MENUNJANG
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen
Pengelolaan Kelas
Dosen : H. Saeful Mufid S.Pd.I, M.M.Pd
Disusun Oleh :
1. Ridwan Gunawan (068.14.0335.18)
2. Taufik Hadi N (068.14.1615.17)
3. Tesa Meisa Putri (068.14.1616.17)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Metode Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar 3
B. Kondisi Yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang
Kondusif 8
C. Kondisi Sosio Emosional 10
D. Kondisi Organisasional 12
E. Kondisi Administrasi Teknik 14
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar 15
G. Kelas yang Menyenangkan 18
BAB III PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dapat dimengerti bahwa kondisi atau suasana belajar berpengaruh terhadap
pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu faktor penting untuk pembelajaran adalah
terpenuhinya kondisi dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas
adalah tindakan yang dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang
optimal agar pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat
berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik
maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh siswa rasa kenyamanan
dan keamanan untuk belajar, tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap
tingkah laku siswa yang menyimpang dan merusak kondisi optimal terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Tindakan pencegahan dapat merupakan tindakan
guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur siswa, mengatur peralatan dan
lingkungan sosio-emosional.
Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah
segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi belajar di
dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Kelas yang kondusif
adalah lingkungan belajar yang mendorong terjadinya proses belajar yang intensif
dan efektif. Strategi belajar apapun yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif
jika tidak didukung dengan iklim dan kondisi kelas yang kondusif.
Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di kelas
sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi setiap anak agar
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kondisi dan situasi belajar
mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, mengajar yang efektif, dan
kelas yang menyenangkan.
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi dan situasi belajar mengajar di kelas?
2. Apasajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa di kelas?
3. Bagaimanakah kelas yang menyenangkan?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kondisi dan situasi belajar mengajar di kelas.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa di kelas.
3. Mengetahui cara menciptakan kelas yang menyenangkan.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, kami menggunakan metode kualitatif yaitu
dengan mengkaji buku maupun artikel-artikel tentang Pengaturan dan Penciptaan
Iklim Belajar yang Menunjang sebagai acuan yang sesuai dengan pembahasan dan
browsing data di internet atau searching di google.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengaturan Kondisi Kelas Dan Iklim Belajar
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan
belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan
akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam
proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang
kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan
untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai berikut;
1. Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif
2. Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar
3. Penciptaan atmosfir belajar yang kondusif
4. Penetapan strategi pembelajaran
5. Pemanfaatan media dan sumber belajar
6. Penilaian hasil belajar.
Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang didesain
sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan dan dapat
menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik seperti:
pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan hasil karya
siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan jika perlu di iringi
dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan atau
nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar siswa. Design ruang kelas
yang baik dimaksudkan untuk menanamkan, menumbuhkan, dan memperkuat rasa
keberagamaan dan perilaku-perilaku spritual siswa. Dengan ruang kelas yang baik,
para siswa dapat berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan menghargai
pendapat masing-masing.
3
4
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
1. Visibility (Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam
kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat
memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula
guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau
mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain
itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa
dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang
bekerja.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan
yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk
yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan
kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas
yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang
indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku
siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu
dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar,
hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu:
5
membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah, dan
memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung.
b. Model Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau
oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi
dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat meletakkan kursi-kursi
mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang akrab. Siswa juga
dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk
melihat guru atau papan tulis.
c. Model Meja Konferensi
Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini
mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
d. Model Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran
sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung.
Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok penuh.
e. Model Fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi untuk
menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi aktivitas
kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua konsentrasi lingkaran
kursi. Guru juga dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah,
dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Model Breakout groupings
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan
meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa dapat
melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim. Tempatkan
susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu
tidak saling mengganggu.
7
d. Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak
akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus
diselimuti rasa bersalah.
Beberapa praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good
practice) dikemukakan berikut ini.
a. Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman
guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan
kesiapan masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang
membuka pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya
menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu tersebut.
b. Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama
agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan
pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa
saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi
setiap tugas yang diberikan.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa mengembangkan
bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau
mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan dan merasa
tidak tertekan, tidak takut atau merasa bersalah
C. Kondisi Sosio Emosional
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya
tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi hal-hal berikut ini.
1. Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru ketika
berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran
sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala
sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan
kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya demokrasi dimana terjadi
proses timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya masing-
masing.
11
cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa
jeda itu terlalu lama.
2. Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan
terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari
terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari siswa
seperti berlarian kesana kemari menggangu kelas lain, dan menimbulkan
kerusakan pada fasilitas kelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi
dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut.
Jika suatu saat seorang guru berhalangan hadir, siswa disuruh tetap
berada dalam kelas untuk menunggu guru pengganti. Bila setelah waktu yang
ditentukan guru pengganti juga belum datang ketua siswa diwajibkan lapor
kepada guru piket. Kemudian guru piket mengambil inisiatif untuk mengatasi
kekosongan guru tersebut. Mungkin juga kepala sekolah yang bertugas mengisi
kekosongan itu sebelum guru kelas tersebut hadir.
3. Masalah antar siswa, masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi
emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru. Guru
harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat dipahami
keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik
diantaranya. Jika terjadi masalah antar siswa yang dapat diselesaikan antar
mereka, ketua kelas dapat melapor kepada wali kelas untuk bersama-sama
memecahkan dan mengatasi masalah tersebut.
4. Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan
berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti kegiatan
upacara bendera. Jadwal dan pengaturan upacara bendera harus sudah
ditentukan. Pengaturan ini meliputi giliran yang bertugas baik dari pihak guru
maupun dari pihak siswa. Sehingga semua sivitas tahu persis jadwal upacara,
pakaian yang harus dikenakan, aturan acara upacara pengumuman sekolah, dan
siapa yang harus menjadi pembina upacara yang sekaligus memberi nasehat atau
pengarahan pada upacara tersebut.
5. Kegiatan lain; kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari
sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan rekreasi
14
dan social seperti pesta sekolah, pekan seni dan olah raga, hari libur, kematian
anggota sivitas, ikut menanggulangi bencana alam.
E. Kondisi Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen
pembelajaran di dalam kelas. Kondisi administrasi teknik meliputi hal-hal berikut.
1. Daftar presensi. Kerapihan, kebersihan dan keteraturan daftar presensi akan
memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
Keterdukungan dari sisi keteraturan dalam presensi akan memberikan efek
psikologis terhadap siswa karena terjadi keadilan dalam perlakuan.
2. Ruang bimbingan siswa. Ruang bimbingan siswa diarahkan untuk memberikan
bantuan pada siswa yang secara emosional memiliki masalah. Hal terpenting
dari ruang bimbingan adalah bagaimana ruang tersebut tidak menimbulkan
ketakutan ketika harus berhubungan dengan guru di sana.
3. Tempat baca. Tempat baca merupakan bagian dari fasilitas yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan kawan-kawannya dengan
fasilitas dan guru.
4. Tempat sampah. Tempat sampah yang bersih ditempatkan di tempat yang tepat
dan tidak menggangu kegiatan belajar maupun bermain siswa, akan memberikan
dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Bau sampah,
berserakan dimana-mana, siswa tidak mengetahui tempat penyimpanan sampah
atau karena tidak ada tempat sampah akan berakibat buruk pada kondisi sosio-
emosional dan fisik siswa.
5. Catatan pribadi siswa. Catatan pribadi adalah alat berinteraksi guru dengan
siswanya. Perlakuan-perlakuan khusus yang dibutuhkan untuk masing-masing
siswa dapat dilihat dari catatan-catatan tentang siswa. Dengan catatan pribadi
siswa, guru akan mengenal siswa secara lebih lengkap termasuk latar belakang
kehidupannya. Isi catatan pribadi siswa dapat meliputi kehadiran, catatan
akademik seperti hasil tes bakat, kecepatan membaca, kesehatan fisik, sikap
sosial, catatan anekdotal dan sebagainya.
15
pemilihan metode konstruksi dan bahan yang tahan terhadap gangguan dan
kerusakan alam.
3. Estetika. Memiliki kesesuaian dengan kebutuahan ruang yang layak untuk
kemanusiaan, terintegrasi secara visual dengan masyarakatnya, menarik bagi
peserta belajar dan masyarakat untuk mengambil manfaat keberadaannya serta
mempertimbangkan secara sempurna tuntutan arsitektur.
4. Pembiayaan. Masih dalam batas pertimbangan kebutuhan arsitektur baik dilihat
dari biaya per unit, biaya per satuan peserta belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu faktor penting untuk pembelajaran adalah terpenuhinya kondisi
dan suasana belajar yang optimal. Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang
dilakukan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar pembelajaran
berlangsung efektif. Tidakan yang dilakukan meliputi tindakan dalam mengelola
kondisi fisik, kondisi sosio emosional, kondisi organisasional, dan kondisi
administrasi teknik.
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya. Lingkungan
belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan pilihan-pilihan
akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional, dan mental dalam
proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan kegiatan-kegiatan yang
kreatif-produktif. ltulah sebabnya, mengapa setiap anak perlu diberi kebebasan
untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau
dilakukannya.
Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat
memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan kreativitas
guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi
belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan
pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa.
Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses
pembelajaran.
B. Saran
1. Memperhatikan kondisi fisik dari sebuah tempat belajar merupakan hal yang
harus diperhatikan oleh seorang guru.
2. Guru harus memikirkan kondisi fisik yang sesuai dengan situasi atau kondisi
peserta didik dan kelengkapan peralatan karena kondisi fisik yang baik akan
meningkatkan minat belajar siswa.
20
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar.
Seri Peningkatan Mutu 2. Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar.
Jakarta: Depdagri dan Depdikbud.
Entang, M dan T. Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Proyek
Pengembangan Penddikan Tenaga Kependidikan.