Oleh:
NIM : Q.190363
Semester : 2
KARANGANYAR
2019/202
Filsafat Islam
Oliver Leaman menjelaskan bahwa sejarah filsafat Islam yang asli tidak
harus dipengaruhi filsafat Yunani. Hal ini karena menurutnya, sebelum mengenal
filsafat dari Yunani, para cendekiawan Muslim sudah mengenal ilmu yang
menggunakan akal pikiran dalam menarik sebuah hukum (yang dimaksud adalah
istimbat hukum fikih dan usul fiqh). Menurutnya metode takwil dan qiyas,
merupakan aktifitas filsafat. Maka, seorang orientalis asal Universitas Kentucky
USA ini menerangkan bahwa jika menganggap filsafat Islam bermula dari proses
penerjemahan teks-teks Yunani atau hanya nukilan dari filsafat Aristoteles atau
Neo-Platonis adalah kesalahan besar. Sejarah keaslian filsafat Islam tidak seperti
yang dijelaskan Ernest Renan (1823-1893 M) dan Pierre Duhem (1861-1916 M).
Di sisi lain, keberadaan filsafat Islam memilik pro dan kontra. Filsafat
islam jika ditinjau dari sejarah, adalah sebuah warisan tradisi intelektual Islam.
Namun tidak sedikit yang antipati terhadap filsafat. Hal ini karena filsafat
dianggap sebagai ‘barang impor’ yang mengandung unsur-unsur ateisme,
sekularisme, relativisme, pluralisme, dan liberalisme. Jika demikian, maka filsafat
disepakati untuk ditolak para Ulama. Adapun yang tidak menolak filsafat,
berusaha menghilangkan unsur sesat itu dan mendefinikan filsafat adalah sikap
mental, proses nalar dan kearifan.
Sebenarnya budaya berfikir Islam yang sering disebut filsafat Islam itu
adalah sesuatu sistem berfikir yang memiliki perbedaan dengan filsafat Yunani.
Dikarenakan budaya bertanya kritis (filsafat) dikenal terlebih dahulu dalam
budaya Yunani, maka budaya berfikir kritis yang dibawa peradaban Islam setelah
Nabi Muhammad mendapatkan wahyu al-Qur'an, orang menyebutnya itu sebagai
filsafat juga. Jadi, Islam sejajtinya tidak mengajarkan filsafat seperti filsafat
yunani, namun mengajarkan cara berfikir kritis dan mengajarkan hikmah, yang
berpusat pada keimanan kepada Tuhan yang satu.