Anda di halaman 1dari 5

TREND PENGKAJIAN ISLAM INDONESIA KONTEMPORER: ARAH

DAN PEMIKIRAN

Linda Nurmalita Sari (A92217076)

A. Pengertian Islam Kontemporer


Pemikirian Islam kontemporer merupakan paham keislaman yang
berusaha melakukan reinterpretasi terhadap ajaran Islam yang telah
dipahami oleh generasi terdahulu untuk disesuaikan dengan perkembangan
modern. Reinterpretasi tersebut dilakukan secara rasional, ilmiah serta
sejalan dengan syariat Allah baik yang terdapat di dalam Al Qur’an
maupun As-Sunnah. Pemikirannya bersifat rasional, dinamis, progresif,
dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.1 Inti pemikirannya
adalah mengembalikan kejayaan dan keunggulan pemikiran para
intelektual Islam klasik pada abad modern, sehingga melahirkan Islam
modern. Alasannya, karena pemikiran Islam klasik sangat relevan dengan
perkembangan peradaban modern. Sehingga, jika peradaban Islam ingin
berkembang dan maju di abad modern ini, maka pemikiran Islam harus
ditafsirkan sesuai dengan perkembangan zamannya.
Secara umum, era kontemporer Islam dunia bersamaan dengan
semangat antikolonialisme pasca Perang Dunia II. Secara historis dapat
ditelusuri narasinya dari periode runtuhnya Kerajaan Ottoman pasca
Perang Dunia I. Era kontemporer dunia Islam ditandai oleh keinginan
untuk membangun kehidupannya sendiri, terlepas dari hegemoni pihak
lain yang kolonialis, sehingga muncul istilah era poskolonialisme sebagai
identitas periodik era kontemporer. Ketika berbagai belahan dunia Islam
bangkit dengan caranya masing-masing, mereka menghadapi sejumlah
problem baru pada level internal maupun dalam relasinya dengan dunia
global. Oleh karena itulah muncul pemikiran-pemikiran dan gerakan-
1
Adi Irfan Marzuqi, Keragaman Pemikiran Islam di Inonesia, diakses dari
https://modernis.co./2018/09/23/keragaman-pemikiran-islam-di-indonesia/, pada 13 November
2019.
gerakan progresif dunia Islam yang berusaha untuk memberikan solusi
terhadap permaslahan-permasalahan tersebut secara intelektual maupun
praksis.2
Sejarah intelektual Islam kontemporer Indonesia berawal dari
pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 dan juga sebagai respons
dari permasalahan-permasalahan yang ada sejak jaman kemerdekaan. Pada
saat yang sama, sejarah intelektual Arab di Timur Tengah dan Afrika
Utara bermula dengan serangan proses dekolonialisasi pada tahun 1950-an
dan 1960-an dan konstruksi negara-bangsa di wilayah-wilayah yang
berbeda di dunia Arab. Pada bagian lain, pemikiran Turki kontemporer
memiliki eksistensinya terhadap eksperimen Kemal dan fondasi Republik
Turki Modern pada tahun 1923.3
B. Arah dan Pemikiran Islam Kontemporer
Pemikiran Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam
yang berkembang pada masa modern (abad 19 masehi) hingga sekarang.
Ciri khas pemikirannya adalah bersifat agresif yang berkembang dengan
metode pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban
Islam. Sedangkan untuk perkembangan pemikiran Islam kontemporer di
Indonesia tidak lepas dari perkembangan Islam kontemporer di dunia
Islam umumnya. Hal tersebut disebabkan oleh para intelektual muslim
Indonesia banyak belajar di negara-negara Islam modern dan juga di
negara-negara Barat. Oleh sebab itu, terjadi kolaborasi antara pemikiran
Islam kontemporer yang berasal dari Jazirah Arab dengan pemikiran Islam
yang dikembangan oleh para Islamolog yang ada di universitas-universitas
Barat.
Perkembangan pemikiran Islam kontemporer di Indonesia tidak lepas
dari upaya yang dilakukan untuk menafsirkan kembali al-Qur’an.4 Al-

2
Sokhi Huda, “Struktur Pemikiran dan Gerakan Islam Kontemporer”, At-Tahrir, Vol 18 No. 1,
2018, Hal. 175.
3
Ibid, hal 167.
4
M.Hasbi Amiruddin, “PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER DALAM BENTURAN
BUDAYA”, Jurnal ilmiah ISLAM FUTURA, Vol. 13, No.2, Februari 2014.
Quran yang dijadikan rujukan utama bagi umat Islam dirasa perlu untuk
dilakukan pengkajian ulang dengan tujuan mencari jawaban atas
permasalahan yang terjadi saat ini. Menurut Harun Nasution, dalam Al
Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang pengertiannya bersifat dhanni, dan
sangat kurang yang bersifat qath’i. Qath'i berarti secara pasti. Sedangkan
kata dhanni berarti: Pikiran, pendapat, dugaan, perkiraan. Banyaknya ayat
yang bersifat dhanni, menurutnya perlu untuk dilakukan penafsiran ulang
dan mencari titik temu untuk menjawab persoalan yang saat ini terjadi.
Menurut Harun Nasution, pandangan sempit dan tradisional tidak bisa
dapat berjalan beriringan dengan modernisme bahkan bertentangan.
Dikalangan umat Islam terdapat perasaan antipati dan takut terhadap
pemikiran para pemikir khususnya pemikiran para filosof (filsafat). Ada
yang beranggapan bahwa filsafat akan menggoyahkan iman, lebih dari itu
terdapat paham yang memandang bahwa filsafat membawa kepada
kekafiran, sehingga tidak kurang orang yang alergi terhadap filsafat. Hal
tersebut melataribelakangi munculnya keyakinan dikalangan umat Islam
yang beranggapan bahwa mempelajari filsafat adalah haram.
Harun Nasution berpendapat bahwa Al Qur’an dan as-Sunnah sangat
menghargai akal sehingga tidak kurang ayat-ayat Al-Qur’an yang
merangsang manusia untuk mendayagunakan akalnya. Dalam berbagai
tulisannya Harun Nasution mengutip beberapa ayat Al-Qur’an yang
mengharuskan umat Islam menggunakan akal. Keberadaan akal ini juga
dimaksudkan untuk mempelajari setiap ayat-ayat al-Qur’an dan
menafsirkannya sesuai dengan tuntutan zaman.
Harun Nasution mengehargai salah satu sikap mu’tazilah yakni,
sikapnya yang terbuka. Ia menganggap orang Islam bisa maju karena
menggunakan akalnya secara rasional dalam segala bidang, karena pada
masa berkembangnya Muktazilah itu umat Islam sedang mengalami masa
keemasan dalam sejarah. Begitu pula di Barat, orang sudah maju, karena
mereka bersikap rasional dalam kehidupan.5
C. Analisis dan Kritik
Seperti yang diuraikan diatas, dalam menafsirkan ulang Al-Qur’an
tidak bisa hanya dengan akal atau opini yang tidak dilandaskan dengan
ilmu yang benar, hukumnya haram dan terlarang.
Dalam QS. Al Isra ayat 36:

“Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya iu akan diminta pertanggungan jawabnya” (QS. Al Ira:36).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma, Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wassalam juga bersadba:

“Barangsiapa yang erkata tentang al-Qur’an tanpa ilmu maka siapakanlah


tempat duduknya di neraka”.

5
Ibrahim. PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER (Studi Kritis Terhadap Pemikiran Harun
Nasution). Jurnal Aqidah-Ta. 2 (2).
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Sokhi. 2018. Struktur Pemikiran dan Gerakan Islam Kontemporer. At-
Tahrir. 18 (1). 156-178.

Ibrahim. 2016. PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER (Studi Kritis Terhadap


Pemikiran Harun Nasution). Jurnal Aqidah-Ta. 2 (2). 99-110.

Marzuqi, Adi Irfan. Keragaman Pemikiran Islam di Inonesia. diakses dari


https://modernis.co./2018/09/23/keragaman-pemikiran-islam-di-
indonesia/, pada 13 November 2019.
Amiruddin. M.Hasbi. “PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER DALAM
BENTURAN BUDAYA”. Jurnal ilmiah ISLAM FUTURA, Vol. 13, No.2,
Februari 2014.

Anda mungkin juga menyukai