KONTEMPORER
Oleh:
Abstrak
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo dan sophia. Philo berarti
cinta dan sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang menurut
istilah, filsafat diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami secara
radikal dan integral serta sistematik mengenai Tuhan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut. Harun
Nasution menggunakan istilah filsafat dengan “falsafat” atau “falsafah”.
Karena menurutnya, filsafat berasal dari kata Yunani, Philein dan Sophos.
Kemudian orang Arab menyesuaikan dengan bahasa mereka falsafah atau
falsafat dari akar kata falsafa-yufalsifu-falsafatan wa filsafan dengan akar
kata (wazan) fa’lala. Musa Asy’arie (2002:6) menjelaskan, bahwa hakikat
filsafat Islam adalah filsafat yang bercorak Islami, yang dalam bahasa Inggris
dibahasakan menjadi Islamic Philosophy, bukan the Philosophy of Islam yang
berarti berpikir tentang Islam.
A. Pengantar
1
dalam perspektif orang Islam. Karena berdasarkan perspektif pemikiran orang,
maka kemungkinan keliru dan bertentangan satu sama lain adalah hal yang
wajar.
2
Pertama, Filsafat India. Cara berpikir India diuraikan dengan baik oleh
Filsuf dan sastrawan Rabindranath Tagore (1816-1941). Menurut Tagore
filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa terdapat kesatuan fundamental
antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Filsafat India
dapat dipilahkan dalam lima periode besar: (a) Zaman Weda (2000-600 SM),
masa terbentuk. nya Literus suci, Masa rite korban dan spekulasi mengenai
korban, dan masa refleksi filsafat dalam Upanisad; (b) Zaman Skeptisisme (200
SM-300 M) terdiri dari reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi; Buddhisme
dan jainisme dan "kontrareformasi" dalam bentuk enam sekolah ortodoks
"Saddaharsana"; (c) Zaman Puranis (300-1200) terdiri dari perkembangan
karya-mitologi, terutama berhubungan dengan Shiwa dan Wisnu; (d) Zaman
Muslim (1200-1757); (e) Zaman Modern terdiri dari renaisance dari nilai-nilai
India sebagai reaksi terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Kedua, Tema pokok dari filsafat dan kebudayaan Cina itu
"perikemanusiaan" pemikiran Cina yang lebih antro posentris daripada filsafat
India dan filsafat Barat. Filsafat Cina juga lebih pragmatis: selalu diajarkan
bagaimana manusia harus bertindak supaya keseimbangan antara surga dan
dunia tercapai. Filsafat Cina dibagi menjadi atas empat periode, yakni (a)
Zaman Klasik (600-200 SM) terdiri dari Zaman seratus sekolah filsafat,
dengan-sebagai sekolah-sekolah terpenting-konfusianisme. Taoisme, Yin Yang
moisme, dialektik, dan legalisme; (b) Zaman Neo taoisme dan budhisme (200-
1000 SM); (c) Zaman Neo Konfusianisme (1000-1900); dan (d) Zaman Modern
(setelah 1900) berisi tentang pengaruh filsafat Barat, renaisance dari filsafat
klasik Cina, Marxisme dan Maoisme. 1
Ketiga, Filsafat Barat. Dalam sejarah filsafat Barat dibedakan menjadi
empat (4) periode terdiri dari: (i) Zaman kuno, (ii) Zaman Patristik dan
skolastik, (iii) Zaman modern, dan (iv) Zaman sekarang. Filsafat Barat Zaman
kuno (600-400 SM), terdiri dari Filsafat pra Socrates di Yunani; Zaman
keemasan Yunani: Socrates, Plato, Aristoteles; dan Zaman Hellenisme. Filsafat
1
Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
3
Barat Zaman Patristik dan Skolastik (400 1500), terdiri dari pemikiran Bapa
Gereja; dan puncak filsafat abad pertengahan dalam Skolastik. Filsafat Barat
Zaman Modern (1500-1800) terdiri dari Zaman modern (renaisance), Zaman
Barak, Zaman Fajarbudi, dan Zaman Romantik. Filsafat Barat Zaman sekarang
(setelah ±1800) yaitu Filsafat abad kesembilan belas dan dua puluh. Satu hal
yang menonjol ialah baik di India, Cina, mau pun dalam dunia Barat hidup
intelektual menjadi dewasa, (dengan melepaskan diri dari corak berpikir
"mistis") dalam periode antara 800 dan 200 SM. Itu antara lain kelihatan dalam
seni dan dalam berbagai ilmu yang lahir sejak zaman renaisance yang
mempunyai kenyataan manusiawi sebagai objeknya: ekonomi, sosiologi,
psikologi, psikoanalisis, dan seterusnya. Semua ini telah menghasilkan ilmu
pengetahu an yang luas tentang manusia.
Dalam perkembangan filsafat, filsafat adalah mencintai kebijaksanaan,
konsep Plato memberi istilah dialektika yang berarti seni berdiskusi, konsep
Cicero menyebutnya sebagai ibu dari semua seni, konsep Al Farabi adalah
menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada, konsep Rene Descartes
menyatakan kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikan. Dari keragaman pengertian filsafat tersebut.
Penulis memberikan konsep bahwa filsafat mempunyai pengertian yang multi
dimensi. 2
Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat mengandung empat
pertanyaan ilmiah yaitu: bagaimana, mengapa, kemana dan apa. Pertanyaan
bagaimana mengandung sifat yang dapat ditangkap atau tampak oleh indra,
jawaban yang diperoleh bersifat deskriptif. Pertanyaan mengapa mengandung
sebab (asal mula) suatu objek, jawaban yang diperoleh bersifat kausalitas.
Pertanyaan kemana menanya kan tentang apa yang terjadi di masa lampau,
sekarang selalu berulang dan yang akan datang, pengetahuan yang diperoleh
adalah: pengetahuan yang timbul dari hal yang dapat dijadikan sebagai
pedoman, pengetahuan yang terkandung dalam adat istiadat atau kebiasaan
2
Objek Studi Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
4
yang berlaku dalam masyarakat dan pengetahuan yang timbul dari pedoman
yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Pertanyaan
apakah menanyakan ten tang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal, jawaban
yang diperoleh mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal dan
abstrak. Pada dasarnya filsafat merupakan sebuah cara berpikir yang radikal
dan menyeluruh, yaitu suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-
dalamnya. Tidak ada satu hal pun yang bagaimanapun kecilnya terlupa dari
peng amatan kefilsafatan.
C. Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam
5
yang sudah pernah diterapkan adalah: hukum syariah tentang pemerintahan
(nizhamul hukm fil Islam), hukum syariah tentang ekonomi (nizhamul iqtishadi
fil Islam), hukum syariah tentang hubungan sosial atau aturan pergaulan pria
wanita (an nizhamul ijtima‟i fil Islam), hukum-hukum syariah tentang
kebijakan pendidikan (siyasah at ta‟lim fil Islam), hukum-hukum syariah
tentang politik luar negeri negara islam (siyasah kharijiyah lid daulah al
Islamiyah).
Pada zaman modern filsafat dari berbagai aliran Pada dasarnya corak
keseluruhan filsafat modern itu mewarnai pemikiran filsafat sufisme Yunani,
sedikit pada Kant. Paham-paham yang muncul dalam garis besar adalah
rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Dan paham-paham yang merupakan
pecahan dari aliran itu. Paham rasinalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat
4
http://sanaky.staff.uii.ac.id/2009/02/05/ bahan-kuliah-dinamika-pemikiran-dalam-islam/.html,
diakses pada tanggal 29 November 2017, pada pukul 20.01.
6
terpenting da memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting
pendukung rasionalisme ini, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan pada abad XX, aliran filsafat banyak sekali sehingga sulit
digolongkan, karena makin eratnya kerja sama internasional. Namun sifat-sifat
filsafat pada abad ini lawannya abad XIX, yaitu anti positivistis, tidak mau
bersistem, realistis, menitikberatkan pada manusia, pluralistis,
antroposentrisme, dan pembentukan subjektivitas modern.
5
Ibid, hlm. 205.
Rizal Mustansir, Filsafat, hlm. 84.
Burhanunuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 161. Lihat juga
Harry Hamersma, Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 45-47.
7
Pemikiran Islam kontemporer umumnya ditandai dengan lahirnya suatu
kesadaran baru atas keberadaan adat dan keberadaan modernitas serta
bagaimana sebaiknya membaca keduanya. Maka “adat dan modernitas” (al-
turâts wa al-hadâtsah) merupakan suatu pokok dalam pemikiran Islam
kontemporer. Apakah adat harus dilihat dengan kacamata modernitas ataukah
modernitas harus dilihat dengan kacamata adat atau bisakah keduanya
dipadukan? Berbeda dengan pemikiran Islam tradisional yang melihat
modernitas sebagai semacam dunia lain, dan berbeda pula dengan pemikiran
Islam modernis yang menghilangkan adat demi pembaharuan. Pemikiran Islam
kontemporer melihat bahwa turâts adalah prestasi sejarah, sementara hadâtsah
adalah realitas sejarah. Maka tidak bisa menekan turâts apalagi menafikannya
hanya demi pembaharuan; rasionalisasi atau modernisasi sebagaimana
perspektif modernis selama ini. Juga tidak bisa menolak begitu saja apa-apa
yang datang dari ‘perut’ hadâtsah, terutama perkembangan sains dan
teknologi.6Karena sekalipun banyak mengandung kelemahan, karenanya juga
dikritik, tetap banyak memberikan penjelasan atas problem kehidupan,
keilmuan, mungkin juga keberagamaan. Maka keduanya, turâts dan hadâtsah
harus bisa dibaca secara kreatif, dengan sadar, dengan “model pembacaan
kontemporer” (qirâ’ah mu’âshirah). Di sini, turâts tidak hanya dibaca secara
harfiah tetapi sampai pada basis pembentuknya untuk menemukan makna
potensial sehingga bisa ditransformasikan di zaman kita. Tidak sebagaimana
perspektif modernisme, apa saja yang datang dari Barat diterima tanpa kritik,
bahkan dianggap pasti baik dan benar. Dalam pembacaan kontemporer,
h}adâtsah juga harus dibaca secara kritis, dengan kritik, dengan mengambil
6
Lihat misalnya Hasan Hanafi dengan proyek al-Turath wa al-Tajdid (Al-Qahirah:
Maktabah Anjlu Misriyyah, 1987), demikian pula Abied Jabiri dengan proyek al-Turats wa al-
Hadatsah. (Beirut, Al-Markas al-Tsaqafi al-Arabi, 1991) 2 M. Arkoun dan Louis Gardet, Islam
Kemarin dan Hari Esok, (Bandung: Pustaka, 1997), h. 120.
M. Arkoun membedakan antara modernism material dan modenisme pemikiran. Yang
pertama terkait kerangka eksternal eksistensi manusia seperti industrialisasi. Sedangkan
modernism pemikiran adalah mencakup metode atau kerangka berfikir dan sikap rasional yang
mempercayai rasionalitas lebih sesuai dengan realitas. 3 Istilah “pembacaan kontemporer”
dipinjam dari beberapa intelektual Muslim kontemporer seperti Muhammad Syahrur dan Abied
al-Jabiri yang telah memperkenalkan
8
jarak, juga untuk membongkar basis filosofis dan ideologisnya. Di sinilah peran
filsafat ilmu, juga sosiologi dan sejarah ilmu sebagai perspektif sangat
diperlukan. Setelah keduanya dibaca secara kritis-kreatif, lalu terbangun
konstruksi pemaknaan yang baru.
7
qirâ’ah mu’âshirah terkait metode interpretatif yang mereka tawarkan. Syahrur
menulis di antaranya: Al-Kitâb wa al-Qur’an: Qirâ’ah Mu’âshirah, (Kairo: Sina li al-Nasyr,
1992). Sedang Abied al-Jabiri tampak dalam karyanya: Nahnu wa Turats: Qirâ’ah Mu’âshirah
fi Turâtsina alFalsafi, (Beirut: Al-Markaz al-Tsaqafi al-’Arabi, 1993)
Ghada Talhami, “An interview with Sadik Al-Azm - University of Damascus
professor - Interview,” Arab Studies Quarterly (ASQ). Summer, 1997. FindArticles.com. 11
Jun. 2007. http://findarticles.com/p/articles/mi_m2501/is_n3_v19/ai_20755838. 5
R. Hrair Dekmejian, Islam and Revolution: Fundamentalism in the Arab World
(Syracuse, New York: Syracuse University Press, 1985), 84.
Issa J. Boullata, Trends and Issues in Contemporary Arab Thought. SUNY,1990, 2.
Misalnya Adib Nasur, al-Naksah wa al-KhaÏÉ’ (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1968);
Yusuf al-Qaradawi, Dars al-Nakbah al-Thaniyah: Limadha Inhazamna wa Kayfa Nantasir (Al-
Qahirah, 1987).
9
yang lain mengembangkan diri pada pembaharuan metodologi tafsir. Meskipun
berangkat dari sudut pandang yang berbeda, pada prinsipnya mereka
mempunyai pandangan yang sama yaitu metodologi usul fiqh dan tafsir al-
Qur’an klasik sudah tidak sanggup menjawab tantangan zaman.
F. Kesimpulan
1.) Pada zaman modern dari berbagai aliran terdapat paham-paham yang
muncul dalam gamabaran seperti rasionalisme, idealisme, dan empirisme dan
paham-paham yang merupakan pecahan dari aliran itu. Paham rasionalisme
yaitu mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan
menguji pengetahuan.
10
2.) Paham idealisme yaitu mengajarkan bahwa hakikat dalam diri adalah jiwa,
spirit. Ide ini merupakan ide Plato memberikan jalan untuk mempelajari paham
idealisme zaman modern.
3.) Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran
kita melainkan didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan
paham rasionalisme karena mereka menentang pendapat para penganutnya yang
berdasarkan dari keyakinan yang berkepribdian a priori.
DAFTAR PUSTAKA
11
Hayani Surma (2017). Dari filsafat islam ke pemikiran islam.
12