Anda di halaman 1dari 11

DASAR DASAR RELIGIUS PENDIDIKAN

Nikmatus Salamah
UIN SATU Tulungagung
Jl. Mayor Sujadi Timur 46 Tulungagung
E-mail: nikmatussalamah19@gmail.com

Abstrak: Pendidikan Islam berakar dari perkataan didik yang berarti pelihara ajar
dan jaga. Secara sederhana pendidikan Islam adalah pendidikan yang “berwarna”
Islam. Maka pendidikan Islami adalah pendidikan yang berdasarkan islam.
Dengan demikian nilai-nilai ajaran islam itu sangat mewarnai dan mendasari
seluruh proses pendidikan. Dasar religius merupakan dasar yang bersumber dari
agama. Urgensi mempunyai tujuan agar seluruh proses dan hasil dari suatu
pendidikan dapat mempunyai manfaat dan makna yang hakiki. Dasar religius
sebagaimana dikemukakan Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir adalah dasar yang
diturunkan dari ajaran agama. Dasar-dasar pendidikan Islam, secara umum dibagi
kepada dasar pokok, dasar tambahan dan dasar oprerasional. Dasar-dasar
pendidikan Islam, secara umum dibagi kepada dasar pokok, dasar tambahan dan
dasar oprerasional. Dasar pokok adalah al-Quran dan as-Sunnah, dasar tambahan
berupa perkataan dan perbuatan serta sikap para sahabat, ijtihad, mashlahah
mursalah,urf. Sedangkan dasar operasional meliputi dasar historis, sosial,
ekonomi, politik,psikologis dan fisikologis.

Kata kunci: Pendidikan islam, dasar, religius.


Abstract: Islamic education is rooted in the words of students which means to
keep teaching and guard. In simple terms, Islamic education is education that is
"colored" in Islam. So Islamic education is education based on Islam. Thus the
values of Islamic teachings really color and underlie the entire educational
process. Religious basis is the basis that comes from religion. Urgency has the
aim that all processes and results of an education can have essential benefits and
meanings. The religious basis as stated by Abdul Mujib and Jusuf Mudzakir is the
basis derived from religious teachings. The basics of Islamic education are
generally divided into basic, additional and operational basics. The basics of
Islamic education are generally divided into basic, additional and operational
basics. The main basis is the Qur'an and as-Sunnah, additional basis in the form of
words and actions as well as the attitude of the friends, ijtihad, mashlahah
mursalah, urf. While the operational basis includes the historical, social,
economic, political, psychological and physical basis.
Keywords: Islamic education, basic, religious.

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara
terpadu dengan sistem yang ada lainnya guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek.
Pendidikan mempunyai peranan menyiapkan sumber daya manusia yang
mampu berpikir secara kritis dan mandiri (independent critical thinking)
sebagai modal dasar untuk pembangunan manusia seutuhnya yang
mempunyai kualitas yang sangat prima. Upaya pengembangan kemampuan
berpikir kritis dan mandiri bagi peserta didik adalah dengan
mengembangkan pendidikan partisipasif.
Pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam berbagai kesempatan
dalam tulisan ini merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi,
tujuan, kurikulum, bahan ajar, proses belajar mengajar, guru, murid,
manajemen, saran prasarana, biaya, lingkungan, dan lain sebagainya. Berbgai
komponen pendidikan tersebut memebentuk sebuah sistem yang memiliki
konstruksi atau bangunan yang khas. Agar konstuksi atau bangunan
pendididkan tersebut kokoh, maka ia harus meiliki dasar, fundament atau asas
yang menopang dan menyangganya, sehimgga bangunan konsep pendidikan
tersebut dapat berdiri kokoh dan dapat digunakan sebagai acuan dalam praktik
pendidikan.
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses
pemberdayaan manusia menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun
moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang
hamba dihadapan Khaliq-nya dan juga sebagai Khalifatu fil ardhi (pemelihara)
pada alam semesta ini. Dengan demikian, fungsi utama pendidikan adalah
mempersiapkan generasi penerus (peserta didik) dengan kemampuan dan
keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan
untuk terjun ketengah lingkungan masyarakat yang berbekalkan al-Qur’an dan
as-Sunnah.
Pendidikan Islam pada hakikatnya  merupakan    aktivitas pendidikan
yang diselenggarakan atau didirikan dengan hasrat dan niat untuk
mengejawantahkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam di
Indonesia dapat terwujud menjadi beberapa bentuk seperti pondok pesantren,
madrasah, pelajaran agama Islam di sekolah, pendidikan Islam dalam keluarga
dan masyarakat baik yang bersifat formal maupun non-formal.
Pendidikan Islam di Indonesia terwujud dalam berbagai kegiatan
institusi tersebut, tidak terlepas dari ajaran Islam itu sendiri sebagai ajaran
agama yang rahmatan lil’alamin. Maka pendidikan Islam tidak bisa
melepaskan diri dari historis, sosial, ekonomi, politik yang mempengaruhi
umat Islam itu sendiri, semakin umat Islam melakukan kontak dengan dunia di
sekitarnya, maka pendidikan juga semakin berkembang dan semakin kompleks.
Begitu pula ketika dunia Islam masih terbatas pada masa Rasulullah,
pendidikan Islam masih relatif sederhana, dan segala persoalan keislaman
dapat ditanyakan langsung kepada Beliau atau mendapat jawaban dari al-
Quran. Akan tetapi ketika Islam semakin berkembang dan meluas, maka
pendidikan Islam pun semakin berkembang sesuai dengan perkembangan
dunia.
METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan studi ini adalah kepustakaan.
Data primer diperoleh dari pembacaan buku dan jurnal. Kajian dilakukan pada
bulan Maret 2021. Pada tahap awal, penulis berupaya mengumpulkan materi dari
berbagai teori konflik yang berkembang, kemudian disusun dalam bentuk naskah
teks yang siap dibahas dalam sebuah grup diskusi. Berdasarkan hasil diskusi dan
berbagai masukan, kemudian naskah kajian diperbaiki, untuk dibahas pada
diskusi tahap kedua. Hasil akhir diskusi kedua naskah kajian difinalisasi dan
siap dipublikasikan dalam sekala yang lebih luas.

HASIL DAN BAHASAN


Pengertian Dasar Dasar Religius Pendidikan
Dasar religius merupakan dasar yang bersumber dari agama. Urgensi mempunyai
tujuan agar seluruh proses dan hasil dari suatu pendidikan dapat mempunyai
manfaat dan makna yang hakiki. Konstruksi agama membutuhkan aktualisasi
dalam berbagai landasan pendidikan yang lain. Agama menjadi frem bagi semua
dasar pendidikan, apalagi di negara-negara islam. Urgensi ini mempunyai tujuan
agar seluruh proses dan hasil dari suatu pendidikan dapat mempunyai manfaat dan
makna yang hakiki muslim di seluruh dunia. Aplikasi dasar-dasar yang lain
merupakan realisasi diri yang bersumberkan agama dan bukan sebaliknya.
Dengan tujuan yang hendak dicapai adalah adanya tindakan kependidikan dapat
dinilai dari ibadah, sebab ibadah merupakan aktualisasi diri (self-actualization)
yang merupakan ideal dalam pendidikan islam.
Dasar religius sebagaimana dikemukakan Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakir adalah dasar yang diturunkan dari ajaran agama. Adapun tujuan dari
agama yaitu untuk memelihara jiwa manusia (hifdz al-nafs), memelihara agama
(hifdz al-din), memelihara akal pikiran (hifdz al’aql), memelihara keturunan (hifdz
al-nasl), dan memelihara harta benda (hifdz al-maah). Pendapat lain mengatakan,
bahwa inti ajaran agama ialah terbentuknya akhlak mulia yang bertumpu pada
hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan, dan antara manusia dan
manusia. Di dalam Al-Qur`an, manusia diperkenalkan dengan sifat-sifat dan
kekuasaan Allah SWT, dengan tujuan agar manusia menyadari bahwa dirinya
sangat berutang budi pada-Nya, dan sekaligus agar manusia meniru sifat-sifat
Allah. Selain di dalam Al-Qur’an terdapat kisah para nabi dan tokoh-tokoh umat
masa lalu, maksudnya agar diikuti sifat-sifat yang baik, dan dijauhi sifatnya yang
buruk. Selanjutnya, di dalam Al-Qur`an terdapat pula berbagai larangan Tuhan
dengan tujuan agar memelihara akhlak manusia.
Dengan demikian, dasar religius berkaitan dengan memelihara dan
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, serta memelihara moralitas manusia.
Dasar religius ialah dasar yang bersifat humanisme-teosentris, yaitu dasar yang
memperlakukan dan memuliakan manusia sesuai dengan petunjuk Allah SWT.
dan dapat pula berarti dasar yang mengarahkan manusia agar berbakti, patuh, dan
tunduk kepada Allah SWT. dalam rangka memuliakan manusia. Dasar religius
seperti inilah yang harus dijadikan dasar bagi perumusan berbagai komponen
pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, sifat dan karakter pendidik,
peserta didik, hubungan pendidik dan peserta didik, lingkungan pendidikan,
manajemen pendidikan, dan lainnya harus berdasarkan pada dasar religius.
Dasar religius merupakan dasar yang paling mendasar dari dasar-dasar
pendidikan, sebab dasar religius merupakan dasar yang diciptakan oelh Allah
SWT. yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam Al-Qur`an dan Al-Hadist
dijelaskan bahwa pendidikan memiliki kedudukan yang sangat mulia. Terdapat
banyak ayat Al-Qur`an yang memiliki makna substantif tentang pendidikan.
Seperti pada surat Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan surat pertama diturunkan
dalam Al-Qur`an.
a) “ Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang menciptakan”.
b) “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
c) “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah”.
d) “Dia mengajarkan manusia dengan perantara kalam”.
e) “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Demikian pula pada Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11, yang artinya
“Allah SWT. mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu dan pengetahuan, beberapa derajat”. Pada dasar religius
terdapat pula tuntunan untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat,
sebagaimana pada Hadist Nabi Muhammad SAW. Artinya “Barangsiapa
menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan barangsiapa
menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka dengan ilmu. Dan barangsiapa yang
menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), maka dengan ilmu”.
Macam-macam Dasar Dasar Religius Pendidikan
Dasar-dasar pendidikan Islam, secara umum dibagi kepada dasar
pokok, dasar tambahan dan dasar oprerasional. Dasar-dasar pendidikan Islam,
secara umum dibagi kepada dasar pokok, dasar tambahan dan dasar oprerasional.
Dasar pokok adalah al-Quran dan as-Sunnah, dasar tambahan berupa perkataan
dan perbuatan serta sikap para sahabat, ijtihad, mashlahah mursalah,urf.
Sedangkan dasar operasional meliputi dasar historis, sosial, ekonomi,
politik,psikologis dan fisikologis.

1) Dasar Pokok  dan Tambahan

a) Al-Qur`an

Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad


saw dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang
bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Terjemahan al-
Qur`an kedalam bahasa lain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya
bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan
ajarannya.
Al-Qur`an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah swt menjelaskan hal
ini didalam firman-Nya:
‫ت اَ َّن لَهُ ْم اَجْ رًا َكبِ ْير ًۙا‬ ّ ٰ ‫اِ َّن ٰه َذا ْالقُرْ ٰانَ يَ ْه ِديْ لِلَّتِ ْي ِه َي اَ ْق َو ُم َويُبَ ِّش ُر ْال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ الَّ ِذ ْينَ يَ ْع َملُوْ نَ ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih


lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (Q.S. Al-
Isra`: 9)

Petunjuk al-Qur`an sebagaimana di kemukakan Mahmud Syaltut di


kelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai maksud-maksud al-
Qur`an, yaitu: pertama, Petunjuk tentang aqidah dan kepercayaan yang harus
dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan. Kedua, Petunjuk mengenai
akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan
susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan. Ketiga, Petunjuk
mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang
harus diikuti oleh manusia dalam hubugannya dengan tuhan dan sesamanya.
Pengelompokan tersebut dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu
petunjuk tentang akidah dan petunjuk tentang syari`ah. Dalam menyajikan
maksud-maksud tersebut, al-Qur`an menggunakan metode-metode sebagai
berikut: Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji segala ciptaan
Allah, Menceritakan kisah umat terdahulu kepada orang-orang yang mengerjakan
kebaikan maupun yang mengadakan kerusakan, sehingga dari kisah itu manusia
dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial yang diberlakukan Allah
terhadap mereka., Menghidupkan kepekaan bathin manusia yang mendorongnya
untuk bertanya dan berfikir tentang awal dan materi kejadiannya, kehidupannya
dan kesudahannya,sehingga insyaf akan Tuhan yang menciptakan segala
kekuatan, dan Memberi kabar gembira dan janji serta peringatan dan ancaman.

Menurut M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan ilmu tidak di lihat


dari adakah suatu teori tercantum di dalam al-Qur`an, tetapi adakah jiwa ayat-
ayatnya. menghalangi kemajuan ilmu atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-
Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan.
Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada
masyarakat, tetapi juga diukur terciptanya suatu iklim yang dapat mendorong
kemajuan ilmu itu. Dalam hal ini para ulama` sering mengemukakan perintah
Allah SWT langsung maupun tidak langsung kepada manusia untuk berfikir,
merenung, menalar dan sebagainya, banyak sekali seruan dalam al-Qur`an kepada
manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran dikaitkan dengan peringatan,
gugatan,atau perintah supaya ia berfikir, merenung dan menalar.
Sedangkan menurut al-Syaibani, dalam al-Quran terdapat unsur-unsur
perutusan Nabi Muhammad Saw baik berupa akidah, ibadah, dan perundang-
undangan yang menjadi dasar tujuan pendidikan Islam. Seperti perutusan Nabi
Muhammad Saw mendirikan masyarakat manusia yang bersih, bersih akidah,
bersih hubungan dan bersih perasaan dan tingkah laku. Maka pendidikan yang
didasari al-Quran adalah pendidikan yang mementingkan pembinaan pribadi dari
segala seginya dan menekankan kesatuan manusia yang tidak ada perpisahan
antara jasmani, akal dan perasaan.
b) Sunnah 

            Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah saw kepada manusia dengan


penuh amanat, tidak sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya,
manusialah hendaknya yang berusaha memahaminya, menerimanya dan
kemudian mengamalkannya.

Sering kali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya,dan ini


dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur`an.
Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulallah saw, yang memang
diberi otoritas untuk itu. Allah SWT menyatakan otoritas dimaksud dalam firman
Allah SWT di bawah ini:  

َ‫اس َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ ‫َواَ ْن َز ْلنَٓا اِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬
“…….dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikri (Al Quran), agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan
supaya mereka berfikir” (Q. S. al-Nahl, 44).

Penjelasan itu disebut al-Sunnah yang secara bahasa al-Thariqoh yang


artinya jalan, adapun hubungannya dengan Rasulullah saw berarti perkataan,
perbuatan, atau ketetapannya

Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-Qur`an


adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan bahwa
Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang suatu
kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka
hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang
bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah SWT.

Dengan adanya sunnah sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran,


maka dalam pendidikan apa yang dijelaskan Rasulullah baik berupa perkataan,
perbuatan maupun taqrir akan menjadi sumber dasar dalam pendidikan baik
sebagai simtem pendidikan maupun metodologi pendidikan Islam yang harus
dijalani. Apalagi secara ilmiah, Rasulullah dengan al-Quran dan penjelasan Rasul
berupa sunnah selama 23 tahun saja dapat sukses melakukan perubahan peradaban
masyarakat Arab dari Jahiliyah menjadi peradaban madani. Padahal biasanya
perdaban itu dibentuk minimal 100 tahun yang telah berjalan.

c. Ra`yu

Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku,


organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang dan sebagainya.
Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai
dengan perubahan yang tejadi di masyarakat. Kita tahu perubahan-perubahan
yang ada di zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang
mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah saw, tetapi memerlukan jawaban
untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad
dari pendidik muslim.

Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh- sungguh orang muslim


untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala tidak
ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah tentang suatu
prilaku ,orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk
menemukannya dengan prinsip-prinsip al-Qur`an atau Sunnah.

Berdasarkan ra’yu sebagai dasar tambahan, sumber pendidikan Islam pada


masa Khulafa ar-Rasyidin sudah mengalami perkembangan, dimana selain al-
Quran dan as-Sunnah, perkataan, sikap dan perbuatan para sahabat dapat
dijadikan pegangan dasar pendidikan Islam. Diantara beberapa perkataan,
perbuatan dan sikap para sahabat, menurut para ahli sejarah Islam antara lain
sebagai berikut:

1) Abu Bakar melakukan kodifikasi al-Quran

2) Umar bi Khattab sebagai bapak reaktutor terhadap ajaran Islam yang dapat
dijadikan sebagai strategi pendidikan Islam

3) Usman bin Affan sebagai bapak pemersatu sistematika penulisan ilmiah


melalui upaya mempersatukan sistematika penuliasan al-Quran

4) Ali bin Abi Thalib sebagai perumus konsep-konsep pendidikan.


Setelah Islam mengalami perkembangan wilayah sampai ke Afrika Utara bahkan
Spanyol,maka pusat pendidikan Islam tersebar di kota-kota besar seperti Makkah
dan Madinah (Hijaz), Basrah dan Kuffah(Iran), Damsyik dan Palestina, dan Fustat
(Mesir). Dengan meluasnya wilayah Islam, maka masalah pendidikan Islam
mengalami perkembangan baru sebagai interaksi dengan nilai-nilai daerah
kekusaan Islam pada saat itu, sehingga memerlukan pemikiran yang mendalam
untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang dikenal dengan proses ijtihad.

Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran Islam


yang terdapat dalam al-Quran dan as-sunnah hanya berupa prinsip-prinsip pokok
saja. Hal ini dilakukan para ulama dengan kompetensi yang mereka untuk
memerinci hukum-hukum Islam, sebagaimana kita ketahui ulama di bidang fikih (
Fuqaha), seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Hanafi dan Imam Ahmad bin
Hambal menghasilkan beberapa produk hukum fikih hasil ijtihad yang mereka
lakukan. Begitu pula di bidang tafsir, akhlak, dan pendidikan, Hal ini didasarkan
sebuah hadits Rasulullah saw tentang anjuran melakukan ujtihad,

Artinya,” Apabila hakim telah menetapkan hukum, kemudian dia berijtihad dan
ijtihadnya itu benar, maka baginya dua pahala, akan tetapi apabila ia berijtihad
dan ternyata ijtihadnya salah, maka baginya satu pahala” ( HR. Bukhari Muslim
dan Amr bin Ash).
Berikutnya dasar hasil pemikiran ra’yu adalah mashlahah mursalah
(kemaslahatan umat) yaitu menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang
yang tidak disebutkan dalam al-Quran dan as-Sunnah atas pertimbangan
penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan. Penarikan kebaikan dan
menghindar kerusakan bisa diterima selama tidak menyalahi keberadaan-
keberadaan al-Quran dan as-Sunnah,benar-benar membawa kemaslahatan.
Mashlahah mursalah ini, menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam
Ramayulis, diterima sebagai dasar pendidikan Islam selama tidak menyalahi
keberadaan al-Quran dan as-Sunnah, benar-benar membawa kemaslahatan,
menolak kemudaratan setelah melalui tahapan observasi, dan kemaslahatan yang
bersifat universal untuk totalitas masyarakat.
Selain mashlahah mursalah yang dapat menjadi dasar pendidikan Islam
hasil ra’yu adalah berupa ‘Urf, yaitu nilai-nilai dan istiadat masyarakat. Menurut
Al Sahad al-Jundi dalam Ramayulis,’Urf diartikan sesuatu yang tertanam dalam
jiwa berupa hal-hal yang berulang dilakukan secara rasional menurut tabiat yang
sehat. Dasar pendidikan dengan mashlahah mursalah dan ‘urf ini dapat dijadikan
asas pendidikan selama tidak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah.

2) Dasar Operasional Pendidikan Islam

Dasar-dasar oprerasional pendidikan Islam yang terbentuk sebagai


aktualisasi dari dasar ideal, Hasan Langgulung dalam asas-asas Pendidikan Islam
menyatakan bahwa berkenaan dengan asas-asas yang dimaksudkan, yaitu asas-
asas pendidikan Islam, dapat diuraikan dalam enam asas sebagai berikut.
Pertama, asas historis yang mempersepsi si pendidik dengan hasil-hasil
pengalaman pendidikan masa lalu, dengan undang-undang dan
peraturanperaturannya, batas-batas dan kekurangan-kekurangannya. Asas-asas
sejarah ini meliputi sebagian ilmu sejarah dan arkeoogi, dokumen-dokumen dan
bendabenda tertulis yang dapat menoong menafsirkan pendidikan dari segi sejarah
dan peradaban.
Kedua, asas sosial yang memberinya kerangka budaya dari mana
pendidikan itu bertolak dan bergerak, memindah budaya, memilih, dan
mengembangkannya. Asas ini meliputi sebagian ilmu sosiologi dan
kependudukan, antropologi, dan etnologi yang dapat menafsiran masyarakat dan
kumpulan, milieu dan penduduk, sosialisasi dan perobohan, dan lain-lain.
Ketiga, asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang
potensipotensi manusia dan keungan serta materi dan persiapan yang mengatur
sumbersumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya. Asas ini
meliputi sebagian ilmu ekonomi dan akunting, budgeting dan perencanaan yang
dapat menolong dalam investasi yang lebih ideal, pelayanan yang lebih
memuaskan, dan kemampuan yang lebih tinggi.
Keempat, asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideology
(aqidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
rencana yang telah dibuat. Asas ini meliputi sebagian ilmu administrasi dan
organisasi, undang-undang, dan perundang-undangan yang dapat menafsirkan
susunan organisasi pendidikan dan mengarahkan geraknya.
Kelima, asas-asas psikologis yang memberinya informasi tentang watak
pelajar-pelajar, guru-guru, cara-cara baik dalam praktik, pencapaian dan penilaian,
dan pengukuran dan bimbingan. Asas ini meliputi sebagian ilmu tingkah laku,
biologi dan fisiologi, dan komunikasi yang sesuai untuk memahami pengajaran
dan proses belajar, perkembangan dan pertumbuhan, kematangan, kemampuan
dan kecerdasan, persepsi dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat, dan
sikap.
Keenam, asas filsafat yang selalu berusaha memberinya kemampuan untuk
memilih yang lebih baik, memberi arah suatu sistem, mengontrolnya, dan
memberi arah kepada semua asas-asas yang lain. Asas ini meliputi sebagian ilmu
etika dan estetika, ideology dan logika untuk memberi arah kepada pengajaran
dan menyelaraskan interaksi-interaksi masing-masing, menyusun sistemnya
sesudah siteliti dan dikritik, dianalisis dan dibuat sistensis. Pendapat mengenai
dasar dan asas pendidikan Islam tersebut terlihat sudah demikian lengkap, namun
belum sempurna, karena belum memasukkan dasar atau asas (agama) Islam yang
justru menjadi karakter dari pendidikan Islam tersebut. Dasar dalam pendidikan
Islam dapat dibagi kepada tiga kategori: 1.Dasar pokok; 2. Dasar tambahan; dan 3.
Dasar operasional Dengan berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah,
pendidikan Islam tidak hanya akan menemukan berbagai isyarat tentang
pentingnya membangun sistem pendidikan Islam yang lengkap : visi, misi, tujuan,
kurikulum, dan lainnya, melainkan pula menemukan prinsip-prinsip yang harus
dipegang teguh dalam mengembangkan pendidikan Islam. Melalui kajian al-
Qur’an dan Sunnah dapat dijumpai beberapa prinsip yang terkait erat dengan
pengembangan pendidikan Islam. Al-Qur’an As-Sunnah menawarkan prinsip
hubungan yang erat, harmonis dan seimbang dengan Tuhan, manusia dan alam,
pendidikan untuk semua (education for all), pendidikan untuk seumur hidup ( long
life education ), pendidikan yang berorientasi pada kualitas, pendidikan yang
unggul, pendidikan yang terbuka, demokratis, adil, egaliter, dinamis, manusiawi
dan sesuai dengan fitrah manusia, seimbang antara pendidikan yang mendukung
kecerdasan akal, spiritual, sosial, emosional, kinestetis, seni, etika, dan lainnya,
professional, berorientasi pada masa depan, menjadikan pendidikan sebagai alat
untuk mewujudkan kedamaian, kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman, dan
lainnya.

SIMPULAN
Dari uraian pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pendidikan religius berhubungan dengan istilah pendidikan Islam, secara
sederhana pendidikan Islam adalah pendidikan yang “berwarna” Islam.
Maka pendidikan Islami adalah pendidikan yang berdasarkan islam,
dengan demikian nilai-nilai ajaran islam itu sangat mewarnai dan
mendasari seluruh proses pendidikan.
2. Dasar religius ialah dasar yang bersifat humanisme-teosentris, yaitu dasar
yang memperlakukan dan memuliakan manusia sesuai dengan petunjuk
Allah SWT. Dasar religius merupakan dasar yang paling mendasar dari
dasar-dasar pendidikan, sebab dasar religius merupakan dasar yang
diciptakan oelh Allah SWT. yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
3. Dasar-dasar pendidikan Islam, secara umum dibagi kepada dasar pokok,
dasar tambahan dan dasar oprerasional. Dasar pokok adalah al-Quran dan
as-Sunnah, dasar tambahan berupa perkataan dan perbuatan serta sikap
para sahabat, ijtihad, mashlahah mursalah, urf. Sedangkan dasar
operasional meliputi dasar historis, sosial, ekonomi, politik,psikologis dan
fisikologis.

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan
Rahmatnya. Terselesaikannya jurnal ini tidak terlepas dari ridho Allah SWT.
Semoga jurnal ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya para pembaca dan
penulis sendiri.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Prof. H. Maftukhin,
M.Ag. selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang telah memberikan izin dan
fasilitas untuk penyusunan journal ini, Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd. selaku Wakil
Rektor I UIN SATU Tulungagung yang telah memberikan dukungan untuk
penyusunan journal ini, Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegruan (FTIK) sekaligus Dosen Pembimbing mata
kuliah Dasar-Dasar Pendidikan yang ikhlas, tulus, dan berkontribusi dalam
membimbing kami, Dr. Ummu Sholihah, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan yang
telah memberikan izin dan kemudahan atas penyusunan journal ini.
Semoga kita semua senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT. Dan
selalu menjunjung tinggi pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis agar
selalu mendapatkan kefadhilaan hidup dan pahala yang bisa mengantarkan kita
ke surganya-Nya Alloh SWT.

DAFTAR RUJUKAN
Abdul, dkk. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Dalyono, Muhammad. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dewey, John. 1944. Democracy and Education. The Free Press
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014
Langgulung, Hasan. 1978. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al-Husna
Maunah, Binti. 2009. Landasan Pendidikan. Jogjakarta: Teras
Maunah, Binti. 2016. Pendidikan Dalam Perspektif Struktural Fungsional.
Surabaya: Cendekia
Muhaimin.  2010. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan,
Pengembangan Kurikulum hingga rededifisi Islamisasi Pengetahuan.
Bandung: Nuansa
Nata, Abudin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam: dengan pendekatan multidispliner.
Jakarta: Rajawali Press
Nata, Abudin. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Sudirman, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: CF Remaja Karya
Zakiah, dkk. 1995. Pendidikan Islam Keluarga dan Sekolah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai