Anda di halaman 1dari 10

Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN


HASIL BELAJAR SISWA MATERI PECAHAN PADA KELAS V SDN WARU I SIDOARJO

Sholekatul Maftukhah
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (ickamaftukhah@yahoo.com)

Budiyono
PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar siswa mengggunakan model pembelajaran snowball throwing. Metode
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus. Data penelitian
diperoleh dari observasi dan tes.. Hasil penelitian menunjukkan aktivitas guru mengalami peningkatan
selama dua siklus dengan persentase ketuntasan 66% pada siklus I dan 89% pada siklus II. Aktivitas
siswa juga mengalami peningkatan selama dua siklus dengan persentase ketuntasan 62,5%pada siklus I
dan 91% pada siklus II. Pada hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan selama dua siklus dengan
persentase ketuntasan 42% pada siklus I dan 83% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V.
Kata Kunci: model pembelajaran Snowball Throwing, hasil belajar, materi pecahan.

Abstract
The purpose of this research is described the activity of teachers and students during the process of
learning and improve student learning result with the model Snowball Throwing learning. A method of
this research is Classroom Action Research (CAR) conducted a total of two cycles. Research data
obtained from observation and tests. The research results shows that the activity of the teacher
experience increased during two cycles with the completeness percentage 66% on first cycle and 89% on
second cycle. The activity of students has also increased during the two cycles with the completeness
percentage 62,5% on first cycle and 91% on second cycle. On the student learning result has also
increased during the two cycles with the completeness percentage 42% on first cycle and 83% on second
cycle. Thus it may conclude that model Snowball Throwing learning can improve student learning result
on fifth grade.
Keywords: model Snowball Throwing learning, learning result, fragment material.

pembangunan nasional. Upaya tersebut menjadi tanggung


PENDAHULUAN jawab semua tenaga kependidikan. Dalam konteks ini,
Salah satu faktor yang menentukan kualitas peran guru sangat strategis sebab guru yang langsung
kehidupan bangsa adalah pendidikan. Faktor pendidikan dapat membina siswa di sekolah melalui proses
memiliki peranan penting untuk menciptakan kehidupan pembelajaran.
bangsa yang cerdas, damai, terbuka, dan Berdasarkan observasi dan wawancara yang
demokratis.Pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan peneliti ditemukan bahwa dalam hasil ulangan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan harian kelas V. 2 dengan jumlah siswa 31 siswa, hanya
nasional. Di era globalisasi ini, dibutuhkan sumber daya 45 % siswa yang mendapat hasil sesuai atau diatas KKM
manusia yang berkualitas dan mampu menghadapi (Kiteria Ketuntasan Minimal), padahal pembelajaran
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dikatakan telah memenuhi kriteria ketuntasan apabila
(IPTEK), sehingga dapat mengikuti perkembangan 80% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai minimal
kemajuan zaman di segala bidang. Kenyataannya sumber 75. Hal ini disebabkan oleh penguasan pemahaman
daya manusia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia materi pada siswa yang kurang dikarenakan penyampaian
kurang kompetitif. materi yang diberikan oleh guru hanya sebatas penjelasan
Upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil secara lisan dan pemberian tugas, sehingga kurang
belajar para siswa pada setiap jenjang dan tingkat mendorong siswa untuk berfikir logis dan kritis.
pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas Selanjutnya alasan peneliti memilih lokasi di Sekolah
sumber daya manusia Indonesia yang dapat menunjang Dasar Negeri Waru 1/384 Desa Waru Kecamatan Waru

271
JPGSD.Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016,

Kabupaten Sidoarjo adalah karena SDN Waru I Sidoarjo Bagaimana aktivitas guru dalam penerapan model
masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Sehingga pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan
peneliti dapat fokus meneliti pada mata pelajaran tertentu hasil belajar siswa materi pecahan pada Kelas V SDN
yaitu matematika. Selain itu, adanya keterbukaan sekolah Waru 1 Sidoarjo? (2) Bagaimana aktivitas siswa dalam
dan dukungan dari kepala sekolah dan guru SDN Waru mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru
1/384 Sidoarjo untuk mau menerima dan bekerjasama dengan model pembelajaran Snowball Throwing untuk
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan hasil belajar siswa materi pecahan pada
memperbaiki kualitas pembelajaran dan meningkatkan Kelas V SDN Waru 1 Sidoarjo? (3) Bagaimana hasil
hasil belajar siswa dalam rangka meningkatkan mutu belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
pendidikan sekolah. Snowball Throwing materi pecahan pada Kelas V SDN
Setiap siswa harus memiliki pemahaman akan konsep Waru 1 Sidoarjo?.
secara baik dengan begitu dapat memberikan kesempatan Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan
dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan penelitian ini yaitu : (1) Untuk Mendeskripsikan aktivitas
menemukan sendiri persoalan yang ada, sehingga dapat guru dalam penerapan model pembelajaran Snowball
menjadikan siswa seorang pribadi yang kreatif, inovatif Throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi
dan mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat. pecahan pada Kelas V SDN Waru 1 Sidoarjo (2) Untuk
Guru sebagai pendidik harus dapat memberikan Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam mengikuti
pemahaman konsep yang baik terhadap siswanya. pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan model
Dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan
efektif dan menyengangkan, guru dapat dapat menumbuh hasil belajar siswa materi pecahan pada Kelas V SDN
kembangkan potensi anak dalam memahami berbagai Waru 1 Sidoarjo (3) Untuk Mendeskripsikan hasil belajar
konsep. siswa dengan menerapkan model pembelajaran Snowball
Dalam proses pembelajaran, penggunaan model Throwing materi pecahan pada Kelas V SDN Waru 1
pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan Sidoarjo.
belajar siswa. Solusi dari peneliti dengan adanya Menurut julianto, dkk, (2011:1) Model pembelajaran
permasalahan pembelajaran tersebut adalah dengan pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran. Dengan penggunaan tergambar dari awal sampai akhir (sintak pembelajaran)
model pembelajaran ini diharapkan dapat yang disajikan secara khas oleh guru dalam proses
mengembangkan pengetahuan guru dalam memahami pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, teknik dan
mengembangkan kemampuan yang membentuk taktik pembelajaran.
kepribadian peserta didik, serta memahami tentang Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
bagaimana siswa belajar (Winataputra, Udin, suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
2008:1).Jenis model yang akan peneliti gunakan adalah merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
model pembelajaran Snowball Throwing (pelemparan dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
bola salju). Dalam model pembelajaran ini seluruh siswa perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce,
dikelas. Sehingga pembelajaran akan terasa lebih dalam Ngalimun, 2014:7). Selanjutnya Joyce menyatakan
menyenangkan dengan begitu siswa dapat menerima bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke
pembelajaran dengan mudah. Model ini diterapkan dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk didik sedimikan rupa sehingga tujuan pembelajaran
siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru. Model tercapai. Arends (dalam Ngalimun, 2014:7) menyatakan
ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana “The term teching model refers to a particular approacj
pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi to instruction that includes its goals synatx, evironment,
tersebut. Peneliti menganggap perlu digunakannya model and management system.” Istilah model pengajaran
pembelajaran dalam proses pembelajaran. Oleh karena mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu
itu, peneliti memilih judul “Penerapan model termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan
pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan sistem pengelolaannya, sehingga model pembelajaran
hasil belajar siswa materi pecahan pada Kelas V SDN mempunyai makna yang lebih luas daripada pendekatan,
Waru 1 Sidoarjo” . strategi, metode atau prosedur.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Berdasarkan pengertian - pengertian model
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : (1) pembelajaran diatas, dapat disimpulkan bahwa model
Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar memungkinkan terjadinya saling sharing pengetahuan
pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, dan pengalaman dalam upaya menyelesaikan
mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis. permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang
Menurut Huda (2013:226) Model pembelajaran berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.
Snowball Throwing atau yang juga sering dikenal dengan Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa,
Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi model pebelajaran snowball throwing merupakan
pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan
dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta
konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
dengan melempar segumpalan kertas untuk menunjuk pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi
siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru. Model tersebut. Penerapan model pembelajaran snowball
ini digunakan untuk memberikan konsep pemahaman throwing dapat meningkatkan minat belajar siswa melalui
materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga aktivitas membuat soal, menjawab soal, mengemukakan
digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan jawaban, dan menyimpulkan atau menilai jawaban dari
dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Model kelompok lain.
pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap Sintaks model pembelajaran snowball throwing
menerima pesan orang lain dan menyampaikan pesan adalah sebagai berikut : (1) Guru menyampaikan materi
tersebut kepada teman satu kelompoknya. Lemparan yang akan disajikan lalu guru membentuk kelompok –
pertanyaan menggunakan kertas yang diremas menjadi kelompok beserta ketua kelompoknya. Ketua kelompok
bola kertas dan dilemparkan ke siswa lainnya. Siswa dipilih berdasarkan referensi dari guru kelas kemudian
yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab guru memanggil semua ketua kelompok untuk
pertanyaan di dalamnya. mendapatkan materi lanjutan dari guru (2) setelah itu
Menurut Ngalimun (2014:175), Model Pembelajaran setiap ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing
Snowball Throwing adalah jenis model pembelajaran – masing kemudian menjelaskan materi yang
kooperatif yang dalam pelaksanaannya didesain seperti disampaikan oleh guru kepada teman sekelompoknya.
permainan melempar bola yang bertujuan untuk Siswa boleh bertanya tentang materi yang kurang
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pola dipahami kepada ketua kelompok (3) masing – masing
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk
(sintak pembelajaran) pada model pembelajaran ini menuliskan satu pertanyaan (soal) apa saja yang
adalah : informasi materi secara umum, membentuk menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas kelompok (4) lalu siswa membentuk kertas tersebut
membahas materi tertentu di kelompok, bekerja seperti bola dan dilempar dari kelompok satu ke
kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan kelompok lain serta masing – masing siswa menjawab
diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain pertanyaan yang yang tertulis dalam kertas tersebut
menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan selama ±15 menit (6) siswa juga menuliskan nama dan
evaluasi. nomor absen pada lembar kertas yang diterima, masing –
Menurut Aris Shoimin (2014:174), Model masing siswa mengumpulkan lembar kertas yang telah
pembelajaran Snowball Throwing merupakan dikerjakan di meja guru (7) lalu guru mengambil secara
pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan acak beberapa lembar kertas tersebut dan secara bersama
merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. – sama mengerjakan dengan siswa (8) siswa membentuk
Hanya saja, pada model ini, kegiatan belajar diatur kelompok beranggotakan 2-3 siswa dengan teman
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat sebangku, kemudian guru membagikan LKS (Lembar
berlangsung dengan lebih menyenangkan. Kerja Siswa) kepada setiap kelompok untuk mengukur
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh tingkat pemahaman siswa (9) lima kelompok siswa
Vygotsky bahwa perkembangan tergantung baik pada pertama yang mengumpulkan LKS tercepat dan benar
faktor biologis menentukan fungsi – fungsi elementer akan mendapat reward (hadiah) (10) guru mengevaluasi
memori, atensi, persepsi, dan stimulus respon, faktor dan menutup pembelajaran.
sosial sangat oenting, artinya bagi perkembangan fungsi Menurut Slameto (2003:2), belajar merupakan suatu
mental lebih tinggi untuk perkembangan konsep, proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
penalaran logis, dan pengambilan keputusan (Trianto, hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam
2011:26). memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda

273
JPGSD.Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016,

Selain itu menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra, Menurut Muhsetyo (2008:45) pecahan adalah suatu
2008 :15) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang lambang yang memuat pasangan berurutan bilangan –
𝑝
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam bilangan bulat p dan q (q ≠ 0), ditulis dengan untuk
𝑞
competencies (kemampuan), skills (keterampilan) dan
menyatakan nilai x yang memenuhi hubungan p : q = x.
attitudes (sikap). Kemampuan, keterampilan dan sikap
Hubungan antara bilangan pecahan, perbandingan,
tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan
dan skala sangat erat kaitannya, karena bilangan pecahan
mulai dari masa bayi. Rangkaian proses belajar itu
merupakan simbol dari perbandingan maupun skala.
dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam
Perbandingan merupakan pernyataan bagian dari jumlah
pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan
atau kumpulan tertentu. Pernyataan perbandingan harus
formal dan atau pendidikan non formal. Kemampuan
ditulis dengan pecahan yang sangat sederhana. Cara
belajar inilah yang membedakan manusia dengan
menyederhanakan perbandingan sama halnya dengan
makhluk lainnya.
menyederhanakan pecahan, yaitu dibagi dengan bilangan
Belajar juga sering diartikan sebagai penambahan,
yang sama. Skala, perbandingan, dan pecahan
perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap,
mempunyai hubungan yang erat. Hal ini karena ketiganya
serta keterampilan. Fontana (dalam Winataputra, 2008
memiliki simbol (tanda) yang sama, yaitu tanda bagi ( : ).
:18) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan
Saat kita mengamati peta yang tergantung di dinding,
yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil
atau pada atlas, di setiap sudut peta tersebut selalu tertulis
dari pengalaman. Sedangkan Gagne (dalam Winataputra,
kata skala yang disertai angka yang merupakan
2008 :18) juga menyatakan bahwa belajar adalah suatu
perbandingan. Dapat disimpulkan, skala adalah
perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan
perbandingan jarak yang bersesuaian pada peta dengan
bukan berasal dari proses pertumbuhan.
jarak sesungguhnya. Misalkan, S = skala, M = jarak pada
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan 𝑀
peta, dan A = jarak sesungguhnya maka : 𝑆 = .
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah 𝐴
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku pada diri seseorang, perubahan tersebut METODE
karena adanya suatu pengalaman sebagai akibat dari Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
interaksi antara individu dan lingkungan. Kelas (PTK), yaitu proses pengkajian masalah
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:20), hasil pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam
belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara
belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam
Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
dampak pengiring. Kedua dampak tersebut berdampak perlakuan tersebut (Sanjaya, 2011:26). Ciri khusus
bagi guru dan siswa. Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya tindakan
Menurut Howard Kingsley (dalam Nana Sudjana, (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi
2008: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni alami dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan –
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, permasalahan praktis. Tindakan tersebut merupakan
dan sikap serta cita-cita. suatu kegiatan yang sengaja dilakukan untuk tujuan
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan tertentu dan dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar Sedangkan untuk metode penelitian menggunakan
adalah tingkatan kemampuan yang dimiliki peserta didik penelitian deskriptif kuantitatif dengan pola kolaboratif,
dalam menerima, menolak dan menilai informasi- yaitu peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga
informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. terlibat langsung dalam suatu proses kegiatan
Hasil belajar seseorang sesuai dengan tingkat pembelajaran (action plan).
keberhasilan sesuatu dalam mempelari materi pelajaran Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau setiap bidang adalah guru dan siswa kelas V SDN Waru I Sidoarjo
studi setelah mengalami pembelajaran. Dalam sistem yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki
pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan baik dan 18 siswa perempuan. Alasan peneliti menggunakan
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional subjek guru dan siswa di kelas V SDN Waru I Sidoarjo
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin dikarenakan sudah mengetahui karakteristik guru dan
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga siswa kelas V di SDN Waru I Sidoarjo, sehingga hal
ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah tersebut membantu penelitian yang akan dilaksanakan
psikomotoris. serta membantu meningkatkan hasil belajar siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM guna memperbaiki
Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar yang perlu dilakukan peneliti bersama guru kelas , antara
siswa di kelasnya. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah lain: (1) Menganalisis siklus 1 (2) Merangkum hasil
Dasar Negeri Waru I Sidoarjo. observasi (3) Mencatat keberhasilan dan kegagalan yang
Rancangan dalam penelitian ini adalah Penelitian perlu diperbaiki.
Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang Apabila dalam siklus I belum memenuhi kriteria
berarti Action Research (penelitian dengan tindakan) ketuntasan, maka dapat dilaksanakan perbaikan siklus II
yang dilakukan dikelas. Setiap siklus dilaksanakan sesuai agar dapat memenuhi kriteria ketuntasan yang telah
dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang ditentukan. Apabila pada siklus II kriteria belum
belum dapat dipecahkan dalam siklus I direfleksikan terpenuhi, dapat dilakukan siklus selanjutnya hingga
bersama tim peneliti dalam suatu pertemuan kolaborasi, target yang diinginkan tercapai dengan kriteria yang
untuk mencari penyebabnya. Selanjutnya tahap-tahap tercantum. Jika dalam siklus kedua peneliti belum merasa
dalam setiap siklus penelitian tindakan kelas penerapan puas karena hasil yang diperoleh belum sesuai yang
model pembelajaran Snowball Throwing yaitu diharapkan, dapat dilanjutkan dengan siklus selanjutnya
Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan Refleksi. yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
Pada tahap perencanaan, yang peneliti lakukan adalah Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini
(1) Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam adalah data deskriptif kuantitatif. Data yang didapatkan
pembelajaran matematika di Kelas V SDN Waru 1 atas hasil tes belajar siswa yang berupa peningkatan hasil
Sidoarjo melalui observasi pembelajaran dan wawancara belajar siswa pada aspek kognitif dalam pembelajaran
secara terbuka dengan guru yang bersangkutan (2) dengan menggunakan model pembelajaran Snowball
Merancang pembelajaran model pembelajaran Snowball Throwing.
Throwing (3) Merancang instrumen selama proses Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
pembelajaran model pembelajaran Snowball Throwing. untuk peneliti dalam mengumpulkan data agar
Pada tahap pelaksanaan mengacu pada langkah- pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
langkah pembelajaran yang tertulis dalam Rencana arti lebih cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih
Pelaksanaan Pembelajaran. Selama proses kegiatan mudah diolah. Instrumen penelitian dalam penelitian ini
pembelajaran berlangsung, guru kelas dan teman sejawat adalah (1) Lembar observasi aktivitas guru (2) Lembar
bertindak sebagai observer akan melakukan observasi observasi aktivitas siswa (3) Lembar evaluasi hasil
tentang aktivitas guru dan siswa serta segala bentuk belajar siswa terhadap materi yang diajarkan dengan
kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran. menggunakan model pembelajaran snowball throwing.
Sedangkan peneliti melakukan observasi tentang hasil Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Adapun yang penelitian ini adalah dengan teknik observasi dan tes.
harus dilakukan oleh peneliti adalah : (1) Peneliti Kegiatan observasi digunakan untuk mengambil data
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP tentang aktivitas siswa dan guru pada saat proses
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) Selama proses pembelajaran berlangsung. kegiatan pembelajaran ini
pembelajaran berlangsung, diadakan pengamatan digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam
terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dalam melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
pembelajaran oleh guru kelas (observer). (3) Peneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran digunakan pada
memberikan soal lembar kerja siswa dan lembar waktu pembelajaran berlangsung.
penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa. Kegiatan tes hasil belajar siswa digunakan untuk
Sedangkan pada tahap yang dilakukan pada saat tahap ini mengukur tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa
adalah : (1) Mengamati dan mencatat semua gejala yang yang dilaksanakan pada setiap siklus serta pembuatan
muncul baik yang mendukung maupun yang soal memperhatikan tingkat perkembangan kogntitif
menghambat dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran siswa dengan memberikan butir soal berupa uraian. Tes
tersebut (2) Observer (guru kelas) dan teman sejawat ini dilakukan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa
melakukan observasi dengan berpedoman pada instrumen setelah mengikuti proses pembelajaran.
observasi yang telah dibuat. Analisis data dilakukan dalam menerjemahkan data-
Pada tahap refleksi, tahap merupakan kegiatan untuk data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. menggunakan teknik analisis data. Analisis data dalam
Peneliti berdisukusi bersama guru kelas untuk penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan
mendiskusikan rancangan tindakan. Inti dari penelitian keseluruhan dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan
tindakan, yaitu ketika peneliti bersama guru kelas pembelajaran yang berlangsung pada siklus I dan siklus
melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang II dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai
telah berlangsung Pada saat refleksi, ada beberapa hal berikut :

275
JPGSD.Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016,

ada sekitar 20 siswa yang kurang aktif dalam kegiatan


Analisis tes aktivitas guru dan siswa pembelajaran, 60% dari jumlah siswa. Hal tersebut
𝒇 membuat siswa yang kurang aktif mempunyai nilai
P= x 100%
𝑵
rendah dan motivasi belajar yang kurang. Berdasarkan
Keterangan :
daftar nilai ulangan harian pertama dapat diketahui
P = Presentasi aktivitas guru dan siswa
bahwa dari 31 siswa hanya 45% (14 siswa) yang
f = Jumlah skor yang diperoleh
dinyatakan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
N = Jumlah skor total
(KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Sedangkan
(Indarti, 2008: 76)
55% (17 siswa) belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Analisis Hasil Belajar Siswa
Minimal (KKM). Sedangkan seharusnya jumlah siswa
Diperoleh dari evaluasi hasil belajar siswa yang
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
adalah 80% agar pembelajaran dapat dinyatakan berhasil.
materi pelajaran pada setiap siklus. Untuk mengetahui
Tingginya persentase siswa yang belum mampu
ketuntasan klasikal dalam belajar, digunakanlah rumus
mencapai kriteria ketuntasan minimal yakni 50%
berikut ini :
𝒏 menunjukkan secara klasikal hasil belajar siswa kurang
𝑷 = × 𝟏𝟎𝟎% optimal sehingga perlu ditingkatkan.
𝑵
Keterangan : Pada bab ini akan dipaparkan Penelitian Tindakan
P = persentase ketuntasan klasikal Kelas yang telah dilaksanakan menggunakan model
n = jumlah siswa yang tuntas belajar pembelajaran Snowball Throwing beserta
N = jumlah seluruh siswa pembahasannnya. Hasil penelitian dideskripsikan secara
(Aqib,dkk, 2011: 41) rinci berdasarkan tahap perencanaan, pelaksanaan
Ketercapaian dikatakan memenuhi apabila hasil tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian ini
presentase yang didapatkan minimal sangat baik. merupakan data yang diperoleh dari pembelajaran
Pencapaian wajib dilakukan jika pada siklus I belum matematika materi pecahan pada siswa kelas v. Hasil
tercapai maka dilanjutkan pada siklus II, dan jika masih penelitian dan pembahasan merupakan hasil observasi
belum baik juga maka dilanjutkan pada siklus dan evaluasi yang dilakukan oleh guru kelas V Nurul
selanjutnya. Hani Arifin, S.Pd dan rekan sejawat Sumarsih.
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Seluruh hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh
snowball throwing dinyatakan berhasil jika: (1) dengan lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta
Persentase aktivitas guru mencapai ≥ 80%. Apabila lembar evaluasi hasil belajar siswa.penelitian
persentase aktivitas guru belum mencapai 80% maka dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklusnya
akan dilakukan siklus berikutnya sampai tercapainya dilaksanakan dalam dua hari atau dalam dua kali
suatu indikator keberhasilan (2) Persentase aktivitas pertemuan pada setiap siklusnya dengan alokasi waktu
siswa mencapai ≥ 80%. Apabila persentase aktivitas 2x35 menit.
siswa belum mencapai 80% maka akan dilakukan siklus Sebelum melaksanakan tahapan perencanaan pada
berikutnya sampai tercapainya suatu indikator siklus I, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi
keberhasilan (3) Nilai hasil belajar siswa mencapai KKM awal untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam
yaitu ≥ 75 dan hasil belajar klasikal seluruh siswa pembelajaran kelas V SDN Waru I Sidoarjo. Kegiatan
mencapai 80%. selanjutnya adalah peneliti melakukan perencanaan untuk
melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I, yang
meliputi : (1) Menganalisis kurikulum (2) Membuat
HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap
Hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelum siklus (3) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
melakukan penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa (4)Merancang Kegiatan Evaluasi (5) Menyusun Media
dalam kegiatan pembelajaran di kelas V SDN Waru I dan Sumber Belajar yang akan digunakan dalam
Sidoarjo, guru sudah cukup pandai dalam pembelajaran (6) Menyusun Instrumen Penelitian (7)
mengkondisikan kelas dengan berbagai macam tepuk dan Menentukan jadwal pelaksanaan dengan pihak sekolah
cara kreatif lainnya. Namun guru tidak memperhatikan Dalam bagian pembahasan ini akan dijelaskan
model pembelajaran yang digunakan. Model perkembangan pelaksanaan penelitian materi pecahan
pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan dengan memanfaatkan model pembelajaran snowball
guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan throwing dari siklus I dan siklus II. Keberhasilan
pembelajaran yang telah ditentukan. Sedangkan aktivitas penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan ketercapaian
siswa tergolong kurang aktif. Dari 31 siswa yang dikelas setiap indikator dalam penelitian, terutama pada aspek
Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

ketuntasan hasil belajar siswa. Ketuntasan hasil belajar 100%


siswa pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel 1 dan 83%
diagram 1 di bawah ini : 80%
Tabel 1 60%
Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II 42% Siklus I
40%
NO NAMA Siklus I Siklus II Siklus II
20%
1 ACD 85 100
2 AFD 78 100 0%
Presentase Hasil Belajar
3 AYP 68 98
4 ASK 85 - Diagram 1 Persentase Klasikal Ketuntasan Hasil Belajar
5 BEHP 68 100 Siswa pada Siklus I dan Siklus II
6 CAA 85 100
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa terjadi
7 DAR 68 88
peningkatan persentase klasikal ketuntasan hasil belajar
8 DDA 50 90 siklus I dan siklus II. Pada siklus I persentase klasikal
9 DVJ 60 75 ketuntasan hasil belajar mencapai 42% dengan jumlah
10 ENA 73 95 siswa yang nilainya tuntas sebanyak 13 dari 31 siswa.
11 EP 60 88 Pada siklus I ini persentase klasikal ketuntasan siswa
belum mencapai indikator yang ditetapkan.
12 ES 70 100
Sedangkan pada siklus II persentase klasikal
13 ER 55 100
ketuntasan hasil belajar sebesar 83% dengan jumlah
14 FP 68 100 siswa yang nilainya tuntas sebanyak 24 dari 29 siswa.
15 FAN 40 65 Hasil tersebut berarti terjadi peningkatan sebesar 41%
16 ID 73 73 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II ini persentase
17 IJA 60 88 klasikal ketuntasan siswa sudah mencapai indikator yang
ditetapkan. Hal ini membuktikan bahwa, model
18 LAAP 68 100
pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan
19 MAP 85 100 hasil belajar siswa di kelas V SDN Waru I Sidoarjo.
20 MH 73 65 Model pembelajaran Snowball Throwing ini
21 MPL 78 65 digunakan melatih kesiapan siswa dan saling
22 NF 75 100 memberikan pengetahuan. Sementara kekurangan dari
23 NDH 78 88 model pembelajaran ini adalah karena pengetahuan yang
diberikan tidak terlalu luas dan hanya berkisar pada apa
24 PIA 78 98
yang telah diketahui siswa. Sering kali, model ini
25 RA 73 85 berpotensi mengacaukan suasana pembelajaran dari pada
26 RRS 78 - mengefektifkannya (Huda, 2013:227). Untuk mengurangi
27 SSEA 70 95 dampak negatif dari kekurangan model pembelajaran
28 SZK 75 100 Snowball Throwing ini peneliti membentuk siswa
29 VAPW 85 100 menjadi empat kelompok sehingga kegiatan diskusi
dalam pembelajaran ini terasa lebih aktif. Selain itu,
30 YE 60 63
ketua kelompok dalam pembelajaran ini berperan sebagai
31 ZNA 85 100 pemimpin diskusi yang harus dapat mengatur anggota
Persentase 42% 83% kelompoknya dengan baik.
Peningkatan kualitas pada aktivitas guru mengajar
menyebabkan suasana pembelajaran menjadi semakin
kondusif, siswa lebih aktif, semangat dan antusias
mengikuti pembelajaran, serta hasil belajar siswa menjadi
lebih meningkat dengan baik. Tercapainya ketuntasan
belajar siswa ini tidak lepas dari aspek-aspek yang
menunjang dalam proses pembelajaran, meliputi aktivitas
guru, aktivitas siswa baik secara kelompok maupun

277
JPGSD.Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016,

individu dan meningkatnya hasil belajar siswa bail secara mencapai 75% dengan kriteria baik yaitu pada aspek
kelompok ataupun individu. Aktivitas guru memberikan apersepsi dan kegiatan penutup. Aktivitas guru dalam
peran yang sangat penting bagi peningkatan kualitas tahap menjelaskan materi awal dan lanjutan mendapatkan
pembelajaran, kemampuan guru dalam membimbing 62,5%, sedangkan aktivitas guru yang mendapatkan
siswa memperoleh informasi dalam model pembelajaran persentase 75% yaitu pada tahap persiapan apersepsi,
snowball throwing memberikan pengaruh besar terhadap menyampikan kontrak belajar, pembentukan kelompok,
kualitas pembelajaran, Aktivitas guru pada setiap siklus membagikan LKS dan membimbing siswa dalam
disajikan pada table 2 dan diagram 2 berikut ini : menyimpulkan materi pembelajaran yang diperoleh.
Tabel 2 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus Sedangkan pada siklus II, dapat dideskripsikan
I dan II aktivitas guru selama penggunaan model pembelajaran
Aspek Siklus I Siklus II snowball throwing dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut : dalam memberi apersepsi, menjelaskan materi
1 3 4 awal, membentuk kelompok, dan membagikan LKS
2 2,5 3,5 kepada siswa memperoleh 100% dengan kategori sangat
3 2,5 4 baik. Pada saat guru menyampaikan kontrak belajar,
membimbing siswa dalam membuat Snowball (bola
4 3 4 salju), mengkonfirmasi jawaban LKS dan memberikan
5 3 4 reward mendapat persentase 87,5% dengan kategori baik.
6 2,5 3 Sedangkan dalam menjelakan materi lanjutan dan
kegiatan penutup mendapat persentase 75% dengan
7 2,5 3 kategori baik.
8 3 4 Aktivitas guru pada silus II mengalami peningkatan
dari siklus sebelumnya yaitu persentase aktivitas guru
9 2 3,5
mencapai 89% dengan kategori sangat baik. Hal ini
10 3 3 menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus II sudah
Jumlah 26,5 35,5 menempuh target yang diinginkan. Aktivitas guru sudah
Persentase 66% 89% dikatakan berhasil karena sudah melebihi indikator yang
sudah ditetapkan yaitu lebih besar sama dengan 80%.
Peningkatan persentase keberhasilan aktivitas guru
100% 89%
mencapai 23% dari persentase di siklus I sebesar 66%
80% 66% menjadi 89%. Sehingga tidak dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
60%
Siklus I Selain aktivitas guru, aktivitas siswa dalam mengikuti
40% pembelajaran juga memberikan pengaruh terhadap
Siklus II
20% keberhasilan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II,
0% peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklus dapat
Presentase Aktivitas Guru dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini :
Diagram 2 Persentase Keberhasilan Aktivitas Guru pada Tabel 3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Siklus I dan Siklus II dan II
Aspek Siklus I Siklus II
Berdasarkan tabel dan diagram di atas, menunjukkan 1 3 4
bahwa aktivitas guru pada siklus I mencapai 66%. Hasil
2 2,5 3,5
ini masih belum mencapai indikator keberhasilan dalam
pembelajaran yaitu 80%. Hal ini dikarenakan masih ada 3 2,5 3
beberapa aktivitas guru yang masih belum maksimal 4 2 3,5
tercapai yaitu guru kurang makasimal dalam memberikan
pemahaman materi, guru belum bisa mengelola waktu 5 2,5 4
secara baik dan guru kurang memberikan ice breaking 6 2,5 4
kepada siswa sehingga beberapa siswa terlihat jenuh 7 2 4
dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas guru belum ada
yang mendapatkan nilai sempurna, persentase tertinggi 8 3 3
Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Jumlah 20 29 merespon kegiatan penutup. yang mendapatkan 75%


Persentase 62,5% 91% yang berkategori cukup baik tetapi itu sudah ditindak
lanjuti oleh guru langsung dalam pelaksanaan tersebut.
100% 91% Aktivitas siswa pada siklus II ini sudah dikatakan
berhasil karena sudah melebihi indikator keberhasil yaitu
80% 62,5% lebih besar sama dengan 80%. Peningkatan persentase
60% keberhasil aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II
Siklus I
40% mencapai 28,5%, yang awalnya siklus I hanya 62,5%
Siklus II meningkat menjadi 91%, sehingga tidak dilanjutkan pada
20%
siklus berikutnya.
0% Dalam tahap refleksi siklus I, dapat dijelaskan bahwa
Presentase Aktivitas Siswa adanya keberhasilan pada siklus I yaitu (1) Penggunaan
model pembelajaran snowball throwing yang menarik,
Diagram 3 Pesentase Keberhasilan Aktivitas Siswa pada
dan dikemas dengan prinsip PAKEM sehingga membuat
Siklus I dan Siklus II
siswa lebih tertarik untuk belajar (2) Siswa berperan
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, dapat dilihat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat
bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran mengalami
berdiskusi secara baik dengan kelompoknya (3) Suara
peningkatan dari siklus I hingga siklus II. Pada siklus I,
guru yang keras dan kemampuan menguasai kelas yang
aktivitas siswa selama penggunaan model pembelajaran
baik membuat siswa menjadi terkontrol dengan baik
snowball throwing dalam pembelajaran adalah sebagai
dalam pembelajaran sehingga tidak banyak anak
berikut : memberi respon apersepsi dan kegiatan penutup
bergurau sendiri dalam pembelajaran. Sedangkan kendala
mencapai 75% dengan kategori baik. Pada saat siswa
yang dihadapi pada siklus I adalah (1) Guru kurang
memperhatikan penjelasan materi awal, membentuk
maksimal dalam memberikan pemahaman materi kepada
kelompok, berdiskusi dengan ketua kelompok dan
siswa sehingga masih banyak siswa yang bingung
membuat snowball, menjawab soal pada snowball
terhadap informasi yang mereka peroleh (2) Guru belum
mendapat persentase 62,5% dengan kategori cukup baik.
bisa mengelola waktu secara baik, terlihat dalam
Dan persentase 50% dengan kategori kurang baik dalam
pelaksanaan beberapa langkah pembelajaran
memperhatikan ketua kelompok menjelaskan materi
dilaksanakan secara terburu-buru, sehingga siswa tidak
lanjutan dan berkelompok mengerjakan Lembar Kerja
bisa mencatat hal informasi penting yang diperoleh dari
Siswa.
guru. (3) Guru masih kurang dalam hal mengajak siswa
Sedangkan pada siklus II, aktivitas siswa selama
menyimpulkan pembelajaran sehingga kesimpulan dalam
penggunaan model pembelajaran snowball throwing
pembelajaran hanya berasal dari guru dan kurang
dalam pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :
membuat siswa untuk berfikir kritis (4) Guru kurang
memberi respon apersepsi, berdiskusi dengan ketua
memberikan ice breaking kepada siswa sehingga
kelompok serta membuat snowball, menjawab soal pada
beberapa siswa terlihat jenuh dalam kegiatan
snowball, berkelompok mengerjakan Lembar Kerja
pembelajaran.
Siawa dan mendapatkan reward mencapai 100% dengan
Pada tahap refleksi siklus II, terdapat keberhasilan
kategori sangat baik. Pada saat siswa memperhatikan
dalam penelitian yang dijelaskan sebagai berikut : (1)
penjelasan materi awal dari guru dan memperhatikan
Penerapan model pembelajaran snowball throwing yang
ketua kelompok menjelaskan materi lanjutan mendapat
dilakukan lebih baik dari siklus I, lebih mengajak siswa
persentase 87,55% dengan kategori baik. Dan persentase
untuk aktif, kreatif dalam membuat snowball,
75% dengan kategori baik dalam membentuk kelompok
menemukan sendiri pengetahuannya serta mampu
dan merespon kegiatan penutup.
merancang dan menjawab soal yang didapatkan (2) Guru
Pada proses pembelajaran siklus I, aktivitas siswa
telah memberikan reward pada kegiatan belajar siswa
masih mencapai 62,5% dengan kategori cukup baik.
baik bertanya, menjawab pertanyaan, diskusi dan lain
Hasil ini belum mencapai persentase yang diharapkan
sebagainya sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dan
dalam pembelajaran yaitu lebih besar dari 80%.
aktif dalam pembelajaran (3) Guru memberikan ice
Sedangkan data aktivitas siswa dalam proses
breaking pada siswa sebelum mengerjakan LKS (4) Guru
pembelajaran pada siklus II, aktivitas siswa sudah
memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk
menumpuh target yang diinginkan yaitu sebesar 91%
mencatat informasi yang mereka peroleh untuk dipelajari
dengan kategori sangat baik. Aspek aktivitas siswa juga
lagi (5) Guru sudah lebih baik dalam memberikan
sudah banyak yang mendapatkan kategori baik dan
penguatan materi kepada siswa pada awal dan akhir
sangat, kecuali dalam aspek membentuk kelompok dan
pembelajaran.

279
JPGSD.Volume 04 Nomor 02 Tahun 2016,

Dari paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa model agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu,
pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan guru perlu meningkatkan pemahaman materi pada siswa
aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. dengan cara pemberian LKS berupa kegiatan
100% 89% 91% pengamatan, percobaan atau diskusi kelompok sehingga
83% pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dari pada
80% 66% berpusat pada guru. Serta dengan menerapkan model
62,5%
60% pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran
42%
40% Siklus I yang akan membuat pembelajaran lebih menarik, lebih
Siklus II menyenangkan, sehingga kualitas belajar siswa, sikap
20%
belajar siswa serta nilai hasil belajar siswa dapat
0% ditingkatkan.
Aktivitas Aktivitas Hasil
Guru Siswa Belajar
DAFTAR PUSTAKA
Diagram 4 Persentase Keberhasilan Aktivitas Guru,
Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Aqib, Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
Secara keseluruhan, model pembelajaran snowball Bandung : CV.Yrama Widya.
throwing pada setiap siklus menunjukkan adanya Dimyati, Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran.
peningkatan kualitas. Aktivitas guru mengajar, aktivitas Jakarta:Rineka Cipta.
belajar siswa, ketuntasan hasil belajar siswa telah
Huda, Miftahul. 2013. Model – Model Pengajaran dan
mengalami peningkatan hingga mencapai persentase Pembelajaran. Yogyakarta:Pustaka Belajar.
yang ditetapkan pada indikator keberhasilan. Dengan
demikian, model pembelajaran snowball throwing pada Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dan Penulisan Ilmiah. Surabaya: Lembaga Penerbitan
penelitian ini dapat dinyatakan telah berhasil.
Fakults Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Surabaya.
PENUTUP
Simpulan Julianto, Dkk. 2011. Teori dan Implementasi Model-
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa
University Press.
dideskripsikan pada bab IV, diperoleh kesimpulan bahwa
model pembelajaran snowball throwing dapat Ngalimun. 2014. Model dan Model Pembelajaran.
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Waru I Yogyakarta:Aswaja Pressindo.
Sidoarjo, hal ini dibuktikan dengan aktivitas guru dalam Sanjaya, Wina. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.
model pembelajaran snowball throwing telah mengalami Jakarta:Kencana.
peningkatan, hal ini ditunjukkan dengan : (1) adanya Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif
peningkatan presentase aktivitas guru pada siklus I yang dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ
mencapai 66 % dan pada siklus II mencapai 89 % (2) MEDIA
Aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
pengamatan observer selama pembelajaran dalam model Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
pembelajaran snowball throwing yang mengalami
Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar
peningkatan persentase aktivitas siswa pada siklus I yang
Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
mencapai 62,5 % dan pada siklus II mencapai 91 % (3)
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas V Trianto. 2011. Model – Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
SDN Waru I Sidoarjo melalui model pembelajaran
Pustaka.
snowball throwing mengalami peningkatan, hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan persentase hasil Winataputra, Udin, dkk. 2008. Teori Belajar dan
belajar siswa pada siklus I yang mencapai 42 % dan pada Pembelajaran. Jakarta:Penerbit Universitas Terbuka.
siklus II mencapai 83 %.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka
peneliti mengharapkan guru perlu mengembangkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dengan
memberikan motivasi baik berupa pujian ataupun reward

Anda mungkin juga menyukai