Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“Dinasti fatimiyah”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Mata kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAM

Dosen Pengampu: Dra, LAILA ROHANI, M. HUM

Disusun oleh:

AMIN RAHMAD PANJAITAN { 0203193139 }

ANDREW AMANAH CARNEGIE HSB { 0203193148 }

MUHAMMAD FADLY SYAHWALA HRP { 0203193134 }

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM


PRODI HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”DINASTI
FATIMIYAH ”. Makalah ini diajukan untuk tugas mata kuliah “Sejarah
Peradaban Islam”

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.

Semoga makalah ini memberikan informasi dan dapat bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan, 01 Oktober 2019

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1

BAB II Pembahasan

1. Sejarah Lahirnya Dinasti Fatimiyah...........................................................2

2. Kemajuan Dinasti Fatimiyah.......................................................................3

3. Kemunduran dinasti fatimiyah.....................................................................5

BAB III Penutup

Kesimpulan.........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................10

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Islam masuk Mesir pada masa pemerintahan Umar ibn Khattab ketika itu Amr
ibn Ash disuruh khalifah membawa tentara islam untuk mendudukinya karena dari
segi geografis palestina yang berbatasan langdung dengan Mesir tidak akan aman
tanpa menduduki, sementara palestina ketika itu sudah dapat ditaklukkan tentara
islam.

Setelah menduduki daerah Mesir, Amr ibn Ash lansung diangkat menjadi
gubernurnya (632-550) dan menjdikan Fustah (dekat Cairo ) sebagi ibu kotanya.
Selanjutnya , Daulah Islamiyah dilih berganti menduduki Mesir, antara lain,
Daulah Umayyah, Daulah Abbasyiah, Daulah fatimiyah (909-1171), yang ditandai
dengan berhasilnya Jauhar al-katib (Panglima Besar) Khalifa Muiz Lidnillah
mendirikan Universitas tertua di dunia Al-Azhar pada tahun 972 M, Daulah
Ayubiyah (1174-1250) yang ditandai dengan datangnya serangan tentara Perang
Salib (1906-1273) ke Mesir, Daulah Mamluk (1250-1517) yang ditandai dengan
berhasilnya Daulah Mamluk dibawah pimpinan Khalifah Bybas (1260)
membendung serangan Mongol yang hendak menguasai mesir. Pada masa
selanjutnya Mesir menjadi bagian dari kerajaan Turki Usmani.

Abad modern, Mesir berada dibawah tangan penjajahan Barat, pada tahun
1798 tentara Napoleon mendarat di Mesir, tanpa mendapat perlawana yang berarti
dari umat islam. Inggris mulai campur tangan dalam pemerintahan Mesir pada
tahun 1882 dan mesir merdeka dari Inggris pada tahun 1922.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah lahirnya Dinasti Fatimiyah?

2. Apa saja kemajuan Dinasti Fatimiyah?

4
3. Bagaiamana sejarah penyebab kemunduran Dinasti Fatimiyah?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui sejarah lahirnya Dinasti Fatimiyah

2. Mengetahui kemajuan Dinasti Fatimiyah

3. Mengetahui penyebab kemunduran Dinasti Fatimiyah

BAB II

PEMBAHASAN

1. Sejarah Lahirnya Dinasti Fatimiyah

Menjelang akhir abad ke-10 kondisi Daulah Abbasiyah di Baghdad mulai


melemah karena daerah kekuasaannya yang luas sudah tidak dapat
terkonsolidasikan lagi atau tepatnya memasuki masa disintegrasi. Kondisi seperti
ini membuka peluang bagi munculnya Daulah-Daulah kecil di daerah-daerah yang
membebaskan diri dari pemerintahan pusat, terutama bagi gubernur dan
Khalifahnya yang sudah memiliki tentara sendiri. Di antaranya adalah Daulah
Fatimiyah.

Selain itu, hubungan antara Daulah Abbasiyah dengan orang-orang


Syi’ah selalu dalam keadaan konflik karena Daulah Abbasiyah pernah
mengkhianati orang-orang Syi’ah maka sekte Syi’ah bersikap oposisi bagi
pemerintahan Daulah Abbasiyah. Akibatnya, orang-orang Syi’ah selalu dikejar-
kejar penguasa Daulah Abbasiyah. Sewaktu terjadi pengejaran besar-besaran
terhadap orang-orang Syi’ah pada masa Khalifah al-Hadi, Imam Idris Ibn
Abdullah dan pengikut-pengikutnya berhasil melarikan diri ke Maroko dan
mendirikan Daulah Idrisiyah disana pada tahun 172 H.

Imam Abdullah As-Syi’i (Imam Syi’ah) termasuk orang yang hendak


ditangkap tentara Daulah Abbasiyah sehingga dia melarikan diri dari Baghdad dan
berhasil sampai ke desa Salmajah dekat Syiria dan menetap disana. Kemudian dia

5
menjadikannya sebagai markas dakwah orang- orang Syi’ah. Tidak lama menetap
di Salmajah dia melanjutkan perjalanannya sampai ke Maroko. Setibanya di
Maroko dia menyerukan kepada penduduk agar melantik Ubaidillah Al-Mahdi
menjadi pemimpin mereka yang pada saat itu masih berada di desa Salmajah.
Tawaran tersebut diterima penduduk Maroko dan Ubaidillah Al-Mahdi diminta
untuk datang ke Maroko. Tetapi kedatangannya diketahui oleh orang-orang
Abbasiyah lalu dia ditangkap pada tahun 296 H.

Abdullah As-Syi’i berusaha mengumpulkan kekuatan dengan sejumlah


besar tentara untuk membebaskan Ubaidillah Al-Mahdi dari penjara. Mendengar
pasukan besar tersebut gubernur Daulah Abbasiyah untuk Afrika melarikan,
kesempatan itu dapat dipergunakan Ubaidillah Al-Mahdi keluar dari penjara dan
dilantik pendukungnya untuk menjadi pemimpin mereka mendirikan Daulah
Fatimiyah pada tahun 297 H/909 M.310 Dengan demikian, secara resmi berdirilah
Daulah Fatimiyah di Maroko memakai gelar Khalifah terbebas dari pemerintahan
Daulah Abbasiyah di Baghdad.1

2. Kemajuan Dinasti Fatimiyah

Sumbangan Dinasti Fatimiyah terhadap peradaban Islam sangat besar,


baik dalam sistem pemerintahan maupun dalam bidang keilmuan. Masa keemasan
Dinasti Fatimiyah dimulai pada periode al-Muiz dan memuncak pada masa
alAziz. Kemajuan yang dapat dicapai dari kekhalifaan al-Aziz di antaranya:

A. Bidang Politik dan Pemerintahan

Bentuk pemerintahan pada masa Fatimiyah merupakan suatu bentuk pemerintahan


yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir.

Pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah kekuasaan khalifah.


Menteri-menteri dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok militer dan
kelompok sipil. Yang dibidangi oleh kelompok militer di antaranya: urusan tentara

1 Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2013), hal.
237-238

6
perang, pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang
menyangkut keamanan dan yang termasuk kelompok sipil di antaranya:

1.) Qadi‟ yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang

2.) Ketua dakwah, yang memimpin Darul Hikam (bidang keilmuan)

3.) Inspektur pasar, yang membidangi bazar, jalan dan pengawasan timbangan dan
ukuran

4.) Bendaharawan negara, yaitu membidangi baitul mal

5.) Wakil kepala urusan rumah tangga khalifah

6.) Qori‟ yang membacakan Al-Quran bagi khalifah kapan saja dibutuhkan2.
Ketentaraan dibagi kedalam tiga kelompok. Pertama, amir-amir yang terdiri dari
pejabat-pejabat tinggi dan pengawal khalifah. Kedua, para officer of the guard
(pegawai biasa termasuk ilmuan). Ketiga, berbagai resimen yang bertugas sebagai
hafidzah, sudaniyah dan sebagainya

B. Pemikiran dan Filsafat

Dalam menyebarkan tentang ke-Syi‟ah-annya, Dinasti Fatimiyah banyak


menggunakan filsafat Yunani yang mereka kembangkan dari pendapat-pendapat
Plato, Aristoteles, dan ahli-ahli filsafat lainnya.3

Kelompok ahli filsafat yang paling terkenal pada masa Dinasti Fatimiyah adalah
Ikhwanu Sofa. kelompok ini cenderung membela kelompok Syi‟ah Isma‟iliyah
dan mengembangkan pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan ilmu
agama, pengembangan syariah dan filsafat Yunani.

Tokoh filsuf yang muncul pada masa Dinasti Fatimiyah di antaranya: Abu Hatim
ar-Rozi, Abu Abdillah an-Nasafi, Abu Ya‟kub as-Sajazi dan lain-lain.

C. Keilmuan dan Kesusastraan

7
Seorang keilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah
Yakub ibnu Killis. Ia berhasil membangun akademi-akademi keilmuan yang
menghabiskan ribuan dinar perbulannya. Pada masanya ia berhasil membesarkan
seorang ahli fisika bernama Muhammad at-Tamimi, ahli sejarah bernama
Muhammad ibnu Yusuf alKindi, seorang ahli sastra adalah al-Aziz yang berhasil
membangun masjid al-Azhar yang nantinya berfungsi sebagai universitas, dan
dari situ disebarkan pula para dai ke luar Mesir.

Kemajuan keilmuan yang paling fundamenetal pada masa ini adalah


keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut Darul
Hikam atau Darul Ilmi yang dibangun oleh al-Hakim pada 1005 M. Bangunan ini
dibangun khusus untuk propoganda doktrin ke-Syi‟ah-an.

D. Ekonomi dan Perdagangan

Pada masa Fatimiyah, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang mengungguli


Irak dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang dengan dunia nonIslam dibina
dengan baik termasuk dengan India dan negeri-negeri Mediterania yang beragama
Kristen.

Walaupun Dinasti Fatimiyah ini bersungguh-sungguh dalam men-Syi‟ah-kan


orang Mesir, tapi mereka tidak melakukan pemaksaan kepada orang Sunni untuk
mengikuti aliran Syi‟ah, itulah salah satu kebijakan pemerintahan yang dilakukan
Dinasti Fatimiyah yang imbasnya sangat besar terhadap kemakmuran dan
kehidupan sosial yang aman dan tentram.

Pada masa Kejayaan ini berada di bawah tiga Khalifah, yaitu Al Muiz
Lidinillah (953-975 M), Al-Aziz Billah (975-996 M), dan Al-Hakim Biamrillah
(966-1021 M). Daulah Fatimiyah menjadi Daulah ketiga dalam Islam -setelah
Daulah Abbasiyah dan Daulah Umayyah Cordova - yang berhasil memajukan
peradaban Islam pada periode Klasik.2

2 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah,
Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 115-116.

8
3. Kemunduran Dinasti Fatimiyah

Pada masa kemunduran ini berada di bawah enam Khalifah, yaitu Al-Zafir (1021-
1036 M). Al-Mustansir (1035- 1094 M), Al-Musta’li (1094-1101 M), Al-Amir
(1101-1130 M),

Al-Hafiz (1130-1149), Al-Zafir (1149-1154 M), Al-Fa’iz (1154-

1160 M) dan Al-Adid (1160-1171 M).

Di antara kebijakan yang diambil Khalifah Daulah Fatimiyah pada saat


berkuasa di Mesir adalah menyebarkan atau bahkan boleh dikatakan
memaksakan faham Syi’ah Isma’ilyah kepada penduduk.

Untuk itu, seluruh pegawai diwajibkan memeluk mazhab Syi’ah


Isma’iliyah. Semua Qadhi atau Hakim diwajibkan supaya mengeluarkan
keputusan hukum yang sesuai dengan undang-undang mazhab Syi’ah.
Kemudian mereka menyebarkan atau mempropagandakan mazhab Syi’ah
Isma’iliyah kepada penduduk. Begitu pula kepada tiga Khalifah pertama, yaitu
Abu Bakar Shiddiq, Umar ibn Khattab dan Usman ibn Affan dicaci maki dan
dicela oleh Khalifah Daulah Fatimiyah. Bahkan yang lebih kasar lagi adalah
apa yang dilakukan oleh Khalifah Al-Hakim Biamrillah, dia memerintahkan
supaya dilukiskan cacian kepada para sahabat, baik di dinding-dinding masjid,
di pasar-pasar maupun di jalan-jalan. Perintah itu dikeluarkannya kepada
seluruh pemerintah daerah dalam wilayah kekuasaan Daulah Fatimiyah.

Tindakan Al-Hakim ini membangkitkan kemarahan rakyat Sunni yang


merupakan mayoritas penduduk di seluruh wilayah kekuasaan Daulah
Fatimiyah, mereka menuntut dihentikan segala bentuk caci maki yang
ditujukan kepada tiga Khalifah pertama tersebut. Pada akhirnya konflik Sunni
Syi’ah ini dapat diselesaikan setelah Khalifah Al-Hakim menyuruh
menghapus segala celaan terhadap Khalifah yang tiga dan akan dihukum
setiap orang yang berani mencela mereka dan bersikap kasar pada mereka baik
di jalan-jalan maupun di halayak ramai.

9
Tindakan Al-Hakim ini menimbulkan bibit-bibit kebencian dan
kemarahan di kalangan rakyat yang menjadi bom waktu terjadinya perang
pada saat yang tepat mereka bertekad hendak menghancurkan Daulah
Fatimiyah.

Kehancuran Daulah Fatimiyah ini sepeninggal Khalifah Al-Hakim para


Khalifah yang dilantik sesudahnya mereka telah tenggelam dalam kemewahan
hidup sampai Khalifah terakhir Al-Adid (1160-1171 M).

Mereka tinggal di istana-istana indah di Kairo menikmati berbagai


macam kelezatan hidup duniawi sedangkan urusan pemerintahan mereka
seerahkan kepada para Perdana Menteri dan Perdana Menteri pun merongrong
jabatan Khalifah karena mereka mengangkat dirinya menjadi “Penguasa
Sebenarnya” sedang Khalifah menjadi “Permainan” di tangan mereka.

Faktor luar karena mereka mengancam rakyat untuk menganut faham Syi’ah
yang menjadi mazhab mereka maka gubernur Iskandariyah Ibn Al-Silar
menyerbu ke Kairo pada saat itu menteri dijabat Najamuddin ibn Mishal.
Terjadi bentrok dan peperangan di antara dua pasukan tersebut. Demikianlah
terjadi silih berganti perebutan kekuasaan, anehnya setiap terjadi bentrok
masing-masing minta bantuan kepada musuh. Tetapi faktor yang mempercepat
kehancuran Dinasti Fatimiyah adalah Perang Salib sebab pada saat Daulah
Fatimiyah lemah orang Salib ingin menguasai Mesir. Mereka datang hendak
menyerbu Mesir pada saat memuncak konflik antara Daulah Fatimiyah dengan
rakyat di Mesir.

Dalam situasi genting begini terpaksa Khalifah Fatimiyah minta bantuan


kepada Nuruddin Zanki penguasa Syam dan Aleppo untuk membantunya
memerangi orang Salib. Nuruddin Zanki mengirim sejumlah tentara di bawah
pimpinan Asaduddin Zanki. Pada tahap ini terjadi perjanjian antara pasukan
Asaduddin dengan pasukan Salib untuk sama-sama menarik diri dari Mesir.

Tetapi setahun kemudian orang Salib membatalkan perjanjian tersebut.


Maka Nuruddin kembali mengirim bantuan tentara dalam jumlah besar di bawah
pimpinan Salahuddin al-Ayyubi. Dia dapat memukul mundur pasukan tentara
Salib dari Mesir. Pasukan tentara Salib melarikan diri ke Syam. Untuk jasanya itu

10
dia diangkat menjadi menteri besar di Mesir. Selanjutnya Nuruddin Zanki
mendesak Salahuddin Al-Ayyubi untuk mengakhiri Daulah Fatimiyah di Mesir.
Maka pada tahun 567 H/1171 M diumumkanlah berdirinya Daulah Ayyubiyah di
Mesir di bawah kekuasaan Daulah Abbasiyah, dengan sendirinya berakhirlah
kekuasaan Daulah Fatimiyah.3

 Terjadinya pemberontakan

Pengganti Az-Zhahir adalah anaknya, Ma’ad Al-Muntasir (1035-1094).


Al-Muntasir naik tahkta saat berusia sebelas tahun. Pada masa awal
kekuasaannya, ibunya, seorang budak dari sudan, menikmati kekuasaan anaknya
dengan leluasa. Sejak saat itu, kekuasaan Fatimiyah mulai menyusut sedikit demi
sedikit. Penyebabnya adalah sering terjadinya pemberontakan, seperti di Palestina
dan suku arab didataran tinggi Mesir yang akhirnya mampu menduduki Tripolidan
Tunisia. Pada tahun 1071, sebagian besar wilayah sisilia dikuasai oleh bangsa
normandia yang daerah kekuasaannya terus meluas hingga ke pedalaman Afrika.
Hanya kawasan Semenanjung Arab yang masih mengakui kekuasaan Fatimiyah.
Sejalan dengan itu, provinsi Dinasti Fatimiyah di afrika memutuskan hubungan
dengan pusat kekuasaan dan berkeinginan untuk memerdekakan diri atau
kembalikepada Dinasti Abbasyiah. Selain itu, kericuhan dan pertikaian terjadi
diantara orang-orang Turki, Suku Barbar, dan pasukan sudan. Kekuasaan Negara
dapat dikatakan lumpuh. Perekonomian Negara juga tidak berdaya akibat
kelaparan selama tujuh tahun.4

3 Ibid., hal 250


4 Sulasman dan Suparman, Sejarah Islam di Asia dan Eropa (Bandung:Cv Pustaka Setia, 2013),
hal.236

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang


sejarah Islam. Pada awalnya, daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang
melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Abbasiyah. Mereka mampu memerintah
lebih dua abad sebelum ditaklukkan oleh dinasti Ayyubiyah dibawah
kepemimpinan Salah al-Din al-Ayyubi.

Dalam masa pemerintahannya, daulah Fatimiyah sangat konsern dengan


pengembangan paham Syi’ah Isma’iliyah. Untuk kesuksesannya, mereka
m.ewajibkan seluruh aparat di jajaran pemerintahan dan warga masyarakat untuk
menganut paham tersebut. Upaya ini cukup berhasil yang ditandai dengan
banyaknya masyarakat yang bersedia menerimanya meskipun berasal dari non
muslim.

Kemunduran dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan


pemerintah dikarenakan pra khalifah hanya sebagai raja boneka sebab roda
pemerintah didominasi oleh kebijakan para wazir sementara khalifah hanya hidup
menikmati kekuasaannya didalam istana yang megah.

12
DAFTAR PUSTAKA
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-
akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
2009.
Nasution, Syamruddin. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Yayasan Pustaka
Riau. 2013.
Sulasman dan Suparman. Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung:Cv Pustaka
Setia. 2013.

13

Anda mungkin juga menyukai