Avisha.com
Mengerti........
Home Karya Tulis Ilmiah Pendidikan dan Pelatihan Tutorial Software Gadgets Otomotif ▼
Tuesday, February 9, 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan modern yang beranjak dari Eropa Barat sejak abad XV dan menjalar ke
seluruh dunia, muncul dengan fenomena yang berbeda-beda, walaupun tetap dengan satu
spirit, yaitu spirit menentang segala hal yang berbau kuno. Sebaliknya, kehadiran Islam juga
mempunyai fenomena-fenomena yang berbeda-beda, tetapi juga dengan satu spirit, yaitu
spirit keterasingan dalam menghadapi cakrawala baru, padahal perjuangan Islam
seharusnya lebih kokoh dengan situasi modern dengan segala perangkat dan eksistensinya,
melalui pencerahan Islam yang baru. Jika Islam muncul terhadap pembaharuan terhadap
potensi yang dimiliknya, justru akan hadir melindungi peran kreativitas dalam pembaharuan
kehidupan manusia dan dinamika pemikirannya. Sebaliknya, bila Islam tidak eksis secara
fenomenal, Islam justru akan dilindas oleh dinamika kehidupan. Dengan hanya mewarisi
tradisi masa lampau sebagai realitas kehidupan hari ini, hari esok, maka cita-cita Islam di
atas sulit diwujudkan.[1]
Oleh karena itu, persentuhan dengan Perancis sebagai deputi (wakil) peradaban
Barat modern bagi umat Islam di Mesir,[2] telah memicu cakrawala agar meningkatkan taraf
perilaku hidup terutama dalam pengejaran terhadap ketertinggalan di bidang Iptek. Tidak
berlebihan bahwa ekspidisi[3] Napoleon Bonaparte dengan bala militerya sebagian juga
menyertakan ilmuwan, teknokrat dan pakar peradaban dianggap angin segar yang yang
membawa berkah membangunkan Mesir dari mimpi buruk selama berabad-abad. Suatu
keberuntungan besar, bahwa tipe penjajahan yang datang ke Mesir itu menyembunyikan
genderang berkualitas yang seketika mampu merombak secara
revolusioner decline (kemunduran) di Mesir. Sebagai suatu alasan dikemukakan, bahwa
tokoh-tokoh militan Mesir mampu memobilisasi ide-ide pembaruannya sampai bergaung
sangat keras di dunia Islam, termasuk Indonesia.
Karakteristik pembaharuan di Mesir sangat tematis, dengan kata lain, kepekaan ide-ide
pembaruan sangat menyentuh akar terdalam dari problema umat Islam ketika itu. Tidak luput pula
dikemukakan bahwa gagasan modernisme Mesir telah dikemas dengan fasilitas intelektal modern
yang pada saat itu dianggap amat baru, yaitu berupa media cetak majalah al-Urwah al-Wutsqa yang
banyak memuat kreativitas pemikiran pembaruan cemerlang dari Afgani dan Abduh memang
menjadi siraman segar yang amat dibutuhkan bagi dunia Islam.
Umat Islam Mesir untuk wilayah negara Arab dianggap terdepan dana bahkan
tercepat mengalami sentuhan modern, dengan begitu dapat dipastikan bahwa tingkat
kedewasaan modernisme sosial keagamaan pun telah menjadi model yang dikiblati oleh
negara-negara Islam lainnya di luar kawasan itu.
B. Rumusan Masalah
II. PEMBAHASAN
Seak menjelang revolusi Perancis (1789), karier militerya teruji melalui serangkaian
intrik politik memperebutkan kekuasaan dalam pemerintahan. Pada tahun 1793, ia diangkat
menjadi ajudan jenderal dalam kesatuan militer konvensi nasional. Prestasinya ketika itu
sukses mendongkel pasukan Inggris dari Toulon. Pada akhir tahun itu, ia dipromosikan
menjadi brigadir jenderal dan kemudian diangkat menjadi komandan pasukan alteleri
pasukan Perancis di Italia. Pada tahun 1794, ia dipenjara dan dipecat dari jabatannya
dengan tuduhan berkomplot untuk menjatuhkan kekuasan konvensi nasional. Setelah
dibebaskan, ia menarik diri, lalu mencoba menawarkan keahlihan militernya kepada seorang
sultan dari Turki.[6]
Pada tahun 1798, Napoleon mencoba bergaung dengan Paoli yang diizinkan
kembali ke Korsika dengan Dewan Nasional. Namun ia ditolak oleh Paoli, kemudian ia
kembali ke Perancis. Di sana ia diangkat lagi dengan pangkat letnan satu dalam resimen
alteleri ke empat di Valence. Karena ancaman revolusi dalam negeri, menyebabkan ia
diangkat menjadi komandan pasukan untuk memulihkan keamanan dalam negeri. Ketika
kembali ke Paris, masyarakat menerimanya dengan baik, karena itu, pada tahun yang sama
membentuk pemerintahan diktator.[7]
Di masa Sultan Salim I berkuasa, Mesir di bawah Dinasti Mamluk, sama sekali
tidakberdaya, dan harus takluk serta membayar upeti. Walaupun kekuasaan masih
dipegang oleh kaum Mamluk, secara formal berakhir pada tahun 1517 M.[8] Namun Turki
Usmani berambisi menaklukkan seluruh bagian dunia Islam, masih memberikan hak-hak
kekuasaan secara eksklusif kepada penguasa Mamluk,[9] sehingga di setiap wilayah
kekuasaan Turki Usmani selalu ditempatkan seorang gubernur yang bertindak sebagai duta
besar mengawasi jalannya roda pemerintahan.[10]
Lama-kelamaan wibawa dan prestise keperkasaan Turki Usmani melemah dan kian
pudar di wilayah-wilayah yang dikuasai. Salah satu dari bukti kelemahan itu, tentara
Perancis di bawah Napoleon Bonaparte dengan mudah mendarat di Alexadaria tanggal 2
Juni 1798.[11] sembilan hari kemudian kota Rasyid yang terletak di sebelah timur Alexadaria
jatuh pula. Pada tanggal 7 Juli 1798, tentara Napoleon menduduki di daerah piramid di
dekat Kairo. Peperangan terjadi ditempat itu dan pasukan Mamluk akhirnya tidak sanggup
mengimbangi tentang Napoleon yang diperlengkapi dengan senjata-senjata meriam.
Selanjutnya pasukan Mamluk melarikan diri ke Kairo, akan tetapi di sana tidak mendapat
simpatisan dari rakyat Mesir. Akhirnya kaum Mamluk terpaksa lari lagi ke daerah Mesir
sebelah selatan. Pada tanggal 23 Juli, Napoleon telah dapat menguasai sepenuhnya negeri
Mesir.[12]
Institut ini selain berfungsi untuk mengadakan penelitian ilmiah, juga sangat
membantu Napoleon dalam memerintah Mesir dari result (hasil) penyelidikan para ahlinya.
[13]
Hasan Ibrahim Hasan berpendapat, Mesir selain negeri yang kaya raya, ekspedisi
yang dilakukan oleh Napoleon yang berawal pada tanggal 2 Juni 1798 sudah merupakan
rangkaian rencana ketika Louis XIV berkuasa, Leibniz dan lalu dimunculkan kembali
perdana menteri Talyrand. Alasan mendasar dari ekspedisi Napoleon adalah keinginan
untuk menguasai Timur terutama India yang ketika itu telah berada dalam pengaruh dan
kekuasaan Inggris. Karena memang sejak revolusi Perancis dan revolusi industri di Barat,
negara-negara industri mengalami kemajuan pesat. Ditambah lagi kebutuhan mereka
meningkat, baik menyangkut bahan baku maupun pemasaran hasil industrinya.[14] Oleh
karenanya, Perancis dan Inggris adalah dua negara yang berkompetisi keras untuk menjadi
negara superpower (adidaya) di dunia.
Berdasarkan dari beberapa deskripsi di atas, selain Mesir dijadikan batu loncatan
untuk menguasai India, juga membawa semangat imperialisme menaklukkan Mesir agar
menjadi daerah jajahannya. Di samping itu, kedatangan Napoleon dianggap meniupkan
angin segar bagi persentuhan antara dunia Arab (Islam) dengan Eropa, yaitu terbukanya
mata dan ilmu pengetahuan tentang ketinggian peradaban Perancis.
Sudah menjadi kenyataan, setiap kolonial menguasai dan menduduki suatu negara
tidak terlepas dari misi, cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai. Oleh karenanya, Napoleon
menduduki Mesir mempunyai maksud tertentu dan itulah yang membuahkan hasil. Dari
tujuan yang ada, maka timbullah ide-ide baru dalam mengikuti perkembangan dunia modern
khususnya Mesir.
Saya lihat di sana, benda-benda percobaan ganjil yang menghasilkan hal-hal yang besar
untuk dapat ditangkap oleh akal seperti yang ada pada diri kita.[16]
Demikianlah kesan seorang cendikiawan Islam pada waktu itu terhadap kebudayaan Barat.
Ini mendeskripsikan betapa mundurnya umat Islam ketika itu. Keadaan berbalik menjadi
seratus delapan puluh derajat. Kalau di periode klasik orang Barat kagum melihat
kebudayaan dan peradaban Islam, di periode modern, kaum Islam yang terpesona melihat
kebudayaan dan peradaban Barat.[17]
Menyikapi kedua komentar di tas, maka dapat dipahami bahwa ketertinggalan yang
dialami oleh kaum Islam ketika itu bukan semata-mata yang bersifat material saja, tetapi
juga dalam bidang-bidang yang vital bagi kebahagiaan umat manusia.
Ada hal-hal beru selain kemajuan materi yang dianggap sebagai ide-ide hasil
revolusi Perancis yang dibawa Napoleon, yaitu memperkenalkan :
1. Sistem pemerintahan republik, selama ini belum ada diperkenalkan seorang kepada negera
dipilih oleh parlemen yang berkuasa dalam masa tertentu dan harus tunduk kepada undang-
undang dasar. Sedangkan undang-undang dasar itu sendiri dibuat bukan oleh kepala
negara atau raja, melainkan oleh parlemen. Parlemenlah yang menentukan kredibilitas
seorang kepala negara, yang kalau menyimpang dari perundang-undangan akan dijatuhkan
dari jabatannya. Akan tetapi, sistem pemerintahan Islam selama ini bersifat absolut. Khalifah
atau sultan yang memegang tampuk pemerintahan tidak jauh beda dengan raja atau kaisar,
yang kekuasaannya tidak terbatas. Iapun tidak tunduk kepada undang-undang dasar, sebab
kedudukan yang dipegangnya merupakan anugerah Tuhan, jadi ia hanya bertanggung
jawab langsung kepada Tuhan, bukan kepada parlemen, bila tidak mampu lagi.
2. Ide persamaan (egalite), yaitu adanya persamaan kedudukan antara penguasa dengan
rakyat yang diperintah, serta turut berperan aktifnya rakyat dalam pemerintahan.
Sebelumnya, rakyat Mesir tidak tahu menahu dalam soal pemerintahan, maka ketika itu,
Napoleon mendirikan suatu badan kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama al-Azhar dan
pemuka-pemuka dalam dunia bisnis dari Kairo dan daerah-daerah. Tugas badan ini
membuat undang-undang, memelihara ketertiban umum, dan menjadikan perantara
penguasa-penguasa Perancis dengan rakyat Mesir. Selain itu, dibentuk pula suatu badan
lain bernama Diwan al-Ummah yang pada waktu-waktu tertentu mengadakan sidang untuk
membicarakan hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional. Tiap-tiap daerah
mengirimkan sembilan orang wakil ke sidang itu, masing-masing tiga dari golongan ulama,
tiga dari golongan pedagang, satu dari masing-masing golongan petani, kepala desa, dan
kepala suku bangsa Arab. Dewan ini mempunyai 180 orang anggota dan bersidang sekali
dalam setiap tahun, yang diadakan pada tanggal 5 sampai 20 Oktober 1798. keputusan
yang diambil ialah menganjurkan perubahan peraturan pajak yang telah ditetapkan oleh
kerajaan Usmani.
3. Ide kebangsaan yang terkandung dalam Maklumat Napoleon, bahwa orang Perancis adalah
suatu bangsa (nation), dan kaum Mamluk adalah orang asing yang datang ke Mesir, jadi
sungguhpun orang Islam, tapi berlainan bangsa dengan rakyat Mesir. juga maklumat itu
mengandung kata-kata umat Mesir ( االمة المصرية ). Bagi orang Islam yang ada pada waktu itu
hanyalah umat Islam ( االمة االسالمية ), dan tiap-tiap orang Islam adalah saudaranya dan ia
tidak begitu sadar akan perbedaan bangsa dan suku-suku. Perbedaan yang mendasar
adalah dari segi agama. Oleh karena itu, menerjemahkan kata nation ke dalam bahasa Arab
juga sulit. Kata Arab yang dipakai adalah ( الملة ) seperti al-Millah al-Faransiah,
padahal millah dalam kamus Arab berarti agama, lalu berkembang arti lain, untuk
kata nation dipakai istilah qaum, sya'b dan ummah.[18]
Oleh karena itu, ide yang terkandung dalam republik masih sulit ditanggap, karena
masih dianggap berbeda jauh dengan praktek kenegaraan di dalam Islam sebagaimana
sulitnya menerjemahkan kata republik ke dalam bahasa Arab. Kemudian sistem
persidangan dan pemilihan ketua lembaga juga merupakan hal yang baru bagi rakyat Mesir.
ketika para anggota dewan memilih ketua, mereka langsung saja menunjuk seorang ulama
terkemuka yang sangat mereka hormati.
III. PENUTUP
Deskripsi ide-ide Napoleon merupakan kontak pertama antara Mesir dan Barat
(Eropa), walaupun belum mempunyai pengaruh nyata yang kuat kepada rakyat Mesir,
namun lambat laun telah membuka mata umat Islam tentang kelemahan dan kemunduran
yang mereka alami. Pada abad ke-19, ide-ide ini makin dapat diterima karena terdapat nilai-
nilai positif di dalamnya yang bila dipraktekkan akan mendorong kemajuan bagi dunia Islam
khususnya rakyat Mesir.
DAFTAR PUSTAKA
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[18]Ibid., h. 31 – 33.
Unknown di 5:00 PM
Share
No comments:
Post a Comment
Link ke posting ini
Create a Link
‹
›
Home
Powered by Blogger.
Setelah menguasai hampir seluruh Eropa Barat dan sebagian Eropa Timur ,
Kekaisaran Perancis ternyata masih berambisi menguasai wilayah Eropa
Timur Jauh yang pada waktu itu (1812) berada di bawah kekaisaran Rusia,
Tsar Alexander.
(Baca juga: Misteri Tas yang Muat Banyak Potongan Tangan Manusia, Muncul 3
Dugaan Mengerikan)
Napoleon yang memiliki pasukan militer tangguh dan dalam misi tempurnya
selalu suskes sangat berambisi menyatukan seluruh Eropa termasuk
kawasan Rusia yang sangat luas.
(Baca juga: 10 Ide Ini Sepele tapi Cerdas, Suatu Saat Mungkin Kita akan
Mengunakannya!)
Page:
1
2
3
Show all
Editor : Ade Sulaeman
Penulis : Ade Sulaeman
Napoleon bonaparte
Napoleon
ARTIKEL TERKAIT
Hidup Borju dari Hasil Menipu: Menengok Kisah Hidup Angela Lee, Cak Budi,
hingga Anniesa Hasibuan
Bukannya Bikin Ngeri, 'Mayat' dalam Selokan Hitam Penuh Sampah Ini Malah Bikin
Orang Tertawa
(Foto) Kocak dan Berlebihan, Beginilah 8 Hal Lucu yang Orang Lakukan untuk
Tujuan Tertentu
GridNetwork