Anda di halaman 1dari 4

Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

Review Buku Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek Dr. H.M. Atho Mundzar

 Bagian Pertama : Teori-teori Penelitian


Bab I : Islam sebagai Sasaran Studi dan Penelitian.
Bab ini memiliki 5 sub bab yang membahas tentang agama sebagai gejala budaya dan
sosial, islam sebagai wahyu dan produk sejarah, studi islam di berbagai perguruan tinggi dunia
dan refleksi untuk masa depan IAIN. Buku ini membahas bahwa agama dapat didekati dengan
dua metode sekaligus (kualitatif dan kuantitatif), namun agama juga bisa dikaji menggunakan
salah satu metode tersebut. Pemilihan metode ini tergantung pada konteks apa yang diteliti.
Terdapat lima bentuk gejala agama yang perlu diketaui dalam studi agama. Pertama ialah naskah
atau dari mana asal ajaran tersebut. Kedua ialah sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh umat
agama tersebut baik penganut maupun pemuka agama.Ada lima bentuk gejala agama yang perlu
diperhatikan ketika hendak mempelajari suatu agama. Ketiga, ialah bagaimana menjalankan
agama tersebut (proses ritual ibadahnya). Keempat, alat ibadah, tempat ibadah dan segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses ritual.
Agama islam dapat dipelajari sebagai sebuah wahyu (ajaran) maupun sejarah. Islam
sebagai wahyu maksudnya menjadikan wahyu tersebut sebagai objek pembelajaran. Seperti ilmu
cara membaca al-Quran, Ilmu tafsir, dsb. Sedangkan islam sebagai sejarah ialah mempelajari
islam dari sejarah peradaban islam seiring perkembangan zaman.
Studi islam di belahan dunia sangat variatif, ada yang hanya mengkaji bahasa arab, ada
yang mengkaji budaya ketimuran, dan ada juga yang spesifik mempelajari peradaban di zaman
Nabi. Di Indonesia sendiri studi agam khususnya islam dilakukan di kampus-kampus islam. Tiga
hal utama yang harus dilakukan oleh kampus islam ialah merumuskan ilmu inti dan ilmu bantu,
meningkatkan studi interdisipliner, dan pembukaan program studi umum.
Bab II : Metodologi Penelitian Agama, Pembedaan Penelitian Agama dan Keagamaan.
Menurut Middleton, guru besar antropologi di New York University penelitian agama
(reasearch on religion) tidak sama dengan penelitian keagamaan (religious reasearch).
Penelitian agama ialah penelitian yang menekankan ada materi agama, sasaran enelitian ini yaitu
pada elemen ritual, magis dan mitos. Sedankan penelitian keagamaan meneliti agama sebagai
sustu sistem. Perbedaan kedua hal tersebut perlu diketahui untuk memutuskan metode penelitian
mana yang akan digunakan untuk mengkaji agama. Penelitian agama meggunakan metode yang
Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

sudah ada dalam agama itu sendiri seperti ilmu ushul fiqh, ilmu hadist, ilmu tafsir dll. Sedangkan
studi keagamaan dapat menggunakan metodologi diluar agama seperti metode penelitian sosial
seperti antropologi, sosiologi dll. Metode ground research merupakan salah satu metode
penelitian sosial yang dapat digunakan dalam penelitian. Metode ini bertujuan untuk menemukan
teori lewat data yang didapatkan secara sistematik dengan memanfaatkan metode analisis
komparatif konstan.
Bab III : Penyusunan Desain Penelitian Agama.
Adanya perbedaan tentang agama sebagai gejala budaya dan gejala sosial menyebabkan
desain penelitian agama dapati didasarkan pada dua hal tersebut. Penelitian agama sebagai gejala
budaya memiliki desain yang lebih sederhana secara umum. Hal ini dikarenakan penelitian
budaya bersifat unik dan tidak perlu adanya bukti keterulangan gejala di daerah lain. Unsur yang
harus ada pada penelitian agama sebagai gejala budaya yaitu: perumusan masalah, penjabaran
masalah, signifikansi penelitian, studi pustaka, metode pengumpulan dan analisis data dan
rencara laporan kerangka penelitian. Sedangkan pada penelitian agama sebagai gejala sosial,
diperlukan sistematika yang lebih teratur dari penelitian agama sebagai budaya. Penelitian ini
diawali dengan merumuskan masalah, mengemukakan signifikansi penelitian, selanjutnya
menjelaskan metodologi. Hal yang perlu diperhatikan berikutnya adalah mengetahui bagaiana
cara pengukuran, misalnya cara mengukur setuju atau tidaknya seseorang melalui jawaban ya
dan tidak, seberapa setuju responden mengenai hal tersebut, dan sebagainya. Selanjutnya perlu
adanya indeks, yaitu beberapa indormasi yang dapat ditetapkan sebagai jawaban dari beberapa
pertanyaan. Jawaba tersebut kemudian dikumpulkan dan dipadukan. Indeks merupakan salah
satu cara untuk melihat informasi, data, juga bagian dari tahapan memperlakukan hasil
pengukuran. Hal selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah analisis data. Peneliti kebanyakan
masigg akab mempertanyakan kesetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap suatu
masalah. Terkadang peneliti pada akhirnya menyatakan bahwa hal tersebut belum tentu menjadi
sebeb terjadinya hal tersebut.
 Bagian Kedua : Contoh Studi dalam Praktik
Bab IV : Teori-teori tentang Jatuhnya Daulat Bani Umayyah dan Bangkitnya
Bani
Abbasiyah.
Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

Teori yang ditawarkan oleh sejarawan dalam menganalisa bangkitnya bani Abbasiyah
ada empat. Pertama yaitu teori faksionalisme rasial atau teori pengelompokan kebangsaan.
Teori yang dikemukakan oleh Van Vloten ini menyatakan bahwa keruntuhan bani Umayyah
disebabkan oleh orientasi bani Umayyah yang terlalu fokus pada Arab sehingga menyebabkan
Islam non Arab merasa tersisihkan. Oleh karenanya umat islam Iran yaitu bani Abbasiyah
kemudian memberontak dan berhasil meruntuhkan bani Umayyah. Dapat dikatakan pula bahwa
orang Arab dikalahkan oleh orang Iran. Teori kedua ialah teori pengelompokan golongan
berdasarkan keagamaan atau dikenal dengan teori faksionalisme sektarian. Teori ini menjelaskan
bahwa Bani Umayyah selamanya bertentangan dengan kaum Syiah, akhirnya koalisi dari kaum
Syiah berhasil meruntuhkan Bani Umayyah yaitu Mu’awiyah yang merebut kepemimpinan dari
Ali. Teori ini memaparkan bahwa dimulainya dinasti Abbasiyah bisa dipahami dengan lebih baik
jika melihat golongan-golongan penganut paham keagamaan tersebut. Ketiga yaitu teori
faksionalisme kesukuan. Teori ini mengemukakan bahwa pada masa Dinasti Umayyah masih
terus terjadi perselisihan antar suku. Dua suku besar yang ada pada dinasti Umayyah yaitu suku
Mudhariyah dan Yamaniah. Kedua suku tersebut bergantian menjadi oposisi dan pengusung
khilafah. Hal ini memicu perselisihan menyebar hingga wilayah timur. Dalam teori ini melihat
kebangkitan bani Abbasiyah didasarkan apda pertentangan kedua suku tersebut. Keempat
terdapat teori penekanan terhadap tidak adilnya sektor disparitas regional dan ekonomi. Teori ini
memaparkan bahwa terdapat perlakuan khusus terhadap orang Arab dan Syiria sehingga dapat
memperoleh keringanan pajak dan hak pegelolaan tanah yang sudah ditaklukan, sedangkan orang
Arab dari timur tidak mendapatkan hak serupa. Hal ini menimbulkan kekecewaan yang terus
bertumpuk dan menginginkan kudeta terhadap bani Umayyah. Menurut penjelasan diatas dapat
diketahui bahwa dalam memahami proses kebangkitan Bani Abbasiyah tidak hanya dilihat dari
satu teori karena proses sosial yang terjadi begitu kompleks. Satu teori haru saling melengkapi
dengan teori lainnya sehingga dapat dilihat secara menyeluruh.
Bab V : Mesjid dan Bakul Keramat, Konflik dan Integrasi dalam Masyarakat
Bugis
Amparita.
Penulis dalam BAB ini menggunakan kerangka penelitian dalam usaha untuk memahami jalur
konflik dan integrasi sosial antara kelompok-kelompok sosial di suatu daerah di Indonesia yang
pada mulanya ditimbulkan oleh perbedaan agama. Penelitian ini merupakan studi kasus yang
Azizah Rizka Wahyuningtyas/PKIM/19104060018

dilakukan di sebuah desa di Sulawesi Selatan yaitu Desa Amparita. Terdapat tiga kelompok
sosial yang yaitu, kelompok Islam, Tolotang Benteng dan Towani Tolotang. Tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui dan memaparkan kenyataan benturan dan integrasi sosial yang pernah
dan sedang terjadi antara tiga kelompok tersebut dan faktor-faktor penyebabnya. Tahap
berikutnya dapat melukiskan pola-pola bentuk konflik dan integrasi sosial. Pada masyarakat
Amparita sendiri penelitian ini berupa studi kasus untuk mencari kejelasan dalam hal ini alasan
yang mengakibatkan konflik dan integrasi sosial di Amparita. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode wawancara, observasi partisipasi, dan penelusuran data sekunder.
Metode grounded reasearch coba diterapkan untuk penelitian ini. Grounded research ialah
penelitian yang dilakukan untuk menemukan teori dari data yang diperoleh secara
sistematis.proses analisis dilakukan melalui lima langkah. Pertama ialah seleksi kelompok atau
individu yang akan dibandingkan sebagai sumber data. Kedua, pengumpulan data-data yang
diperoleh dan dikasifikasi serta dirincikan perbedaan dan persamaannya sehingga dapat
menghasilkan kategori-kategori. Ketiga, kategori-kategori tersebut lalu dicirikan dan
didapatkan sifat- sifatnya. Keempat, kategori-kategori tersebut saling dihubungkan, sehingga
memunculkan hipotesis. Hipotesis tersebut kemudian saling dihubungkan untuk memunculkan
kecenderungan yang lebih umum dan akan menjadi inti dari teori yang akan muncul.
Bab VI : Fatwa Majlis Ulama Indonesia
BAB ini menyajikan hasil penelitian tentang fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI)
secara singkat. Studi ini berusaha memahami sifat dari fatwa-fatwa yang dikeluarkan MUI dari
dua tingkat analisis, yaitu lingkungan sosio politik dan kebudayaan yang mengitarinya serta
perumusan secara metodologi. Fatwa-fatwa MUI dalam sifatnya setelah dicermati memiliki
perbedaan pada kedua tingkatan analisis tersebut. Bahkan fatwa-fatwa dapat menunjukkan
perbedaan dalam suatu kategori tertentu. Selain soal teknis metodologi, perumusan fatwa-fatwa
MUI terbukti selalu terikat oleh beberapa faktoe antara lain faktor politik. Beberapa fatwa hanya
terkait dengan satu faktor, tetapi ada pula yang terikat pada gabungan beberapa faktor, sehingga
kerap mempersulit penentuan faktor mana yang paling berpengaruh.

Anda mungkin juga menyukai