BAB III PENUTUP
Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanad adalah kunci utama dalam mendeteksi apakah hadis bisa diterima
atau tidak.unsur unsur yang harus diperhatikan dalam mempelajari sanad adalah
pertama adalah keadaan rijalu al hadits yang meriwayatkan begitu pula dengan
syarat syarat menjadi rijalu ala hadis. kedua adalah intisalu as sanad yaitu antar
rijalu al hadits murid dan syekh pernah saling bertemu atau tidak.yang ketiga
proses murid menerima hadits dari gurunya dan guru menyampaikan hadist
kepada muridnya.unsur yang ketiga ini dinamakan tahammul wa ada’ yaitu cara
menerima atau menyampaikan hadis.tujuannya agar mengetahui hadis diterima
atau tidak.kemudian menjelaskan bagaimana cara meriwayatkan hadis secara
makna karena ada periwayatan hadis secara lafdzi dan maknawi yang akan
dibahas di makalah ini begitu pula dengan gelar ahli hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah syarat syarat perawi hadis?
2. Apa proses transformasi hadis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat syarat perawi hadis
2. Untuk mengetahui transformasi hadis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
urusan memberi pemahaman tentang semuanya kepada manusia. Kaitannya
dengan masalah ini bisa kita bandingkan dengan firman Allah sebagai
berikut:
اياهيا اذلين امنوا ان جاءمك فاسق بنباء فتبينوا ان تص يبوا قوم ا جبهاةل فتص بحوا
عال ما فعلمت اندمني
hai orang-orang yang beriman, apabila dating kepadamu orang=orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan sesuatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaan sehingga kamu akan menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-
Hujurat (49): 6)
2. Baligh
Yang dimaksud dengan baligh ialah perawinya cukup usia ketika ia
meriwayatkan hadits, walau menerimanya sebelum baligh. Hal ini di
dasarkanpada hadits Rasul:
رفع القمل عن ثالثة عن اجملنون املغل وب عىل عقهل ح ىت يفي ق وعن
)النامئ حىت يستيقظ وعن الصيب حىت حيتمل (رواه ابو داود
“Hilang kewajiban menjalankan syari’at Islam dari t iga golongan, yaitu
orang gila, sampai dia sembuh, orang yang tidur sampai bangun dan anak-
anak sampai ia mimpi”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i
3. ‘Adalah
Yang dimaksud dengan adil adalah suatu sifat yang melekat pada jiwa
seseorang yang menyebabkan orang yang mempunyai sifat tersebut, tetap
taqwa, menjaga kepribadian dan percaya pada diri sendiri dengan
kebenarannya, menjauhkan diri dari dosa-dosa besar dan sebagian dosa
kecil, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang mubah, tetapi tergolong kurang
baik dan selalu menjaga kepribadian.
4. Dhabit
Dhabit ialah:
تيق ظ ال راوي حني حتمهل وفهم ه ملا مسعه وحفظ ه ذلاكل من وقت
التحمل اىل وقت الال داء
4
Teringat kembali perawi saat penerimaan atau pemahaman suatu hadits yang
ia dengar dan hafal sejak waktu menerima hingga menyampaikannya.
Jalannya mengetahui ke-dhabitan seorang rawi dengan jalan i’tibar terhadap
berita-berita yang tsiqat dan memberikan keyakinan. Ada yang mengatakan,
bahwa di samping syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas, antara satu
perawi dengan perawi lain harus bersambung, hadits yang di sampaikan itu
tidak syad, tidak ganjil, dan tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang
lebih kuat ayat –ayat Al-Quran.
5
Tidak ragu lagi bahwa cara-cara yang demikian ini adalah sah, dan
periwayatan yang berdasar qira’ah ini dapat di amalkan.
Lafadz-lafadz yang di gunakan untuk menyampaikan hadits-hadits yang
berdasarkan qira’ah ini, ialah:
1.3. Ijazah
Yakni pemberian izin dari seseorang kepada orang lain, untuk
meriwayatkan hadits dari padanya, atau kitab-kitabnya. Meriwayatkan
dengan ijazah ini diperselisihkan oleh para Ulama.Kebanyakan para
muhadditsin tidak memperkenankan meriwayatkan dengan ijazah, sebab
kalau di izinkan, tentu tuntutan pergi mencari hadits itu gugur dengan
sendirinya.Sedang menurut Jumhurul-Muhadditsin, diperkenankan
meriwayatkan dan mengamalkan.Bahkan diduga keras hal ini telah
mendapat persepakatan umat.
Ijazah itu mempunyai 3 tipe, yakni:
1.3.1. Ijazah fil mu’ayyanin limu’ayyanin (izin untuk meriwayatkan
sesuatu yang tertentu kepada orang yang tertentu), misalnya:
6
1.3.3. Ijazah ghairi mu’ayyin bighairi mu’ayyin (izin untuk
meriwayatkan sesuatu yang tidak tertentu kepada orang yang
tidak tertentu), misalnya:
1.4. Munawalah.
Yakni seorang guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya
atau salinan yang sudah dikoreksinya untuk diriwayatkan. Munawalah
itu mempunyai dua tipe, yakni:
1.4.1. Dengan di barengi ijazah, contoh:
1.5. Mukatabah
Yakni seorang guru yang menulis sendiri atau menyuruh orang lain
menulis beberapa hadits kepada orang di tempat lain atau yang ada
dihadapannya. Sebagaimana munawalah, demikian pula mukatabah, ada
yang dibarengi dengan ijazah. Contoh dari mukatabah yang dibarengi
dengan ijazah:
7
قال حدثنا فالن
“telah memberitakan seseorang padaku”
Lafadz –lafadz yang digunakan untuk menyampaikan hadits yang
berdasarkan mukatabah, yaitu:
1.7. Washiyah
Yakni pesan seseorang ketika akan mati atau bepergian, dengan sebuah
kitab supaya diriwayatkan. Ibnu Sirin membolehkan mengamalkan
hadits yang diriwayatkan atas jalan washiyat ini, tetapi ‘Ulama Jumhur
tidak membolehkan nya, bila yang menerima wasiat tidak mempunyai
ijazah dari pewasiat.
Lafadz-lafadz yang di gunakan untuk menyampaikan hadits yang
berdasar wasiat, ialah:
8
اوىص ايل فالن بكتاب قال فيه حدثنا اىل اخره
“seseorang telah berwasiat padaku dengan sebuah kitab yang ia
berkata dalam kitab itu” : telah bercerita padamu si Fulan . . .)
1.8. I’lam
Yakni pemberitahuan guru kepada muridnya bahwa hadits yang
diriwayatkannya adalah riwayatnya sendiri yang diterima dari guru
seseorang, dengan tidak mengatakan agar si murid
meriwayatkannya.Hadits yang berdasarkan I’lam ini, tidak boleh, karena
adanya kemungkinan bahwa sang guru telah mengetahui bahwa dalam
hadits tersebut ada cacatnya.
Lafadz-lafadz yang di gunakan untuk menyampaikan hadits yang
berdasar I’lam ini, seperti:
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perawi adalah orang yang meriwayatkan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa
yang pernah didengarnya dan diterimanya dari seseorang.Seorang perawi hadits
mempunyai syarat-syarat tertentu diantaranya Islam, Baligh, Adil, dan Dhabit. Tidak
boleh seorang perawi hadits seseorang yang kafir.
Syarat-syarat perawi:
1. Islam
2. Baligh
3. ‘Adalah
4. Dhabit
10
DAFTAR PUSTAKA
11