PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sosiologi ?
2. Apa ciri-ciri pendekatan sosilogi ?
3. Apa watak dan kecenderungan sosiologi ?
4. Apa kekuatan dan kelemahan yang menandai pendekatn sosiogi dalam
pengkajian islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sosiologi
2. Untuk mengetahui ciri-ciri pendekatan sosilogi
3. Untuk mengetahui watak dan kecenderungan sosiologi
4. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang menandai pendekatn
sosiogi dalam pengkajian islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini mencakup pengertian pendekatan sosiologi,
ciri-ciri, watak dan kecenderungan, kekuatan dan kelemahan serta contoh yang
sudah dilakukan
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI
Secara etimologi, kata sosiologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari
kata “socius” yang berarti teman, dan “logos” yang berarti berkata atau berbicara
tentang manisia yang berteman atau bermasyarakat. Secara terminologi, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
perubahan-perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang
dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan permasalahan yang timbul
diantaranya. Sedangkan tujuanya adalah meningkatkan keharmonisan hubungan
diantara banyak perbedaan manusia. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan
pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie
Positive" karangan August Comte (1798-1853), ilmuwan dari prancis merupakan
orang yang pertama kali memakai istilah “sosiologi”. Sosiologi menurut comte,
harus dibentuk berdasarkan pengamatan terhadap masyarakat bukan merupakan
spekulasi-spekulasi semata.
Sedangkan menurut Hassan Shadily,Sosiologis adalah ilmu yang
mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan
antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan
maksud hidup bersama,cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-
perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat
tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.1
Sementara itu, Soerjono Soekanto mengartikan sosiologi sebagai suatu
ilmu pengetahuan yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian. Di dalam
ilmu ini juga di bahas tentang proses-proses social mengingat bahwa pengetahuan
perihal struktur masyarakat saja belum cukup untuk memperoleh gambaran yang
nyata mengenai kehidupan bersama dari manusia.
1 Hassan Shadily,dikutip dalam Abudin Nata,Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT raja Grafindo,
2011)
3
Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi
dikenal sebagai ilmu pengetahuan yang menggambarkan
tentang keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala
social,struktur sosial, perubahan sosial dan interaksi manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial yang saling berkaitan. Dengan ilmu ini suatu
fenomena sosial dapat dianalisis dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya
hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut. Sosiologis mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama,
cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu
serta pula kepercayaannya, keyakinan yang member sifat tersendiri kepada cara
hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Selanjutnya, yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara
pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat
mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai realitas kebenaran
sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah
penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian legalistik atau penelitian
filosofis.2
Pentingnya pendekatan sosiologi dalam memahami agama sebagai mana
disebutkan di atas, dapat dipahami, karena banyak sekali ajaran agama yang
berkaitan dengan masalah social. Besarnya perhatian agama terhadap masalah
social ini selanjutnya mendorong kaum agama memahami ilmu-ilmu social
sebagai alat untuk memahami agamanya. Dalam bukunya berjudul islam
Alternatif, Jalaludin Rahmat telah menunjukkan betapa besarnya perhatian agama
yang dalam hal ini islam terhadap masalah social, dengan mengajukan lima alasan
sebagai berikut:
1. Dalam Alqur'an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar kedua sumber
hukum islam itu berkenaan dengan urusan mu'amalah. Menurut Ayatullah
Khomaeni dalm bukunya Al-Hukumah Al Islamiyah yang di kutip Jalaluddin
Rahmat, dikemukakan bahwa perbandingan antara ayat-ayat ibadah dan ayat-
2 Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar
4
ayat yang menyangkut kehidupan social adalah satu berbanding seratus untuk
satu ayat ibadah, ada seratus ayat mu'amalah (masalah social). Cirri-ciri orang
mukmin sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 1-9 misalnya
adalah orang yang salatnya khusyu' menghindarkan diri dari perbuatan yang
tidak bermanfaat, menjaga amanat dan janjiannya dan dapat menjaga
kehormatannya dari perbuatan maksiat.
2. Bahwa ditekannya masalah muamalah (social) dalam islam ialah adanya
kenyataan bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan
muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan
(tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap dikerjakan sebagaimana
mestinya.
3. Bahwa ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih
besar dari pada ibadah yang bersifat perseorangan. Karena itu sholat yang
dilakukan secara berjamaah dinilai lebih tinggi nilainya dari pada salat yang
dikerjakan sendirian (munfarid) dengan ukuran satu berbanding dua puluh
derajat.
4. Dalam islam terdapat ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna
atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusannya)
ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah social. Bila puasa
tidak mampu dilakukan misalnya, jalan keluarnya adalah dengan membayar
fidyah dalam bentuk memberi makan bagi orang miskin. Dalam hadis qudsi
dinyatakan bahwa salah satu tanda orang yang diterima salatnya ialah orang
yang menyantuni orang-orang yang lemah, menyayangi orang miskin, anak
yatim,janda dan yang mendapat musibah.
5. Dalam islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang kemasyarakatan
mendapat ganjaran lebih besar dari pada ibadah sunnah.3 Melalui pendekatan
sosiologis agama akan dapat dipahami dengan mudah, karena agama itu
sendiri diturunkan untuk kepentingan social. Dalam al qur'an misalnya kita
jumpai ayat-ayat berkenaan dengan hubungan manusia dengan manusia
lainnya, sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa
dan sebab-sebab yang menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu jelas
5
baru dapat dijelaskan apabila yang memahaminya mengetahui sejarah social
pada saat ajaran agama itu diturunkan.
4 William D Perdue. 1986. Sociological Theory: Explanation, Paradigm, and Ideology. Palo Alto,
CA: Mayfield Publishing Company. Hlm. 20
5 Amin Abdullah dkkk., Mencari Islam: Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2000), h 7.
6
Bila perilaku manusia itu dapat didefinisikan, diberlakukan sebagai entitas
objektif, maka akan dapat diamati dengan menggunakan metode empiris dan juga
dapat dikuantifikasikan. Dengan pendekatan seperti itu, ilmuwan sosial
menggambarkan agama dalam karakter objektif, sehingga agama dapat
“dijelaskan” dan peran agama adalam kehidupan masyarakat dapat
dimengerti. Penelitian dalam ilmu sosial bertujuan untuk menemukan aspek
empiris dari keagamaan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri pendekatan
sosiologi yaitu sekitar perilaku perilaku manusia yang mengikuti teori
kemungkinan (possibility) dan objektivitas, mencakup seluruh hubungan individu
dengan masyarakat, seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut
pandang teoritis, yang merupakan realitas sosial yang bersifat statis atau tidak
berubah keadaanya, serta perubahan dan perkembangan masyarakat.
7
Sementara Edgard F. Borgetta dan Marie L, Borgotta mengatakan kita
pada tiori pilihan rasional agama yang ada dasarnya bersandar pada pengamatan
masyarakat Kristen di Barat.6
Dari beberapa pendapat yang dijelaskan diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa watak dan kecenderungan dalam pendekatan sosiologis
adalah :
1. Mengamati pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat
2. Mengamati perubahan masyarakt terhadap pemahaman ajaran atau konsep
keagamaan
3. Mengamati kejadian-kejadian yang terdapat dalam masyarakat
6 Atho’ Mudzhar, Pendekatan Sosiologis dalam Islam, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 2000),h. 30
8
beberapa universitas. Fakta tersebut membuktikan bahwa telah terjadi fragmentasi
pendekatan dan terkotaknya konsepsi tentang manusia.
Adapun contohnya adalah :
a. Fanatisme, Pengelompokan masyarakat berdasarkan demensi horizontal
inimemiliki dampak pada fanatisme kelompok yang bersangkutan,. Anggota
kelompok memiliki ikatan yang kuat dengan kelompoknya dan sekaligus
membedakan dirinya dengan kelompok lain. Misalnya deferensiasi
berdasarkan agama, akan menmimbulkan fanatisme bagi setiap pemeluk
agama yang bersangkutan dan mereka sekaligus membedakan diri dengan
kelompok beragama lainya.
b. Solidaritas, Solidaritas atau ikatan kebersamaan dapat juga terjadi akibat
deferensiasi social yang ada. Solidaritas tumbuh dan berkembang diantara
mereka. Deferensiasi karena suku bangsa atau etnik akan membuat ikatan
mereka se etnik jauh lebih kuat dibandingkan dengan ikatan mereka diluar
etnik. Lebih-lebih bila mereka berada diluar etniknya sebagai pendatang pada
etnik yang berbeda, maka solidaritas diantara mereka akan tumbuh dan
berkembang sehingga rasa solidaritas diantara mereka semakin tinggi.
c. Toleransi, Pemahaman akan perbedaan yang horizontal diantara kelompok
social yang digolongkan berdasarkan deferensiasi social akan menumbuhkan
toleransi diantara mereka. Mereka mengetahui perbedaan dan batas-batas
social diantara mereka. Batas kelompok mereka mereka pahami; kesadaran
akan kelompoknya juga mereka merasakan.7
7 Mukti Ali, “Penelitian Agama di Indonesia” dalam Mulyanto Sumardi, Penelitian Agama:
Masalah dan Pemikiran, (Jakarta: Sinar Harapan, 1982), h 12
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Studi Islam adalah kajian tentang agama Islam dan aspek-aspek dari
kebudayaan dan masyarakat muslim. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
manusia dan interaksi manusia dengan manusia lain, interaksi seseorang individu
dengan individu yang lain, atau individu dengan kelompok masyarakat,
masyarakat dengan masyarakat, pemimpin dengan rakyat, rakyat dengan rakyat
serta organisasi dengan organisasi.
Ciri-ciri dari pendekatan ilmu sosiologis dalam studi Islam sangatalah
sulit. Hal ini disebabkan karena beragamnya pendapat di kalangan ilmuwan sosial
sendiri tentang validitas kajian yang mereka lakukan. Ciri utama pendekatan ilmu
sosial adalah pemberian definisi yang tepat tentang wilayah telaah mereka, salah
satunya bahwa perilaku manusia mengikuti teori kemungkinan (possibility) dan
objektivitas.
Pendekatan sosiologi cenderung mengamati pengaruh agama terhadap
perubahan masyarakat dan perubahan masyarakt terhadap pemahaman ajaran atau
konsep keagamaan
10
DAFTAR PUPSTAKA
11