Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ALIRAN PEMIKIRAN MODERN DALAM ISLAM

Disusun Oleh :

Dyah Ayu Nur R H93218061

‘Am Shah Rezza Pahlevi H93218051

Satrio Agung Nur Rizqillah H73218045

Putri Ayu Yunita Sari H73218041

Ach Yusril Sonhaji H03218001

M. Daffa Ivan Abror H93218063

Dosen :

Badar Tomtomi
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang tanpa karunianya makalah ini tidak akan
selesai. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.

Pemikiran Modern dalam Islam merupakan suatu topik yang cukup menarik
untuk dibahas, karena kontroversi-kontroversi yang ditimbulkan dan efeknya
terhadap perkembangan peradaban islam sangatlah signifikan. Selain timur tengah
yang menjadi pusat berkembangnya ghazwatul fikr ini, Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam juga tak lepas terkena gelombang dari peristiwa ini.

Maka dari itu, respon para ulama-ulama nusantara juga beragam, ada yang
menggunakan metode tradisional ada yang menggunakan metode modern, namun
kedua-duanya sama sama bersifat moderat.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam pengantar ini. Semoga Allah SWT selalu meridhoi
segala usaha kita. Wallahul muafiq ila aqwamit thariq, Wassalamualaikum wr.wb.

Sidoarjo, 19 November 2018

i
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................ i

Daftar Isi................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1

BAB II ISI

A. Definisi Pemikiran Islam Modern............................................................... 2


B. Pemikiran Islam Modern Periode Awal...................................................... 2
C. NU dan Muhammadiyah............................................................................. 6
D. Amar Ma’ruf Nahi Munkar........................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................. 12
B. Daftar Pustaka........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara historis, pemikiran modern mulai kuat pengaruhnya dalam dunia


Islam pada awal abad ke-19 ketika Barat menjajah Jazirah Arab. Ekspansi militer
di Arab oleh Barat selain membawa misi politis juga berpengaruh pada kebudayaan,
pendidikan dan juga politik. Pengaruh ini juga merambat hingga ke ranah teologis
dalam Islam, semangat gerakan kontekstualisasi Islam mulai muncul sebagai
antitesa dari stigma Barat bahwa Islam adalah agama yang terbelakang. Maka
muncul yang dinamakan tokoh modern pembaharu seperti Muhammad Bin
Abdullah, Rasyid Ridha, Muhammad Abduh di bidang teologi, Ali Jinnah,
Jamaluddin al Afghani di bidang Politik dan lain-lain.

Gerakan ini seolah menggugah dunia Islam dari yang semula sibuk pada
konflik internal untuk kembali lagi mewujudkan peradaban seperti masa
kejayaannya. Dampaknya, muncul sinkretisme antara nilai Islam dan unsur modern,
seperti contoh di bidang aqidah mucul gerakan pemurnian tauhid oleh Muhammad
bin Abdul Wahhab yang gerakannya dikenal dengan nama Wahabi, pada bidang
Tafsir Quran muncul corak penafsiran Al Quran dengan teori-teori Iptek Modern
yakni Tafsir Ilmi, Dalam bidang politik muncul tokoh seperti Hasan al Banna
pendiri Ikhwanul Muslimin yakni organisasi ikatan persaudaraan Islam modern,
Begitu juga dengan Jamaluddin al Afghani yang meletakkan prinsip sekuler dan
demokrasi dalam sistem politik Islam. Oleh karena inilah makalah ini disusun untuk
membahas lebih rinci terkait Pemikiran Islam Modern.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pemikiran Islam Modern ?
2. Bagaimana paradigma Pemikiran Islam Modern ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui definsi Pemikiran Islam Modern .
2. Mengetahui paradigma Pemikiran Islam Modern.
D. Manfaat
1. Dapat memahami secara komprehensif corak pemikiran Islam Modern

BAB II

ISI

A. Definisi Pemikiran Islam Modern

Secara definitif modern berarti berkemajuan/ baru, pemikiran modern


berarti cara berfikir yang menjunjung prinsip-prinsip zaman baru. Jadi Pemikiran
Islam Modern adalah cara berfikir yang menggunakan Islam sebagai landasan dan
unsur modern sebagai pendekatan kajian dari Islam itu sendiri.

B. Pemikiran Islam Modern Periode Awal

Dalam paradigma pemikiran Islam Modern, akal dan rasio argumentatif


mendapat porsi yang lebih banyak. Hal ini dikarenakan untuk isu-isu kontemporer
memerlukan eksplorasi akal yang lebih luas sehingga banyak muncul tokoh pemikir
dengan segala coraknya. Berikut adalah tokoh pembaharu generasi awal beserta
gagasan-gagasannya.

1. Pembaharuan dalam Bidang Akidah

a. Muhammad ibn Abdul Wahhab

Pemikiran Muhammad ibn Wahhab mempengaruhi dunia Islam di


masa modern sejak abad ke XIX. Walaupun ia sendiri hidup di abad

2
sebelumnya, tetapi pemikirannya mengilhami gerakan-gerakan
pembaharuan Islam pada abad setelahnya.

Muhammad ibn Abdul Wahab lahir di Uyainah, Nejd Arabia Tengah


pada tahun 1115 – 1703 M. Ayahnya Abdul Wahhab adalah seorang
hakim di kota kelahirannya. Di masa pemerintahan Abdullah ibn
Muhammad ibn Muammar dan mengajar fiqh dan hadis di masjid
kota tersebut. Ia mulai belajar agama dari Ayahnya sendiri dengan
membaca dan menghafal al-Qur’an. Di samping belajar kitab-kitab
agama aliran Hanbali, ia berkelana mencari ilmu ke Mekkah,
Madinah dan Basra. Jumhur muslimin menamai gerakannya sebagai
golongan Wahabi.

. Pemikiran keagamaan yang dibawakan olehnya dan menonjol


difokuskan pada pemurnian tauhid, yakni meng-Esa-kan Allah yang
tiada sekutu bagi-Nya. Namun, dengan berjalannya waktu, gerakan
mereka berkembang menjadi gerakan politik. Meski demikian, ia
tidak meninggalkan misi asalnya yaitu pemurnian Islam.
Menurutnya, pembagian tauhid dikategorikan menjadi tauhid
ilahiyyah, rubbubiyah, asma, sifat dan tauhid af’al yang disebut juga
tauhi ilm dan i’tiqad. Dalam prakteknya ajaran ini sarat dengan
manhaj takfiri yakni mengkafirkan selain golongannya, golongan ini
sering melontarkan tuduhan bid’ah, syirik, kafir terhadap golongan
yang tidak sependapat dengannya.1

b. Muhammad Rasyid Ridho

Rasyid Ridho dilahirkan di al Qalamun, di pesisir laut


Tengah, pada tanggal 23 September 1865 M. Pendidikan bermula di
madrasah al Kitab al Qalamun, kemudian di madrasah ar Rasyidiah
di Tropoli. Selanjutnya beliau melanjutkan pendidikan tingginya di

1
Idahram, S. (2014). Bukan Fitnah Tapi Inilah Faktanya . Jakarta: Pesantren Terjemah Indonesia.

3
al Azhar 1898 M dan berguru pada Muhammad Abduh. Diantara
pembaharuannya adalah: pembaharuan dalam bidang agama, social,
ekonomi, memberantas khurafat dan bid'ah. Serta paham-paham
yang dibawa tarekat.

Adapun ide-ide pembaharuannya adalah: menumbuhkan sikap aktif


dan dinamis di kalangan umat, mengajak untuk meninggalkan sikap
fatalisme (jabariyah), rasionalitas dalam penafsiran al Qur'an dan
Hadis, penguasaan sains dan tekhnologi, pemberantasan khurafat
dan bid'ah, serta pemerintahan yang bersistem khalifah. KH
Muhammad Faqih Maskumambang dalam buku “Menolak Wahabi”
mengkritik keras jalan pemikiran Rasyid Ridha yang cenderung
takfiri.2

Adapun Tafsir yang terkenal karya Rasyid Ridho adalah Tafsir Al-
modern atau biasa disebut Tafsir Ilmi ini banyak mendapat
pertentangan karena landasan filosofis dari Ilmu pengetahuan tidak
bisa disamakan dengan pendekaatan wahyu.

2. Pembaharuan dalam Bidang Politik

a. Jamaluddin al-Afghani

Salah satu sumbangan terpenting di dunia Islam diberikan


oleh sayid Jamaludin Al Afgani. Gagasannya mengilhami kaum
muslim di Turki, Iran, mesir dan India. Meskipun sangant anti
imperialisme Eropa, ia mengagungkan pencapaian ilmu
pengetahuan barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksiantara Islam
dan ilmu pengetahuan. Namun, gagasannya untuk mendirikan
sebuah universitas yang khusus mengajarkan ilmu pengetahuan

2
Maskumambang, K. M. (2015). An-Nushush Al-Islamiyyah Fi Ar-Rad 'Ala Madzhab Al-
Wahabiyyah. Depok: Sahifa.

4
modern di Turki menghadapi tantangan kuat dari para ulama. Pada
akhirnya ia diusir dari negara tersebut.

3. Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan

a. Al Tahtawi

Nama aslinya adalah Rifa'ah Badhawi Rafi' al Tahtawi, lahir


pada tahun 1801 di Mesir Selatan, wafat tahun 1873 di Kairo.
Seorang pembaharu yang mempunyai pengaruh besar pada abad ke-
19 dan seorang yang sangat berpengaruh dalam usaha-uasaha
gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya.
Al Tahtawi belajar di al Azhar Mesir, dan setelah kembali diangkat
menjadi sebagai guru bahasa Perancis dan penerjemahan di sekolah
kedokteran.

Pada tahun 1836 didirikan sekolah penerjemah yang


kemudian dikepalai oleh al Tahtawi. Beliau bukan seorang penganut
sekuler, usahanya adalah memperbaiki tradisi, khususnya dalam
bidang pendidikan, kewanitaan dan memperbaiki literature. Beliau
menginginkan Mesir maju seperti dunia Barat, namun tetap dijiwai
oleh agama dalam segala aspek.

Salah satu jalan untuk kesejahteraan menurutnya adalah,


berpegang kerti, untuk itu pendidikan merupakan sarana penting.
Tujuan dari pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia
berkepribadian patriotic dengan istilah hubbul wathon yaitu
mencintai tanah air. Perasaan patriotic itu akan menimbulkan rasa
kebangsaan, persatuan, tunduk dan mematuhi undang-undang, serta
bersedia mengorbankan jiwa dan harta untuk mempertahankan
kemerdekaan.

5
Dalam hal agama dan peranan ulama, al Tahtawi menghendaki agar
para ulama selalu mengikuti perkembangan dunia modern dan
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan modern. Ini mengandung
arti bahwa pintu ijtihad tetap dibiarkan terbuka lebar.

Dari beberapa poin diatas aspek pemikiran modern ini juga


memiliki dampak negatif antara lain munculnya klaim purifikasi
Islam yang berlebihan sehingga muncul sikap takfiri. Tuduhan-
tuduhan syirik, bid’ah, kafir terhadap amaliyah-amaliyah
Ahlussunnah wal Jamaah dengan dalih “tidak sesuai dengan Al-
Quran dan Sunnah”. Gerakan ini juga melibatkan serangkaian aksi
kekerasan dan pemberontakan/ bughat terhadap pemerintahan yang
sah. Disisi lain, masuknya nilai-nilai barat ke pemikiran Islam
menumbuhkan sikap Liberalisme dan Sekulersime dalam beberapa
golongan pemikir Islam.

C. NU dan Muhamadiyah

Angin modernitas Islam ini juga berhembus sampai ke Nusantara yang


mayoritas penduduknya beragama Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Untuk
mengantisipasi ketegangan dan perubahan ini masuk ke Nusantara para ulama
menempuh dua cara berbeda, ada kelompok Tradisionalis Moderat yang diprakarsai
Ulama-ulama pesantren seperti Syaikhona Cholil Bangkalan, KH. Hasyim Asyari
mendirikan NU dan kelompok modernis Moderat yang diprakarsai oleh Ulama-
ulama seperti KH. Ahmad Dahlan dan KH Mas Mansyur mendirikan
Muhammadiyah. Dasar dan prinsip kedua organisasi ini sebenarnya sama, yakni
sama-sama beraqidahkan Ahlusunnah Wal Jamaah, berprinsip nasionalisme,
menjunjung sikap moderat namun praktik dakwah ke masyarakat menggunakan
metode yang berbeda dibeberapa hal.

6
Perbedaan kedua organisasi ini sebenarnya belum terlihat jauh pada masa
awal. Menurut (Shodiqin, 2014) merujuk pada Kitab Fiqh Muhammadiyah tahun
1924, fiqih Muhammadiyah terlihat mirip dengan NU, sebagai contoh
membolehkan qunut, melafalkan niat Ushalli, menggunakan kata Sayyidina.
Namun seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah mengalami beberapa dinamika
sehingga ada revisi yang cukup banyak pada bidang fiqih terutama masalah
furuiyah.3

Muhammadiyah berdakwah di masyarakat kota yang notabene tidak terlalu


ketat dengan tradisi sehingga produk fiqihnya cenderung mengesampingkan unsur-
unsur adat, sedangkan NU berdakwah pada masyarakat desa yang sangat kental
dengan adat sehingga produk fiqihnya juga mentolerir unsur-unsur adat selama
tidak bertentangan dengan Islam. Memang dalam dinamikanya sering terjadi
ketegangan namun bukan ketegangan yang bersifat destruktif terlebih pada akhir-
akhir ini.

Nilai-nilai modern yang diadopsi oleh kedua organisasi ini adalah


kemoderenan yang bersifat moderat, tidak semerta merta menelan semua aspek
aspek modern barat. Di NU terdapat kaidah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal
akhdzu bil jadidil ashlah yang berarti memelihara tradisi lama yang baik dan
mengambil tradisi baru yang lebih baik sedangkan di Muhammadiyah ada prinsip
Washatiyyah.

Gerakan modern moderat ala NU dan Muhammadiyah ini tak lepas dari
tokoh-tokoh pembawanya. Di NU kita mengenal banyak tokoh seperti KH. Hasyim
Asyari yang pemikirannya tentang membela negara merupakan kewajiban agama,
KH. Wachid Hasyim terkenal sebagai tokoh panitia sembilan yang menyetujui
penghapusan tujuh kata di piagam Jakarta, KH. Abdurrahman Wahid guru bangsa
yang wawasannya luas begitu juga dari Muhammadiyah kita mengenal tokoh-tokoh
besar seperti KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, KH Mas Mansur, Buya

3
Shodiqin, M. A. (2014). Muhammadiyah itu NU. Jakarta : Penerbit Noura Books.

7
Hamka cendekiawan sekaligus penulis novel, Buya Syafii Maarif dan sebagainya.
Berikut profil beberapa tokoh modern moderat beserta pemikirannya.

1. Hadratussyeikh KH. Muhammad Hasyim Asyari

Kiai Haji Muhammad Hasyim Asyari (lahir di Kabupaten


Jombang, Jawa Timur, 14 Februari 1871 – meninggal di Jombang, Jawa
Timur, 21 Juli 1947 pada umur 76 tahun; 24 Dzul Qo'dah 1287 H- 3
Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah salah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia yang merupakan pendiri Nahdlatul
Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan
Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus
Syeikh yang berarti maha guru. Gagasan-gagasan beliau yang utama
adalah membentengi kaum muslimin nusantara agar tetap dalam
Ahlusunnah wal Jamaah dalam naungan NU, memadukan antara
nasionalisme dan agama yang bisa kita lihat pada Resolusi Jihad 22
Oktober 1945 (Timur, 2016)4. K.H. Hasyim Asy'ari banyak membuat
tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak dari pemikirannya berikut
adalah beberapa kitab karangan beliau.

a. Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-


sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal
Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan
Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah).

b. Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang


Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).
c. Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi
Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).

4
Timur, T. A. (2016). Khazanah Aswaja. Surabaya: Aswaja NU Center.

8
d. Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatul Ulama. Dari
kitab ini para pembaca akan mendapat gambaran bagaimana pemikiran
dasar dia tentang NU. Di dalamnya terdapat ayat dan hadits serta pesan
penting yang menjadi landasan awal pendirian jam’iyah NU. Boleh dikata,
kitab ini menjadi “bacaan wajib” bagi para pegiat NU.

2. KH. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di


Yogyakarta, gustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923
pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia
adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu
Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di
Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H.
Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat
penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh yang tidak banyak meninggalkan


tulisan, beliau lebih menampilkan sosoknya sebagai manusia amal atau
praktisi dari pada filosuf yang banyak melahirkan gagasan-gagasan
tetapi sedikit amal, sekalipun demikian tidak berarti beliau tidak
memiliki pemikiran. Sebagai wujud kongkrit yang dicetuskan beliau
yaitu Muhammadiyah yang sampai sekarang masih eksis.

Adapun metode yang ditawarkan KH. Ahmad Dahlan merupakan


sintesis antara metode pendidikan Belanda dengan metode pendidikan
tradisional. Amal usaha Muhammadiyah merupakan refleksi dan
manifestasi pemikiran beliau dalam bidang pendidikan dan keagamaan.
Istilah pendidikan disini dipergunaksn dalam konteks yang luas tidak
hanya terbatas pada sekolah formal tetapi mencakup semua usaha yang
dilaksanakan secara sistematis untuk mentransformasikan ilmu

9
pengetahuan, nilai dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada
generasi muda, dalam konteks ini termasuk dalam pengertian
pendidikan adalah kegiatan pengajian, tabligh dan sejenisnya.

Adapun tujuan pendidikan menurut KH. Ahmad Dahlan yaitu


membentuk manusia yang:
1. Alim dalam ilmu agama.
2. Berpandangan luas, dengan memiliki pengetahuan umum;
3. Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah dalam
menyantuni
nilai-nilai keagamaan pada masyarakat.

3. KH. Abdurrahman Wahid

Dr.(H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus


Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di
Jakarta, 30 Desember 2009 pada umur 69 tahun)[1] adalah tokoh
Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden
Indonesia yang keempat dari tahun 1999 hingga 2001. Beliau adalah
anak dari KH. Wahid Hasyim dan sekaligus cucu dari KH. Hasyim
Asyari. Islam bagi Gus Dur harus ditempatkan sebagai agama yang
benar-benar rahmatan lil alamin, termasuk bagi mereka yang tidak
beragama islam tanpa harus memeluknya sebagai agama. Dengan
demikian, islam datang sebagai agama yang dapat dinikmati oleh
semua orang. Hal ini menurut Gus Dur bisa terwujud tanpa harus
menjelma sebagai ”ideologi negara” yang sifatnya mengikat seluruh
warga negara.5

5
Wahid, K. A. (2006). Islamku Islam Anda Islam Kita, Agama Masyarakat Negara Demokrasi.
Jakarta: The Wahid Institute.

10
Bagi Gus Dur tidak ada konsep kenegaraan yang baku dalam
islam. Sebab dalam Al-Quran sendiri tidak ada term ad-dawlah
ataupun baldah yang bermakna politis. Selain itu tidak ada pula
petunjuk pelaksanaan yang secara teknis berasal dari Nabi Muhammad
Saw. Bagi Gus Dur yang terpenting bukanlah formalisme islam secara
institusional melainkan termanifestasikannya ajaran islam dalam etis
masyarakat.

Gagasan ”pribumisasi Islam” dimaksudkan Gus Dur sebagai


jawaban atas problema yang dihadapi umat Islam sepanjang
sejarahnya, yakni bagaimana mempertemukan budaya (’adah) dengan
norma (syariah), sebagaimana juga menjadi persoalan dalam ushul
fiqh. Menurut Gus Dur, tumpang tindih antara agama dan budaya akan
terjadi terus menerus sebagai suatu proses yang akan memperkaya
kehidupan dan akan membuatnya tidak gersang.

D. Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Amar ma’ruf nahi munkar adalah bagian dari upaya menegakkan agama
dan kemaslahatan di tengah-tengah umat. Secara spesifik amar ma’ruf nahi
munkar lebih dititiktekankan dalam mengantisipasi maupun menghilangkan
kemunkaran, dengan tujuan utamanya menjauhkan setiap hal negatif di tengah
masyarakat tanpa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar.

Syekh an-Nawawi Banten di dalam kitab beliau, Tafsir Munir berkata,


“Amar ma’ruf nahi munkar termasuk fardlu kifayah. Amar ma’ruf nahi munkar
tidak boleh dilakukan kecuali oleh orang yang tahu betul keadaan dan siasat
bermasyarakat agar ia tidak tambah menjerumuskan orang yang diperintah atau
orang yang dilarang dalam perbuatan dosa yang lebih parah. Karena
sesungguhnya orang yang bodoh terkadang malah mengajak kepada perkara yang
batil, memerintahkan perkara yang munkar, melarang perkara yang ma’ruf,

11
terkadang bersikap keras di tempat yang seharusnya bersikap halus dan bersikap
halus di dalam tempat yang seharusnya bersikap keras.” (Syekh an-Nawawi al-
Jawi, Tafsir Munir, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2005, cetakan ketiga, jilid
II, halaman 59)

Dewasa ini pengamalan amar maruf nahi munkar agak bergeser dari rel
yang sebenarnya. Maraknya penggunaan arsi anarkisme dalam amar maruf nahi
munkar membuat distorsi pemahaman sebagian orang bahawa amar maruf nahi
munkar itu identik dengan kekerasan. KH Hasyim Muzadi pernah bercerita atas
pertanyaan tamunya dari luar negeri yang berkata, “Apakah Allahuakbar itu
artinya merusak?” beliau merasa tergelitik sekaligus maklumm, bahwa stigma
barat terhadap islam terkadang disebabkan oleh perilaku umat islam yang tidak
Islami.

BAB III
KESIMPULAN

Pemikiran Modern dalam Islam menuai pro dan kontra terutama diawal
kemunculannya. Disatu sisi Islam butuh bangkit untuk merespon dan menyesuaikan
diri terhadap nilai Barat yang sarat akan modernitas, disisi yang lain juga harus
berpegang teguh pada prinsip-prinsip fundamental dalam syariat. Muncul banyak
tokoh dan pemikirannya di Timur Tengah dengan segala kelebihan dan
kontroversinya. Angin perubahan ini tentu memunculkan berbagai tendensi dan
dinamika termasuk ke Nusantara. Ulama Nusantara merespon dengan dua metode
yakni modernis moderat dan tradisionalis moderat, terbukti kedua metode ini
menghasilkan kehidupan agama yang harmonis, dinamis, moderat yang
berlangsung hingga sekarang. Pola amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan
turunan dari metode ini juga harus dilakukan secara tepat, bukan dengan kekerasan
yang menambah keruh keadaaan.

12
Daftar Pustaka

Idahram, S. (2014). Bukan Fitnah Tapi Inilah Faktanya . Jakarta: Pesantren Terjemah
Indonesia.

Maskumambang, K. M. (2015). An-Nushush Al-Islamiyyah Fi Ar-Rad 'Ala Madzhab Al-


Wahabiyyah. Depok: Sahifa.

Shodiqin, M. A. (2014). Muhammadiyah itu NU. Jakarta : Penerbit Noura Books.

Timur, T. A. (2016). Khazanah Aswaja. Surabaya: Aswaja NU Center.

Wahid, K. A. (2006). Islamku Islam Anda Islam Kita, Agama Masyarakat Negara
Demokrasi. Jakarta: The Wahid Institute.
http://www.nu.or.id/post/read/85112/tantangan-santri-generasi-alfa

http://www.nu.or.id/post/read/65559/memahami-islam-dan-gerakannya-bagian-i

http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-12243-detail-moderat-dalam-bersikap-
berfikir-dan-bertindak.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari

http://arfianbayu.blogspot.com/2012/10/pemikiran-kh-ahmad-dahlan-tentang_26.html

http://hmjaf.blogspot.com/2011/03/pemikiran-abdurrahman-wahid.html

http://www.nu.or.id/post/read/84166/memahami-amar-maruf-nahi-munkar-secara-benar

https://www.youtube.com/watch?v=CgcmhndtUpk

13

Anda mungkin juga menyukai