Anda di halaman 1dari 18

Makalah

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran IPA

Dosen Pengampu: Budi Utami, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Fatimah Nur Azizah

NIM K4519025

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. yang
kita tunggu syafaatnya di hari Yaumul Akhir. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran IPA tentang Model
Pembelajaran Kooperatif.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan
memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Karanganyar, 4 Oktober 2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif..............................................................................6
B. Ciri Model Pembelajaran Kooperatif.........................................................................................6
C. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif..................................................................................7
D. Alasan Penting Yang Membuat Guru Perlu Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Di
Kelas..................................................................................................................................................8
E. Tipe Pembelajaran Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Dan Sintaksnya Beserta Langkah-
Langkah Pembelajarannya.................................................................................................................9
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.........................................................................9
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)...............................10
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......................................................................11
4. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)....................................................11
5. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif
Terpadu Membaca dan Menulis).................................................................................................13
6. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)....................................................14
7. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)............................................15
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
a. Kesimpulan..............................................................................................................................17
b. Saran........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, khususnya pada jenjang pendidikan formal banyak
dijumpai perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan gender, suku, agama, dan lain-
lain. Dari karakter yang heterogen tersebut, guru harus bisa berperan dan mengatasi
keberagaman peserta didik dengan baik. Guru harus dapat memotivasi seluruh siswa
mereka untuk belajar dan membantu saling belajar satu sama lain. Guru harus dapat
menyusun kegiatan kelas sedemikian rupa sehingga siswa akan berdiskusi, berdebat,
dan menggeluti ide-ide, konsep-konsep, dan keterampilan sehingga siswa benar-benar
memahami ide, konsep dan keterampilan tersebut. Guru harus dapat memanfaatkan
energi sosial seluruh rentang usia siswa yang begitu besar di dalam kelas untuk
kegiatan-kegiatan pembelajaran roduktif. Guru harus dapat mengorganisasikan kelas
sehingga siswa saling menjaga satu sama lain, saling mengambil tanggung jawab satu
sama lain, dan belajar untuk menghargai satu sama lain terlepas dari suku, tingkat
kinerja, atau ketidakmampuan karena cacat. Salah satu cara mengatasinya adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat di setiap proses pembelajarannya.
Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari
pemilihan model pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang
ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat
dijadikan alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung efektif dan optimal. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif.
Wagitan (2006) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat menjadi
salah satu alternatif karena banyak  pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran
aktif termasuk kooperatif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mengubah peran guru,
dari yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok
kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi
yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari model pembelajaran kooperatif?
2. Bagaimana ciri model pembelajaran kooperatif?
3. Apa saja kelebihan model pembelajaran kooperatif?
4. Alasan penting apa yang membuat guru perlu menerapkan model pembelajaran
kooperatif di kelas?
5. Apa saja tipe pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif dan sintaksnya
beserta langkah-langkah pembelajarannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari model pembelajaran kooperatif.
2. Mengetahui ciri model pembelajaran kooperatif.
3. Mengetahui kelebihan model pembelajaran kooperatif.
4. Mengetahui alasan penting yang membuat guru perlu menerapkan model
pembelajaran kooperatif di kelas.
5. Mengetahui tipe pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif dan
sintaksnya beserta langkah-langkah pembelajarannya?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Menurut Wartono, dkk (2004) pembelajaran kooperatif merupakan suatu model
pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Sedangkan
menurut Kunandar (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara
sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusuhan. Lie (2002:12) juga menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Dari beberapa definisi diatas dapat diperoleh bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok
kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman
dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Falsafah yang mendasari pembelajaran cooperative learning (pembelajaran gotong
royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia
adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pengajaran
langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa.

B. CIRI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Menurut Isjoni (2009:62), terdapat 5 ciri model pembelajaran kooperatif yang dapat
dijelaskan dan diuraikan sebagai berikut :
1. Setiap anggota memiliki peran.
2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga teman-
teman sekelompoknya.

6
4. Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan personal kelompok.
5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

C. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
1. Kooperatif learning mengajar siswa untuk lebih percaya dengan kemampuan berfikir
dirinya, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari siswa lain.
2. Kooperatif learning mendorong siswa mengungkapkan ide-ide mereka dan
membandingkannya dengan ide-ide dan pemikiran dari siswa lain. Ini akan berguna
khususnya ketika siswa memecahkan masalah.
3. Kooperatif learning membantu siswa untuk belajar mengghormati kelebihan serta
kekurangan satu dengan lainnya dan menerima perbedaan tersebut. Itu membantu
perkembangan positif dari saling ketergantungan diantara siswa dan itu dapat menaikkan
merintangi ras dan kebudayaan dalam pertemanan.
4. Bekerja dalam kelompok Kooperatif learning membantu memberikan kuasa pada siswa
untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar untuk pembelajaran dirinya dan untuk
pembelajaran siswa lainnya. Membagi tanggungjawab ini untuk belajar dapat menukar
kepuasan pembelajar.
5. Menempatkan siswa dalam kelompok belajar menghasilkan lebih banyak proses belajar
daripada siswa belajar sendiri.
6. Kooperatif learning memberi kesempatan bagi siswa menguji pendapat dan
pemahamannya dan menerima umpan balik yang aman dan tidak adanya ancaman dari
lingkungan. Siswa dapat memecahkan masalah dalam lingkungan yang sedikit resiko
karena akan adanya sedikit ancaman yang membuat masalah di depan dua atau tiga orang
teman daripada di depan seluruh kelas.
7. Kooperatif learning menambah kemampuan siswa untuk menggunakan informasi dan
keterampilan yang telah mereka pelajari secara teori yang kemudian dapat digunakan
dalam kehidupan nyata.
8. Siswa yang merasa tegang dengan pembelajaran dengan diskusi dan pertemuan biasa
dapat belajar dengan lebih santai dalam kelompok Kooperatif learning.
9. Kooperatif learning membantu siswa untuk mengenal bakat yang dirasa kurang dalam
mata pelajaran tertentu yang sebenarnya adalah masalah kurangnya pemahaman terhadap
materinya. (Manera & Glockhamer, 1988-89)

7
10. Kooperatif learning memberikan banyak kesempatan pada siswa untuk
membandingkan jawaban dan pendapat yang patut dari suatu permasalahan, daripada
mempercayakan seseorang untuk menjelaskan pada mereka apakah jawaban mereka
benar atau tidak.
11. Kooperatif learning membantu siswa untuk memahami bahwa pandangan yang
berbeda tidak perlu membuatnya bingung, mereka lebih bisa berpikir positif dalam
mengembangkan pemahamnnya dalam suatu materi.
12. Kooperatif learning mendorong siswa yang lemah agar tetap tekun belajar dan
membantu siswa yang mampu (pintar) untuk mengisi pemahamannya yang kurang.
(Felder & Brent, 1994)
13. Kooperatif learning adalah strategi yang berguna untuk digabungkan dengan strategi
yang lainnya seperti problem solving, concept maping, dan story development.

D. ALASAN PENTING YANG MEMBUAT GURU PERLU MENERAPKAN


MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI KELAS

Dalam pendidikan anak usia dini pembelajaran kooperatif sering dilakukan, apalagi
oleh taman kanak-kanak yang masih menggunakan metode kelompok, hal ini penting
bagi anak usia dini, karena selain ia akan bekerja sama dengan taman sebayanya,
pembelajaran ini juga akan memunculkan rasa kepemimpinan anak usia dini contohnya
seperti apabila terdapat teman yang tidak bisa dalam menyelesaikan tugas dari guru maka
anak tersebut akan membantunya dan memberitahukan caranya.

Selain itu keunggulan dalam pembelajaran kooperatif ini adalah setiap peserta didik
akan memiliki rasa saling memiliki, dimana setiap kelompok adalam mereka bersama,
dan juga mereka juga akan belajar menjadi tutor sebaya, yang apabila temannya belum
paham atau belum mengerti ia akan belajar memberi tahu, serta apabila ia tidak tahu
maka teman yang lainnya juga akan saling menjawab.

Banyak guru menganggap bahwa mereka menggunakan kooperatif learning ketika


siswanya berada dalam kelompok dengan tujuan yang sama dalam suatu materi khusus.
Akan tetapi, hanya karena siswa belajar bersama dalam kelompok kecil bukan berarti
mereka bekerja sama dalam memaksimalkan pengetahuan mereka dan pengetahuan
teman sebayanya dalam kelompok tersebut (Johnson, Johnson & Johnson-Holubec,

8
1993). Alasan utama menempatkan siswa belajar dalam kelompok kooperatif adalah agar
semua siswa dapat lebih sukses sebagai individu daripada jika mereka belajar sendiri.

Ketika menggunakan kooperatif Learning, ada tiga alasan siswa belajar yaitu; alasan
hasil, alasan cara, dan alasan antar perseorangan, Alasan hasil mendorong kelompok
belajar melalui hadiah, penghargaan, dan tujuan prestasi. Alasan cara mendorong
kelompok belajar melalui ketertarikan hakiki dalam tugas, tugas yang baru, dan tugas
yang terstruktur. Alasan antar perseorangan mendorong kelompok belajar melalui support
teman sebaya, hasrat untuk membantu yang lain, dan kebutuhan untuk menjadi bagian
dari kelompok. Hal yang paling memdasar yang membedakan antara pembelajaran
kooperatif dengan pembelajran kelompok yang lainnya adalah dalam pembelajaran
kelompok dituntut adanya tanggung jawab pribadi dan juga tanggung jawab kelompok.
Maksudnya, dalam pembelajaran koopereatif tiap individu memiliki tanggung jawab
terhadap materi atau bahan pelajaran dan juga bertanggung jawab untuk mengajarkan
pada anggota kelompok yang kurang. Dengan demikian maka kesuksesan yang diperoleh
dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya diukur dari keberhasilan satu individu saja
tetapi juga diukur dari kesuksesan kelompok tersebut dalm menguasai suatu materi
pelajaran.

E. TIPE PEMBELAJARAN DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


DAN SINTAKSNYA BESERTA LANGKAH-LANGKAH
PEMBELAJARANNYA
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division),
tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkins dan merupakan model pembelajaran kooperatif
paling sederhana. Masing-masing kelompok memiliki kemampuan akademik
yang heterogen, sehingga dalam satu kelompokakan terdapat satu siswa
berkemampuan tinggi, dua orang kemampuan sedang dansatu siswa lagi
berkemampuan rendah. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang
saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

9
- Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap
anggota mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnis,
maupun kemampuan.
- Guru menyampaikan materi pelajaran.
- Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar
kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi
pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama
anggota kelompok.
- Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab pertanyaan atau kuis dari guru siswa tidak saling membantu.
- Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui
penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
- Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap
materi pelajaran, dan kepada siswa secara indivual atau kelompok yang
meraih prestasi tinggi memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)
a. Pengertian
Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah. Ciri khas
pada model pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar
materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar
individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling
dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization)
- Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaransecara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
- Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal

10
- Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan
(tinggi, sedang, dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender
- Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban
teman satukelompok
- Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
danmemberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari
- Guru memberikan kuis ( posttest ) kepada siswa secara individual
- Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya
(terkini).
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian
Kooperatif tipe Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Kooperatif
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya. Dengan demikian
siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
b. Langkah-langkah Model jigsaw dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :
- Menyajikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi disertai penjelasan
verbal, buku teks, atau bentuk lain
- Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
- Mengelola dan membantu siswa dalam belajar kelompok dan kerja di empat
duduk masing-masing
- Mengetes penguasaan kelompok atas bahan ajar
- Pemberian penghargaan atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa
4. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
a. Pengertian

11
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe
atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT)
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan
tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan
belajar.
b. Langkah-langkah pembelajaran TGT
Langkah 1: Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan
ceramah, diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik
materi yang sedang disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang
bersangkutan. Pada kesempatan iniguru harus memberitahu siswa agar cermat
mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang diterimanya pada fase
ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan skor
kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.
Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6
orang siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang.
Fungsi kelompok disini adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk
belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh guru, berdiskusi, membantu
anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga mereka secara tim
nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim akan mampu
meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan
keakraban antar siswa.
Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan. Materinya terdiri dari
sejumlah pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh
guru pada fase sebelumnya untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah
memperoleh informasi secara klasikal dan hasil latihan di kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok

12
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap
kelompok, kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok
akan diperoleh gambaran perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok
ini guru dapat memberikan penghargaan kepada setiap kelompok berdasarkan
kriteria seperti pada tabel berikut. Skor rata-rata kelompok yang lebih kecil dari
15 sengaja tidak diberikan predikat untuk memacu kelompok agar lebih giat
belajar pada topik-topik berikutnya. Dari sintaks pembelajaran di atas tampak
bahwa pengetahuan tidak bersumber dari guru, akan tetapi siswalah yang
secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri bersama anggota
kelompoknya sesuai dengan prinsip-prinsip teori belajarkonstruktivisme.
Dengan demikian, guru hanya berperan sebagai fasilitator agar terjamin kondisi
yang baik untuk pembelajaran.
5. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-
CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis)
a. Pengertian
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis
secarakoperatif – kelompok. Model pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis)
merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau, tema
sebuah wacana/kliping.
b. Langkah-langkah
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai
berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang
suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama

13
eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau
media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada
siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan
baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru
minimal. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin
tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran
dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar
melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru
yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk
menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan
hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang
dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar
membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian
terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman
sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling
memperkuat argumen.
6. Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
a. Pengertian
Think pair share merupakan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan
seluruh siswa selama proses pembelajaran danmemberikan kesempatan untuk
bekeja sama antar siswa yang mempunyai kemampuanheterogen. Dikemu
kakan oleh Lie (2002:56) bahwa, “Think pair share adalah pembelajaran yang
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan
orang lain. Think pair share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi
siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu
sama lain, dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling
membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share
(TPS)
Langkah I : thinking (berpikir)

14
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berkaitan dengan pelajaran; dan
siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu
tersebut.
Langkah II : pairing (berpasangan)
Selanjutnya guru meminta siswa berpasangan dan mendiskusikan yang telah
dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama
jika pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika isu khusus
telah diidentifikasi. Biasanya guru mengijinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit
untuk berpasangan.
Langkah III : sharing (berbagi)
Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk
berbagi atau bekerja sama dengan secara kelas secara keseluruhan mengenai
yang telah mereka bicarakan, langkah ini akan efektif jika guru berkeliling
kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau
separuh dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk
melapor.
7. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
a. Pengertian
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).
Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
b. Langkah- langkah penerapan tipe NHT:
1. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
3. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari
4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
4. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang
ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

15
6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
7. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
8. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya (terkini)

16
BAB III

PENUTUP
a. Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pengajaran yang
mana pra siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu
sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Tujuan cooperative learning
dalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik, menerima terhadap perbedaan
individu, dan mengembangkan ketrampilan social. Model- model cooperative lerning
antar lain : Tipe STAD. TAI (Team Assisted Individualization), Jigsaw, Teams
Games Tournaments (TGT), Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC
(Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis), Think-Pair-Share (TPS), dan tipe NHT
(Number Heads Together). Peran guru dalam cooperative lerning adalah sebagai
fasilitator, mediator, director motivator dan evaluator.

b. Saran
Dalam proses pembelajaran, pengajar lebih baik menggunakan strategi
kooperatif dengan berbagai tipe seperti penjelasan di atas karena dapat membuat
siswa lebih cepat menerima daripada meng- gunakan strategi yang konvensional.
Apabila menggunakan pembelajaran kooperatif guru harus selalu membimbing siswa
dalam berdiskusi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil
yang optimal setiap siswa harus aktif dalam berdiskusi dan harus saling menghargai
setiap pendapat, ide, atau gagasan dari anggota yang lain.

17
DAFTAR PUSTAKA

Felder, R. M., & Brent, R. (1994). Cooperative learning in technical courses: Procedures,
pitfalls, and payoffs.
Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Johnson, D. W., Johnson, R. T., & Holubec, E. J. (1993). Cooperation in the classroom:


revised.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Manera, E. S., & Glockhamer, H. (1988). Cooperative Learning: Do Students “Own” The
Content?. Action in Teacher Education, 10(4), 53-56.
Mulyasa. 2008. Menjadi guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muslich Masnur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Rawamangun-Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative learning teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa
Media, 236.
Soetodjo, Wagitan. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT.Refika Aditama.
Sugandi, A.I. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masala Matmatika Melalui model Belajar
Kooperatif Tope Jigsaw. (Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas Satu SMU Negeri
di Tasikmalaya). Tesis PPS UPI: Tidak diterbitkan.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wartono, dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Sains. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

18

Anda mungkin juga menyukai