Anda di halaman 1dari 17

KONDISI KELAS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Dosen:

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
NIM. 123456789

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS
1945
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas ke hadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada kita semua. Berkat itulah, pada
kesempatan kali ini penulis dapat menulis makalah tentang “Kondisi Kelas” guna
melengkapi tugas dari mata kuliah Manajemen Kelas. Sholawat beserta salam kita
kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta sumbangan
pikiran pembaca guna menyempurnakan makalah ini dimasa akan datang, dan
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua khususnya bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengaturan Kondisi Kelas dan Iklim Belajar........................................ 3
B. Kondisi yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif 3
C. Kondisi Sosio-Emosional...................................................................... 5
D. Kondisi Fisik......................................................................................... 7
E. Kondisi Organisasional......................................................................... 11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan kelas dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah
adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana dan kondisi
belajar di dalam kelas agar menjadi kondusif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.
Dengan kata lain pengelolaan kelas merupakan usaha dalam mengatur
segala hal dalam proses pembelajaran, seperti lingkungan fisik dan sistem
pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang efektif membutuhkan kondisi kelas
yang kondusif.
Kelas yang kondusif adalah lingkungan belajar yang mendorong
terjadinya proses belajar yang intensif dan efektif. Strategi belajar apapun
yang ditempuh guru akan menjadi tidak efektif jika tidak didukung dengan
iklim dan kondisi kelas yang kondusif.
Oleh karena itu guru perlu menata dan mengelola lingkungan belajar di
kelas sedemikian rupa sehingga menyenangkan, aman, dan menstimulasi
setiap anak agar terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan iklim belajar?
2. Kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar yang kondusif?
3. Apa yang di maksud dengan kondisi sosio-emosional?
4. Apa yang di maksud kondisi fisik?
5. Apa yang di maksud kondisi organisasional?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana mengelola pengaturan kondisi kelas dan
iklim belajar.
2. Untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi penciptaan iklim belajar
yang kondusif.

1
3. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kondisi sosio-emosional
4. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kondisi fisik.
5. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kondisi organisasional?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Kondisi Kelas dan Iklim Belajar


Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya.
Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan
pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional,
dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan
kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. Itulah sebabnya, mengapa setiap
anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan
apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Pengelolaan kelas yang baik, dapat dilakukan dengan 6 cara sebagai
berikut:
1. Penciptaan lingkungan fisik kelas yang kondusif.
2. Penataan ruang belajar sebagai sentra belajar.
3. Penciptaan atmosfer belajar yang kondusif.
4. Penetapan strategi pembelajaran.
5. Pemanfaatan media dan sumber belajar.
6. Penilaian hasil belajar.

B. Kondisi yang Mempengaruhi Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif


Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat
memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan
kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan
metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses
belajar mengajar dan penggunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil
belajar siswa. Keseluruhan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian
rupa dalam proses pembelajaran.
Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfer belajar yang
kondusif adalah penciptaan suasana pembelajaran yaitu:

3
1. Menyenangkan dan mengasyikkan
Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif
perasaan. Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru
hendaknya dapat mengundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi
pembelajaran yang disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara
aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang
kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh
guru. Untuk keperluan itu guru-guru dilatih:
a. Bersikap ramah.
b. Membiasakan diri selalu tersenyum.
c. Berkomunikasi dengan santun dan patut.
d. Adil terhadap semua siswa.
e. Senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
f. Menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang
menarik yang dekat dengan kehidupan siswa.
2. Mencerdaskan dan menguatkan
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan
juga dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah
pentingnya adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif
ke dalam mata pelajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak.
Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan
hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih:
a. Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar
berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran, karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan
hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya
“kepribadian anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar.
c. Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan
keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.

4
d. Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati
oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan
sekaligus diselimuti rasa bersalah.
Beberapa praktik penciptaan atmosfer belajar yang baik (good
practice) dikemukakan berikut ini.
a. Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh
senyuman guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan
mengenai keadaan dan kesiapan masing-masing siswa untuk belajar.
Bahkan ada guru yang membuka pelajaran diawali dengan nyanyian
pendek dan selanjutnya menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu
tersebut.
b. Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara
bersama agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan
dalam memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa
memberikan pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar
mereka senantiasa saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan
tanggung jawab bagi setiap tugas yang diberikan.
c. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa
mengembangkan bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat
bertanya atau mengemukakan pendapat dalam suasana yang
menyenangkan dan merasa tidak tertekan, tidak takut atau merasa
bersalah.

C. Kondisi Sosio-Emosional
Kondisi sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan
efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut
meliputi:
1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya
secara demokratis, laisez faire atau demokratis. Kesemuanya itu

5
memberikan dampak kepada peserta didik. Tipe kepemimpinan guru,
artinya adalah fungsi yang melekat pada guru ketika berada dalam kelas.
Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran sebagai pemimpin
dalam pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala sesuatunya
diatur dan diarahkan oleh sendiri dan siswa tidak diberikan kesempatan
untuk terlibat di dalamnya, atau gaya demokrasi di mana terjadi proses
timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya masing-
masing.
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan
sekolah hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu
keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru
terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya.
Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia insaf akan kesalahannya.
Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan
siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk memperbaiki
kesalahannya. sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di
luar kelas yang akan mempengaruhi mood anak, apakah anak merasa
tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang baik
sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang memberikan
bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan
3. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi
dalam proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau
senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh
siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif
rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan
kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk
memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar
tidak membosankan siswa.
4. Pembinaan hubungan baik

6
Pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam masalah
pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh
gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistis dalam kegiatan belajar
yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada
dirinya. Pembinaan hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid
harus dibangun berdasarkan fungsi masing-masing dalam konteks belajar
mengajar dikelas, akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga dibangun
sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa
nyaman dan aman berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya di
rumah.

D. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik di kelas meliputi pengaturan ruang belajar yang
didesain sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi kelas yang menyenangkan
dan dapat menumbuhkan semangat dan keinginan untuk belajar dengan baik
seperti: pengaturan meja, kursi, lemari, gambar-gambar afirmasi, pajangan
hasil karya siswa yang berprestasi, alat-alat peraga, media pembelajaran dan
jika perlu diiringi dengan nuansa musik yang sesuai dengan materi pelajaran
yang diajarkan atau nuansa musik yang dapat membangun gairah belajar
siswa. Design ruang kelas yang baik dimaksudkan untuk menanamkan,
menumbuhkan, dan memperkuat rasa keberagamaan dan perilaku-perilaku
spiritual siswa. Dengan ruang kelas yang baik, para siswa dapat
berkomunikasi secara bebas, saling menghormati dan menghargai pendapat
masing-masing.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata
lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9-22) yaitu:
1. Visibility (keleluasaan pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam
kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa
dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung.

7
Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau
mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa
sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu
siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas (keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan
dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti
penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran
menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan di sini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,
suara, dan kepadatan kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang
kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan
kelas yang indah dan menyenangkan dapat berpengaruh positif pada sikap
dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan
anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa
untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam
pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu:
1. Ukuran bentuk kelas.
2. Bentuk serta ukuran bangku dan meja.
3. Jumlah siswa dalam kelas.
4. Jumlah siswa dalam setiap kelompok.
5. Jumlah kelompok dalam kelas.
6. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang
pandai, pria dan wanita).

8
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di
sekolah formal. Tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran
siswa, bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar,
bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka
siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk
siswa tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran
yang digunakan saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan
karakteristik individu siswa, baik dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis,
dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting karena guru perlu menyusun
atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana yang nyaman bagi
para siswa.
1. Pengaturan meja-kursi
Susunan meja-kursi hendaknya memungkinkan siswa-siswa dapat
saling berinteraksi dan memberi keluasan untuk terjadinya mobilitas
pergerakan untuk melakukan aktivitas belajar. Meja-kursi juga hendaknya
dapat digerakkan, dipindahkan, dan disusun secara fleksibel. Beri
keleluasaan siswa mengatur sendiri atau memilih meja-kursinya masing-
masing.
Berikut dikemukakan beberapa bentuk penataan meja-kursi yang
dapat dipilih oleh guru guna meningkatkan keterlibatan dan interaksi antar
siswa dalam proses pembelajaran.
a. Model huruf U
Model susunan meja-kursi model U dapat dipilih untuk berbagai
tujuan. Dalam model ini, para siswa memiliki alas untuk menulis dan
membaca, dapat melihat guru atau media visual dengan mudah, dan
memungkinkan mereka bisa saling berhadapan langsung.
b. Model corak tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran
atau oblong di ruang tengah kelas agar memungkinkan guru
melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa). Guru dapat

9
meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan
suasana yang akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar
menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat guru atau papan tulis.
c. Model meja konferensi
Model ini cocok jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini
mengurangi dominasi pengajar dan meningkatkan keterlibatan siswa.
d. Model lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk
lingkaran sehingga mereka dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara
langsung. Model lingkaran seperti ini cocok untuk diskusi kelompok
penuh.
e. Model fishbowl
Susunan ini memungkinkan guru melakukan kegiatan diskusi
untuk menyusun permainan peran, berdebat, atau mengobservasi
aktivitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri atas dua
konsentrasi lingkaran kursi. Guru juga dapat meletakkan meja
pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Model breakout groupings
Jika kelas cukup besar atau jika ruangan memungkinkan,
letakkan meja-meja dan kursi di mana kelompok-kelompok kecil siswa
dapat melakukan aktivitas belajar yang didasarkan pada tugas tim.
Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan
sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu.
2. Pemajangan gambar dan warna
Pemajangan gambar dan pemilihan warna perlu mempertimbangkan
saran-saran berikut.
a. Siswa perlu dilibatkan dalam pengadaan dan penataan pajangan-
pajangan yang dibutuhkan dalam kelas. Siswa, misalnya, dapat diminta
membuat gambar, poster, moto, puisi, atau petikan ayat, hadis, dan
pesan tokoh tertentu, untuk dipilih dan dipajang dalam kelas.

10
b. Guna menghindari kejenuhan terhadap gambar dan isi poster afirmasi
yang sama, guru perlu secara periodik mengganti gambar-gambar atau
poster-poster tersebut.
c. Guna mengoptimalkan penataan ruang, maka hasil-hasil pekerjaan
siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. karya-
karya terpilih siswa yang dipajang dapat berfungsi sebagai reward dan
praise yang dapat memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur
karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar
yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan
siswa.
4. Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah
dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan
belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya tinggi dan dapat
disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum, kartu
pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu gerak kegiatan siswa. Tentu saja masalah pemeliharaan
juga sangat penting dan secara periodik harus dicek dan recek. Hal lainnya
adalah pengamanan barang-barang tersebut. Baik dari pencurian maupun
barang-barang yang mudah meledak atau terbakar. Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam penciptaan lingkungan fisik tempat belajar adalah
kebersihan dan kerapian. Seyogianya guru dan siswa turut aktif dalam
membuat keputusan mengenai tata ruang, dekorasi dan sebagainya.

E. Kondisi Organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas
maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas.
Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah
dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi

11
mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang
baik. Di samping itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan
penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas
tersebut antara lain:
1. Pergantian pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam pelajaran harus
disikapi oleh guru karena dalam proses ini ada jeda (kekosongan) yang
memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan dari siswa
dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengakhiri
pelajaran guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah
tiba dan apabila belum maka masa jeda itu terlalu lama.
2. Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan
terjadinya kekosongan dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari
terjadinya keributan atau perilaku-perilaku yang tidak diharapkan dari
siswa seperti berlarian ke sana-kemari mengganggu kelas lain, dan
menimbulkan kerusakan pada fasilitas kelas, maka guru piket harus paham
apa yang terjadi dan mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran
tersebut.
3. Masalah antar siswa, masalah antar siswa biasanya terjadi karena kondisi
emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan oleh guru.
Guru harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat
dipahami keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya
konflik di antaranya.
4. Upacara bendera, pada saat upacara bendera siswa harus diorganisasikan
berdasarkan tingkatan kelas sehingga mereka dapat tertib mengikuti
kegiatan upacara bendera.
5. Kegiatan lain: kesehatan dan kehadiran siswa, penyampaian informasi dari
sekolah kepada guru dan siswa, peraturan sekolah yang baru, kegiatan
rekreasi dan sosial.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengaturan lingkungan belajar sangat diperlukan agar anak mampu
melakukan kontrol terhadap pemenuhan kebutuhan emosionalnya.
Lingkungan belajar yang memberi kebebasan kepada anak untuk melakukan
pilihan-pilihan akan mendorong anak untuk terlibat secara fisik, emosional,
dan mental dalam proses belajar, dan karena itu, akan dapat memunculkan
kegiatan-kegiatan yang kreatif-produktif. Itulah sebabnya, mengapa setiap
anak perlu diberi kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan
apa yang mampu dan mau dilakukannya.
Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat
memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan
kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan
metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses
belajar mengajar dan penggunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil
belajar siswa. Keseluruhan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian
rupa dalam proses pembelajaran.

B. Saran
Sebagai calon seorang guru, kita dituntut untuk bisa menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam belajar, membangkitkan semangat dan
rasa percaya diri siswa. Jangan pernah mengejek siswa jika dia salah,
melainkan siswa tersebut harus semakin didorong agar tetap percaya diri dan
bisa memperbaiki kesalahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ekosiswoyo, Rasdi & Maman, Ranchman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang:

CV. IKIP Semarang Press.

Kosasi, Raflis. 2005. Efektivitas Pengelolaan Kelas. Jakarta: Viva Pakarindo.

Anda mungkin juga menyukai