Anda di halaman 1dari 9

UJIAN KOMPREHENSIF

Mata Kuliah Dasar Kejuruan (MKDK)

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam


‫المواد لالمتحان الشامل‬

Materi

Tema

Referensi

1. Filsafat Islam

1. Al Kindi (Falsafah al-ula)


2. Al Farabi ( Teori Emanasi )
3. Ibnu Sina ( Teori Emanasi )
4. Al- Ghazali (Teori Ilmu)
5. Ibnu Rusyd ( Dualisme Kebenaran)
6. Suhrawardi ( Filsafat Iluminasi)
7. Ibn Arabi ( Wihdah al-Wujud)

Filsafat Islam, Khudori
Saleh

‫محمد عبد الرحمن مرحبا‬ ،‫من الفلسفة اليونانية إلى الفلسفة اإلسالمية‬


2. Filsafat Ilmu

1. Rasionalisme
2. Empirisme
3. Kritisisme
4. Positivisme
5. Verifikasi-Falsifikasi

Filsafat Ilmu, Muhammad Muslih

3. Tasawuf

1. Pengertian Tasawuf
2. Karakteristik Tasawuf
3. Tasawuf Sunni (maqaamaat wa akhwaal)
4. Tasawuf Falsafi
– Wihdah al wujud
– Ittihad
– Hulul
5. Tarekat Sufiyah
– Dasar Ajaran Tarekat Qadariyah
– Dasar Ajaran Tarekat Rifa’iyah
– Dasar Ajaran Tarekat Syadziliah

Al-Mukhtarah min An-nushus


Al-Shufiyah, Moh Isom Mudin

Madkhal ila al-Tasawuf


al- Islami, Abu Wafa Al-Ghanimi al-Taftazani

4. Islam dan Isu-Isu

Kontemporer

1. Relativisme
2. Hermeunetika Al Quran
3. Pluralisme Agama
4. Dekonstruksi Syariah
5. Feminisme
6. Demokrasi
7. Komunisme

Liberalisasi Pemikiran
Islam (Gerakan Bersama
Misionaris, Orientalis dan
Kolonialis), Hamid Fahmy
Zarkasyi

5. Metodologi Penelitian

Aqidah dan Filsafat Islam

1. Tema Skripsi
2. Teknik Penulisan Skripsi
– Latar Belakang Masalah
– Kerangka Teori
– Metodologi Penelitian
– Referensi Terdahulu
– Sistematika Penulisan (Teknik
Pengutipan, penulisan footnote,
font, daftar pustaka)

Buku Pedoman Skripsi Prodi, Prodi Aqidah dan Filsafat Islam


Revisi Proposal Skripsi
(Dibawa ketika ujian)

‫مع النجاح في االمتحان‬

Filsafat Islam merupakan cabang filsafat yang berkembang dalam konteks budaya
dan pemikiran Islam. Para tokoh ini merupakan beberapa filosof Muslim terkemuka
yang memberikan kontribusi penting terhadap pengembangan filsafat Islam. Mari
kita jelaskan setiap tokoh dan konsep utamanya dengan detail:

1. Al-Kindi (Falsafah al-Ula): Al-Kindi, atau dikenal juga dengan nama


Alkindus, adalah seorang filsuf dan ilmuwan Muslim awal yang hidup pada
abad ke-9. Ia dijuluki sebagai "bapak filsafat Arab." Salah satu konsep
utamanya adalah "Falsafah al-Ula" atau "Filsafat Pertama," yang mencoba
menggabungkan antara ajaran Aristoteles dan pemikiran Neoplatonis. Ia
berusaha memadukan filsafat Yunani dengan pemikiran Islam, dengan
meyakini bahwa akal dan agama bisa bersatu melalui rasionalisasi dan
interpretasi yang tepat.

2. Al-Farabi (Teori Emanasi): Al-Farabi, atau Alfarabius, adalah seorang filsuf


dan ilmuwan Muslim pada abad ke-10. Salah satu konsep penting dalam
pemikirannya adalah teori emanasi, yang menggambarkan alam semesta
sebagai suatu hierarki entitas yang berasal dari Tuhan atau satu Prinsip
Tunggal. Emanasi adalah proses perpindahan secara bertahap dari tingkat
keberadaan yang lebih tinggi menuju yang lebih rendah. Dia berpendapat
bahwa pemimpin ideal atau "filosof-raja" dapat membimbing masyarakat
menuju kebahagiaan dan kebenaran.

3. Ibnu Sina (Teori Emanasi): Juga dikenal sebagai Avicenna, Ibnu Sina adalah
seorang filsuf dan ilmuwan Muslim pada abad ke-10. Dia juga
mengembangkan konsep teori emanasi yang mirip dengan Al-Farabi.
Menurutnya, alam semesta berasal dari Tuhan melalui rangkaian emanasi,
dan akhirnya mencapai tingkat materi yang paling rendah. Pemikiran medis
dan filsafatnya juga memiliki pengaruh besar di Eropa.

4. Al-Ghazali (Teori Ilmu): Al-Ghazali, atau Algazel, adalah seorang teolog,


filosof, dan cendekiawan Muslim pada abad ke-11. Meskipun awalnya terlibat
dalam filsafat, ia kemudian mengalami perubahan drastis dalam
pandangannya dan menolak beberapa pandangan filosofis. Dalam karyanya
"Tahafut al-Falasifah" (Incoherence of the Philosophers), ia mengkritik
argumen filosofis terkait dengan kekekalan alam semesta dan keberadaan
Tuhan. Al-Ghazali lebih menekankan pentingnya keyakinan dan wahyu
dalam mencapai pengetahuan tentang Tuhan.

5. Ibnu Rushd (Dualisme Kebenaran): Dikenal sebagai Averroes, Ibnu Rushd


adalah seorang filsuf Muslim abad ke-12 yang dikenal karena usahanya
menghubungkan filsafat Yunani, terutama Aristoteles, dengan pemikiran
Islam. Salah satu konsepnya adalah dualisme kebenaran, yang mengatakan
bahwa ada dua jenis kebenaran: kebenaran filsafat dan kebenaran agama.
Kebenaran filsafat ditujukan untuk orang-orang yang mampu memahaminya,
sementara kebenaran agama ditujukan untuk umum.

6. Suhrawardi (Filsafat Iluminasi): Suhrawardi adalah seorang filsuf dan


penyair abad ke-12 yang dikenal karena konsep "filsafat iluminasi" atau
"hikmat al-ishraq." Konsep ini menekankan pengalaman spiritual dan intuisi
sebagai cara untuk mencapai pemahaman tentang realitas yang lebih dalam.
Suhrawardi menekankan keberadaan alam berbeda dari dunia material dan
menganggapnya sebagai dunia cahaya dan kegelapan spiritual.

7. Ibn Arabi (Wihdah al-Wujud): Ibnu Arabi adalah seorang filsuf, penyair, dan
sufi yang hidup pada abad ke-13. Pemikirannya yang paling terkenal adalah
konsep "wihdah al-wujud" atau "kesatuan keberadaan." Konsep ini
menyatakan bahwa Tuhan adalah satu-satunya kenyataan yang benar-benar
ada, dan semua fenomena alam semesta adalah manifestasi dari Tuhan. Ibnu
Arabi sangat dipengaruhi oleh pemikiran mistisisme Islam (tasawuf) dalam
pandangannya. Inilah beberapa gambaran tentang tokoh-tokoh dan konsep
utama dalam sejarah filsafat Islam. Setiap tokoh ini memiliki pandangan unik
tentang hubungan antara filsafat dan agama, serta cara-cara untuk
memahami realitas dan Tuhan.

Filsafat ilmu, juga dikenal sebagai epistemologi, adalah cabang filsafat yang
berfokus pada pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai sifat, asal-usul, metode,
dan batasan pengetahuan. Filsafat ilmu membahas tentang bagaimana pengetahuan
diperoleh, bagaimana pengetahuan bisa dijustifikasi, dan apa kriteria kebenaran
pengetahuan tersebut. Ini mencoba untuk memahami struktur dasar pengetahuan
serta dasar-dasar rasional dan metodologis yang mendasari pemahaman manusia
tentang dunia.

Tentu, berikut adalah penjelasan mengenai konsep-konsep dalam filsafat ilmu:

1. Rasionalisme: Rasionalisme adalah pendekatan dalam filsafat ilmu yang


menekankan peran akal dan pemikiran rasional sebagai sumber pengetahuan
yang utama. Para rasionalis percaya bahwa pengetahuan dapat diperoleh
melalui pemikiran logis dan deduktif, tanpa harus mengandalkan
pengalaman empiris. Contohnya adalah filsuf Descartes, yang terkenal
dengan pernyataannya "Cogito, ergo sum" (Aku berpikir, maka aku ada),
menunjukkan bahwa akal adalah dasar eksistensi yang tidak bisa diragukan.

2. Empirisme: Empirisme adalah pandangan dalam filsafat ilmu yang berfokus


pada pengalaman dan observasi sebagai sumber utama pengetahuan.
Menurut para empiris, pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui
pengamatan, pengalaman langsung, dan metode ilmiah. Filsuf seperti John
Locke, David Hume, dan John Stuart Mill adalah tokoh-tokoh empiris
terkenal yang menggarisbawahi pentingnya bukti empiris dalam membangun
pengetahuan.

3. Kritisisme: Kritisisme adalah pendekatan yang menekankan pada evaluasi


kritis terhadap klaim-klaim pengetahuan dan gagasan-gagasan. Filsuf
Immanuel Kant adalah tokoh utama dalam aliran ini. Ia mengembangkan
konsep "kritik murni" untuk mengeksplorasi batas dan kemungkinan
pengetahuan manusia. Kant mengajukan bahwa pengetahuan terbentuk oleh
interaksi antara pengalaman empiris dan struktur bawaan akal.

4. Positivisme: Positivisme adalah pandangan yang memandang bahwa


pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui metode ilmiah dan observasi
yang dapat diukur. Positivisme menekankan pentingnya fakta empiris dan
penelitian obyektif dalam mengembangkan pengetahuan. Auguste Comte
adalah salah satu pendiri aliran ini dan memandang bahwa ilmu
pengetahuan akan berkembang dalam tahapan dari fase teologis hingga fase
positif.

5. Verifikasi-Falsifikasi: Konsep ini diasosiasikan dengan filsuf Karl Popper.


Pendekatan ini berfokus pada falsifiabilitas sebagai kriteria penting dalam
penelitian ilmiah. Popper berpendapat bahwa teori ilmiah harus dapat diuji
dan dites dengan cara mencari bukti yang dapat membuktikan teori tersebut
salah (falsifikasi). Jika teori ini berhasil bertahan dari uji coba dan falsifikasi,
maka teori tersebut menjadi lebih kuat secara epistemologis.

Setiap konsep ini mewakili pandangan yang berbeda dalam pendekatan


terhadap pemahaman dan pembentukan pengetahuan ilmiah. Rasionalisme
menekankan akal, empirisme menekankan pengalaman, kritisisme menekankan
evaluasi kritis, positivisme menekankan metode ilmiah, dan verifikasi-falsifikasi
menekankan uji coba dan falsifikasi dalam pembentukan teori ilmiah

Beberapa pertanyaan yang dibahas dalam filsafat ilmu meliputi:


1. Bagaimana kita memperoleh pengetahuan? Ini melibatkan pertimbangan
tentang peran pengalaman, akal, intuisi, dan sumber-sumber lain dalam
membentuk pengetahuan.

2. Apa sifat pengetahuan yang sah? Filsafat ilmu mencoba mengidentifikasi


kriteria yang membedakan pengetahuan yang sah dari keyakinan semata atau
pandangan yang salah.

3. Apakah ada batasan untuk pengetahuan manusia? Apakah ada hal-hal yang
mungkin tidak dapat dipahami atau diketahui oleh manusia?

4. Bagaimana cara membedakan antara pengetahuan ilmiah dan pengetahuan


non-ilmiah? Apa yang membuat ilmu pengetahuan berbeda dari agama,
filsafat, mitos, atau bentuk lain pengetahuan?

5. Apa peran bahasa dalam proses pengetahuan? Bagaimana bahasa


membentuk cara kita memahami dunia dan berbagi pengetahuan dengan
orang lain?

6. Bagaimana metode ilmiah beroperasi? Bagaimana ilmuwan merancang


eksperimen, mengumpulkan data, dan mengembangkan teori ilmiah?

7. Bagaimana teori-teori ilmiah diuji dan divalidasi? Bagaimana sebuah teori


dianggap benar atau salah dalam konteks ilmu pengetahuan?

Filsafat ilmu memiliki hubungan yang erat dengan ilmu pengetahuan itu sendiri,
karena melibatkan refleksi mendalam tentang metode, konsep, dan asumsi yang
mendasari praktik ilmiah. Selain itu, filsafat ilmu juga memainkan peran penting
dalam membantu ilmuwan dan peneliti memahami batasan dan implikasi dari
temuan mereka serta mempertimbangkan aspek etika dan sosial dalam
pengembangan pengetahuan.

Tasawuf adalah dimensi dalam Islam yang berfokus pada pengembangan spiritual,
pemurnian jiwa, dan hubungan pribadi dengan Tuhan. Ini melibatkan praktik-
praktik khusus dan refleksi dalam rangka mencapai kesadaran yang lebih dalam
tentang kehadiran Allah dan pengalaman mistis. Mari kita jelaskan komponen-
komponen yang Anda sebutkan dengan lebih rinci:

1. Pengertian Tasawuf: Tasawuf adalah cabang dalam Islam yang menekankan


pada aspek spiritual dan mistis, dengan tujuan mencapai kedekatan dengan
Tuhan. Ini melibatkan latihan-latihan spiritual, kontemplasi, dan
pengendalian diri untuk mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan
peningkatan moral.
2. Karakteristik Tasawuf: Karakteristik utama tasawuf meliputi penekanan
pada peningkatan spiritual, pengendalian diri, cinta kepada Tuhan, dan
mencapai kehadiran Ilahi melalui praktik-praktik mistis. Tasawuf juga
menekankan kesederhanaan, kerendahan hati, dan pemahaman tentang
hakikat keberadaan.

3. Tasawuf Sunni (maqaamaat wa akhwaal): Ini adalah cabang tasawuf yang


mengajarkan pencerahan spiritual melalui tahapan-tahapan atau maqamat
(tingkatan) serta kondisi batin atau akhwal (keadaan jiwa). Fokus utamanya
adalah pada peningkatan moral dan spiritualitas dalam kerangka ajaran
Islam yang umum dianut oleh umat Sunni.

4. Tasawuf Falsafi: Ini adalah aliran dalam tasawuf yang lebih berfokus pada
konsep-konsep filsafat dan pemikiran abstrak dalam upaya untuk mencapai
kesatuan dengan Tuhan. Beberapa konsep yang sering dikaitkan dengan
tasawuf falsafi meliputi:

 Wihdah al-Wujud: Konsep kesatuan keberadaan, yang menyatakan


bahwa semua entitas adalah manifestasi dari Tuhan.

 Ittihad: Konsep penyatuan dengan Tuhan, di mana jiwa individu


bersatu dengan hakikat Ilahi.

 Hulul: Konsep di mana Tuhan secara fisik hadir dalam diri individu.

5. Tarekat Sufiyah: Tarekat adalah jalur atau aliran dalam tasawuf yang
mengajarkan metode-metode khusus untuk mencapai peningkatan spiritual.
Beberapa tarekat terkenal adalah:

 Tarekat Qadariyah: Mementingkan kehendak manusia dalam


pencapaian spiritual.

 Tarekat Rifa’iyah: Menekankan ekstase dan pengalaman mistis.

 Tarekat Syadziliah: Fokus pada zikir dan dzikir sebagai cara untuk
mencapai kesatuan dengan Tuhan.

Tasawuf memainkan peran penting dalam mengarahkan individu menuju


kedalaman spiritual dan koneksi yang lebih dalam dengan Tuhan dalam kerangka
ajaran Islam. Ini mencakup berbagai pendekatan dan praktik-praktik yang bertujuan
untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual dan mengintegrasikan dimensi rohaniah
dengan aspek-aspek lain dalam kehidupan.
Islam dan Isu-Isu Kontemporer:

1. Relativisme: Relativisme adalah pandangan bahwa nilai-nilai, norma-norma,


dan kebenaran bersifat relatif dan tergantung pada konteks budaya, sosial,
atau pribadi. Dalam konteks Islam, isu ini melibatkan pertanyaan tentang
apakah nilai-nilai dan ajaran Islam bersifat absolut atau dapat diartikan
secara relatif berdasarkan interpretasi individu atau konteks zaman.

2. Hermeneutika Al-Quran: Hermeneutika Al-Quran adalah pendekatan untuk


memahami dan menafsirkan teks suci Al-Quran. Dalam isu kontemporer,
hermeneutika Al-Quran melibatkan upaya untuk membaca dan mengartikan
Al-Quran secara kontekstual, berdasarkan pemahaman historis, budaya, dan
sosial, serta relevansi teks dalam konteks zaman sekarang.

3. Pluralisme Agama: Pluralisme agama adalah pandangan bahwa berbagai


agama memiliki nilai dan kebenaran yang sama. Dalam konteks Islam, isu ini
berkaitan dengan bagaimana memandang hubungan antara Islam dengan
agama-agama lain, serta sejauh mana Islam mengakui pluralitas keyakinan.

4. Dekonstruksi Syariah: Dekonstruksi syariah adalah pendekatan yang


melibatkan peninjauan ulang terhadap pemahaman tradisional terhadap
hukum Islam (syariah) dalam konteks modern. Ini mencakup pertanyaan
tentang relevansi hukum Islam dalam masyarakat yang berubah dan
bagaimana nilai-nilai syariah dapat diadaptasi.

5. Feminisme: Feminisme adalah gerakan sosial yang berjuang untuk


kesetaraan gender dan hak-hak perempuan. Dalam konteks Islam, isu ini
melibatkan pertanyaan tentang interpretasi terhadap teks-teks religius yang
mungkin tampak patriarkis, serta upaya untuk memperjuangkan kesetaraan
dan hak-hak perempuan dalam kerangka ajaran Islam.

6. Demokrasi: Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana keputusan


dibuat oleh mayoritas dan melibatkan partisipasi warga negara. Dalam
konteks Islam, isu ini melibatkan perdebatan tentang sejauh mana prinsip-
prinsip demokrasi dapat diselaraskan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti
otoritas hukum Tuhan.

7. Komunisme: Komunisme adalah ideologi yang menganjurkan kepemilikan


bersama atas sumber daya dan penghapusan kelas sosial. Dalam konteks
Islam, isu ini melibatkan perdebatan tentang bagaimana prinsip-prinsip
ekonomi dan sosial Islam berbanding dengan prinsip-prinsip komunisme,
serta sejauh mana komunisme dapat diselaraskan dengan ajaran Islam.
Dalam menghadapi isu-isu kontemporer ini, umat Islam sering terlibat dalam
diskusi dan interpretasi yang mendalam untuk mencari cara yang paling
konsisten dengan ajaran agama dan merespons tantangan-tantangan zaman
modern. Berbagai pandangan dan pendekatan dapat muncul, dan ini
mencerminkan keragaman pemahaman dalam komunitas Muslim di seluruh
dunia

Anda mungkin juga menyukai