahan yang akan
datang, dan manfaat kelak dimasyarakat.
16

3) Minat. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Bila bahan


pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
dapat belajar dengan baik. Jika ada siswa kurang atau tidak berminat
terhadap belajar perlu diusahakan cara membangkitkan minat tersebut.
Minat dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara. Cara tersebut antara lain
adalah dengan menvariasikan media pembelajaran, mengembangkan
metode pembelajaran, menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan siswa, dan mengkaitkan denagn hal-hal yang berhubungan
dengan cita-cita siswa.
4) Bakat. Peserta didik bagaikan sebuah golok, ada bagian yang runcing dan
ada bagian yang tumpul (bagian punggung golok). Siswa yang memiliki
bakat ibarat bagian golok yang runcing. Jika bahan pembelajaran yang
dipelajari oleh siswa yang berbakat maka pelajaran itu akan cepat dikuasai,
sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya terhadap siswa
yang kurang berbakat. Guru harus bersabar dan telaten melayani mereka,
yaitu dengan sering dan berulang kali menjelaskan bahan tersebut. Dengan
seringnya menjelaskan materi diharapkan siswa tadi dapat
menguasai materi yang sudah diajarkan.
5) Motif. Dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan motif belajar
siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan
mengetahui latar belakang atau motif siswa belajar, maka guru dapat
mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta
menunjang belajar.
6) Kematangan. Kematangan merupakan tingkat/fase dalam pertumbuhan
seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh anggota-anggota tubuhnya
sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum
berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus. Agar
kematangan yang ada pada diri siswa dapat dikembangkan perlu
diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan kematangan tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kondisi atau cara itu antar lain adalah
17

dengan pemberian latihan yang terus menerus dan konsisten, pemberian


tugas yang bertingkat dan berkesinambungan dari sederhana
ke yang kompleks.
7) Kesiapan. Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa sudah
dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan
untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh
guru dalam proses belajar. Pembelajaran yang diikuti oleh para peserta
didik yang memiliki kesiapan tinggi akan terjadi proses pembelajaran yang
optimal dan hasil belajarnya pun akan lebih baik.
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan
kedalam faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
a. Faktor keluarga
Para siswa yang sedang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa:
1) Cara orang tua mendidik
2) Relasi/hubungan antara anggota keluarga
3) Suasana rumah
4) Keadaan ekonomi keluarga
5) Sikap dan perhatian orang tua
6) Latar belakang kebudayaan orang tua
b. Faktor sekolah
Faktor sekolah mempengaruhi belajar meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan: Metode mengajar, Kurikulum, Hubungan guru dengan para
siswa, Hubungan siswa dengan siswa, Disiplin sekolah, Peralatan/ media
pelajaran, Waktu sekolah, Sarana dan prasarana sekolah, Metode belajar
siswa dan Tugas sekolah
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut
18

terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini


banyak berkaitan dengan:
1) Kegiatan siswa dalam masyarakat
2) Mass media yang beredar/ada dalam masyarakat
3) Pengaruh teman bergaul
4) Pola hidup masyarakat
G. Kelas yang Menyenangkan
Kelas adalah lingkungan sosial bagi anak/siswa karena di dalam kelas
terjadi proses interaksi baik siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Di
dalam kelas juga terjadi kontak secara fisik dimana siswapun akan berhubungan
dengan segala fasilitas yang ada di dalam kelas. Oleh karena itu kelas harus di disain
sedemikian rupa oleh guru sehingga kelas merupakan lingkungan yang
menyenangkan bagi siswa dalam tugas dan peranannya di dalam kelas sebagai
peserta didik dan tugas serta peranannya dalam perkembangan disik maupun
emosionalnya. Oleh karena itu kelas harus memenuhi syarat-syarat yang
menggambarkan sebagai kelas yang baik dan menyenangkan:
1. Kelas itu harus rapi, bersih, sehat, dan tidak lembab.
2. Kelas harus memperoleh cukup cahaya yang meneranginya.
3. Sirkulasi udara dari dalam dan luar kelas harus cukup.
4. Perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi.
5. Jumlah siswa tidak melibihi dari 40 orang.
Dalam mengembangkan perancangan sarana fisik dan perlengkapan kelas
tergantung pada empat faktor yaitu :
1. Aspek fungsional. Dilihat dari kesesuaian dengan kebutuhan akan ruang,
memperhatikan norma kenyamanan dari pandangan arsitektur dan kaidah
internasional, serta terhindar dari kebisingan dan kegiatan yang membutuhkan
ketenangan di sekitar kelas.
2. Aspek Konstruksi. Memiliki keterpenuhan dan pemanfaatkan bahan lokal yang
berkualitas yang dapat ditangani oleh pekerja lokal, memenuhi tuntutan
kekhasan bangunan lokal, dapat dipadukan dengan bahan modern dalm upaya
memenuhi kebutuhan jangka panjang dan pemeliharaan yang murah serta
19

pemilihan metode konstruksi dan bahan yang tahan terhadap gangguan dan
kerusakan alam.
3. Estetika. Memiliki kesesuaian dengan kebutuahan ruang yang layak untuk
kemanusiaan, terintegrasi secara visual dengan masyarakatnya, menarik bagi
peserta belajar dan masyarakat untuk mengambil manfaat keberadaannya serta
mempertimbangkan secara sempurna tuntutan arsitektur.
4. Pembiayaan. Masih dalam batas pertimbangan kebutuhan arsitektur baik dilihat
dari biaya per unit, biaya per satuan peserta belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu faktor penting untuk pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi
dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang
dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran
berlangsung efektif. Tidakan yang dilakukan meliputi tindakan dalam mengelola
kondisi fisik, kondisi sosio emosional, kondisi organisasional, dan kondisi
administrasi teknik.
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan
belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan
akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam
proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang
kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan
untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya.
Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat
memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan kreativitas
guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi
belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan
pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.
Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses
pembelajaran.
B. Saran
1. Memperhatikan kondisi fisik dari sebuah tempat belajar merupakan hal yang
harus diperhatikan oleh seorang guru.
2. Guru harus memikirkan kondisi fisik yang sesuai dengan situasi atau kondisi
peserta didik dan kelengkapan peralatan karena kondisi fisik yang baik akan
meningkatkan minat belajar siswa.

20
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar.
Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Entang, M dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek
Pengembangan Penddikan Tenaga Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai