Anda di halaman 1dari 3

RESUME BUKU FILSAFAT ISLAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Islam dan Sains


Oleh : Silmi Aliya Zahra S (1831011028)
Pendidikan Biologi

Judul Buku : Filsafat Islam


Penulis : Drs. H. Achmad Gholib, MA
Penerbit : Faza Media
Tahun Terbit : 2009 (Cetakan Pertama)

Pembahasan mengenai filsafat Islam sejak dahulu memang berada dalam posisi
dilematis, antara diterima dan ditolak, sehingga penjelasan pada masalah ini mutlak dilakukan.
Filsafat Islam diterima atas perannya sebagai "jembatan" bagi perkembangan kemoderenan di
Barat sekaligus perespon ide-ide Yunani, tetapi juga ditolak karena dianggap tidak
menunjukkan kontribusinya yang signifikan.
Dalam bukunya ini penulis menjelaskan mengenai filsafat dalam lintasan sejarahnya
yang membahas tentang tradisi ilmiah islam dan akulturai budaya, juga filsafat Islam dan
kebangkitan barat. Mengenai filsafat dalam lintasan sejarahnya, penulis menjelaskan
kecenderungan-kecenderungan dalam melihat filsafat Islam dari berbagai sisi. Kecenderungan
pertama menafikan keberadaan filsafat Islam, kecenderungan kedua adalah mengakui
keberadaan filsafat Islam sebagai sebuah "jembatan" yang menghubungkan antara kemajuan
di Barat dengan kemajuan keilmuan di Yunani, dan kecenderungan penelitian ketiga yaitu telah
mengakui, menerima dan menyetujui filsafat Islam pernah mewarnai keilmuan di dunia bahkan
pernah mencapai masa keemasannya. Lalu, penulis penulis juga menjelaskan mengenai tradisi
ilmiah islam dan akulturai budaya, dengan membahas tentang Islam dan bangsa Arab, Islam
dan peradaban Persia, juga Islam dan pemikiran Yunani.
Selain itu, dalam bukunya penulis juga membahas pengertian, karakteristik dan
hubungan filsafa Islam dengan disiplin ilmu lain. Dalam definisinya, disebut filsafat Islam
dituturkan Mulyadhi, pertama, karena ketika filsafat Yunani diperkenalkan ke dalam Islam,
Islam telah menyusun sistem theologi yang sangat menekankan keesaan Tuhan dan hukum
syari’ah. Lalu ada tiga konteks yang seringkali diperdebatkan konstelasi hubungannya ini,
ilmu, filsafat dan agama mampu menjelaskan lebih gamblang kedudukan filsafat Islam, filsafat
dan Agama atau filsafat Agama dalam struktur keilmuan. Kemudian untuk mempertegas proses
pengkajian, ilmu pengetahuan kami setarakan maknanya dengan sains. Alasannya adalah
karena perkembangan sains seringkali dijadikan indikasi untuk melihat kemajuan peradaban
dari suatu bangsa. Karena pertemuan filsafat dan sains tidak menemukan kendala yang berarti,
maka titik problem yang dipertaruhkan dalam setiap akulturasi pemikiran itu adalah agama.
John F. Haught menerangkan empat persepsi terhadap relasi antara agama dan sains, pertama,
mereka yang berpendapat bahwa agama sama sekali bertentangan dengan sains atau bahwa
sains membatalkan agama; kedua, mereka yang berfikiran bahwa agama dan sains sangat
berbeda satu sama lain sehingga secara logis tidak mungkin ada konflik atau hubungan di
antara keduanya. ketiga, yang mengatakan bahwa walaupun agama dan sains jelas berbeda,
tetapi sains selalu mempunyai implikasi-implikasi bagi agama; demikian juga sebaliknya. Dan
keempat, yakni yang melihat relasi itu sebagaimana relasi ketiga, tetapi lebih halus, karena
golongan ini melihat bagaimana agama dapat berperan positif dalam mendukung petualangan
ilmiah mencari penemuan. Kemudian untuk memudahkan pemahaman kita, dilakukan pointer-
pointer mengenai hal-hal yang menjadi karakteristik filsafat Islam, yaitu diantaranya: Landasan
berfikir; filsafat Islam berlandaskan pada prinsip agama Islam dalam hal ini al-Qur'an dan
hadis. Maka sumber ilmu dalam filsafat Islam adalah dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil rasional
(‘aqli). Sistem analisis; filsafat Islam tidak hanya melandaskan diri pada prinsip-prinsip
rasional tetapi juga spiritual. Subjek pengkaji; filsafat Islam merupakan hasil telaah dan analisis
para filosof muslim, artinya kajian filsafat ini dilakukan oleh orang- orang Islam. Objek yang
dikaji; filsafat Islam mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan metafisika atau non materi,
seperti asal-muasal kehidupan dunia, akal aktif, dan sebagian pembahasan mengenai ruh.
Bidang kajian; awalnya para filosof muslim mengkaji filsafat-filsafat yang datang dari Yunani,
baik yang murni Yunani atau yang telah terhellenisasi, artinya mirip sekali dengan upaya
islamisasi filsafat Yunani, tetapi kemudian berkembang menjadi kajian “hikmah" atau yang
diistilahkan Henry Corbin dengan “theosophy". Selanjutnya, penulis juga membahas mengenai
aliran-aliran dalam filsafat Islam, diantaranya : Aliran Peripatetik, Aliran lluminasionis, Aliran
'Irfani (tasawwuf), dan Aliran Hikmah Muta'aliyyah. Lalu Geliat filsafat Islam berhubungan
erat dengan perkembangan teologi dan tasawwuf, beberapa aliran yang muncul belakangan
menunjukkan bukti tersebut. Ibn ‘Arabi merupakan bentuk filsafat Islam yang kemudian
memberikan konsep ma’rifah dan wahdat al- wujud. Konsep yang kemudian digunakan dalam
maqam-maqam sufistik. Pencapaian kebangkitan pemikiran filsafat pasca Ibnu Rusyd
diperkirakan banyak digerakkan oleh wilayah-wilayah Syi'ah. Wilayah- wilayah penganut
“sunni” diperkirakan mengalami stagnanisasi jika tidak dikatakan hampir menghilang.
Suhrawardi al-Maqtul, Nasir al-Din Thusi dan Mulia Shadra merupakan tokoh-tokoh filosof
Islam yang telah membuat harmonisasi antara berbagai pemikiran Islam, baik sunni, syi’ah
bahkan sufi, dalam satu pemikiran penting kebangkitan kembali filsafat Islam. Kebangkitan ini
sekaligus menjadi evolusi perjalanan keilmuan filsafat Islam sejak dari permulaan
pertemuannya bersama filsafat hellenis sampai kemudian menarik gerak spiritualitas Islam dan
mungkin masih terus berjalan bersama kebutuhan zaman sampai kapan pun.
Selanjutnya, penulis juga membahas para filosof muslim awal seperti Al-Kindi, Al-
Razi, Al-Farabi, Ibnu Miskawaih, dan Ibnu Sina. Kemudian untuk membuat para pembaca
mampu membuka wawasan lebih luas lagi, penulis menyuguhkan pergulatan pemikiran Al-
Ghazali dan Ibnu Rusyd. Dimana Al-Ghazali mengajukan teknik epistemologi terbaru dalam
dunia filsafat, yakni teknik intuisi. Sebuah upaya menggabungkan konsep filsafat dan
tasawwuf. Kritik al-Ghazali secara umum ditujukan untuk mengurangi dominasi akal dalam
pencarian kebenaran dan dilandaskan pada konsep-konsep syari’at. Penolakannya ditujukan
pada masalah eternalitas alam, pengetahuan Tuhan terhadap hal-hal partikular dan kebangkitan
jasad di hari akhir. Namun membuatnya dituding bahwa al-Ghazali menolak konsep- konsep
syari’at dan menolak kehendak bebas Tuhan. Lalu Ibnu Rusyd mengajukan sanggahan
terhadap teori-teori yang disampaikan al-Ghazali atas dasar pengaruh ide-ide al-Ghazali yang
kemudian dianggap mendiskreditkan filsafat. Teori Ibnu Rusyd yang ditujukan untuk
menyanggah al-Ghazali sesungguhnya ditujukan untuk membela pemikiran rasional bukan
untuk membela para filosof karena Ibnu Rusyd sendiri mengkritik pendapat-pendapat para
filosof. Inti utama dari pemikiran Ibnu Rusyd adalah bahwa filsafat bukan konsumsi orang
awam. Filsafat adalah bagian dari keilmuan yang hanya terbatas pada orang-orang yang
memiliki kapasitas secara ’aqli di dalamnya. Terakhir buku ini ditutup dengan pembahasan
mengenai filsafat dan tradisi mistis.

Anda mungkin juga menyukai