Anda di halaman 1dari 2

Review Islam and Literlism

Artikel tersebut merupakan review dari kajian Robert Gleave tentang literalisme dalam teori
hukum Islam. Gleave adalah pakar tradisi Islam Syiah pramodern dan telah banyak menulis
tentang topik ini. Dia mencoba untuk menyelamatkan istilah 'literalisme' dari penyalahgunaannya
dalam interpretasi Islam modern dan memberinya makna yang tepat yang diinformasikan oleh
disiplin linguistik modern.

Kajian Gleave berhati-hati, diperdebatkan secara ketat, dan sederhana, namun sangat penting
bagi pelajar tradisi Islam yang serius. Ia berfokus pada konsep literalisme, yang 'secara harfiah'
ia bawa pulang dengan mengidentifikasi perdebatan filosofis kontemporer seputarnya. Gleave
berpendapat bahwa munculnya literalisme populer, sering dikaitkan dengan gerakan revivalis,
tidak sepenuhnya terputus dari literalisme teknis tradisi klasik tinggi.

Artikel tersebut menjelaskan bahwa Gleave meruntuhkan dua jenis oposisi yang sering dipegang
dan dipertahankan dengan tegas: antara Islam/pramodern, karenanya tradisional/tidak masuk akal
di satu sisi, dan modern/Barat, karenanya ilmiah/nalar, di sisi lain; dan bahwa antara tradisi
'tinggi' usul 'rasionalis', dituduh kasuistis dan mengabaikan 'literal ilahi' oleh lawan mereka di
satu sisi, dan literalis sejati dalam pengertian populer, yang disebut Aashwiyya , Shiriyya, dan
salafiyya, dan seterusnya, diberhentikan sebagai fundamentalis oleh para elit, di sisi lain. Kedua
jenis keruntuhan ini dapat dipertanyakan, tetapi pertanyaan, perbandingan, dan wawasan yang
dimungkinkan oleh keruntuhan ini membangun.

Bab pertama studi Gleave menceritakan perdebatan seputar makna literal dalam filsafat
linguistik modern dengan pandangan untuk memulihkan kosa kata dan signifikansi perdebatan
serupa dalam teori hukum Islam. Gleave menghubungkan teori bawaan usul al-fiqh klasik
dengan teori makna semantik modern yang dirumuskan oleh Paul Grice. Ia bertujuan untuk
menantang prasangka modern terhadap 'makna literal' yang menganggapnya dangkal dan anti-
intelektual.
Gleave berpendapat bahwa literalisme adalah posisi dominan dalam filsafat bahasa, dan itu
adalah pandangan bahwa adalah mungkin untuk 'menganggap konten kebenaran-kondisional ke
kalimat, terlepas dari tindak tutur yang digunakan untuk melakukan kalimat tersebut.' Pandangan
ini mencerminkan literalisme para teoretikus hukum Islam klasik yang berpendapat bahwa
makna semantik konvensional itu ada dan memiliki klaim default sebagai makna yang dimaksud.
Literalis modern mengakui ketergantungan makna pada faktor kontekstual dan dengan demikian
membedakan antara makna literal dan apa yang dimaksudkan oleh penulis.

Artikel ini diakhiri dengan mencatat bahwa kajian Gleave merupakan kontribusi penting bagi
pemahaman literalisme dalam teori hukum Islam. Perlakuan bernuansa Gleave terhadap tradisi
Islam klasik menantang prasangka modern terhadap makna literal dan menunjukkan bahwa
literalisme merupakan posisi dominan dalam filsafat bahasa. Runtuhnya oposisi memungkinkan
wawasan dan perbandingan baru, dan studi ini penting bagi siswa yang serius dalam tradisi
Islam.

Anda mungkin juga menyukai