Anda di halaman 1dari 18

BAB 7

FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM BELAHAN BARAT

A. HUBUNGAN FILSAFAT ISLAM DENGAN FILSAFAT YUNANI


1. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani: Kajian Historis
Dilihat dari aspek sejarah, kelahiran ilmu filsafat Islam dilatarbelakangi oleh adanya
usaha penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab yang telah
dilakukan sejak masa klasik Islam.
Usaha ini melahirkan sejumlah filsuf besar muslim. Dunia Islam belahan timur yang
berpusat di Bagdad, Irak lebih dahulu melahirkan filsuf muslim daripada dunia Islam
belahan barat yang berpusat di Cordoba, Spanyol.
Tentu saja, aktivitas para filsuf muslim bersenTuhan dengan penafsiran Al-Quran.
Bahkan, kecenderungan menafsirkan Al-Quran secara filosofis besar sekali. Nurcholish
Madjid menyatakan bahwa sumber dan pangkal tolak filsafat dalam Islam adalah adalah
ajaran Islam sendiri sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Meskipun
memiliki dasar yang kokoh dalam sumber-sumber ajaran Islam sendiri, filsafat banyak
mengandung unsur-unsur dari luar, terutama Hellenisme atau dunia pemikiran Yunani.
Sebagaimana dijelaskan oleh Nurcholish Madjid bahwa orang-orang Islam
berkenalan dengan ajaran Aristoteles dalam bentuknya yang telah ditafsirkan dan diolah
oleh orang-orang Syiria, dan itu berarti masuknya unsur-unsur Neoplatonisme. Cukup
menarik bahwa sebagian orang Islam begitu sadar tentang Arestoteles dan apa yang
mereka anggap sebagai ajaran-ajarannya, namun mereka tidak sadar atau sedikit sekali
mengetahui adanya unsur-unsur Neoplatonisme di dalamnya. Ini menyebabkan sulitnya
membedakan antara kedua unsur Hellenisme yang paling berpengaruh terhadap falsafah
Islam itu karena memang terkait satu sama lain. 1
Dengan demikian pula, kita sepenuhnya dapat berbicara tentang pengaruh besar
Aristotelianisme, yaitu dari sudut kenyataan bahwa kaum Muslim banyak
memanfaatkan metode berfikir logis menurut logika formal (silogisme) Aristoteles.

1
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam: Konsep, filsuf dan ajarannya (Bandung: Pustaka Setia, 2009) h. 28-29.

1
Cukup sebagai bukti betapa jauhnya pengaruh ajaran Aristoteles ini (yang populernya
ilmu mantiq) di kalangan umat Islam.
Tampak jelas adanya huungan yang bersifat akomodatif bahwa filsafat Yunani
memberi modal dasar dalam pelurusan berpikir yang ditopang sejatinya oleh Al-Quran
sejak dulu. Secara teologis, dapat dikatakan bahwa sumber Al-Quran secara azali telah
ada maka filsafat Yunani hanya sebagai pembuka, sementara bahan-bahannya sudah ada
di dalam Al-Quran sebagai desain besar Allah. Akan tetapi, persoalan yang muncul
adalah orisinalitas filsafat Islam; apakah ia mengekor atau pelopor.
Dapat dinyatakan bahwa hubungan filsafat Islam dengan filsafat Yunani adalah
sebagai pengembang dan penerus sekaligus pelopor filsafat yang bercorak Islam yang
disebarkan ke berbagai dunia Barat.2

2. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani: Kajian Doktrin


Menurut Harun Nasution, yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam
sebenarnya bukanlah akal dengan wahyu, baik oleh kaum Mutazilah maupun oleh kaum
filsuf Islam. Yang dipertentangkan hanyalah penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan
penafsiran lain dari teks wahyu itu juga.
Masih dalam pandangan Harun Nasution, pandangan ini timbul di kalangan kita
umat Islam karena kita kurang mempelajari pemikiran-pemikiran kaum Mutazilah dan
kaum filsuf dari sumber aslinya, tetapi banyak berpegang pada buku-buku karangan dari
luar golongan Mutazilah dan kaum Filsuf. Di antara karangan-karangan itu, banyak
yang bernada tidak setuju, bahkan ada yang menentang pendapat-pendapat kaum
Mutazilah dan kaum Filsuf. Adapun perbedaan penilaian di kalangan penulis-penulis
Barat, kelihatannya timbul karena di golongan mereka terdapat keadaan kurang
menangkap pengertian sebenarnya dari wahyu dalam Islam.
Ringkasnya, dapat dikatakan bahwa hubungan filsafat Islam dengan filsafat Yunani,
secara doktrinal memiliki hubungan bahwa Islam memiliki ajaran untuk mencari
pengetahuan dan alatnya adalah akal untuk menggali pemikiran yang benar. Begitu pula,
dalam filsafat Yunani, akal menjadi pusat pemikiran yang begitu bebas, sementara
dalam filsafat Islam diberikan kelonggaran meskipun terdapat keketatan dalam
penggunaan rasio.

2
Ibid., h.37-40

2
Lebih lanjut, dapat dikatakan bahwa hubungan yang bersifat doktrinal ini
melahirkan hubungan fungsional antara filsafat Islam yang berbasis jadali dalam
kerangka berpikirnya menjadi cara berpikir Yunani yang bercorak sintesis, kontinu, dan
analogis yang diperlihatkan oleh masing-masing filsuf Islam kemudian seperti madzab
peripatik [Masyasya’un], isyraq hingga hikmah muta’alliyah.3

B. FILSAFAT ISLAM DI DUNIA ISLAM BARAT


Filsafat adalah merupakan induk dari ilmu pengetahuan, karena filsafat mendorong
orang untuk berfikir secara menyeluruh untuk mengungkap hakikat dari sesuatu. Dengan
berfikir secara filsafati tentang sesuatu atau ilmu kita dapat menghasilkan suatu metode
atau ilmu baru yang merupakan turunan dari ilmu yang telah ada. Jadi sangat wajar bila
para Filosof dapat memahami hakikat sesuatu atau ilmu dan dapat memunculkan teori-teori
baru disamping teori yang telah ada.
Proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakan begitu saja bahwa pemikiran filsafat
Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Para filosof Islam banyak mengambil pemikiran
Aristoteles dan banyak tertarik terhadap pemikiran Plotinus. Sehingga banyak teori filosof
Yunani diambil oleh filosof lslam.
a. Ibnu Bajjah
a. Biografi
Ibnu Bajjah adalah filsuf muslim pertama di dunia Islam belahan Barat. Nama
lengkapnya Abu Bakr Muhammad bin Yahya Ibnu Bajjah yang terkenal dengan
nama julukan Ibnul-Sha’igh (Anak Tukang Emas), sedangkan di Eropa terkenal
dengan nama (Avenpace). Ibnu Bajjah lahir di Saragosa pada abad ke-5 H dan wafat
pada tahun 533 H/1138 M.
Ibnu Bajjah adalah sorang sarjana bahasa dan sastra Arab yang menguasai 12
macam ilmu pengetahuan ketika pergi ke Granada (Spanyol). Menurut Leo
Africanus, Ibnu Bajjah adalah seorang dokter, musisi, penulis lagu dan puisi. Selain
itu, menurut Ibnu Thufail, Ibnu Bajjah adalah pemikir kreatif yang memberikan
kontribusi pada teori fisika dengan uraian tentang gerak peluru. Wawasan
pengetahuan Al-Bajjah selaras ketika selama hidup Ibnu Bajjah selalu mendalami

3
Ibid., h.40-47

3
ilmu alam, ilmu matematika, ilmu astronomi, dan musik. Ibnu Bajjah juga banyak
menulis uraian dan penjelasan tentang filsafat Aristoteles.
b. Karya-Karya Ibnu Bajjah
Banyak sekali karya karya Ibnu Bajjah baik dalam bahasa arab maupun dalam
bahasa inggris. Diantaranya, ada salah sebuah buku Ibnu Bajjah “Tadbirul
Mutawahhid” yang berisi tentang manusia yang hidup menyendiri, tidak
mengadakan hubungan dengan orang lain kecuali dengan keadaan mendesak. Lalu
dalam buku Risalatul Ittisal, Ibnu Bajjah membagi manusia dalam tiga golongan,
yaitu kaum awam, kaum khawas atau kaum cendekiawan, dan kaum bahagia. Risalah
Al-Wada, Tadbir Al-Mutawahhid (tentang moral dan politik).
c. Filsafat Ibnu Bajjah
Ibnu Bajjah memberi corak baru terhadap filsafat Islam di negeri Islam Barat
dalam teori makrifat [epistemologi] yang berbeda sekali dengan corak berfikir Al-
Ghazali di dunia timur. Ibnu Bajjah menolak teori ilham Al-Ghazali. Ibnu Bajjah
menetapkan bahwa seseorang dapat mencapai puncak makrifat jika ia telah dapat
terlepas dari keburukan-keburukan masyarakat, dan menyendiri serta dapat memakai
kekuatan pikirannya untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu sebesar mungkin
hingga mampu memenangkan diri melawan pikiran hewaninya.
Materi dan Bentuk
Menurutnya materi dapat bereksistensi tanpa harus ada bentuk, bentuk bisa
bereksistensi dengan sendirinya tanpa harus ada materi. Menurut Ibnu Bajjah kata
‘bentuk’ dipakai untuk mencakup berbagai arti jiwa, sosok, kekuatan, makna dan
konsep. Menurut pendapatnya, suatu tubuh memiliki 3 tingkatan (1) bentuk jiwa
umum atau intelektual (2) bentuk kejiwaan khusus (3) bentuk fisik. Bentuk-bentuk
yang berkaitan dengan aktif oleh Ibnu Bajjah dinamakan bentuk-bentuk kejiwaan
umum, sedangkan bentuk-bentuk yang berkaitan dengan akal sehat dinamakan
bentuk-bentuk kejiwaan khusus.
Akal dan Pengetahuan
Menurut Ibnu Bajjah akal adalah bagian terpenting mausia. Pengetahuan yang
benar dapat diperoleh lewat akal. Melalui akal kita mampu mencapai kemakmuran
dan membangun kepribadian. Mengenai pengetahuan dijelaskan melaui teori
ittishal, Ia percaya bahwa pengetahuan tidak diperoleh melalui indra. Teori ittishal

4
Ibnu Bajjah menjelaskan tentang hubungan manusia dengan akal yang aktif. Tujuan
dari teori ini adalah mencapai, mengenal, dan mengetahui Tuhan, yaitu dengan cara
mengetahui perbuatan-perbuatan Tuhan. Dalam teori ini juga ia mengungkapkan
bahwa hanya ketika bertindak secara rasionalah kita bisa menjadi bebas. Tujuan kita
yang sebenarnya adalah pengetahuan spiritual,berhubungan dengan akal aktif dan
dengan Tuhan.4
b. Ibnu Thufail
a. Biografi
Filsuf muslim kedua di belahan barat ini hidup pada masa pemerintahan Daulah
Muwahhidun. Nama lengkapnya adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu Abd Al-Malik
ibn Muhammad ibn Muhammad Ibnu Thufail (Latin, Abubacer), pemuka besar
pertama pemikiran filsufis Muwahhid dari Spanyol. Lahir pada dekade pertama abad
ke-6 H/ke-12 M di Ouadix, di provinsi Granada.
Ibnu Thufail memulai karirnya sebagai dokter praktik di Granada dan lewat
ketenarannya dalam jabatan itu, dia diangkat menjadi sekretaris gubernur di provinsi
itu. Kemudian, pada tahun 549 H/1154 M, dia menjadi sekretaris pribadi Gubernur
Ceuta dan Tangier, putra ‘Abd Al-Mu'min, penguasa Muwahhid Spanyol pertama
yang merebut Maroko pada tahun 542 H/1147 M. Akhirnya, Thufail menduduki
jabatan dokter tinggi dan menjadi qadhi di pengadilan serta wazir Khalifah
Muwahhid Abu Ya'qub Yusuf (558 H/1163 M-580 H/1184 M).
Khalifah berminat pada filsafat sehingga ia memberi kebebasan siapa saja
untuk berfilsafat. Ibnu Thufail memiliki pengaruh besar dalam filsafat, selanjutnya
beliau menyarankan kepada Ibnu Rusyd untuk menulis tentang filsafat. Meskipun
sibuk dengan urusan pemerintahan, tapi Ibnu Thufail masih menyempatkan
waktunya untuk menulis beberapa risalah tentang kedokteran, astronomi, dan filsafat.
b. Karya-Karya Ibnu Thufail
Tidak banyak karya Ibnu Thufail, bahkan hanya satu yang tersisa sampai hari
ini, Risalah Hayy ibn Yaqzan. Hayy ibn Yaqzan bermakna Yang Hidup Putra Yang
Bangun. Hayy Ibnu Yaqzan adalah tokoh utama dalam karya tulis Ibnu Thufail, tetapi
sebelumnya juga sudah dipakai oleh Ibnu Sina sebagai tokoh utama dalam sebuah
risalah pendeknya. Tidak banyak yang bisa ditemukan karya dari Ibnu Thufail, yang

4
Ibid., h. 204-208

5
masih tersisa sampai sekarang adalah Risalah Hayy ibn Yaqzan sebuah tulisan
filsafat yang digubah dalam bentuk kisah (roman). Risalah ini merupakan simbol akal
manusia yang tanpa bimbingan wahyu mampu mencapai kebenaran tentang dunia,
tentang Tuhan dan alam rohaniah, dan kebenarannya tdiak bertentangan dengan
kebenaran wahyu. Dari kisah simbolis itu ditegaskan bahwa pengembangan
pencarian kebenaran bisa terjadi kepada siapa saja, apa dan dimana saja.
c. Filsafat Ibnu Thufail
Pola Filsafatnya
Pola filsafat Ibnu Thufail mengikuti jalan tengah, menjembatani jurang pemisah
antara Al-Ghazali dan Ibnu Bajjah. Sebagai seorang rasionalis, beliau memihak Ibnu
Bajjah dalam melawan Al-Ghazali dan mengubah tasawuf menjadi rasionalisme.
Adapun sebagai seorang ahli tasawuf, dia memihak Al-Ghazali dalam melawan Ibnu
Bajjah dan mengubah rasionalisme menjadi tasawuf.
Secara filosofis, karya Ibnu Thufail Hayy ibn Yaqzan merupakan suatu pemaparan
yang hebat tentang teori Ibnu Thufail mengenai pengetahuan, yang berupaya
menyelaraskan ajaran Aristoteles dengan Neo-Platonis di satu pihak, dan Al-Ghazali
dengan Ibnu Bajjah di pihak lainnya.
Ekstase5 merupakan bentuk tertinggi pengetahuan tetapi jalan menuju
pengetahuan semacam itu diperlicin dengan pengembangan nalar diikuti dengan
pemurnian jiwa melalui praktik-praktik kezuhudan. Metode Al Ghazali dan Ibnu Thufail
keduanya sebagian sama tetapi tidak seperti Al Ghazali, ekstase Ibnu Thufail ditandai
dengan suatu tekanan pemikiran Neo-Platonik.
Ibnu Thufail hendak mengemukakan kebenaran-kebenaran yang hendak dicapai
yang menyelaraskan filsafat dengan syara’. Adapun tujuan-tujuannya sebagai berikut:
a. Urut-urutan tangga makrifat (pengetahuan) yang ditempuh oleh akal, dimulai dari
objek-objek indrawi yang sampai pada pikiran-pikiran yang universal.
b. Tanpa pengajaran dan petunjuk, akal manusia bisa mengetahui wujud Tuhan, yaitu
dengan melalui tanda-tanda pada makhluk-Nya dan menegakkan dalil-dalil atas
wujud-Nya itu.

5
Ekstase artinya keadaan di luar kesadaran diri (seperti keadaan orang yang sedang khusyuk bersemadi).
[KBBI]

6
c. Akal manusia ini kadang-kadang mengalami ketumpulan dan ketidakmampuan
dalam mengemukakan dalil-dalil pikiran, yaitu ketika hendak menggambarkan
keazalian mutlak, ketidakakhiran, zaman, qadim, huduts (baru) dan hal-hal lain
yang sejenis dengan itu.
d. Baik akal menguatkan qadimnya alam atau kebaharuannya, namun kelanjutan dari
kepercayaan tersebut adalah satu juga yaitu, adanya Tuhan.
e. Manusia dangan akalnya sanggup mengetahui dasar-dasar keutamaan dan dasar-
dasar akhlak yang bersifat amali dan kemasyarakatan, serta berhiaskan diri dengan
keutamaan dasar akhlak tersebut.
f. Akal yang diperintahkan oleh syariat Islam dan apa yang diketahui oleh akal yang
sehat dengan sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan dan keindahan dapat bertemu
kedua-duanya dalam satu titik tanpa diperselisihkan lagi.
Pokok dari semua hikmah ialah apa yang telah ditetapkan oleh syara’ yaitu
mengarahkan pembicaraan kepada orang lain menurut kesanggupan akalnya tanpa
membuka kebenaran dan rahasia-rahasia filsafat kepada mereka.
Selain itu pola filsafat yang ditawarkan oleh Ibnu Thufail adalah proses untuk
mencapai tujuan apakah proses itu benar dan baik atau tidak, hal itu akan terlihat dari
tujuan yang hendak dicapai. Risalah Hayy Ibnu Yaqzan sesungguhnya berisi berbagai
rumus filsafat yang disampaikan dengan lambang Hayy Bin Yaqzan sebagai lambang
akal pikiran, sedangkan Absal, Salaman dan masyarakat melambangkan selera,
syahwat, perasaan dan tabiat-tabiat pada manusia. Kisah ini bertujuan untuk
penyelarasan filsafat dengan agama dan menyesuaikan akal pikiran dengan hukum
syariat serta penjelasan mengenai jalan yang ditempuh oleh para filsuf Islam..
Tuhan Dan Kekekalan Alam
Ibnu Thufail sejalan dengan kemahiran dialektisnya menghadapi masalah itu
dengan cepat sebagaimana Kant. Ibnu Thufail tidak menerima baik pandangan
mengenai kekekalan maupun penciptaan sementara dunia ini. Penciptaan dunia yang
berlangsung lambat laun itu mensyaratkan adanya satu pencipta sebab dunia tidak bisa
maujud dengan sendirinya. Juga sang pencipta mesti bersifat immaterial sebab materi
yang merupakan suatu kejadian dunia diciptakan oleh satu pencipta. Dengan mengikuti
pandangan Ibnu Sina Ibnu Thufail membuat perbedaan antara kekekalan dalam esensi

7
dan kekekalan dalam waktu dan percaya bahwa Tuhan ada sebelum adanya dunia dalam
hal esensi, tetapi tidak dalam hal waktu.
Oleh karena itu, dunia ini pasti mempunyai pencipta yang tidak berwujud benda.
Dan karena bersifat immaterial, kita tidak dapat mengenali-Nya lewat indra kita maupun
lewat imajinasi sebab imajinasi hanya menggambarkan hal-hal yang dapat ditangkap
oleh indra.

Materi Dan Jiwa


Jiwa dalam tahap awalnya bukanlah tabula rasa (papan tulis kosong). Di dalam
jiwa tersirat imaji Tuhan yang dapat dijadikan tampak nyata dengan memulai berfikir
jernih tanpa prasangka dan kecenderungan sosial. Setelah mendidik indra dan akal serta
memerhatikan keterbatasan keduanya, Ibnu Thufail membawa pada ekstase, sumber
pengetahuan tertinggi. taraf eksakte tak terkatakan atau terlukiskan sebab lingkup kata
hanya terbatas pada apa yang dilihat, didengar, dan dirasa. Esensi Tuhan, yang
merupakan cahaya suci, hanya bisa dilihat lewat cahaya itu di dalam esensi itu sendiri.
Materi dan jiwa bisa dibedakan tetapi tidak selalu menyatu. Ia bersifat fungsional
semata.

c. Ibnu Rusyd
a. Biografi
Nama lengkapnya Abu al-walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin
Rusyd lahir di Cordova pada tahun 520 H/1126 M. keluarganya terkenal ahli dalam
ilmu fiqh ayah dan kakeknya pernah menjadi kepala Pengadilan di Andalusia ia
hidup dalam keluarga akademis ayahnyanya dan kakeknya seorang ahli fiqh.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Ibnu Rusyd berasal dari keluarga faqih maka
jabatan pertama yang ia raih adalah Hakim. Ia pernah menggantikan Ibnu Thufail
sebagai dokter sang sultan dan setelah Abu Yusuf naik tahta saudara dari penguasa
sebelumnya. Keterkenalan Ibnu Rusyd dalam bidang filsafat diawali dari peristiwa
Khalifah Abu Yakub yang memrintahkan Ibnu Thufail untuk menyuruh orang
meringkas intisari filsafat Aristoteles. Sejak Ibnu Rusyd mampu meramu dan
meringkas pikiran-pikiran filsafat Yunani, Ibnu Rusyd dikenal oleh masyarakat
Eropa sebagai “ Juru Ulas” dan Juru tafsir ( asy-syarikh/ explainer).

8
Dengan realitas yang dialami sebagai dokter dan didukung oleh berbagai
penguasaan ilmu seperti matematika, fisika, astronomi, kedokteran, logika dan
filsafat. Ibnu Rusyd menjadi ulama dan filsuf yang sulit ditandingi. Di akhir
hidupnya Rusyd mendapat tuduhan besar sehingga ia di hukum buang dari tanah
kelahirannya dan buku-buku karyanya dibakar di muka umum. Dia meninggal pada
tahun 595 H/1198 M.
b. Karya-Karya Ibnu Rusyd
Karya fiqh Ibnu Rusyd benar-benar memuat sudut pandang filosofi di
samping potongan-potongan karyanya ia meninggalkan dalam karya utamanya
Bidayah al-Mujtahid wa Nihdyah Al-Muqtashid yang sebagian besar ditulis sejak
sekitar tahun 564 H/1168 M. Karya ilmiah Ibnu Rusyd menonjol dalam dua bidang,
astronomi atau kosmologi dan kedokteran. Ia juga menulis Kulliyat Fi Ath-thibb
yang membicarakan garis-garis besar ilmu kedokteran dan menjadi pegangan para
mahasiswa kedokteran di Eropa selama berabad-abad. karya tulisnya yang
merupakan ulasan atas karya Aristoteles menjelma menjadi tiga buku ulasan yaitu
Al-Asghar (yang lebih kecil), Al-Ausat (yang lebih sedang), Al-Akbar (yang lebih
besar). Sebagai tangkisan terhadap karya Al Ghazali Ibnu Rusyd menulis buku
Tahafut At-Tahafut. Adapun karya tulisnya yang menunjukkan hubungan serasi
antara agama dan filsafat adalah Kasyf Al-Manahij Al-Adillah dan Fasl Al-Maqal
fima bain Al-Hikmah.
c. Filsafat Ibnu Rusyd
Agama Dan Filsafat
Dalam rangka membela filsafat para filsuf muslim dari serangan para ulama
terutama Al Ghazali, Ibnu Rusyd antara lain menegaskan bahwa antara agama (Islam)
dan filsafat tidak ada pertentangan. Ibnu Rusyd mendasarkan argumennya dengan dalil
Al Quran [Al-Hasyr : 2] dan [Al-Isra’: 184], menyuruh manusia berpikir tentang wujud
atau alam yang tampak ini dalam rangka mengetahui Tuhan. Dengan demikian
sebenarnya Alquran menyuruh umat manusia berfilsafat. Ibnu Rusyd membagi
manusia dalam tiga golongan sebagaimana dalam Alquran manusia terdiri atas tiga
golongan, yakni para filsuf, para teolog, dan orang-orang awam. Sejauh ini agama

9
sejalan dengan filsafat. Tujuan dan tindakan filsafat sama dengan tujuan dan tindakan
agama.
Qadim-nya Alam
Dalam rangka menangkis serangan Al Ghazali terhadap paham qadim-nya alam,
Ibnu Rusyd menegaskan bahwa paham qadim-nya alami itu tidak bertentangan dengan
ajaran Al-Quran Bahkan sebaliknya pendapat para teolog yang mengatakan bahwa
alam diciptakan Tuhan dari tiada justru tidak mempunyai dasar dalam Al-Quran.
Menurut Ibnu Rusyd dari ayat-ayat Alquran dapat diambil kesimpulan bahwa
alam diciptakan Tuhan bukanlah dari tiada tetapi dari sesuatu yang telah ada. Selain
itu, ia juga mengingatkan bahwa paham qadim-nya alam tidaklah harus membawa pada
pengertian bahwa alam itu ada dengan sendirinya atau tidak dijadikan oleh Tuhan. Bagi
para filsuf muslim alam itu dikatakan qodim. Ibnu Rusyd mendasarkan tentang alam
itu kekal adalah surat Ibrahim ayat 47-48. Dengan berpegang pada ayat ini Ibnu Rusyd
berpendapat bahwa alam ini betul diwujudkan tetapi diwujudkan terus-menerus dengan
kata lain alam adalah kekal.
Kebangkitan Jasmani
Dalam rangka menangkis serangan Al Ghazali, Ibnu Rusyd menyebutkan bahwa
terdapat pertentangan dalam tulisan Al Ghazali mengenai kehidupan manusia pada hari
akhirat. Menurut Ibnu Rusyd, Al Ghazali dalam bukunya Tahafut Al-Falasifah
menyatakan bahwa tidak ada ulama yang berpendapat bahwa kebangkitan pada hari
akhirat hanya bersifat rohani tetapi dalam bukunya yang lain ia menyatakan bahwa
kaum Sufi berpendapat bahwa yang akan terjadi pada hari kiamat adalah kebangkitan
rohani. Jadi menurut Ibnu Rusyd tidaklah ada ijma' ulama tentang kebangkitan jasmani
pada hari akhirat dan karena itu paham yang menyatakan kebangkitan di akhirat hanya
bersifat rohani saja tidak dapat dikafirkan dengan alasan adanya ijma'.
Hasil dari penelitian Oliver Leaman menunjukkan bahwa perdebatan keduanya
pada dasarnya memiliki kelemahan masing-masing Hal ini terbukti, pada akhirnya al-
ghazali mengakui adanya kebangkitan rohani begitu juga Ibnu Rusyd mengakui adanya
kebangkitan jasmani. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa bagi mereka kehidupan manusia
di akhirat lebih baik digambarkan dalam bentuk jasmani daripada digambarkan dalam
bentuk rohani saja. Mengenai kebangkitan pada hari akhirat ia sendiri berpendapat
bahwa yang akan ada nanti di akhirat adalah badan yang serupa dengan yang ada di

10
dunia dan bukan badan yang semula di dunia karena yang sudah hancur tidak akan
datang kembali.
Pengetahuan Tuhan
Masih dalam rangka menangkis serangan Al Ghazali terhadap para filsuf muslim,
Ibnu Rusyd menyatakan bahwa para filsuf muslim tidaklah mempersoalkan apakah
Tuhan mengetahui hal-hal yang juz’i (perincian yang terjadi) pada alam semesta ini atau
tidak mengetahuinya. seperti halnya setiap ulama Islam para filosof muslim juga
berpandangan bahwa Tuhan mengetahui hal-hal yang bersifat juz’i pada alam ini.
Menurut Ibnu Rusyd, para filsuf muslim berpendapat bahwa pengetahuan Tuhan tentang
hal-hal yang bersifat juz’i itu tidaklah seperti pengetahuan manusia tentang hal-hal
demikian karena pengetahuan manusia mengambil bentuk efek sedangkan pengetahuan
Tuhan merupakan sebab yakni sebab bagi munculnya hal-hal yang bersifat juz’i itu.
Ibnu Rusyd menyangkal bahwa Tuhan tidak mengetahui hal-hal yang kecil
tidaklah seperti yang ditudingkan. Semuanya harus dilihat apakah pengetahuan Tuhan
itu bersifat qadim atau hadis terhadap peristiwa kecil. Dalam hal ini Ibnu Rusyd
membedakan ilmu qadim dan ilmu baru terhadap hal kecil tersebut. yang dikatakan
kaum filsuf menurut Ibnu Rusyd ialah bahwa pengetahuan Tuhan tentang perincian
yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu. Ibnu
Rusyd mengakhiri penjelasannya itu dengan tema-tema psikologis dan epistemologis
filsafat peripatetik.

D. Filsafat Islam Sesudah Ibnu Rusyd


a. Nasiruddin Ath-Thusi
1. Biografi
Nashiruddin At-Thusi dikenal sebagai ilmuan yang serba bisa. Ia memiliki julukan
[laqab] nama lengkapnya Abu Jafar Muhammad bin Muhammad Al Hasan Nashiruddin
At-Thusi. Ia terlahir pada 18 Februari 1201 M di kota Thus yang terletak di Meshed,
sebelah timur laut Iran. sebagai ilmuwan yang amat Kondang pada zamannya nasiruddin
memiliki banyak nama antara lain Muhaqqiq Ath-Thusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja
Nashir.
Selain digembleng ilmu agama di sekolah, At-Thusi mempelajari fiqh, usul,
hikmah dan kalam, terutama isyarat-nya Ibnu Sina dari Mahdar Fariduddin Damad dan

11
matematika dari Muhammad Hasib di Nishapur. Nasirudin meninggal dunia tahun 672
H/1274 M di Baghdad di bawah pemerintahan Abaqa yang masih mendapat dukungan
sampai akhir hayatnya.

b. Karya- Karya Nashiruddin Ath-Thusi


Benar kalau dikatakan bahwa At-Thusi adalah seorang ulama yang menguasai
berbagai ilmu bukan hanya seorang filsuf semata Hal ini terlihat dari berbagai disiplin
keilmuan yang ditulisnya dalam bentuk buku/kitab. Diantaranya dalam bidang logika,
metafisika, etika, teologi/dogma, astronomi, aritmatika, geometri, dan
trigonometri,bidang optic, seni, serta alam bidang medical.
c. Filsafat Nashiruddin At-Thusi
Filsafat Moral
Filsafat ini dapat ditangkap dari hasil ringkasan Thusi terhadap karya Miskawaih
yang memasukkan unsur moral dalam kitab akhlak dengan mengikuti pendapat Ibnu
Miskawaih,Thusi menganggap bahwa kebahagiaan utama adalah tujuan moral utama,
yang ditentukan oleh tempat dan kedudukan manusia di dalam evolusi kosmik dan
diwujudkan melalui kesediaannya untuk ke berdisiplin dan patuh.
Konsep kebahagiaan utama itu pada hakikatnya nya berbeda dengan gagasan
Aristoteles. Menurut Thusi penyakit moral itu bisa disebabkan oleh salah satu dari tiga
sebab yaitu keberlebihan, keberkurangan, dan ketakwajaran akal, kemarahan atau
hasrat. Dengan menggunakan teori tiga sebab akibat penyakit jiwa itu Thusi
menggolongkan penyakit-penyakit akal teoretis menjadi kebingungan, kebodohan
sederhana, dan kebodohan fatal. Filsafat Jiwa
Thusi berasumsi bahwa jiwa merupakan suatu realitas yang bisa terbukti sendiri
dan karena itu tidak memerlukan lagi bukti lain. Jiwa merupakan suatu substansi
sederhana dan immaterial yang dapat merasa sendiri. Thusi menambahkan jiwa
imajinatif yang menempati posisi tengah di antara jiwa hewani dan manusiawi. Jiwa
imajinatif berkenaan dengan persepsi-persepsi rasa di satu pihak, dan dengan abstraksi-
abstraksi rasional dipihak lain, sehingga jika ia disatukan dengan jiwa hewani, ia akan
bergantung kepadanya dan hancur bersamanya.

12
Metafisika
Menurut studi metafisika terdiri atas dua bagian ilmu pengetahuan dan filsafat
pertama. Di antara cabang metafisika itu termasuk pengetahuan kenabian (nubuwwat),
kepemimpinan spiritual (imamat), dan hari pengadilan (qiyamat). Jelajah subjek itu
menunjukkan bahwa metafisika merupakan esensi filsafat Islam dan lingkup sumbangan
utamanya bagi sejarah gagasan-gagasan.
Logika
At-Thusi menganggap logika sebagai suatu ilmu dan suatu alat ilmu. Sebagai ilmu
yang bertujuan memahami makna-makna dan sifat dari makna yang dipahami itu.
Adapun sebagai alat, yang menjadi kunci untuk memahami berbagai ilmu. setelah
mendefinisikan logika. At-Thusi sebagaimana Ibnu Sina, memulai dengan pembahasan
pendek mengenai teori pengetahuan. Ibnu Sina membagi semua silogisme menjadi
silogisme populatif dan silogisme ekseptif. Thusi mengikuti pembagian ini dan
menggabungkannya dengan caranya sendiri.
Tuhan
Setelah menyangkal kemungkinan logis atheisme dan adanya dualitas pokok
Thusi tidak seperti Farabi, Ibnu maskawaih, dan Ibnu Sina, mengemukakan bahwa
Logika dan metafisika sama sekali tidak dapat membuktikan eksistensi Tuhan secara
rasional. Selanjutnya Thusi mengemukakan bahwa bukti mengisyaratkan pemahaman
sempurna tentang sesuatu yang harus dibuktikan. Dan karena mustahil bagi manusia
yang terbatas untuk memahami Tuhan di dalam keseluruhan-Nya, mustahil pula bagi
manusia untuk membuktikan eksistensinya.
B. Muhammad Iqbal
1. Biografi
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot [India Inggris],
sekarang Pakistan. Meninggal pada tanggal 21 April 1938 di Lahore pada usia 60 tahun.
Ia adalah seorang penyair filsuf dan politisi yang menguasai bahasa Urdu, Arab, dan
Persia. Dia adalah inspirator kemerdekaan bangsa India menjadi Pakistan. Iqbal berasal
dari keluarga golongan menengah. Untuk meneruskan studi, ia dikirim ke Lahore dan
belajar di sana sampai memperoleh gelar M.A. Berbeda dengan pemikir pembaruan
yang lain, Iqbal adalah penyair dan filsuf.

13
2. Karya dan Filsafat Muhammad Iqbal
Agak sulit memetakan Iqbal sebagai seorang filsuf murni dibanding dengan filsuf
lainnya. Hal ini disebabkan ia lebih fokus pada sastra dan politik dibanding kajian
filsafat. Selain itu, pemikiran filsafat Iqbal dalam karya Monumental Iqbal The
Reconstruction of Religious Thought in Islam banyak dipengaruhi oleh guru-gurunya.
Secara khusus Iqbal menulis kajian filsafat dalam bukunya dengan tema The
Philosophical Test of The Revelation of Religious Experience
Teori dinamika Iqbal diawali dengan kesadaran sendiri bahwa kita ini harus
bangkit dari keterpurukan. konsep sendiri inilah yang menjadi dasar teori dinamika
Iqbal. Oleh karena itu dalam pandangan Islam sangat menentang keras sikap lamban,
lemah, dan beku yang dipandangnya sebagai pengamat kemajuan dan kelajuan bahkan
Islam menolak hubungan darah penghambat kemajuan dan kelajuan. Bahkan Islam
menolak hubungan darah sebagai dasar kesatuan manusia sampai pada puncak dinamis.
Apa yang disebut dengan dinamis oleh Iqbal tak lain adalah ijtihad. Kata inilah sebagai
kunci dasar meskipun kata ini selanjutnya menjadi hak terminologi hukum Islam.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dasar berpikir filsafat Iqbal pada teori
gerak benda hal ini bisa jadi pengaruh dari teori-teori alam yang telah dicetuskan oleh
para pendahulunya. Landasan filsafat Iqbal dapat diketahui ketika ia mengkritik para
filsuf terdahulu dalam menjelaskan keberadaan Tuhan. Ada tiga landasan filsafat Iqbal
dalam mengungkap keberadaan Tuhan yakni kosmologis, teleologis, dan deontologis.
Filsafat tidak hanya mengkaji pada aspek manusia saja sebagai objek filsafat tetapi
mengkaji semua ciptaan alam mulai dari manusia, tanaman, tumbuhan, dan makhluk
lainnya.
C. Mulla Shadra
1. Biografi
Mulla sadra ia dilahirkan di shiraz sebuah kota yang paling terkenal di Iran di
kawasan sekitar persepolis 979/980H /1571/1572 M. Ayahnya adalah Ibrahim bin
Yahya bangsawan kota tersebut. Nama lengkapnya Muhammad bin Ibrahim Yahya
Qawami Syirazi. Sering disebut Shahruddin Asy-Syirazi atau Mulla Shadra. Di
kalangan muridnya dia lebih dikenal sebagai Al-Muta'ali dinamakan demikian karena
ketinggian tingkat pengetahuannya tentang hikmah.
2. Karya-Karya Mulla Shadra

14
Sebagai penerus aliran isyraq dan penyempurnaan berbagai aliran filsafat Islam
sebelumnya, tentu saja hal tersebut memberi dampak terhadap kuantitas karya Mulla
Shadra. Terdapat karya-karya besar dari seorang Mulla Shadra yang telah ditulisnya
lebih dari 20 karya.
3. Filsafat Mulla Shadra
Dalam tulisan Abdul Hadi ada empat pokok masalah filsafat yang dibahas mulla
sadra dalam karyanya yaitu, berkenaan dengan teori pengetahuan atau epistemologi
mulla sadra membahas masalah pengetahuan dan hubungan yang mengetahui dan
diketahui, metafisika atau ontologi mulla shadra yang membahas masalah kesatuan
transcendent wujud, gerakan substansional atau Al-Harakah Al-Jauhariyyah yang
dibahas dalam filsafat isyraqiyah Semenjak As-Suhrawardi, masalah jiwa dan faculty-
nya generasi ketidaksempurnaan dan kebangkitan di hari akhir yang dibahas baik oleh
filsuf Masya’iyah maupun Isyraqiyah dan Wujudiah.
Dalam teori pengetahuannya mulla sadra menetapkan 3 jalan utama mencapai
kebenaran atau pengetahuan jalan wahyu, jalan ta’aqqul atau Al burhan serta jalan
musyahadah dan mukasyafah. Filsafat kedua mulla shadra berkenaan dengan metafisika
atau ontologi yang membahas proses panjang yang sesuatu sampai pada tingkat
kesatuan maujud.
Mutazilah
Bagi kaum mu'tazilah sebagian dari sifat luar bersifat esensial termasuk wujud essay
ilmu dan sebagainya.
Filsafat ketiga Mulla Shadra adalah gerakan substansial atau al-harakah al-
jauhariyah para filsuf muslim terdahulu mengikuti Aristoteles yang menggabungkan
gerakan termasuk dalam kategori bilangan, sifat, keadaan, dan tempat. Mulla Shadra
mengatakan bahwa yang disebut itu merupakan aksiden dan aksiden ada karena
harakah. Berdasarkan hal tersebut menurut Mulla Shadra dalam setiap perubahan selalu
ada beberapa makhluk atau subjek yang menggerakkan walaupun tidak dapat ditetapkan
dan diterangkan secara mantiq.
Shadra menegaskan bahwa badan sebagaimana ia akan dibangkitkan yakni
diciptakan oleh jiwa cara identik adalah sama dengan badan ini kecuali bahwa badan
tersebut bukan material. Kunci filsafat Mulla Shadra untuk mencapai derajat hikmah
muta'aliyah sebagai ajaran pokok manusia Shadra menawarkan empat hirarki

15
kesempurnaan akal yang juga menggambarkan gerakan konstan vertikal dalam segala
wujud atau perubahan substantif menuju kesempurnaan pengetahuan juga sebagai dasar
pemikiran filosofisnya
Pengaruh pemikirannya merambah ke berbagai belahan dunia Islam seperti Iran,
Irak, India, dan Pakistan. Bahkan Al-Maududi menerjemahkan secara khusus kitab Al-
Asfar Mulla Shadra. Pemikir Islam yang country terhadap filsafat Mulla Shadra adalah
Fazlur Rahman dengan bukunya the philosophy of Mulla Shadra.

16
A Hubungan Filsafat Islam & filsafat Yunani
B. Tokoh Filsafat Islam dan pemikirannya:
1. Ibnu Bajjah
2. Ibnu Thufail
3. Ibnu Rusyd
C. Filsafat Islam sesudah Ibnu Rusyd
1. Nasirudin Ath-Thusi
2. Muhammad Iqbal
3. Mulla Shadra

MATERI FILSAFAT UMUM TEMA 7 : FILSAFAT ISLAM DI DUNIA BARAT 17


MATERI FILSAFAT UMUM TEMA 7 : FILSAFAT ISLAM DI DUNIA BARAT 18

Anda mungkin juga menyukai