Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN KURIKULUM MADRASAH DINIYAH

AWALIYAH DENGAN KURIKULUM SEKOLAH


Dosen Pengampu: Zuheiri, S.Pd.I, M.Pd.
Mata Kuliah: Pengelolaan MDTA

Disusun oleh:
Novia Lestari (0306162128)
Nur Lathifah (0306162104)
Kelompok XI
PGMI 5/Semester VII (Tujuh)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, yang telah mencurahkan nikmat-Nya secara utuh, sempurna, dan
melimpah. Di antara nikmat yang telah diberikan-Nya adalah nikmat Islam, iman, kesehatan,
dan waktu luang sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baiktugas makalahyang
berjudul “Perbedaan Kurikulum MDA dengan Kurikulum Sekolah”. Shalawat dan salam
semoga tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, teriring dengan doa semoga kita termasuk ke dalam
golongan yang akan mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Aamiin.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Pengeloaan MDTA, Bapak Zuheiri, S.Pd.I., M.Pd., serta kepada segenap pihak yang
telah memberikan bantuan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang telah
ditentukan.Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan.Oleh karena itu, penulis mengharapkankan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kebaikan isi makalah ini.

Medan, 10 Desember 2019

Kelompok XI

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Kurikulum ................................................................ 2
2. Kurikulum Sekolah .................................................................... 2
3. Kurikulum Madrasah Diniyah ................................................... 4
4. Perbedaan Kurikulum MDA dengan Sekolah ............................ 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan program pendidikan bukan program pengajaran, yaitu program


yang direncanakan , diprogramkan dan dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan
datang. Berbagai bahan tersebut direncanakan secara sistematik, artinya direncanakan dengan
memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Berbagai bahan ajar
yang dirancang tersebut harus sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU Sisdiknas,
PP No.27 dan 30, adat istiadat dan sebagainya. Program tersebut akan dijadikan pedoman
bagi tenaga pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar
dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan tertera pada tujuan pendidikan.

Jadi kurikulum madrasah ialah, suatu program pendidikan di madrasah yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalamn belajar yang diprogramkan, direncanakan dan
dirancangkan secara sitematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijasikan pedoman
dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidkan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan. Berangkat dari masalah di atas, maka perlu adanya pemetaan antara kurikulum
yang ada disekolah umum dengan kurikulum yang ada di madrasah

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kurikulum?


2. Bagaimana pelaksanaan kurikulum sekolah?
3. Bagaimana pelaksanaan kurikulum MDA?
4. Bagaimana perbedaan Kurikulum MDA dengan Sekolah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum.


2. Untuk mengetahui pelaksaan kurikulum sekolah
3. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum MDA
4. Untuk mengetahui perbedaan kurikulum MDA dengan sekolah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin Curriculum awalnya mempunyai


pengertian a runningcourse dan dalam bahasa Perancis yakni courier yang berarti torun
artinya berlari. Istilah itu kemudian digunakan untuk sejumlah mata pelajaran atau courses
yang harus ditempuh untuk mencapai gelar penghargaan dalam dunia pendidikan, yang
dikenal dengan ijazah.

Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan


disekolah. Pengertian kurikulum yang dianggap tradisional ini masih banyak dianut sampai
sekarang termasuk di Indonesia.

Secara modern kurikulum mempunyai pengertian tidak hanya sebatas mata pelajaran
(courses) tapi menyangkut pengalaman di luar sekolah sebagai kecepatan pendidikan. Dalam
kamus Webster's New Internasional Dictionary bahwa kata kurikulum berasal dari bahasa
Yunani Curikula yang semula berarti suatujalan untuk pedati atau perlombaan.

Dalam bahasa Arab, istilah kurikulum diartikan dengan "Manhaj", yakni jalan yang
terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam
konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru
dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dan nilai-
nilai.

Jadi, kurikulum merupakan seperangkat rencana, pengaturan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
sekolah.

B. Kurikulum pendidikan formal atau Kurikulum Sekolah

Pendidikan formal sering disebut pendidikan persekolahan, berupa rangkaian jenjang


pendidikan yang telah baku, misalnya SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir berkembang secara efektif dan efisien dari
pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam menjadi warga Negara.Sekolah adalah lembaga dengan
organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang

2
disebut kurikulum. Sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan
memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara itu, dalam
perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum, antara lain
sebagai berikut:

a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik,
dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
b. Anak didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah.
c. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna
bagi agama, bangsa dan Negara.

Kurikulum formal atau kurikulum sekolah ialah aktivi pembelajaran yang nyata dan
kemudian dipraktikkan oleh murid-murid bersesuaian dengan kehendak isi pelajaran
sebagaimana yang dicadangkan oleh sebuah sekolah. Diantaranya adalah sarana dan
prasarana, kemampuan guru serta kebijaksanaan sekolah/ kepala sekolah.
Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan
formal di sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang
sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat
mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan, karena peran kurikulum sangat
penting, maka menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Bagi kepala sekolah dan pengawas berfungsi sebagai pedoman supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan
bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan. Sedangkan bagi siswa kurikulum sebagai
pedoman pelajaran.

Pelaksanaan kurikulum dalam pendidikan formal dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu
pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang
berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkatan kelas yang berperan adalah guru.
Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan
kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat
sekolah dan tingkat kelas, namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi
kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan bersama- sama bertanggung jawab
melaksanakan proses administrasi kurikulum.

a. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah

3
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan
kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia berkewajiban melakukan kegiatan-
kegiatan yakni menyusun rencana tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan,
memimpin rapat dan membuat notula rapat, membuat statistik, dan menyusun laporan.

b. Pelaksanaan Kurikulum tingkat Kelas

Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kurikulum di lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga
jenis kegiatan administrasi yaitu:

1) Pembagian tugas mengajar.


2) Pembagian tugas pembinaan ekstrakurikuler.
3) Pembagian tugas bimbingan belajar

Pembagian tugas ini dilakukan melalui musyawarah guru yang dipimpin kepala
sekolah. Keputusan tugas tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal pelajaran untuk satu
semester atau satu tahun akademik.

C. Kurikulum Madrasah Diniyah.

Sebagaiamana dijelaskan diatas, kurikulum adalah kumpulan mata pelajaran. Dalam


dunia diniyah, istilah kurikulum sebenarnya dikenal, hanya dikenal sebagai penunjang saja
dalam proses pembelajaran. Kurikulum dalam madrasah diniyah dikenal dengan “Manhaj”
atau kumpulan mata pelajaran yang tersusun dan tertata dengan baik. Dalam proses
pembelajarannya hanya ditentukan oleh madrasah diniyah itu atau oleh pondok pesantren itu
sendiri. Materi yang diajarkanya kurang terstruktur dengan baik. Namun dalam
perkembangannya madrasah diniyah mengalami perubahan. Perubahan ini juga dibarengi
dengan sistem pendidikan yang terstruktur dan tidak sentralistik Kurikulum madrasah
diniyah disusun secara independent oleh pesantren dengan lebih menitikberatkan pada
tafaqquhfial din khususnya penguasaan kitab kuning.

Madrasah diniyah terus menghadapi pilihan yang tidak mudah, yaitu antara kebutuhan
keagamaan dan kebutuhan duniawi. Di satu sisi lembaga ini dituntut berfungsi
menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan hidup yang tidak
seluruhnya bisa dipecahkan dengan ilmu agama.Selama ini umat islam meyakini, ajaran
Islam telah selesai disusun tuntas dalam ilmu agama sebagai panduan penyelesaian seluruh
perkara duniawi.

4
Madrasah, juga lembaga pendidikan Islam lainya, terus menghadapi pilihan yang
tidak mudah, yaitu antara kebutuhan keagamaan dan kebutuhan duniawi. Di satu sisi,
madrasah dituntut bisa berfungsi meningkatkan pemahaman ilmu-ilmu agama dan
kemampuan mengamalkan ajaran Islam. Sementara disisi lain lembaga ini dituntut berfungsi
menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan hidup dan tidak
seluruhnya bias dipecahkan dengan ilmu agama. Selama ini, umat Islam meyakini, ajaran
Islam telah selesai disusun tuntas dalam ilmu agama sebagai panduan penyelesaian seluruh
persoalan kehidupan duniawi.

Sementara, ilmuilmu umum (non agama) dipandang sebagai panduan kehidupan


didunia yang tetap berdasar pada ilmu agama begitu juga antara ilmu agama dengan ilmu
umum saling berkaitan dan selalu berhubungan juga tidak dapat dipisahkan. Namun,
persoalan kehidupan duniawi yang terus berkembang, ternyata tidak seluruhnya bisa
dipecahkan dengan ilmuilmu agama.

Kurikulum madrasah diniyah yang berlaku saat ini adalah kurikulum madrasah
diniyah tahun 1994. Kurikulum madrasah diniyah disusun sesuai dengan jenjang pendidikan
yang ada yaitu:

1. Kurikulum madrasah diniyah Awaliyah dengan masa belajar 4 tahun dari kelas 1
sampai dengan kelas 4 dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal 18 jam
pelajaran dalam seminggu.
2. Kurikulum madrasah diniyahWustha dengan masa belajar 2 tahun dari kelas 1 sampai
dengan kelas 2 dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal 18 jam pelajaran
dalam seminggu.
3. Kurikulum madrasah diniyah Ulya dengan masa belajar selama 2 tahun dari kelas 1
sampai kelas 2 dengan jumlah jam belajar masing-masing maksimal 18 jam pelajaran
seminnggu

Pada kurikulum ini dikemukakan bahwa tujuan pendidikan, meliputi: tujuan


institusional (tujuan yang secara umum harus dicapai oleh keseluruhan program madrasah
diniyah), tujuan kurikuler (tujuan yang pencapaiannya dibebankan pada program suatu
bidang studi atau mata pelajaran), dan tujuan pembelajaran (tujuan yang pencapaiannya
dibebankan kepada suatu program pembelajaran dari suatu bidang studi).

Kurikulum pesantren khususnya madrasah diniyahnya sebagai lembaga pendidikan


informal yang mendukung sangat variatif, dengan pengertian bahwa pesantren yang satu

5
berbeda dengan pesantren yang lainnya. Dengan demikian ada keunggulan tertentu dalam
cabang-cabang ilmu agama di masing-masing madrasah diniyah. Ketidakseragaman tersebut
merupakan ciri pesantren salaf sekaligus tanda atas kebebasan tujuan pendidikan karena
dalam beberapa kurun waktu dan kenyataannya madrasah diniyah juga bersentuhan dengan
efek-efek perubahan dunia pendidikan.

Kurikulum Madrasah diniyah disusun meliputi bagian-bagian sebagai berikut:


1) Pedoman umum yang memuat Keputusan Menteri Agama tentang kurikulum
madrasah diniyah serta latar belakang dan prinsip-prinsip yang melandasi
penyusunannya.
2) Garis-garis besar program pengajaran meliputi:
a) Tujuan kurikuler setiap bidang studi.
b) Tujuan pembelajaran umum yang secara bertahap harus dicapai oleh setiap bidang
studi.
c) Pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan untuk setiap bidang studi yang telah
dijabarkan secara terperinci.

D. Perbedaan antara Kurikulum Madrasah Diniyah dan Kurikulum Sekolah.

Persamaan antara Madrasah Diniyah dan sekolah hanya terbatas pada nama. Secara
substansi, kedua institusi pendidikan ini sama sekali berbeda. Berikut beberapa di antaranya:

a) Madrasah diniyah hanya mengkaji ilmu agama sedangkan Sekolah lebih banyak
mengkaji ilmu umum (70%) sedangkan ilmu agamanya hanya 30% itupan memakai
bahasa Indonesia.
b) Madrasah diniyah memakai kurikulum sendiri dan karena itu materi kajiannya
berbeda-beda pada setiap madrasah begitu juga kualitasnya, sedangkan Sekolah
memiliki kurikulum yang seragam dan berada di bawah naungan Kementerian.
c) Madrasah diniyah mengandalkan kualitas hasil yang didapat selama belajar tanpa
mengharapkan ijazah atau sertifikat apapun, sedangkan sekolah lebih mengandalkan
ijazah yang diperoleh.
d) Ijazah Madrasah diniyah tidak diakui negara maupun institutsi pendidikan lain yang
setara atau di atasnya, sedangkan sekolah diakui oleh negara dan lulusannya dapat
melanjutkan pendidikan ke institusi pendidikan lain yang setara atau di atasnya.
Misalnya, lulusan MTS (Madrasah Tsanawiyah) formal dapat melanjutkan ke SMA
atau SMK. Lulusan MA formal dapat melanjutkan ke fakultas kedokteran atau teknis

6
atau sosial di universitas negeri atau swasta manapun; sedangkan lulusan madrasah
diniyah tidak bisa.
e) Materi yang dikaji di madrasah diniyah umumnya berbahasa Arab (kitab kuning),
sedangkan ilmu agama yang dikaji di Sekolah memakai bahasa Indonesia.
f) Waktu pembelajaran madrasah adalah 18 jam seminngu, sedangkan sekolah formal 24
jam per minggu. Selain itu MDA hanya sampai kelas 4.

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kurikulum merupakan seperangkat rencana, pengaturan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Perbedaan kurikulum MDA dan sekolah yaitu, MDA hanya mengkaji ilmu agama,
sedangkan sekolah tidak. MDA menggunakan kurikulum sendiri, sedangkan sekolah dari
kementrian. MDA hanya mengandalkan kualitas hasil belajar, sedangkan sekolah ijazah.
Ijazah madrasah tidak diakui. Materi yang dipelajari Madrasah berbahasa arab,sedangkan
sekolah bahasa Indonesia dan yang terakhir adalah waktu pembelajaran yang berbeda.

8
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta : Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Dhofier, Zamakhsari. 2001. Tradisi Pesantren. Jakarta : LKIS.

Headri Amin. 2014. Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta:
Diva Pustaka.

Nata Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group
Riyanto Yatim . 20012.Paradigma Baru Pembelajaran. Cet. II. Jakarta: Prenada Media Grup

Anda mungkin juga menyukai