Anda di halaman 1dari 16

STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DAN UPAYA PEMECAHANNYA

Dosen pengampuh :
Dr. Rustam I Husain, M.pd

Di susun oleh :

Kelompok 10

Nur winda ma’ruf 151421040

Fuspawati pou 151421052

Zainab anggol 151421065

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Strategi
Pembelajran yang membahas “Strategi Pembelajaran Koperatif dan Upaya
Pemecahanya ”.Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur sedemikian
rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi teratasi oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dosen Dr. Rustam I Husain, M.pd mata kuliah Strategi


Pembelajaran yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami
sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.

2.  Teman-teman yang telah turut membantu, dan mengatasi berbagai


kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.

Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak


kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas
makalah penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah  yang
punya dan maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat
memberikan manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang,
khususnya dalam bidang Strategi pembelajaran

Gorontalo, February 2022

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Definisi Dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif.............................................3
B. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif...........................................5
C. Pertimbangan dalam Pemilihan Stratetgi Pembelajaran Kooperatif.......................7
D. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif.......................10
E. Upaya Memecahkan Kasus Pembelajaran Kooperatif.........................................11
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan peradaban kehidupan manusia secara perspektif menuntut
kecakapan hidup sebagaimana trend kebutuhan dalam era kehidupan global saat
ini. Interaksi kehidupan manusia terjadi secara global, memungkinkan terjadinya
banyak benturan baik yang bersifat budaya maupun kepribadian. Budaya dan
kepribadian manusia sesungguhnya banyak dipengaruhi oleh keyakinan dan
tingkat pengetahuan yang diperoleh dari proses pendidikan. Dengan demikian,
anak sepatutnya mendapatkan pendidikan tentang budaya kehidupan global
dengan bekal kemampuan interaksi dan kolaborasi yang baik.
Dan pada makalah ini akan kami paparkan lebih lanjut hal-hal yang
bersangkutan dengan strategi pembelajaran kooperatif.

B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif?
2) Apakah kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Kooperatif?
3) Bagaimana pertimbangan dalam pemilihan Stratetgi Pembelajaran
Kooperatif?
4) Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan Strateri Pembelajaran
Kooperatif?
5) Bagaimana upaya memecahkan kasus melalui Pembelajaran Kooperatif?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik dari Pembelajaran
Kooperatif.
2) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Pembelajaran Kooperatif.
3) Untuk mengetahui pertimbangan dalam pemilihan Strategi Pembelajaran.
Kooperatif.

1
4) Untuk mengetahui langkah- langkah pelaksaan Strategi Pembelajaran
Kooperatif.
5) Untuk mengetahui upaya memecahkan kasus melalui Pembelajaran
Kooperatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi
guru. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-
kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda
serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Kagan, pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang
sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan
yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan
pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab
tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan
belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Siswa bekerja
melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan
menyelesaikannya.
Beberapa poin definisi strategi pembelajaran kooperatif yaitu :
1.      Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.
2.        Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur,dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator.

3
3.      Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Berfikir
berdua atau lebih jauh lebih baik dari pada berfikir sendiri.
Adapun karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran secara tim
2. Berdasarkan pada managemen kooperatif
3. Kemauan untuk bekerjasama
4. Keterampilan bekerjasama.
Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh peran
aktif siswa dalam menemukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya. Iklim demokratis dikembangkan oleh guru dalam mengambil
keputusan terhadap pemecahan masalah yang timbul dalam pembelajaran. Dalam
pembentukan kelompok, guru menerapkan suatu struktur dengan memperhatikan
heterogenitas kemampuan, jenis kelamin, suku, kelas sosial, agama, kepribadian,
usia, bahasa  dan lain sebagainya. Semua prosedur didefinisikan secara baik
sehingga semua siswa memahaminya. Namun,  siswa diberi kebebasan dalam
mengendalikan aktivitas mereka di dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan
yang ditargetkan bersama.
Pembelajaran kooperatif dibangun dari beberapa elemen , diantaranya
sebagai berikut:
a) Saling ketergantungan secara positif  (Positive Interdependence).
Bahwasanya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk sukses. Sekecil
apapun perannya, sebuah tim membutuhkan saling ketergantungan dengan
individu lain. Ibarat pepatah, tenggelam atau berenang bersama-sama.
b) Interaksi langsung  (Face-to-Face Interaction). Memberikan kesempatan
kepada siswa secara individual untuk saling membantu dalam memecahkan
masalah, memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk
semua individu,
a. dan mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan di antara individu-
individu sehinga mereka termotivasi untuk terus bekerja pada tugas yang
dihadapi.

4
c) Tanggung jawab individu dan kelompok (Individual & Group
Accountability). Bahwasanya tujuan belajar bersama adalah untuk
menguatkan kemampuan akademis siswa, sehingga kontribusi siswa harus
adil. Guru perlu mengatur struktur kelompok agar tidak ada siswa yang tidak
berkontribusi, sehingga tanggung jawab seorang siswa tidak boleh dilebihkan
dari yang lain. Dalam kelompok, tidak ada menumpang dan  tidak ada
bermalas-malasan.
d) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Interpersonal & small-
Group Skills). Asumsi bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan, menjadi
hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya tidak
selalu benar. Sering kali, kita harus menyisihkan waktu untuk memperhatikan
hal ini dan menunjukkan bahwa keterampilan kerja sama tim sangat penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan
kerja sama tim dan keterampilan sosial siswa adalah untuk menyisihkan
waktu secara berkala untuk membahas hal ini dengan siswa. Keterampilan
sosial harus mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan,
membangun kepercayaan, komunikasi, keterampilan manajemen konflik.
e) Proses kerja kelompok (group processing). Proses kerja kelompok
memberikan umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi
mereka, memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan
pembelajaran kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan
hubungan kerja yang baik antara anggota, dan menyediakan sarana untuk
merayakan keberhasilan kelompok. One strategy is to ask each team to list
three things the group has done well and one that needs improvement (Smith,
1996). Salah satu strateginya adalah meminta setiap tim untuk mendaftar tiga
hal telah lakukan dengan baik oleh kelompok dan satu yang perlu perbaikan.
Guru juga dapat mendorong proses kerja bagi kelas, dengan mengamati
kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik yang baik untuk
kelompok-kelompok individu atau ke seluruh kelas.

5
B. Kelebihan Dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
a. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
1. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau
gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain.
3. Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan
segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung
jawab dalam belajar.
5. Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk pengembangan rasa
harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap
sekolah.
6. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya
7. SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berpikir.
b. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa kekurangan:
1. Untuk memahami dan mengerti filosofi SPK memang butuh waktu.Ciri
utama SPK adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa
teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung
dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya
dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

6
2. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
3. Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak
mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan
strategi ini.
4. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu
idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus
belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

C. Pertimbangan dalam Pemilihan Stratetgi Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan
kognitif Vygotsky. Dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam
menyusun pengetahuan mereka. Menurut Santrock, ada tiga klaim dalam inti
pandangan Vigotsky, yaitu (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila
dianalisa dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif
dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat
psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental; dan (3)
kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang
sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong
pelaksanaan pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau
pembelajaran kooperatif.
Sistem pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh
input lingkungan dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan
aspek bawaan dan bersifat permanen sedangkan input lingkungan yang paling
kuat adalah pola pengasuhan dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam
pembelajaran kooperatif, memberikan peluang yang sangat tinggi dalam
mengembangkan lima sistem pembelajaran primer anak, yaitu emosional, sosial,
kognitif, fisik dan reflektif.

7
Menurut Given : untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu
menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan
pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai
mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak
didik, dengan menemukan hasrat untuk belajar, dengan membimbing mereka
mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam
upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika pembelajaran memenuhi
kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem emosional siswa siap
untuk belajar
Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk
menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain.
jika sistem emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka
sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman
interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola menjadi
komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan
siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan sebagai berkah individual
untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini
dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta-
individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif
dalam pemecahan masalah.
Menurut Given, sistem pembelajaran kognitif otak berhubungan dengan
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan perkembangan kecakapan
akademis lainny. Sistem kognitif mengandalkan input sensoris, dan berfungsinya
perhatian, pemrosesan informasi, dan beberapa subsistem memori secara memadai
untuk mengontsruksi pengetahuan dan kecakapan. Perhatian pada sistem kognitif
menempatkan guru pada peran fasilitator pembelajaran dan siswa pada peran
pemecah masalah dan pengambil keputusan nyata. Sistem kognitif berfungsi
paling baik jika sistem lain yakni emosional, sosial, fisik dan reflektif tidak
bersaing dalam menarik perhatian. Jika sistem emosional dan sosial tertekan,
sistem kognitif kehilangan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada upaya
mengatasi masalah dan membuat keputusan akademis. Dengan demikian,

8
memperoleh kecakapan dan pengetahuan menjadi prioritas kedua dan ketiga
dalam sistem operasi majemuk pikiran.
Pembelajaran juga sangat tergantung pada kebutuhan sistem
pembelajaran fisik untuk melakukan banyak hal, serta kecenderungan siswa untuk
terlibat dalam pembelajaran. Meskipun sebagian siswa menghindari pembelajaran
tactual dan kinestetik, namun siswa lain bisa menikmati pembelajaran hanya jika
modalitas ini dilibatkan. Sistem pembelajaran fisik menyukai tugas akademik
yang menantang yang mirip olah raga, dan perlu terlibat aktif karena sistem ini
tidak bisa memproses informasi secara pasif.
Sedangkan sistem pembelajaran reflektif melibatkan pertimbangan
pribadi terhadap pembelajarannya sendiri. Sistem ini menuntut siswa untuk
memahami diri sendiri, dan ini bisa dikembangkan dengan pelbagai cara
pembelajaran. Sebagai contoh, menyimpan catatan prestasi dan interpretasi
kemajuan siswa bisa menjadi petunjuk tentang sistem dan subsistem pembelajaran
yang paling efektif untuk anak tertentu. untuk mengoptimalkan perkembangan
sistem pembelajaran reflektif, otak perlu mendapatkan instruksi eksplisit dalam
pemantauan diri dan analisis kinerja. Disinilah peran guru dalam bertindak
sebagai pencari bakat yang mengenali kelebihan siswa, kemudian membimbing
dan memupuk kelebihan itu menjadi bakat nyata.
Aspek penting lain yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem kognitif
di kelas adalah guru. Guru harus menunjukkan minat dan memahami dengan baik
kandungan materi yang diajarkan. Jika siswa merasa bahwa guru antusias
terhadap materinya, antusiasme itu menular karena dapat mendorong hasrat kuat
untuk belajar dan meraih prestasi akademis. Guru pun harus menunjukkan
penerimaan dan penghargaan terhadap siswa berdasarkan kelebihan dan gaya
belajar yang disukai masing-masing.
Pembelajaran kooperatif dirancang untuk dapat mengakomodasi kelima
sistem pembelajaran yang terdapat dalam kompleks korteks otak. Dengan
rancangan pembelajaran berkelompok dalam kelas, siswa mendapat peluang
mengembangkan kemampuan dan potensi diri melalui aktivitas individual dan 
kolaboratif yang proporsional. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif

9
merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi terutama jika
disediakan penghargaan tim atau kelompok dan tanggung jawab individual.
Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga
anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi
kepentingan mereka juga. Sedangkan tanggung jawab individual merupakan
bentuk akuntabilitas individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang
penting bagi tim atau kelompok. Metode pembelajaran kooperatif telah sering
digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk
kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya.
Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah
menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematis dan praktis
yang ditujukan unutk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di
kelas.

D. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Kooperatif


Ada beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif,
1.      Pembentukan kelompok,
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 sampai 5 atau 6 orang siswa. Kelompok yang dibentuk
merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok
digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.

2.      Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai
pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. Sebelum kegiatan
belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan
menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu :

10
a. Tetap berada dalam kelas
b. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan
pertanyaan kepada guru
c. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling
mengkritik sesama siswa dalam kelompok
3.      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar
menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
4.      Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Serta memberikan apresiasi
dan nilai kepada kelompok yang telah maju.

E. Upaya Memecahkan Kasus Pembelajaran Kooperatif


Dalam pembelajaran kooperatif dapat terjadi beberapa kasus. Untuk itu
dilakukan uapaya-upaya pemecahan permasalahan antara lain sebagai berikut:
1) Perlu adanya kerja sama tim.
2) Memilki kemampuan untuk mengusai dan mempelajari materi yang
diberikan
3) Harus mampu memahami , mendengarkan dan menyimak dalam
penyampaian materi
4) Guru harus mampu menjadi fasilitator untuk memahami karakter semua
siswa agar dapat memberikan nilai yang objektif terhadap masing-masing
siswa.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan melihat karakteristik model pembelajaran kooperatif yang lebih
menekankan pada aktivitas belajar secara berkelompok, model ini dapat dijadikan
salah satu alternatif metode pembelajaran di kelas. Terlebih lagi terdapat banyak
tipe pada model pembelajaran ini yang dapat disesuaikan dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik serta materi pembelajaran yang akan dibahas. Dengan
melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran di dalam kelas,
diharapkan siswa dapat lebih ikut bertanggung jawab terhadap peningkatan
kemampuan belajarnya sendiri. Proses pembelajaran pun akan menjadi lebih
menarik dan tidak membosankan sehingga diharapkan hasil belajar juga akan
meningkat.

B. Saran
Seluruh peserta diskusi harus selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar
baik itu berupa bertanya, memberikan jawaban, maupun memberikan sanggahan
agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat dicapai dengan maksimal.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo


2. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
3. Wena, Made. 2010 . Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer. Jakarta :
PT.Bumi Aksara
4. Zaini, Hisyam dkk. 2007 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD
(Centre for Teaching Staff Develovment).

13

Anda mungkin juga menyukai