Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Tafsir Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu: Sofa Muthohar, M.Ag.
Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup tidak lepas dari sebuah lingkungan. Karena pada hakikatnya manusia
diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti membutuhkan lingkungan untuk hidup.
Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif bagi kehidupan
manusia. Dalam proses pendidikan seseorang, lingkungan pendidikan menjadi salah satu
aspek terpenting dalam proses pendidikan. Karena lingkungan pendidikan berfungsi untuk
menunjang terjadinya proses belajar mengajar, dan juga pencapaian tujuan pendidikan
seseorang.
Lingkungan pendidikan tidak hanya mencakup lembaga pendidikan saja. Karena pada
hakikatnya lingkungan pendidikan ialah sebuah lingkungan dimana di dalamnya terdapat
suatu pendidikan yang bisa diambil pelajaran oleh seseorang. Lingkungan pendidikan yang
baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap seseorang, begitupun sebaliknya
lingkungan pendidikan yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik terhadap seseorang.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lingkungan
1. Definisi Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi dan alam sekitar yang mempengaruhi tingkah
laku, pertumbuhan, perkembangan hidup manusia. Lingkungan ini mencakup segala material
dan stimulus di dalam diri atau di luar diri manusia, baik bersifat fisiologis, psikologis,
maupun sosial kultural. Pengertian lingkungan secara harfiah adalah segala sesuatu yang
mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan diakses pada 15 April 2020, 06.11 WIB
4
berupa non-fisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai dan adat istiadat yang
berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang, serta teknologi.2
Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu
yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah
seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang bergerak,
kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh mana
seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya
pengaruh pendidikan kepadanya. Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan,
artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang, karena bisa saja malah
merusak perkembangannya.3
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan meliputi segala
kondisi fisiologis manusia, seperti: gizi, syaraf, peredaran darah, pernafasan, dan sebagainya;
kondisi psikologis manusia, mencakup segenap stimulus yang diterima manusia sejak dalam
masa prenatal, kelahiran, sampai mati; kondisi sosial kultural meliputi interaksi dan kondisi
yang bersifat sosial, adat istiadat, dan kondisi alam sekitarnya.
Dari pengertian diatas ada sebuah benang merah yang dapat diambil yakni
“pengaruh” artinya lingkungan akan berpengaruh baik positif maupun negative. sehingga
tidak aneh banyak orang yang mengatakan bahwa manusia merupakan ahlu bi’ah yang tidak
lepas dari lingkungan karena faktanya pun, secara kasat mata manusia hidup di lingkungan
2
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 291. Suhada 4 ~ HIKMAH, Vol. XIII, No. 1,
2017.
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 63-64.
4
Tim Penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bab I, Pasal 1,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2006), h. 46.
5
tertentu. Muhammad Irfan Helmy mengatakan bahwa lingkungan berbanding lurus dengan
kualitas hidup manusia, jika lingkungannya baik, maka akan baik pula lah perangai orang
yang menempatinya. Demikian pula sebaliknya jika lingkungan jelek, maka jelek pula
perangainya.
Dalam kajian keislaman pun hal itu sudah ada haditsnya yakni hadits Rasulullah yang
mengatakan bahwa al-jaar Qabla daar (tetangga sebelum membangun rumah). hadits ini
memberikan pengertian agar sebelum membangun rumah, perhatikan terlebih dahulu siapa
lingkungan terdekat yakni tetangga yang akan hidup berdekatan nanti, hal ini perlu
diperhatikan agar nanti terkena dampak pengaruh yang baik setelahnya ada proses peninjauan
dalam mendirikan ruamh. kemudian dalam haditsnya yang lain, Rasulullah SAW bersabda
bahwa setiap bayi yang terlahir itu membawa potensi, setelah itu maka kedua orang tuanya
lah yang akan menjadikan ia seorang yahudi atau pun majusi.
6
yang berbuat durhaka lalu mendapat siksa dari Allâh Swt, diantaranya terdapat dalam QS.
alA’râf ayat 4 sebagai berikut:
َ ْ َ
م
ْ ُس ن َا ب َي َات ًا أ وْ ه َ َن قَ ْر ي َةٍ أ هْ ل َك ْن َاهَ ا ف
ُ ج اءَهَ ا ب َأ ْ م ْ َ وَ ك
ِ م
َ ُ قَ ائ ِل
ون
Artinya: Berapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan kami
(menimpa Penduduknya) diwaktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka
beristirahat di tengah hari (Q.S. al- A’râf: 4).
Kata qoryah diartikan sebagai negeri. Negeri juga bisa diartikan sebagai lingkungan.
Dalam ayat tersebut, Allah musnahkan beberapa negeri karena penduduknya berbuat
durhaka. Artinya, lingkungan mereka yang berbuat durhaka kepada Allah, Allah binasakan
mereka. Sebagian dihubungkan pula dengan penduduknya yang berbuat baik sehingga
menimbulkan suasana yang aman dan damai, seperti yang dijelaskan dalam surat anNahl ayat
112 sebagai berikut:
َ ْمط
ًم ئ ِن َّ ة ُ ة ً َ آم ن
ِ ت ْ َ ة ك َان ً َ م ث َاًل قَ ْر ي َ هُ َّ ب الل َ ض َرَ َو
َ ْ
ِ ت ب ِأ ن ْعُ م ْ َرَ ان فَ ك َف ٍ َ مكَ ل ِّ ُ ن ك ْ م ِ ي َأ ت ِيهَ ا رِ ْز قُ هَ ا َر غ َ د ً ا
َ
م ا ك َان ُوا َ ِف ب ِ ْخ وَ ْ وع وَ الِ ج ُ ْ اس ال َ ُ َّ الل َّ هِ فَ أ ذ َاقَ هَ ا الل
َ ه ل ِب
ص ن َعُ ون
ْ َي
Artinya: Dan Allâh telah membuat sesuatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat tetap (penduduk)nya mengingkari nilkmat Allâh; karena itu Allâh merasakan kepada
mereka pakaian, kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
(Q.S. An-Nahl ayat; 112)
7
kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidikan Islam seperti madrasah
ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah, majelis ta’lim, dan sebagainya.5
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama dan mempunyai peranan penting dan pengaruh
yang besar dalam pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat pertama kali bagi
tumbuh kembangnya anak, baik jasmani maupun rohani. Keluarga sangat berpengaruh dalam
membentuk aqidah, mental, spiritual dan kepribadian, serta pola pikir anak. Didikan yang
ditanamkan pada masa-masa tersebut akan terus membekas pada jiwa dan kepribadian anak
dan tidak mudah hilang atau berubah sesudahnya.
Anak adalah anggota keluarga, sedangkan orang tua adalah pemimpin keluarga
sebagai penanggung jawab atas keselamatan anaknya baik di dunia maupun di akhirat, maka
orang tuanya wajib mendidik anak-anaknya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam QS. At-
Tahrim : 6 sebagai berikut :
ٌوا قُ ٓو ۟ا أَنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا ٱلنَّاسُ َو ْٱل ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َم ٰلَٓئِ َكة
۟ ُٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن
َ
َِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَّل يَ ْعصُونَ ٱهَّلل َ َمٓا أَ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. at-Tahrîm: 6).
Dalam ayat ini, firman Allah ditujukan kepada orang-orang yang percaya kepada
Allâh dan rasul-rasul-Nya, yaitu memerintahkan supaya mereka, menjaga dirinya dari api
neraka yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu, dengan taat dan patuh
melaksanakan perintah Allâh, dan mengajarkan kepada keluarganya supaya taat dan patuh
kepada perintah Allâh untuk menyelamatkan mereka dari api neraka. Di antara cara menjaga
diri dari api neraka itu ialah mendirikan salat dan bersabar, sebagaimana firman Allâh SWT
5
Hasbullah, Lingkungan Pendidikan Dalam Al-Quran dan Hadis, TARBAWI, Vol. 4 No. 01, 2018, hlm
15-16
8
dalam QS. Thaha ayat 132 yang Artinya “Dan perintahkanlah pada keluargamu mendirikan
salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.”
Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan anak adalah
orang tua. Ia bertanggung jawab sejak anak-anak masih dalam kandungan. Ibu diperintahkan
untuk memperhatikan kesehatannya, karena kesehatan ibu mempengaruhi perkembangan
janin, bahkan kewajiban agama pun bisa ditangguhkan bila dalam pelaksanaanya menganggu
kesehatan ibu atau si janin. Orang tua ditakdirkan untuk bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak-anaknya. Dengan demikian, pendidikan orang tua pun harus diperhatikan,
khususnya pendidikan ibu, sehingga diharapkan ibu rumah tangga tidak hanya mengikuti
pendidikan dikala masih di bangku sekolah saja, tetapi harus senantiasa belajar baik melalui
pengajian, majlis taklim, radio, televisi, dan bahkan internet, sebab pendidikan ibu nantinya
akan mempunyai implikasi yang sangat kuat terhadap perkembangan dan pendidikan anak.
Anak akan tumbuh dalam kebaikan, memiliki kemuliaan akhlak, jika kedua orang
tuanya memberikan teladan yang baik, demikian pula sebaliknya, ia akan tumbuh dalam
kesesatan, berjalan dalam kekufuran dan kemaksiatan, jika ia melihat kedua orang tuanya
memeberikan teladan yang buruk. Tidak mungkin sang anak belajar amanah, kemuliaan,
sopan santun, kasih sayang dan sebagainya, jika kedua orang tua memiliki sifat yang
berlawanan seperti dusta, kasar, suka mencela, pun sebaliknya. Pendidikan keteladanan
terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua mampu menghubungkan anaknya dengan
keteladanan Rasulullah Saw, uswah seluruh umat manusia. Sebagaimana yang diperintahkan
oleh Rasulullah Saw, yang artinya; “Didiklah anak-anakmu tiga perkara: cinta kepada nabi
mereka, cinta kepada sanak keluarga dan membaca al-Qur`an” ( H.R. ath-Thabrani ).
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah atau dalam Islam biasa disebut dengan madrasah adalah suatu lembaga
pendidikan formal. Sekolah dapat menentukan dan membentuk kepribadian siswa. Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati berpendapat bahwa sekolah adalah suatu lembaga pendidikan
formal yang dilakukan di tempat teratur, dilakukan secara sistematis, mempunyai
perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi, dan juga dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah
ditetapkan.
Lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan seseorang berikutnya adalah
lingkungan sekolah. Perilaku seorang siswa bisa ditentukan oleh lingkungan sekolahnya.
9
Lingkungan sekolah dipengaruhi oleh guru, dan juga teman-teman sekolahnya. Banyak
siswa yang memilih lembaga pendidikan dengan predikat yang bagus. Banyak juga siswa
yang hanya melihat sekolah hanya dari ketenaran nama sekolah, dan akreditasi sekolah
saja tanpa mengetahui seperti apa lingkungan di seklah itu. Di mata para siswa, sekolah
negeri adalah sekolah impian. Padahal lingkungan di sekolah tidak dipengaruhi oleh
status sekolah tersebut.
Di Indonesia sendiri, terdapat sebutan yang berbeda untuk masing-masing
tingkatan. Tingkatan pertama yang paling dasar adalah TK/RA, dilanjutkan dengan
tingkatan berikutnya yaitu SD/MI, kemudian SMP/MTs, lalu SMA/MA, dan tingkatan
terakhir adalah perguruan tinggi. Istilah TK, SD, SMP, dan SMA identik dengan
lembaga sekolah yang didalamnya tidak diajarkan mengenai agama Islam secara
mendalam. Sedangkan istilah RA, MI, MTs, dan MA identik dengan lembaga sekolah
yang didalamnya diajarkan tentang agama Islam secara mendalam dan lebih rinci.
Lingkungan sekolah yang islami seperti yang kita hadapi saat ini, terutama sekolah yang
dibawah naungan Departemen Agama (DEPAG), jika diukur dengan Islam masih jauh.
Hal itu bisa dilihat dan didapati dengan mudah. Contohnya, dalam proses belajar kita
masih melihat siswa-siswi yang belajar bersama dalam satu kelas. Hal itu terjadi karena
kebijakan politik Indonesia kurang memperhatikan persoalan itu. Dan hal itu menjadi
tantangan dan peluang bagi para tokoh politik, dan pemangku kekuasaan untuk membuat
undang-undang yang mengatur masalah tesebut. Payung hukum untuk melaksanakan
pemisahan antara siswa dan siswi dalam proses pembelajaran harus diusahakan dan terus
diperjuangkan.6
Seorang guru merupakan figur panutan bagi siswa-siswi dalam mengambil semua
nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dan yang buruk. Karena bagi peserta
didik, guru adalah sosok yang disanjung, didengar, dan juga ditiru. Oleh karena itu,
pendidik harus mempunyai akhlak yang baik, membekali dirinya dengan ilmu agama,
ilmu keduniawian, dan juga rasa sayang kepada peserta didiknya. Allah SWT berfirman
dalam Surat An-Nisa ayat 58:
Artinya: “dan pasti kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus” (Q.S. An-Nisa:58)
6
Wartono, 2013, Membentuk Lingkungan Pendidikan yang Islami, Edukasi Islami Jurnal Pendidikan,
Vol.2, hlm.404-405
10
Glasser menyebutkan 6 indikator yang harus dipenuhi suatu sekolah agar menjadi
sekolah yang berkualitas:
1. Lingkungan kelas yang hangat dan mendukung
2. Siswa harus selalu diminta untuk melakukan hal-hal yang berguna
3. Siswa selalu diminta untuk mengerjakannya sebaik mungkin
4. Siswa diajarkan dan diberi kesempatan untuk mengevaluasi pekerjaan mereka
sendiri
5. Pekerjaan berkualitas tidak pernah bersifat merusak7
3. Masyarakat
Lingkungan Pendidikan yang terakhir yaitu lingkungan masyarakat. Masyarakat
terdiri dari sekelompok individu dengan berbagai latar belakang yang berbeda.
Masyarakat menjadi pendidikan non formal yang dapat mempengaruhi sikap dan
pendidikan seseorang, terutama peserta didik. Kembali kepada fitrah manusia yang
diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian, maka masyarakat
menjadi hal penting dalam kehidupan seseorang. Lingkungan masyarakat sangat penting
bagi pendidikan peserta didik. Sikap yang ditimbulkan oleh seseorang akan berpengaruh
dan juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat yang
islami diperlukan dalam kehidupan peserta didik. Masyarakat yang islami memiliki
tanggung jawab dalam mendidik generasi muda untuk membentuk lingkungan yang
islami.
Pada sistem pendidikan nasional tercantum bahwa seluruh masyarakat
bertanggung jawab dalam membangun lingkungan pendidikan. Hal itupun dicantumkan
dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Pemerintah dimana menyebutkan bahwa
masyarakat ikut bertanggung jawab dalam berbagai masalah pendidikan. Dalam Undang-
Undang Sisdiknas Nonor 20 Tahun 2003 juga disebutkan bahwa masyarakat diberikan
kesempatan utnuk berpartisipasi, berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.8
Corak ragam pendidikan yang diterima peserta didik dalam masyarakat itu
beragam, diantaranya adalah pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap,
7
Hasbullah, 2018, Lingkungan Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits, Banten: Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan, Vol.4 No.1, hlm.22-23
8
H. Moh. Solikodin Djaelani, 2013, Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Masyarakat,
Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol.1 No.2, hlm.104
11
minat, ataupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Lingkungan pendidikan
masyarakat menjadikan peserta didik sadar atau tidak sadar mendidik dirinya sendiri,
menambah keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilau kesusilaan dan keagamaan
di dalam masyarakat.9
Dalam Al-Qur’an, penjelasan tentang lingkungan pendidikan tidak dijelaskan
secara mendalam. Namun, di dalam Al-Qur’an dijelaskan lingkungan pendidikan yang
dimaksud adalah lingkungan pendidikan yang terdapat dalam praktek sejarah yang
digunakan sebagai tempat dilaksanakannya pendidikan, sepetri masjid, dan rumah.
Dalam Al-Qur’an disebutkan kata qoryah secara berulang kali. Kata qoryah memiliki arti
desa, atau kota. Kata tersebut erat hubungannya dengan tingkah laku. Seperti pada surat
Al-A’raf ayat 4:
Artinya: “Berapa banyak negeri yang telah Kami binasakan, maka datanglah siksaan kami
(menimpa penduduknya) di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka
beristirahat di tengah hari” (Q.S. Al-A’raf:4)10
Menurut An-Nahlawi, tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan peserta didik dibagi
menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Allah menjadikan masyarakat sebagai pemerintah dalam kebaikan dan pelarang
dalam kemungkaran
2. Dalam masyarakat Islam, seluruh peserta didik dianggap anak sendiri
3. Islam membina orang-orang yang biasa berbuat buruk
4. Masyarakat dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pembaikotan,
atau pemutusan hubungan kemasyarakatan
5. Pendidikan kemasyarakatan dapat dilakukan melalui kerja sama yang utuh
6. Pendidikan kemasyarakatan tertumpu pada landasan afeksi masyarakat11
9
Duma Mayasari, 2017, Membentuk Lingkungan Pendidikan Islami Perspektif Hadits Nabi SAW,
Medan:Jurnal ALMUFIDA, Vol.11 No.2, hlm.48
10
Hasbullah, 2018, Lingkungan Pendidikan dalam Al-Qur’an dan Hadits, Banten:Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan, Vo.4 No.1, hlm.16
11
Wartono, 2013, Membentuk Lingkungan Pendidikan yang Islami, Edukasi Islam Jurnal Pendidikan
Islam, Vol.2, hlm.405
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama,
1994.
H. Moh. Solikodin Djaelani. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan
Masyarakat. Jurnal Ilmiah WIDYA, 2013.
Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2010.
14