ANTAR KELOMPOK
Dosen Pengampu:
Ketut Susiani, S.Pd., M.Pd.
Oleh :
Putu Ayu Pramita NIM 1411031264
Pratiwi
NIM 1411031271
E/V
PRAKATA
Segala puja dan puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan anugrah-Nya, penulis telah dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul Pendidikan dan Hubungan Antar
Kelompok .
Penulisan makalah ini dibuat guna melengkapi salah satu nilai dari mata
kuliah Sosiologi Pendidikan, dan hasil penulisan makalah ini semoga dapat berguna
bagi para pembacanya dalam membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi
siswa untuk melihat dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan moril dan
material dari berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bimbingan maupun fasilitasfasilitas yang penulis butuhkan. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan
kali ini ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ketut Susiani, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Pembelajaran Terpadu.
2. Orang tua yang selalu memberikan doa, dorongan, dan telah memberikan fasilitas
yang nyaman dalam pengerjaan makalah ini.
3. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penulisan ini terdapat banyak keuntungan ataupun ketidaksempurnaan,
oleh sebab itu kritik dan saran sangat penulis harapkan, demi perbaikan dimasa yang
akan datang. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memenuhi harapan bagi penulis maupun rekan-rekan mahasiswa/ mahasiswi
lainnya.
Singaraja, 26 September 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar.....................................................................................................
ii
Daftar Isi................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
1
2
2
2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
10
12
3.1. Simpulan..........................................................................................................
3.2. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
12
13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang sistematis dalam upaya
aspek
pendidikan,
baik
itu
struktur,
dinamika,
masalah-masalah
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1) Bagaimana prasangka dalam hubungan antar kelompok?
2) Bagaimana pendidikan umum dan hubungan antar kelompok?
3) Bagaimana struktur hubungan antar kelompok di sekolah?
4) Apa saja efektivitas pendidikan antar golongan?
5) Apa efektivitas pendidikan?
6) Apa dasar-dasar bagi pendidikan antar golongan?
1.3.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
Agar mampu mengidentifikasi prasangka dalam hubungan antar kelompok.
Agar mampu memahami pendidikan umum dan hubungan antar kelompok.
Agar mampu menguraikan struktur hubungan antar kelompok di sekolah.
Agar mampu mendeskripsikan efektivitas pendidikan antar golongan.
Agar mampu menjabarkan efektivitas pendidikan.
Agar mampu menyebutkan dasar-dasar bagi pendidikan antar golongan.
1.4.
Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi penulis, menambah wawasan mengenai pendidikan dan hubungan antar
kelompok. Selain itu, juga dapat meningkatkan kreativitas dalam menuangkan
ide ke dalam tulisan juga sebagai perbandingan untuk penulisan makalah
berikutnya.
2) Bagi peserta didik, untuk memberikan motivasi atau dorongan dalam proses
pengembangan diri.
3) Bagi lembaga pendidikan, sebagai acuan dalam membimbing peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
manusia yang diantara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami
para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan. Mayor Polak mengatakan bahwa
kelompok sosial adalah suatu group, yaitu sejumlah orang yang ada hubungan antara
satu dengan yang lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur. Jadi, dapat
diungkapkan bahwa kelompok (group) menurut pesrpektif sosiologi adalah
sekumpulan dua orang atu lebih yang saling berinteraksi dan terjadi hubungan timbal
balik di mana mereka merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun
dalam kaitannya dengan hubungan antar kelompok istilah ini mengacu pada sikap
bermusuhan yang ditunjukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan
bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan. Prasangka
berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek
tersebut. John E. Farley mengklarifikasi prasangka terbagi menjadi tiga kategori :
1. Prasangka Kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
2. Prasangka Afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
3. Prasangka Konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam
bertindak.
Bermacam-macam teori telah dikemukakan untuk menjelaskan gejala prasangka.
Penjelasan yang paling dahulu ialah memandang prasangka sebagai sesuatu yang
wajar yang dengan sendirinya timbul bila terjadi hubungan antar dua kelompok yang
berlainan. Manusia sadar akan kesamaan dalam kalangannya sendiri dan merasa
solider dengan kelompok itu. Sebaliknya timbul rasa tak suka terhadap orang yang
berbeda jika ada dislike of the unlike. Perasaan itulah menimbulkan etnosentrisme,
yaitu perasaan loyalitas terhadap kelompok sendiri dan rasa bermusuhan terhadap
semua yang mengancam rasa kekelompokan itu.
Apa dimaksud dengan kesamaan dalam kelompok tidak selalu sama. Sering
yang dijadikan ciri kesamaan atau ketidaksamaan hal-hal yang secara visual sangat
menonjol. Perbedaan kebudayaan juga tidak memberi penjelasan yang memuaskan
3
tentang prasangka. Manusia tidak selalu menginginkan kesamaan. Akan tetapi justru
senantiasa mencari yang baru yang lain.
Dalam kelompok yang sama dapat terdapat perbedaan-perbedaan individu.
Sebaliknya antara dua orang dari kelompok yang berbeda sekali dapat tumbuh rasa
persahabatan
yang
mendalam.
Ada
pula
kelompok-kelompok
yang
tidak
menunjukkan rasa prasangka terhadap bangsa lain, seperti halnya di kalangan sukusuku primitif. Jika mereka bermusuhan dengan kelompok lain, dasarnya bukanlah
rasial, bukan dislike of the unlike melainkan mungkin karena takut akan orang lain.
Teori lain yang mencoba menjelaskan sebagai hakikat manusia, yakni sebagai
instink ialah antara lain Dollard. Ia mengemukakan adanya instink agresi pada
manusia. Freud menggunakan istilah instink mati yaitu rasa benci yang universal
terhadap seseorang.
Menurut Dollard setiap anak dalam tiap kebudayaan mengalami frustrasi karena
tidak diizikan melakukan sesuka hatinya. Frustrasi ini menimbulkan kecenderungan
agresi dalam hidup selanjutnya. Maka karena itu setiap orang dewasa memiliki sikap
agresif dalam dirinya terhadap lingkungannya, yang biasanya laten atau terpendam
akan tetapi dapat bangkit setiap waktu bila mendapat obyek tertentu.
a. Prasangka sebagai sesuatu yang dipelajari
Teori ini memandang prasangka sebagai hasil proses belajar seperti halnya
dengan sikap-sikap lain yang terdapat pada manusia. Sikap senang atau tidak senang
terhadap golongan lain adalah hasil pengalaman pribadi yang berlangsung lama atau
berdasarkan pengalaman yang traumatis. Seorang dapat dikondisikan oleh sikap-sikap
yang telah ada dalam masyarakat.
Jika prasangka tidak selalu timbul berkat pengalaman pribadi akan tetapi sering
atas pengaruh sikap yang pada umumnya terdapat dalam lingkungan, khususnya di
rumah dan sekolah. Guru dan orang tua sangat besar pengaruhnya, karena mudah
mempengaruhi anak pada usia muda yang memandang orang dewasa sebagai orang
serba tahu. Juga media masa seperti surat kabar, radio, film, televisi besar besar
pengaruhnya. Bila bangsa tertentu sering dilukiskan sebagai inferior, licik, kejam, dan
sebagainya maka stereotip itu akan diterima oleh para pembaca, pendengar, atau
penonton termasuk anak-anak.
b. Prasangka sebagai alat mencapai tujuan praktis
Ketiga ialah bahwa hubungan pribadi dengan anggota kelompok lain akan
mengurangi prasangka. Bila hubungan itu memberikan pengalaman yang
menyenangkan ada kemungkinan menghasilkan sikap persahabatan. Adanya
hubungan itu sendiri tidak menjamin timbulnya sikap yang baik. Misalnya anak yang
mempunyai sekolah yang dikunjungi oleh berbagai golongan belum tentu semuanya
akan mendapat sikap yang lebih toleran terhadap golongan itu. Oleh sebab itu, bila
hubungan itu tidak disertai oleh pengalaman yang menyenangkan maka prasangka
yang ada tidak akan berkurang.
2.5.
Efektivitas Pendidikan
Sekolah merupakan lembaga yang efektif untuk mengurangi prasangka tidak
10
BAB III
PENUTUP
2.1.
Simpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Dalam kaitannya dengan hubungan antar kelompok prasangka mengacu pada
sikap bermusuhan yang ditunjukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar
dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri yang tidak menyenangkan.
b. Menurut penelitian, makin tinggi pendidikan seseorang makin kurang
prasangkanya terhadap golongan lain, makin toleran sikapnya terhadap golongan
minoritas. Mereka yang berpendidikan universitas ternyata menunjukkan sikap
yang paling toleran. Jika penelitian itu benar, maka pendidikan harus ditingkatkan
sampai taraf yang setingginya untuk menghilangkan prasangka itu.
c. Struktur hubungan antar kelompok di sekolah dipengaruhi oleh homogenitas
individu-individu yang ada di dalamnya. Semakin banyak kesamaan yang
ada semakin sederhana pula struktruk yang akan terbentuk.
d. Usaha-usaha perbaikan hubungan antar kelompok didasarkan atas anggapa atau
asumsi tertentu, antara lain: prasangka disebabkan oleh kurangnya pengetahuan,
penglaman disekolah dapat mengubah kelakuannya di luar sekolah dan situasisituasi lain, dan hubungan pribadi dengan anggota kelompok lain akan
mengurangi prasangka.
e. Sekolah hanya salah satu dari sejumlah daya-daya sosial yang mempengaruhi
hubungan antar golongan. Sekolah tak mampu mengubah masyarakat. Untuk
menghilangkan prasangka terhadap golongan lain, seluruh masyarakat harus turut
serta, termasuk pemerintah yang harus berusaha meniadakan segala macam
bentuk diskriminasi. Juga guru-guru harus menjadi model pribadi yang toleran
dalam ucapan maupun perbuatannya.
f. Program-program tentang hubungan antar golongan dapat dilakukan menurut pola
pelajaran lainnya, yakni dengan menyampaikan informasi seperti pelajaran
sejarah, geografi, dan lain-lain.
2.2.
Saran
Manfaatkanlah hubungan antar kelompok untuk hal-hal yang positif. Terapkanlah
12
DAFTAR PUSTAKA
Bimantara, Rizki Satriya dan Suryanto. Agustus 2015. Hubungan Antara Identitas
Sosial dengan Prasangka pada Anggota Perguruan PSHW dengan PSHT di
Ranting Jiwan Madiun. Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial. Volume 04,
No. 2. 73-80. Tersedia pada http://journal.unair.ac.id/download-fullpapersjpksec52f3da102full.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2016.
Hartoto. 2008. Pendidikan dan Hubungan Antar Kelompok. Tersedia pada
https://fatamorghana.files.wordpress.com/2008/11/hartoto_tugas4_lengkap.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2016.
Idi, Abdullah. 2016. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Santhoso, Fauzan Heru dan Moh. Abdul Hakim. Juni 2012. Desprivasi Relatif dan
Prasangka Antar Kelompok. Jurnal Psikologi. Volume 39, No. 1. 121-128.
Tersedia pada https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6971/5432. Diakses
pada tanggal 26 September 2016.
Soerya, Thiara. 2016. Pendidikan dan Hubungan Antar Kelompok. Tersedia pada
http://thiarasoerya.blogspot.co.id/2016/05/pendidikan-dan-hubungan-antarkelompok.html. Diakses pada tanggal 26 September 2016.