Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
kenikmatan Iman, Ihsan, dan Islam, serta kesehatan. Sehingga atas ridho-Nya makalah Sistematika
Tumbuhan ini telah terselesaikan dengan baik.
Sholawat beriringan dengan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita semua,
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman
islamiyah, zaman yang penuh dengan kedamaian.
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Biologi, serta
membantu pembaca untuk menambah wawasannya tentang Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Jigsaw, beserta aspek-aspek yang terkandung di dalamnya.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya.
2. Ibu Runtut Prih Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Strategi Pembelajaran
Biologi UIN Sunan Kalijaga, yang telah membimbing kami dalam mempelajari
Sistematika dan Taksonomi Tumbuhan.
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan sehingga makalah ini terselesaikan
dengan baik

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas semua bantuan yang
telah diberikan. Aamiin
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca untuk
mendapatkan pengetahuan tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Yogyakarta, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw .................................................2
B. Karakteristik Cooperative Learning Tipe Jigsaw .............................................2
C. Unsur-unsur Cooperative Learning Tipe Jigsaw ..............................................4
D. Prinsip-prinsip Cooperative Learning Tipe Jigsaw ..........................................5
E. Sintaks Cooperative Learning Tipe Jigsaw ......................................................6
F. Implementasi Cooperative Learning Tipe Jigsaw di Dalam Kelas ..................8
G. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Jigsaw ......................9
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................11
B. Saran ...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia dari buruk menjadi lebih baik. Sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah
Indonesia melakukan berbagai upaya untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia sehingga mampu bersaing dengan
negara lain. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
ditempuh dengan berbagai cara salah satunya melalui pendidikan. Pemerintah Indonesia telah
banyak melakukan berbagai perubahan dalam sistem pendidikan Indonesia agar dapat
menciptakan sistem pendidikan yang baik sehingga mampu meningkatkan kualitas sumber daya
manusia maupun kualitas sistem pendidikan sendiri.

Salah satu cara peningkatan kualitas pembelajaran yaitu dengan peningkatan relevansi
model mengajar. Model mengajar dikatakan relevan jika dalam prosesnya mampu mengantarkan
siswa mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk dapat menyampaikan
materi pembelajaran kepada siswa dengan model yang relevan dengan kebutuhan siswa. Salah satu
alternatif, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

B. Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Cooperative Learning Tipe Jigsaw?
2. Apa saja karakteristik dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw?
3. Apa saja unsur-unsur dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw?
4. Apa saja prinsip-prinsip dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw?
5. Bagaimana sintaks dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw?
6. Bagaimana pengimplementasian dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw?
7. Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw?

C. Tujuan
Dalam makalah ini penulis menemukan beberapan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui maksud dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
2. Memahami karakteristik dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
3. Mengetahui unsur-unsur dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
4. Mengetahui prinsip-prinsip dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
5. Memahami sintaks dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
6. Memahami pengimplementasian dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
7. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cooperative Learning Tipe Jigsaw


Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya memaksimalkan belajar
siswa untuk meningkatkan akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok serta saling membantu satu sama lain (Trianto, 2009). Menurut Johnson, model
pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu pembelajaran yang mendukung
pembelajaran kontekstual. Dan sistem pengajaran cooperative learning dapat didefinisikan
sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang struktur dan cooperative learning adalah suatu
strategi belajar mengajar yang menekan kan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja yang
teratur kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih (Amri dan Ahmadi, 2010).
Jadi pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran dengan
menggunakan pengelompokan/tim kecil yang terdiri antara empat, enam bahkan delapan orang
yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Dan sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok
dan setiap kelompok akan memperoleh penghargaan.
Pembelajaran Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran kelompok
yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif yaitu siswa
membentuk kelompok kecil dan saling mengajari sesamanya untuk mencapai tujuan bersama,
dalam pembelajaran ini pun siswa pandai mengajari siswa yang kurang pandai tanpa merasa
dirugikan (Wena, 2009).
Pembelajaran cooperative learning juga merupakan model yang mengutamakan kerja
sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran cooperative learning ini
juga dapat menciptakan saling ketergantungan antara siswa sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan bahan ajar tapi juga sesama siswa (Yamin dan Ansari, 2008).
B. Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Karakteristik strategi pembelajaran kooperatif terdiri dari:


1. Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk
mencapai tujuan. Karena itu, tim juga harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota
tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Didasarkan pada Managemen Kooperatif
Managemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu:
a. Fungsi perencanaan, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan
perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.

2
b. Fungsi pelaksanaan, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan
termasuk ketentuan-ketentuan yang telah disepakati bersama.
c. Fungsi organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama
setiap setiap angggota kelompok sehingga perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap
anggota kelompoknya.
d. Fungsi kontrol, menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

3. Kemauan untuk Kerja Sama


Prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap
anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, akan
tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya yang pintar membantu yang
kurang pintar.
4. Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan bekerja sama itu kemudian dipraktekan melalui aktivitas dan kegiatan yang
tergambarkan salam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong
untuk mau dan sanggup berinteraksi serta berkomunikasi dengan anggota lain (Sanjaya,
2007).
Kemudian terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin, yaitu:
a. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang
ditentukan. Sehingga keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saking mendukung,
saling membantu dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung pada belajar individual dari semua anggota kelompok.
Tanggung jawab ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok untuk saling membantu
dalam belajar.
c. Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Kesuksesan
Cooperative learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari terdahulu. Dengan menggunakan
metode scoring ini setiap siswa yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompok.

3
C. Unsur-unsur dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Lima Unsur Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Menurut Anita Lie dalam
bukunya “Cooperative Learning” bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama
dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan dengan asal-asalan. Sedangkan menurut Roger dan David
Johnson di dalam bukunya Nana Sudjana, mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok itu
dianggap Cooperative Learning. Maka agar mencapai hasil yang maksimal, untuk itu harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu sebagai berikut (Amri dan
Ahmadi, 2010:89):
a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa
dengan saling ketergantungan sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:
1. Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegerasi dalam kelompok dan
pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan.
2. Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika
kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.
3. Mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya
mendapatka sebagian dari keseluruhan tugas kelompok.
4. Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung, saling
berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam
kelompok
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative
learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa
dilaksanakan.
Beberapa cara menumbuhkan rasa tanggung jawab perseorangan adalah:
1. Kelompok belajar jangan terlalu besar
2. Melakukan assesmen terhadap setiap siswa
3. Memberi tugas kepada siswa, yang dipilih secara random untuk mempersentasikan hasil
kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik didepan kelas
4. Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok
4
5. Menugasi seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa kelompoknya
6. Menugasi peserta didik mengajar temannya
c. Tatap Muka

Dalam pelajaran cooperative learning setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk
bertatap muka dan berdiskusi, Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
d. Komunikasi antar Anggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesedian para anggotanya untuk
saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka, serta
keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Sehingga
proses ini sangat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi ke Proses Kelompok

Seorang pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok dan hasil kerja yang
sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif (Amri dan Ahmadi, 2010:90-
92).

D. Prinsip-prinsip dari Cooperative Learning Tipe Jigsaw


Menurut Stahl prinsip-prinsip dasar Cooperative Learning adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Tujuan Belajar Siswa Harus Jelas

Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai dengan


merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Perumusan tujuan harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
2. Peneriman yang Menyeluruh Oleh Siswa Tentang Tujuan Belajar

Guru hendaknya mampu mengondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran
dari sudut kepentingan diri dan kepentingan kelas. Agar siswa mengetahui dan menerima
kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima sendiri untuk bekerja sama.
3. Ketergantungan Yang Bersifat Positif

Guru harus merancang struktur kelompok serta tugas- tugas kelompok yang
memungkinkan siswa untuk belajar dan mengevaluasi diri. Kondisi belajar seperti ini
memungkinkan siswa untuk merasa ketergantungan secara positif pada anggota kelompok
lainnya dalam mempelajari tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya.

5
4. Interaksi yang Bersifat Terbuka

Interaksi yang terjadi dalam kelompok belajar bersifat langsung dan terbuka dalam
mendiskusikan tugas-tugas yang telah diberikan oleh guru. Suasana yang seperti ini dapat
membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan diantara sesama
siswa.
5. Tanggung Jawab Individu
Keberhasilan belajar dalam model belajar strategi ini dipengaruhi oleh kemampuan
individu siswa dalam menerima dan memberi apa yang telah dipelajarinya diantara siswa
lainnya.
6. Kelompok Bersifat Heterogen
Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus heterogen sehingga
interaksi kerja sama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karateristik siswa yang
berbeda.
7. Interaksi Sikap dan Perilaku Sosial yang Positif

Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok sebagai suatu
kelompok kerja sama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya siswa tidak begitu saja
menerapkan dan memaksakan sikap pendiriannya pada anggota kelompok lainnya.
8. Tindak Lanjut

Setelah kelompok masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan


pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam
kelompok belajarnya termasuk bagaimana hasil kerja yang telah dihasilkan.
9. Kepuasan dalam Belajar

Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dan
mengembangkan pengatahuan dan keterampilannya.

E. Sintaks Cooperative Learning Tipe Jigsaw


Ada beberapa tahapan atau sintaks yang harus dipenuhi dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Huda, 2013), yaitu sebagai berikut:

FASE TINGKAH LAKU GURU TINGKAH LAKU SISWA


Fase 1 Guru membagi topik Siswa mendengarkan
Membagi topik pelajaran menjadi empat informasi yang di jelaskan
bagian/subtopik guru

6
Fase 2 Guru memberikan Siswa mendengarkan
Menjelaskan topik pengenalan/penjelasan sekaligus memahami
mengenai topik yang akan di penjelasan informasi yang
bahas pada pertemuan hari disampaikan oleh guru
itu
Fase 3 Guru membuat kelompok Siswa membentuk kelompok
Mengorganisasikan siswa yang berisikan 4-6 orang sesuai dengan koordinasi dari
kedalam kelompok-kelompok guru
belajar
Fase 4 Guru membagikan subtopik Siswa mengerjakan tugas
Membimbing kelompok kepada setiap yang diberikan oleh guru
bekerja dan belajar anggotakelompok
Fase 5 Guru mengevaluasi hasil Siswa mempresentasikan
Evaluasi belajar tentang materi yang hasil kerjanya sekaligus
telah dipelajari atau masing- membenarkan hasil kerjanya
masing kelompok yang telah di evaluasi oleh
mempresentasikan hasil guru
kerjanya
Fase 6 Guru mencari cara-cara Siswa merasa terhargai atas
Memberikan pengahargaan untuk menghargai baik upaya usaha yang telah
maupun hasil belajar individu dilakukannya, dengan
dan kelompok penghargaan yang diberikan
oleh guru

Selain tahapan di atas, terdapat tahapan lain yang dapat digunakan dalam menerapkan metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini (Maslakhudin, 2013), yaitu:

a. Tahap Persiapan
 Materi
Sebelum pelajaran dimulai, guru memilih satu atau dua bab, cerita, atau unit-unit
lainnya kemudian buat sebuah lembar ahli untuk tiap unit dan membuat kuis, tes

7
berupa esai, atau bentuk penilaian lainnya untuk tiap unit. Untuk membantu
mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli gunakan skema diskusi.
 Menetapkan kelompok siswa
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ditetapkan oleh guru
terlebih dahulu. Pengelompokan berdasarkan hasil nilai semester gasal. Kelompok
dibagi menjadi tiga kriteria yaitu kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan
kemampuan rendah.
b. Tahap Pembelajaran
Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, masing-masing siswa diberi bagaian
materi. Proses pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa. Kegiatan inti dari pembelajaran dimulai berkelompoknya siswa kemudian
berdiskusi membahas materi siswa yang sudah memahami materi menerangkan kepada
siswa yang belum paham.
c. Tahap Evaluasi
Setelah proses pembelajaran selesai, siswa diberi tes tertulis. Tes ini dikerjakan secara
individual dan dilakukan setiap akhir periode pembelajaran atau akhir pembahasan dua
topik.
F. Implementasian Cooperative Learning Tipe Jigsaw di Dalam Kelas

Langkah-langkah penerapan model kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran biologi


(Mansur, 2015) yaitu:

a) Mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah pembelajaran, dan hasil serta


penilaian.
b) Mengelompokkan siswa dengan anggota ± 4 (empat) orang.
c) Memberi tugas berbeda pada setiap siswa dalam kelompok.
d) Mengarahkan siswa dengan tugas sama membentuk kelompok ahli/ ekspert.
e) Setiap kelompok ahli berdiskusi.
f) Mengarahkan siswa kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok
tentang hasil diskusi awal.
g) Setiap perwakilan anggota kelompok asal mempresentasikan hasil diskusi
h) Guru memberi kesempatan siswa bertanya.

8
i) Guru memberi penjelasan dan evaluasi.
j) Guru memberikan kuis/ tugas individu.
k) Pemberian reward kelompok terbaik.
G. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menurut Ibrahim (2000), Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan
masalah tanpa takut membuat salah.
3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan hubungan
interpersonal yang positif.
4. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan kesempatan
untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing kelompok.
5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana
dengan anggota kelompoknya.
6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut kepada teman
kelompok belajarnya.
7. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok
8. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
9. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

Menurut Ibrahim (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah
laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan
akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada
guru. Ratumanan (2004) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Adapun Menurut Ibrahim (2000), kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam
menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.

9
6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.
7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa berkonsentrasi
dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.
8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota
yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.
9. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit dijalankan
mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti kelompok.
10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondiki dengan
baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta
butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan
dengan baik.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw adalah model pembelajaran dengan
menggunakan pengelompokan/tim kecil yang terdiri antara empat, enam bahkan delapan orang
yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Dan sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok
dan setiap kelompok akan memperoleh penghargaan

Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi
ada unsur-unsur yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan dengan asal-
asalan.

Ada beberapa tahapan atau sintaks yang harus dipenuhi dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (Huda, 2013), yaitu sebagai berikut:

a. Fase 1: Membagi topik


b. Fase 2: Menjelaskan topik
c. Fase 3: Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d. Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
e. Fase 5: Evaluasi
f. Fase 6: Memberikan penghargaan

Menurut Ibrahim (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat mengembangkan tingkah
laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan
akademis siswa. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada
guru.
Adapun Menurut Ibrahim (2000), kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit dalam
menyampaikan materi pada teman.
b. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya
diskusi.
c. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mengakui masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun
agar lebih baik lagi dalam pembuatan makalah-makalah lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran (Pengaruh
Terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University.

Mansur, Muhamad. 2015. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis
Media Peraga Sistem Ac untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.” Dalam Skripsi,
Universitas Negeri Semarang.

Maslakhudin, Ahmad. 2013. “Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Qowa’id Siswa Mtsal Asror Tahun Ajaran 2010/ 2011.” Dalam
Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: UNESA University.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovative-Progresive, Konsep Landasan dan
Implementasi Pada Kurikulum TingkatnSatuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis dan Bansu I. Ansari. 2008. Teknik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta: Persada Press.

12

Anda mungkin juga menyukai