Anda di halaman 1dari 25

MNANAJEMEN BERBASISI SEKOLAH

( Ditulis guna memenuhi tugas pada materi kuliah Ilmu Manajemen)

Oleh :
Nama : Rahmad Syah Dewa
NIM : F. 1810285
Dosen : Bpk. Sobrul Laeli, M.Pd.I

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2018-2019

1
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulilah adalah kalimat pertama yang pantas saya ucapkan. Nikmat yang diberikan-
Nya, tak pernah berhenti dan terus mengalir layaknya sumber mata air. Termasuk kita bisa
berkumpul di tempat ini merupakan bentuk salah satu nikmat yang nyata. “Bersyukurlah
maka akan aku tambahkan, dan apabila kalian kufur maka adzabku sangat pedih.” Itulah
kalimat-Nya. Tuhan pemilik Arsy, siapa lagi kalua bukan Allah SWT. Bagi saya kalimat itu
menjadi mizan demi meningkatkan ketakwan.

Dan tak lupa pula sholawat beriring salam tercurah limpahkan kepada sang proklamator
Islam, yang membawa panji kedamaian, yang syafaatnya sangat dinantikan di hari kemudian,
tak lain dan tak bukan ialah Nabi Muhammad Saw. Berkatnyalah kita bisa merasakan bahwa
lampu itu terang.

Selanjutnya saya sampaikan terimakasih yang tiada terhingga kepada para guru, dosen
dan teman-teman. Tanpa kalian sadari sudah banyak ilmu yang saya dapatkan dari kalian.
Saya pernah mendengar pepatah seperti ini,:

“Sedia payung sebelum hujan.”

Nah, pada kesempatan yang berbahagia ini saya akan menyiapkan payung untuk
selanjutnya saya gunakan. Tanpa tahu kapan hujan itu akan turun. Menurut saya, bersiap-siap
itu merupakan salah satu bentuk pendidikan. Yang mana keduanya terdapat suatu aktifitas-
sesuatu- yang sebelumnya diam menjadi bergerak, dan saya mengartikannya sebuah proses.

Untuk itu, pada intinya saya akan mengatakan terimakasih dan selanjutnya mohon maaf
apabila dalam penulisan banyak kekeliruan dan kekurangan. Saran, masukan serta keritikan
saya harapkan.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah do’a disampaikan. Semoga penulisan ini bisa
menjadi sebuah hal yang bermanfaat bagi saya khususnya, dan umumnya kepada kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cinagara, 25 Oktober 2018.

2
Daftar Isi

COVER .................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2
DAFTAR ISI .........................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................5
C. Tujuan Masalah ...........................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) …………………….........................................6
B. Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) …………...................................8
C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) …………….........................................9
D. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ...............................................11
E. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………………………………..13
F. Efektivitas, Efisiensi, dan Produktivitas Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) …...15
G. Kelebihan dan Kekurangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………………...20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................23
B. Daftar Pustaka ............................................................................................................25

3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat kedua dari proses pendidikan seseorang. Dalam
menjalankan proses pendidikan, tentunya sekolah memerlukan pengelolahan yang baik. Di
mana diperlukannya, suatu system penataan yang baik juga. Dari pengelolahan yang baik
serta penataan yang baik juga akan melahirkan suatu lulusan yang siap guna.
Jika kita hanya berpegang teguh pada tujuan saja tanpa ada memperhatikan cara
pencapaiannya tentu tujuan tersebut tak akan terwujud. Sebab itu, sebuah sekolah
memeliki tujuan itu penting namun di samping itu juga cara pencapiannya atau
pengelolahan juga tak jauh lebih penting. Itu sebabnya pengelolahan sekolah itu sangat
dibutuhkan.
Dalam hal ini kita bisa mengkaitkan bahwa pengelolahan itu termasuk dari pada
pengertian manajemen. Manajemen sendiri menurut Stoner “Merupakan proses dalam
membuat suatu perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai
usaha dari anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya yang
dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.
Munculnya Undang Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta
UU. No. 25 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah yang membawa konsekuensi
terhadap bidang-bidang kewenangan daerah sehingga lebih otonom tidak terkecuali dalam
bidang pendidikan. Otonomi daerah sebagai kebijakan politik makro akan memberi imbas
terhadap otonomi sekolah sebagai sub sistem pendidikan. Dengan adanya kebijakan
tersebut maka pengelolaan pendidikan dilakukan secara otonom yaitu dengan model
manajemen berbasis sekolah atau school based management.
Manajemen berbasis sekolah sendiri merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu, efisiensi dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan
pemerintah.
Penerapan Manajemen berbasis sekolah (MBS) diyakini sebagai suatu model
implementasi kebijakan desentralisi pendidikan. Mulyasa (2007:46) mengatakan bahwa:
”Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau Scholl Basic Management merupakan strategi
untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif”.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil beberapa masalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?


2. Apa saja Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
3. Bagaimana Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
4. Apa saja Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
5. Bagaimana Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
6. Bagaimana Efektivitas, Efisiensi dan Produktivitas Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) ?
7. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ?
C. Tujuan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan bertujuan untuk :

1. Untuk Mengetahui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).


2. Untuk Mengetahui Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
3. Untuk Mengetahui Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
4. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
5. Untuk Mengetahui Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
6. Untuk Mengetahui Efektivitas, Efisiensi dan Produktivitas Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
7. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).

5
BAB II
Pembahasan

A. Manajemen Berbasis Sekolah


1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Menurut Edmond yang dikutip Suryo Subroto merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
sekolah.
Nurcholis mengatakan Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah bentuk alternatif
sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan. Secara umum, manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS) dapat diartikan sebagai model
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school-
based management”.
MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada
tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional.
Keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Lebih lanjut istilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah
administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama,
mengartikan administrasi lebih luas dari pada manajemen (manajemen merupakan inti
dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada administrasi
(administrasi merupakan inti dari manajemen); dan ketiga yang menganggap bahwa
manajemen identik dengan administrasi.
Dalam hal ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau
pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumber, baik
personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah secara optimal.
Pengertian manajemen menurut Hasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi manajemen tersebut menjelaskan

6
pada kita bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri,
tetapi membutuhkan orang lain untuk bekerja sama dengan baik.
Berdasarkan fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai
fungsi yang sama, yaitu: merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing),
mengarahkan (directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling),
dan mengevaluasi (evaluation).
Menurut Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung
arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sitemik, dan komprehensif dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang
dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan
berikut:
a) Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada
peserta didik, orang tua, dan guru.
b) Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
c) Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil
belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim
sekolah.
d) Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
2. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Selain memilik tujuan, implementasi Manajemen berbasis sekolah juga memiliki
beberapa manfaat diantaranya memberikan kebebesan dan kekuasaan yang besar pada
sekolah disertai seperangkat tanggung jawab.
Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan
sumberdaya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah
dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugas. Keleluasan dalam mengelola sumberdaya dan dalam menyertakan masyarakat
untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah dalam peranannya
sebagai manajer maupun pemimpin sekolah. Selain itu dengan diberikannya
kesempatan pada kepala sekolah untuk menyusun kurikulum, maka guru didorong
untuk berinovasi dengan melakukan eksperimentasi-eksperimentasi dilingkungan
sekolahnya.

7
Dengan demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepela sekolah
sebagai pemimpin pendidikan di sekolahnya. Melalui penyusunan kurikulum efektif
inilah akan timbul rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan
menjamin layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan peserta didik dan masyarakat
sekolah. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi
orang tua, misalnya, orang tua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya.
Menurut Kathleen penerapan MBS yang efektif secara spesifik mengidentifikasi
beberapa manfaat di antaranya yaitu:
a) Memungkinkan orang-orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil
keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
b) Memberi peluang bagi seluruh anggota sekolah untuk terlibat dalam
pengambilan keputusan penting.
c) Mendorong munculnya kreativitas dalam merancang bangun program
pembelajaran.
d) Mengarahkan kembali sumber daya yang tersedia untuk mendukung tujuan yang
dikembangkan di setiap sekolah.
e) Menghasilkan rencana anggaran yang lebih realistik ketika orang tua dan guru
makin menyadari keadaan keuangan sekolah, batasan pengeluaran, dan biaya
program-program sekolah
f) Meningkatkan motivasi guru dan mengembangkan kepemimpinan baru di
semua level (Kathleen, ERIC_Digests, downloaded April 2002).

Dengan pemberian ruang gerak yang luas, diharapkan pada sekolah akan muncul
kreativitas, tanggung jawab, dan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan
sekolah. Selain itu dengan adanya control dari masyarakat dan monitoring dari
pemerintah pengelolaan sekolah menjadi lebih akuntabel, transparan, egaliter, dan
demokratis, serta menghapuskan monopoli dalam pengelolaan pendidikan. untuk
kepentingan tersebut diperlukan kesiapan pengelola pada berbagai level untuk
melakukan perannya sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab.

Disamping itu dalam jangka panjang MBS akan mendorong tumbuhnya ciri-ciri
khusus sekolah sesuai dengan potensi daerah setempat, misalnya, di daerah yang
memiliki potensi kesenian sangat dimungkinkan akan muncul sekolah yang memiliki
keunggulan dibidang kesenian. Sekolah lain mungkin akan muncul dengan ciri khas
bidang matematika, agama, olah raga, dan sebagainya. Dalam jangka panjang

8
keunggulan yang bervariasi ini akan menjadi awal kebanggaan warga sekolah dan
masyarakat sekitar.

B. Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang bernuansa otonomi,
kemandirian dan demokratis.
1. Otonomi Merupakan kewenangan sekolah dalam mengatur dan mengurus
kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk menciptakan mutu
pendidikan yang baik.
2. Kemandirian Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan. Dalam
mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan
metode dalam memecahkan persoalan tidak tergantung pada birokrasi yang
sentralistik sehingga mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat
memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
3. Demokratif Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan
dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan
untuk mencapai tujuan sekolah demi terciptanya mutu pendidikan yang akan
memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari
seluruh elemen-elemen sekolah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami Konsep Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) diantaranya adalah:

1. Pengkajian Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) terutama yang


menyangkut kekuatan desentralisasi, kekuasaan atau kewenangan di tingkat
sekolah, dalam system keputusan harus dikaitkan dengan program dan kemampuan
dalam peningkatan kinerja sekolah.
2. Penelitian tentang program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berkenaan
dengan desentralisasi kekuasaan dan program peningkatan partisipasi (local stake
holders). Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan
pemberdayaan sekolah, perlu dibangun dengan efektifitas programnya.
3. Strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) harus lebih menekankan kepada
elemen manajemen partisipatif. Kemampuan, informasi dan imbalan yang
memadai merupakan elemen-elemen yang sangat menentukan efektifitas program
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam meningkatkan kinerja sekolah.

9
C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis sekolah merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut juga
dengan otonomi sekolah (school autonomy) atau site-based management (Beck &
Murphy, 1996). Sejalan dengan belakunya otonomi daerah dalam dunia pendidikan, MBS
atau school-based management (SBM) menuntut terjadinya perubahan dalam manajemen
sekolah. Karena itu, pengelolaan suatu sekolah diserahkan kepada sekolah tersebut, atau
sekolah diberikan kewenangan besar untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan
menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah ini.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepada sekolah atau madrasah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah atau
madrasah sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
Provinsi, Kabupaten dan Kota. Pada prinsipnya MBS bertujuan untuk memberdayakan
sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada
peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
MBS merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN.
MBS, yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. peningkatan efisiensi, antara
lain, diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan
penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain,
melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan
kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah.
Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi
masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok
tertentu. MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu seperti anggaran,
personel, dan kurikulum lebih banyak diletakkan pada tingkat sekolah daripada di tingkat
pusat, provinsi, atau bahkan juga kabupaten/ kota.
Dengan pemberlakuan MBS diharapakan setidaknya dapat diperoleh beberapa
keuntungan antara lain, yaitu:
1. Mendorong kreativitas kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya menjadi lebih
baik.

10
2. Dapat lebih mengaktifkan atau meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut
bertanggung jawab terhadap kinerja dan keberhasilan sekolah atau madrasah.
3. Dapat mengembangkan tugas pengelolaan sekolah atau madrasah tersebut menjadi
tanggung jawab sekolah dan masyarakat.

Adapun tujuan dari manajemen berbasis sekolah di antaranya :

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalampenyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat.
4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutupendidikan yang
ingin dicapai.
D. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 48 Ayat (1) menyatakan bahwa, “Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan prinsip
keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik”. Sejalan dengan amanat
tersebut, Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas PP Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 Ayat (1) menyatakan:
“Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”.
Berdasarkan kedua isi kebijakan tersebut, prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian, (2)
keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan, (5) partisipatif, (6) efisiensi, dan (7)
akuntabilitas. Ketujuh prinsip tersebut disingkat dengan K4 PEA.
1. Kemandirian
Kemandirian berarti kewenangan sekolah untuk mengelola sumberdaya dan
mengatur kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
seluruh warga sekolah sesuai peraturan perundangan. Kemandirian sekolah
hendaknya didukung oleh kemampuan sekolah dalam mengambil keputusan terbaik,
demokratis, mobilisasi sumberdaya, berkomunikasi yang efektif, memecahkan

11
masalah, antisipatif dan adaptif terhadap inovasi pendidikan, bersinergi, kolaborasi,
dan memenuhi kebutuhan sekolah sendiri.
2. Keadilan
Keadilan berarti sekolah tidak memihak terhadap salah satu sumber daya manusia
yang terlibat dalam pengelolaan sumber daya sekolah, dan dalam pembagian sumber
daya untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah. Sumber daya manusia yang
terlibat, baik warga sekolah maupun pemangku kepentingan lainnya diberikan
kesempatan yang sama untuk ikut serta memberikan dukungan guna peningkatan
mutu sekolah sesuai dengan kapasitas mereka. Pembagian sumber daya untuk
pengelolaan semua substansi manajemen sekolah dilakukan secara bijaksana untuk
mempercepat dan keberlanjutan upaya peningkatan mutu sekolah. Dengan
diperlakukan secara adil, maka semua pemangku kepentingan akan memberikan
dukungan terhadap sekolah seoptimal mungkin.
3. Keterbukaan
Manajemen dalam konteks MBS dilakukan secara terbuka atau transparan,
sehingga seluruh warga sekolah dan pemangku kepentingan dapat mengetahui
mekanisme pengelolaan sumber daya sekolah. Selanjutnya sekolah memperoleh
kepercayaan dan dukungan dari pemangku kepentingan. Keterbukaan dapat dilakukan
melalui penyebarluasan informasi di sekolah dan pemberian informasi kepada
masyarakat tentang pengelolaan sumber daya sekolah, untuk memperoleh
kepercayaan publik terhadap sekolah. Tumbuhnya kepercayaan publik merupakan
langkah awal dalam meningkatkan peran serta masyarakat terhadap sekolah.
4. Kemitraan
Kemitraan yaitu jalinan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat, baik
individu, kelompok/organisasi, maupun Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Dalam prinsip kemitraan antara sekolah dengan masyarakat dalam posisi sejajar, yang
melaksanakan kerjasama saling menguntungkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Keuntungan yang diterima sekolah antara lain meningkatnya
kemampuan dan ketrampilan peseta didik, meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana
dan prasarana sekolah, diperolehnya sumbangan ide untuk pengembangan sekolah,
diperolehnya sumbangan dana untuk peningkatan mutu sekolah, dan terbantunya
tugas kepala sekolah dan guru. Keuntungan bagi masyarakat biasanya dirasakan
secara tidak langsung, misalnya tersedianya tenaga kerja terdidik, terbinanya anggota
masyarakat yang berakhlakul karimah, dan terciptanya tertib sosial. Sekolah bisa

12
menjalin kemitraan, antara lain dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat,
dunia usaha, dunia industri, lembaga pemerintah, organisasi profesi, organisasi
pemuda, dan organisasi wanita.
5. Partisipatif
Partisipatif dimaksudkan sebagai keikutsertaan semua pemangku kepentingan
yang terkait dengan sekolah dalam mengelola sekolah dan pembuatan keputusan.
Keikutsertaan mereka dapat dilakukan melalui prosedur formal yaitu komite sekolah,
atau keterlibatan pada kegiatan sekolah secara insidental, seperti peringatan hari besar
nasional, mendukung keberhasilan lomba antar sekolah, atau pengembangan
pembelajaran. Bentuk partisipasi dapat berupa sumbangan tenaga, dana, dan sarana
prasarana, serta bantuan teknis antara lain gagasan tentang pengembangan sekolah.
6. Efisiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai penggunaan sumberdaya (dana, sarana prasarana
dan tenaga) sesedikit mungkin dengan harapan memperoleh hasil seoptimal mungkin.
Efisiensi juga berarti hemat terhadap pemakaian sumberdaya namun tetap dapat
mencapai sasaran peningkatan mutu sekolah.
7. Akuntabilitas
Akuntabilitas menekankan pada pertanggungjawaban penyelenggaraan
pendidikan di sekolah utamanya pencapaian sasaran peningkatan mutu sekolah.
Sekolah dalam mengelola sumberdaya berdasar pada peraturan perundangan dan
dapat mempertangungjawabkan kepada pemerintah, seluruh warga sekolah dan
pemangku kepentingan lainnya. Pertanggungjawaban meliputi implementasi proses
dan komponen manajemen sekolah.
Pertanggungjawaban dapat dilakukan secara tertulis dan tidak tertulis disertai
bukti-bukti administratif yang sah dan/atau bukti fisik (seperti bangunan gedung,
bangku, dan alat-alat laboratorium).
Sejalan dengan adanya pemberian otonomi yang lebih besar terhadap sekolah
untuk mengambil keputusan, maka implementasi ketujuh prinsip MBS di sekolah
pada dasarnya menyesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah. Sekolah boleh
menambah prinsip implementasi MBS yang sesuai dengan karakteristik sekolah, guna
mempercepat upaya peningkatan mutu sekolah baik secara akademis maupun non
akademis.
E. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

13
Mengacu pada penjelasan yang dikemukakan Nurkholis (2003:56). Dalam uraiannya
disebutkan bahwa ada 8 karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang
diuraikan kembali berikut ini.
1. Sekolah dengan Manajamen Berbasis Sekolah memiliki misi atau cita-cita
menjalankan sekolah untuk mewakili sekelompok harapan bersama, keyakinan
dan nilai-nilai sekolah, membimbing warga sekolah di dalam aktivitas pendidikan
dan memberi arah kerja. Misi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap fungsi
dan efektivitas sekolah, karena dengan misi ini warga sekola h dapat
mengembangkan budaya organisasi sekolah yang tepat, membangun komitmen
yang tinggi terhadap sekolah, dan mempunyai insiatif untuk memberikan tingkat
layanan pendidikan yang lebih baik.
2. Kedua, aktivitas pendidikan dijalankan berdasarkan karakteristik kebutuhan dan
situasi sekolah. Hakikat aktivitas sangat penting bagi sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, karena secara tidak langsung memperkenalkan perubahan
manajemen sekolah dari manajemen kontrol eksternal menjadi model berbasis
sekolah.
3. Ketiga, terjadinya proses perubahan strategi manajemen yang menyangkut hakikat
manusia, organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan,
penggunaan kekuasaan, dan keterampilan-keterampilan manajemen. Karena itu
dalam konteks pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, perubahan strategi
manajemen lebih memandang pada aspek pengembangan yang tepat dan relevan
dengan kebutuhan sekolah.
4. Keempat, keleluasaan dan kewenangan dalam pengelolaan sumber daya yang
efektif untuk mencapai tujuan pendidi kan, guna memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang dihadapi, baik tenaga kependidikan, keuangan dan lain-lain.
5. Kelima, Manajemen Berbasis Sekolah menuntut peran aktif sekolah,
adiministrator sekolah, guru, orang tua, dan pihak-pihak yang terkait dengan pendi
dikan di sekolah. Dengan MBS sekolah dapat mengembangkan siswa dan guru
sesu ai dengan karakteristik sekolah Dalam konteks ini, sekolah berperan
mengembangkan insiatif, memecahkan masalah, dan mengeksplorasi semua
kemungkinan untuk menfasilitasi efektivitas pembelajaran. Demikian pula unsur-
unsur lain seperti guru, orang tua, komite sekolah, administrator sekolah, di nas
pendidikan, dan sebagainya sesuai dengan perannya masing-masing.

14
6. Keenam, manajemen berbasis sekolah menekankan hubungan antar manusia yang
cenderung terbuka, bekerjasama, semangat tim, dan komitmen saling
menguntungkan. Sehingga iklim orgnanisasi cenderung mengarah ke tipe
komitmen dan efektivitas sekolah dapat tercapai.
7. Ketujuh, peran administrator sangat penting dalam kerangka MBS, termasuk di
dalamnya kualitas yang dimiliki administrator.
8. Kedelapan, dalam manajemen berbasis sekolah, efektivitas sekolah dinilai
menurut indikator multitingkat dan multisegi. Penilaian tentang efektivitas
sekolah harus menca kup proses pembelajaran dan metode untuk membantu
kemajuan sekolah. Oleh karena itu, penilaian efektivitas sekolah harus
memperhatikan multitingkat, yaitu pada tingkat sekolah, kelompok, dan individu,
serta indikator multisegi yaitu input, proses dan output sekolah serta
perkembangan akademik siswa.
F. Efektivitas, Efisiensi dan Produktivitas Manajemen Berbasis Sekolah
1. Efektivitas
Menurut Mulyasa (2008:82) menyatakan efektivitas adalah adanya kesesuaian
antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Efektivitas
bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya
dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Efektivitas MBS berarti bagaimana
MBS berhasil melaksanakan semua tugas pokok sekolah, menjalin partisipasi
masyarakat, mendapatkan serta memanfaatkan sumber daya, sumber dana, dan
sumber belajar utnuk mewujudkan tujuan sekolah. Efektivitas MBS ini dapat dilihat
berdasarkan teori sistem dan dimensi waktu.
Berdasarkan teori sistem, kriteria efektivitas harus mencerminkan keseluruhan
siklus input-output yaitu harus mencerminkan hubungan timbal balik antara
manajemen berbasis sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan yang berdasarkan
dimensi waktu, efektivitas MBS dapat diamati dalam beberapa jangkauan yaitu:
a) Efisiensi jangka pendek yang berfungsi untuk menunjukkan hasil kegiatan
dalam kurun waktu sekitar satu tahun dengan kriteria kepuasan, efisisensi, dan
produksi;
b) Efisiensi jangka menengah dalam waktu sekitar lima tahun, dengan kriteria
perkembangan serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan
perusahaan; dan

15
c) Efisiensi jangka panjang adalah untuk menilai waktu yang akan datang di atas
lima tahun digunakan kriteria kemampuan untuk melangsungakan hidup dan
kemampuan membuat perencanaan strategis bagi kegiatan di masa depan.
Thomas melihat efektivitas pendidikan dalam kaitannya dengan produktivitas,
berdasarkan dengan tiga dimensi berikut:
a) The administrator production function: meninjau produktivitas sekolah dari
segi keluaran administratif misal layanan yang dapat diberikan dalam proses
pendidikan.
b) The psychologist’s production function: berupa keluaran, perubahan perilaku
peserta didik berdasarkan nilai akademik.
c) The ecinomic’s production function: produktivitas sekolah ditinjau dari segi
keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan
sekolah.
Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan
antara lain dengan, 1) validitas intern yaitu serangkaian tes dan penilaian yang
dirancang untuk mengukur secara pasti ketercapaian sasaran suatu program
pendidikan; dan 2) validitas eksternal yaitu serangkaian tes dan penilaian yang
dirancang untuk mengukur secara pasti perilaku suatu program pendidikan secara
intern telah valid.
Adapun indikator-indikator keefektivitasan dalam setiap tahapannya antara lain:
a) Indikator input: karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan, dan materi
pendidikan serta kapasitas manajemen.
b) Indikator process: administratif, alokasi waktu guru, dan alokasi waktu peserta
didik.
c) Indikator output: hasil perolehan peserta didik dan dinamika sistem sekolah,
prestasi belajar siswa, dan hasil perilaku/sikap siswa, dll
d) Indikator outcome: jumlah lulusan ke tingkat berikutnya, prestasi belajar di
sekolah yang lebih tinggi dan pekerjaan, serta pendapatan.

Dengan demikian jika dihubungkan dengan efektivitas MBS, barometer


efektivitas dapat dilihat dari kualitas program, ketepatan penyusunan, kepuasan,
keluwesan, dan adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, ketepatan
waktu, serta ketepatan pendayagunaan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

16
2. Efisiensi
Di samping perlu dilihat dari segi efektivitasnya, pemberlakuan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) juga harus dianalisis dari segi efisiensi. Efisiensi merupakan
aspek penting dalam manajemen sekolah karena sekolah umumnya dihadapkan pada
masalah kelangkaan sumber dana, dan secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan
manajemen. Jika Efektivitas dilihat dari perbandingan antara rencana dengan tujuan
yang dicapai maka efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input atau
sumber daya dengan output. Suatu kegiatan efisien bila tujuan dapat dicapai secara
optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber dana yang minimal. Efisiensi
juga merupakan perbandingan antara input dan output, tenaga dan hasil, perbelanjaan
dan masukan, biaya serta kesenangan yang dihasilkan.
Efisiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efisiensi
eksternal. Efisiensi internal menunjuk kepada hubungan antara output pendidikan
(pencapaian belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk
memproses/menghasilkan output pendidikan. Efisiensi internal biasanya diukur
dengan biaya-efektivitas. Setiap penilaian biaya efektivitas selalu memerlukan dua
hal, yaitu penilaian ekonomik untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian
hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah). Sedang
efisiensi eksternal adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan
tamatan dan keuntungan kumulatif (individual, sosial, ekonomik, dan non-ekonomik)
yang didapat setelah pada kurun waktu yang panjang diluar sekolah. Analisis biaya
manfaat merupakan alat utama untuk mengukur efisiensi eksternal.
Efisiensi memiliki kaitan langsung dengan pendayagunaan sumber-sumber
pendidikan yang terbatas secara optimal sehingga memberikan dampak yang optimal
pula. Dikatakan suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan
pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata
secara efisien mampu menyediakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan
akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan (effectiveness)
tidak mengalami hambatan. Dengan demikian, sistem atau program pendidikan yang
efisien ialah yang mampu mendistribusikan sumber-sumber pendidikan secara adil
dan merata agar setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan tersebut dan mencapai hasil maksimal.
3. Produktivitas

17
Konsep produktivitas pada awalnya dikemukakan oleh Quesney, seorang ekonom
Perancis pada tahun 1776. Oleh karena itu produktivitas senantiasa dikaitkan dengan
kegiatan ekonomi, yakni mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan menggunakan
sumber daya atau dana yang sekecil-kecilnya.
Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengn keseluruhan proses
penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Seiring dengan bertambahnya waktu, semakin besar pula modal
untuk pendidikan. Sekolahpun menjadi semakin berkembang karena semakin
besarnya tuntutan pendidikan yang harus dikembangkan.
Secara sederhana produktivitas pendidikan dapat diukur dengan melihat indeks
pengeluaran riil pendidikan seperti dalam National Income Blue Book, dengan cara
menjumlahkan pengeluaran dari banyaknya peserta didik yang di didik. Namun, cara
ini merupakan cara pengukuran yang sangat kasar terhadap produk riil kependidikan,
bahkan dalam pemikiran sekarang hal ini tidak berarti sama sekali. Cara ini tidak
menceritakan kualitas lulusan program pendiddikan.
Thomas mengemukakan bahwa produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga
dimensi, yaitu :
a) Meninjau produktivitas dari segi keluaran administratif, yaitu seberapa besar
dan seberapa baik layanan yang dapat diberikan dalam suatu proses
pendidikan.
b) Meninjau produktivitas dari segi keluaran perubahan perilaku, yaitu dengan
melihat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik sebagai suatu gambaran dari
prestasi akademik yang telah dicapainya dalam periode tertentu.
c) Melihat produktivitas sekolah dari keluaran ekonomois yang berkaitan dengan
pembiayaan layanan pendidikan di sekolah, hal ini mencakup “harga” layanan
yang diberikan (pengorbanan atau cost) dan “perolehan” yang ditimbulkan
oleh layanan itu atau disebut “peningkatan nilai balik”.
Dalam mengukur produktivitas pendidikan, termasuk produktivitas MBS sebagai
paradigma baru manejemen pendidikan, dapat digunakan metode dan tehnik yang
berbeda. Sehubungan dengan itu, dalam hal ini dikemukakan kajian yang berkaitan
dengan tenaga kerja kependididkan, guru, dan gaji guru, ahli ekonomi dan sekolah,
serta pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, yang diakhiri dengan analisis
produktivitas sekolah.
a) Tenaga Kerja Kependidikan

18
Kebutuhan-kebutuhan akan tenaga kerja dalam konteks ekonomi
pendidikan membutuhkan pengetahuan mengenai kualifikasi kependidikan
dan ketrampilan tenaga kerja yang sudah ada. Seiring dengan semakin
berkembangnya ekonomi, adaptabilitas tenaga kerja yang sudah ada menjadi
suatu hal yang dipertimbangkan. Tingkat pendidikan umum yang tinggi
merupakan suatu prasyarat utama (since qua non) bagi banyak perubahan yang
terjadi dalam lingkungan pekerjaan. Akhirnya, pandangan dalam konteks ini
hendaknya dilakukan dengan menggunakan pedoman ekonomi umum yang
membutuhkan perencanaan pertumbuhan ekonomi-panjang.
b) Guru dan Gaji Guru
Kemampuan merupakan sumber yang paling langka digunakan dalam
menentukan aspek kuantitas pendidikan. Menurut banyak pengamat ekonomi
pendidikan, biaya paling besar dalam pendidikan adalah yang berkenaan
dengan waktu dan tenaga peserta didik.
Masalah urgen yang perlu dianalisis dalam hal ini adalah sistem gaji guru.
Studi tentang sistem gaji guru dibatasi tidak hanya pada pendapatan guru,
tetapi juga menyangkut bayaran pensiun, bayaran untuk berlibur, dan lain-lain.
Dalam batas-batas absolut dapat dikatakan bahwa sistem penggajian guru
sudah lebih baik dari sebelumnya karena lebih banyak aspek yang tengah
dipertimbangkan.
Jika dikaji dari segi, mengajar adalah sebuah profesi maka distribusi
sistem penggajian guru adalah sempit, dan bahkan ada yang menganggap
bahwa sistem penggajian guru mengalami kemunduran.
Sistem gaji guru hendaknya dipandang dengan menggunakan kacamata
konvensi-konvensi sosial, periode lamanya harus dijadikan pertimbangan
dalam menentukan gajinya. Sistem penggajian guru seharusnya tidak
dilakukan secara kaku tetapi dilakukan dengan fleksibel.
c) Ahli Ekonomi dan Sekolah
Pesatnya perubahan yang terjadi dalam masyaratkat mengakibatkan para ahli
ekonomi cenderung berpikir untuk jangka panjang. Mereka tidak
menggunakan pandangan yang statis, tetapi juga melihat jauh ke depan dan
lebih realistis. Sehubungan dengan hal tersebut perlu di analisis tentang
“bahan mentah” untuk menyelenggarakan pendidikan.
d) Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi

19
Pemikiran tentang ekonomi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari
kedudukan pendidikan dalam pertumbuhan ekonomi. Pendidikan diharapkan
dapat memainkan peranan penting dan secara langsung diharapkan dapat
membantu perekonomian negara. Di negara-negara miskin, masalah
pendidikan itu berentang mulai dari masyarakat yang tingkat peradapannya
kompleks dan kuno hingga masyarakat primitif. Di negara-negara dengan
tingkat pendapatan rendah dan tingkat konservatismenya tinggi, upaya
menemukan alat untuk meningkatkan peradapan terhambat.
Rencana pendidikan seharusnya dipandang sebagai bagian dari program
ekonomi umum untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat. Ada dua
alasan untuk hal tersebut, pertama karena pendidikan harus membenarkan
klaim pada sumber-sumber nasional dalam kompetisinya dengan layanan-
layanan sosial, seperti layanan kesehatan masyarakat dan investasi dalam
modal fisik. Kedua, pengalaman telah menunjukkan bahwa pertumbuhan yang
berimbang memerlukan suatu integrasi seluruh aspek kehidupan ekonomi dan
sosial. Untuk itu pendidikan pada umumnya dipandang memiliki tiga peranan
yang utama, (1) menyediakan tenaga kerja dan teknisi terampil, (2)
menghasilakan suatu iklim pertumbuhan melalui peningkatan kemampuan
berpikir masyarakat luar kebutuhan dan kesulitan mereka sehari-hari, (3)
untuk mengajarkan kemampuan pendidikan dasar kepada anak-anak yang
berasal dari keluarga petani pedesaan.
Pendidikan merupakan suatu senjata yang sangat potensial baik untuk
pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun untuk kemajuan masyarakat pada
umumnya. Karena itu, tujuan-tujuan pendidikan harus dirancang dengan cermat,
namun tetap berkaitan secara erat dengan bagian-bagian lain dari program
pembangunan masyarakat, agar penyelenggaraan pendidikan bisa lebih murah
secara financial demikian pula dengan sumber-sumbernya.
Jika faktor produktivitas diatas dihubungkan dengan MBS, dapat
dikemukakan bahwa karakteristik umum sekolah yang produktif dapat dilihat dari
bentuk dan sifat organisasi sekolah tersebut. Hal tersebut antara lain berupa
peningkatan jumlah dan kualitas kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran. Untuk mendorong sekolah yang produktif perlu
diperhatikan berbagai faktor yang memiliki pengaruh terhadap tinggi rendahnya
produktivitas, seperti moral, etika kerja, motivasi, jaminan sosial, sikap, disiplin,

20
kesehatan, kesempatan berprestasi, lingkungan dan suasana kerja teknologi,
kebijakan pemerintah dan besarnya pendapatan, serta sarana produksi.
G. Kelebihan dan Kekurangan Manajemen Berbasis Sekolah
1. Kelebihan Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut American Association of School Administrators (AASA), Asosiasi
Nasional Kepala Sekolah Dasar (NAESP), National Association of Secondary School
Principals (NASSP), dan sumber-sumber lain, manajemen berbasis sekolah dapat:
a) Memungkinkan individu-individu yang kompeten di sekolah untuk membuat
keputusan yang akan meningkatkan pembelajaran.
b) Berikan seluruh komunitas sekolah suara dalam keputusan-keputusan penting.
c) Fokus akuntabilitas pengambilan keputusan
d) Mengarah pada kreativitas yang lebih besar dalam perancangan program
sumber daya untuk mendukung tujuan yang dikembangkan disetiap sekolah.
e) Mengakibatkan penganggaran realistis sebagai orangtua dan guru menjadi
lebih sadar akan status keuangan sekolah, batasan pembelanjaan, dan biaya
dari program.
f) Meningkatkan semangat guru dan memelihara kepemimpinan baru di semua
tingkatan.
g) Memberdayakan sumber daya manusianya seoptimal mungkin.
h) Memfasilitasi warga sekolahnya untuk belajar terus dan belajar kembali.
i) Mendorong kemandirian (otonomi) setiap warganya.
j) Memberikan tanggungjawab kepada warganya.
k) Mendorong setiap warganya untuk "mempertanggungjawabkan"
(accountability) terhadap hasil kerjanya.
l) Mendorong adanya teamwork yang kompak dan cerdas dan shared value bagi
setiap warganya.
m) Merespon dengan cepat terhadap pasar (pelanggan).
n) Mengajak warganya untuk menjadikan sekolahnya customer focused.
o) Mengajak warganya untuk nikmat/siap berhadap perubahan.
p) Menganalisis sekolahnya.
q) Mengajak warganya untuk komitmen terhadap "keunggulan kualitas".
r) Mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.
s) Melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah.
2. Kekurangan Manajemen Berbasis Sekolah

21
Beberapa kekurangan/hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak
berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut:
a) Tidak Berminat Untuk Terlibat.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang
sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam
kegiatan yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan
sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang
menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru
tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek
lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses
penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan
itu.
b) Tidak Efisien
Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya
menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-
cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan
memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain diluar itu.
c) Pikiran Kelompok
Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan
besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena
mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu
menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak
berlainan pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah
mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini berbahaya karena keputusan yang
diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.
d) Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak
atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini.
Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan
keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
e) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru
Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi
dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah

22
peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang
mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan
sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan
keputusan.
f) Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan
yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang
kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekoah.

BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
1. Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari “school- based
management”. MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah ( pelibatan masyarakat ) dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional.
2. Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang bernuansa otonomi,
kemandirian dan demokratis. Yaitu sebagai berikut: Otonomi, kemandirian dan
Demokratif.
3. Adapun tujuan dari manajemen berbasis sekolah di antaranya : Meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang ada, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyarakat dalampenyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama, meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat. Dan
meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutupendidikan yang ingin
dicapai.

23
4. Prinsip MBS meliputi: (1) kemandirian, (2) keadilan, (3) keterbukaan, (4) kemitraan,
(5) partisipatif, (6) efisiensi, dan (7) akuntabilitas. Ketujuh prinsip tersebut disingkat
dengan K4 PEA.
5. Mengacu pada penjelasan yang dikemukakan Nurkholis (2003:56). Dalam uraiannya
disebutkan bahwa ada 8 karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
6. Adapun Efektivitas MBS yaitu kualitas program, ketepatan penyusunan, kepuasan,
keluwesan, dan adaptasi, semangat kerja, motivasi, ketercapaian tujuan, ketepatan
waktu, serta ketepatan pendayagunaan sarana, prasarana, dan sumber belajar dalam
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Dan Efisiensi MBS yaitu perbandingan
antara input dan output, tenaga dan hasil, perbelanjaan dan masukan, biaya serta
kesenangan yang dihasilkan. Sedangkan Produktivitas MBS ialah peningkatan jumlah
dan kualitas kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran.
7. Adapun Kelebihan MBS : Meningkatkan semangat guru dan memelihara
kepemimpinan baru di semua tingkatan. Memberdayakan sumber daya manusianya
seoptimal mungkin. Memfasilitasi warga sekolahnya untuk belajar terus dan belajar
kembali. Mendorong kemandirian (otonomi) setiap warganya. Memberikan
tanggungjawab kepada warganya. Dll. Sedangkan kekurangannya ialah tidak berminat
untuk terlibat, tidak efisien, pikiran kelompok, memerlukan pelatihan kebingungan
atas peran dan tanggung jawab baru, dll.

8.

24
Daftar Pustaka
1. https://rocketmanajemen.com/pengertian-manajemen/#a
2. https://www.academia.edu/33311155/manajemen_Berbasis_Sekolah.pdf
3. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=272320&val=6817&title=Manajemen
%20Berbasis%20Sekolah%20Dalam%20Pengelolaan%20Pembiayaan%20Sekolah%20di%20SD
%20Negeri%204%20Kota%20Banda%20Aceh
4. http://muhayueducation.blogspot.com/2013/04/manfaat-manajemen-berbasis-sekolah-
mbs.html
5. https://pendgurusd.wordpress.com/2012/06/06/konsep-dasar-manajemen-berbasis-sekolah/
6. http://mbscenter.or.id/site/page/id/372/page_action/viewdetail
7. http://linggau21.blogspot.com/2013/05/efektivitas-efisiensi-produktivitas-mbs.html

25

Anda mungkin juga menyukai