Oleh:
Erpinayanti (19051140)
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran
1
isi Al-Quran dan banyak puisi dalam bahasa arab. Ia memulai pendidikannya di sekolah
rakyat, Jakarta. Setelah itu ia melanjutkan sekolah ke SMEP di Giwangan Yogyakarta,
bersamaan dengan belajar bahasa Arab di Pesantren Al-Munawir, Krapyak Yogyakarta di
bawah bimbingan KH. Ali Maksum, mantan Rais Am PBNU, dengan bertempat tinggal di
rumah KH. Junaid, ulama tarjih Muhammadiyah Yogyakarta.
Sebagai intelektual Sunni tradisional pada umumnya, Gus Dur membangun
pemikirannya melalui paradigma kontekstualisasi khazanah pemikiran sunni klasik. Oleh
karena itu wajar saja jika yang menjadi kepedulian utamanya minimal menyangkut tiga
hal. Pertama, revitalisasi khazanah Islam tradisional Ahl-As-Sunnah Wal Jama’ah. Kedua,
ikut berkiprah dalam wacana modernitas; dan ketiga, berupaya melakukan pencarian
jawaban atas persoalan konkret yang dihadapi umat Islam indonesia. Corak pemikiran Gus
Dur yang liberal dan inklusif sangat dipengaruhi oleh penelitiannya yang panjang terhadap
khazanah pemikiran Islam tradisional yang kemudian menghasilkan reinterpretasi dan
kontekstualisasi.
Selain Gus Dur ada juga Nurcholis Madjid lahir di Mojo Anyar Jombang Jawa
Timur pada tanggal 17 maret 1939 (27 Muharram1358) dari kalangan keluarga santri. Nur
Cholis memulai pendidikannya dengan belajar di Sekolah Rakyat dan Madrasah Ibtidaiyah
Pesantren Darul Ulum, kemudian melanjutkan ke KMII (Kuliyyatul Muallimin) Pondok
modern Gontor. Setelah selesai sekolah di Gontor, kemudian melanjutkan kuliyah di IAIN
Syarif Hidayatullah Fakultas Adab. Sebagai salah satu pemikir Islam kontemporer.
Beberapa karya Nurcholis Madjid yang berkaitan dengan pembaharuan pemikiran islam di
Indonesia yaitu, The Issue of Modernization Among Muslims Indonesia, What Is Modern
Indonesia 1974, Islami in Indonesia Callanges Opportunities, Islam in The Contemporary
World 1980, khazanah Intelektual Islam 1984, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan.
Nur Cholis merumuskan modernisasi sebagai rasionalitas hal ini berarti proses
perombakan pola pikir dan tata kerja baru yang akliah. Kegunaanya untuk memperoleh
efisiensi yang maksimal untul kebahagiaan umat manusia. Pendekatan yang digunakan
Nurkholis dalam memahami umat dan ajaran islam lebih bersifat cultural normative
sehingga ada kesan bahwa lebih mementingkan komunitas dan integralistik. Nur Cholis
Majid menekankan pentingnya diadakan pembaruan setelah melihat kondisi dan persoalan
yang dihadapi umat islam. Menurutnya pembaharuan harus dimulai dengan dua tindakan,
yuang mana satu dan lainnya sangat erat hubunganya. Yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai
tradisional dan mencari nilai baru yang berorientasi kemasa depan.