2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Filsafat Islam Modern....................................................................................2
B. Pengertian Filsafat Islam Kontemporer............................................................................3
C. Sejarah Perkembangan Pemikiran Filsafat Islam Modern dan Kontemporer.............4
BAB III..................................................................................................................................................7
PENUTUP............................................................................................................................................7
Kesimpulan......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................8
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Islam dimaksudkan adalah filsafat dalam perspektif pemikiran orang
Islam. Seperti juga pendidikan Islam adalah dimaksudkan pendidikan dalam
perspektif orang Islam.
Tiga sampai empat dasawarsa terakhir ini dinamika pemikiran Islam
menunjukkan trend yang sama sekali baru. Perkembangan ini ditandai
dengan lahirnya karya-karya akademis dan intelektual sebagai pembacaan
ulang terhadap warisan budaya dan intelektual Islam. Bila dilihat dari awal
kemunculannya, fenomena pemikiran baru ini sesungguhnya merupakan
respon atas kekalahan bangsa Arab di tangan Israel pada perang enam hari
Juni1967. Peristiwa itulah yang menjadi garis pemisah antara apa yang
disebut dengan pemikiran modern dan pemikiran kontemporer,
Problem utama pemikiran Islam Kontemporer umumnya terkait sikap terhadap
tradisi (turâts) di satu sisi dan sikap terhadap modernitas (hadâtsah) di sisi
yang lain. Berbeda dengan pemikiran tradisional yang menyikapi modernitas
dengan apriori demi konservasi, juga berbeda dengan pemikiran modern yang
menyikapi tradisi sebagai sesuatu yang mesti dihilangkan demi kemajuan.
Filsafat Islam modern mulai berkembang sejak abad ke-19, tepatnya antara
1850-1914, ketika muncul kebangkitan (nahdhah) atau renaissance Islam. Inti
dari kebangkitan ini adalah upaya mengejar ketertinggalan Islam dari
kemajuan peradaban Eropa. Kesadaran ini dimulai Syria, kemudian
berkembang di Mesir. Kemajuan peradaban Eropa membuka mata umat
Islam untuk khazanah pemikiran Islam klasik, termasuk filsafat.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang filsafat Islam modern
2. Jelaskan tentang filsafat Islam kontemporer
3. Jelakan sejarah perkembangan pemikiran filsafat Islam modern dan
kontemporer
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang filsafat Islam modern
2. Untuk mengetahui tentang filsafat Islam kontemporer
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pemikiran filsafat Islam
modern dan kontemporer
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Barat, di mana pemikiran yang muncul bersifat “pasif ” dengan hanya menggali
khazanah pemikiran Islam klasik, pemikiran yangmuncul juga bersifat “aktif ” dengan
mencarikan keselarasan atau melakukan sintesis antara pemikiran Barat dan
pemikiran Islam, sehingga pemikiran filsafat Islam modern dipengaruhi oleh filsafat
Barat.Jika William Montgomery Watt menyebut masuk pemikiran filsafat Yunani ke
dunia Islam melalui gelombang Hellenisme (the wave of Hellenism) dalam dua
gelombang, Budhy Munawar-Rachman menyebut masuknya filsafat Barat ke dunia
Islam sebagai masuknya “gelombang Hellenisme ketiga”.Perbedaan antara
keduanya adalah bahwa pada masa klasik, masuknya gelombang
pemikiranHellenisme tersebut tidak mengejutkan, karena dalam suasana
kebudayaan yang sama, yaitu“masyarakat agraris berkota” (agrarianate citied
society), sedangkan pada masa modern, masuk gelombang filsafat Barat, karena
dunia Islam masih tidak berubah, sebagai masyarakat agrarian-kota,sedangkan
Barat sudah berubah menjadi masyarakat zaman teknik. Implikasinya adalah
masuknya pemikiran diiringi oleh dominasi politik berupa kolonialisme, sehingga
pengaruh filsafat Barat diberbagai daerah terasa sangat besar.
3
juga untuk membongkar basis filosofis dan ideologisnya. Di sinilah peran filsafat
ilmu, juga sosiologi dan sejarah ilmu sebagai perspektif sangat diperlukan. Setelah
keduanya dibaca secara kritis-kreatif, lalu terbangun konstruksi pemaknaan yang
baru.
Sebagaimana disebutkan di atas, trend dan mode pemikiran demikian tidak bisa
dilepaskan dari dinamika pemikiran yang berkembang empat sampai lima
dasawarsa terakhir ini. Perkembangan ini ditandai dengan lahirnya karya-karya
akademis dan intelektual sebagai pembacaan ulang terhadap warisan budaya dan
intelektualisme Islam. Bila dilihat dari awal kemunculannya, fenomena pemikiran
baru ini sesungguhnya merupakan respon atas kekalahan bangsa Arab di tangan
Israel pada perang enam hari Juni 1967.
Peristiwa itulah yang menjadi garis pemisah antara apa yang disebut dengan
pemikiran modern dan pemikiran kontemporer, sekaligus merubah peta pemikiran di
dunia Arab. Menurut Sadik Al-Azm, “I found myself suddenly preoccupied with
writing about and debating direct political questions which I never dreamed would be
a concern of mine.” Peristiwa itu telah menimbulkan lahirnya “gelombang self-
criticism dan instropeksi” di kalangan pemikir Arab muslim. Ratusan publikasi yang
bersifat “deep social insight, self Analysis and a great measure of self-criticism,”
segera memenuhi literarur Arab Islam. Setiap orang kelihatannya sedang berbicara
tentang pembaharuan, kritik, dan alternatif, lalu berpendapat bahwa sesuatu mesti
dilakukan untuk mendobrak situasi yang ada sekarang. Masing-masing mencoba
untuk memberikan penafsiran (tafsir al-azmah) atas krisis yang terjadi. Mereka
mencoba mencari jawaban atas penyebab terjadinya peristiwa tersebut.
4
gelar dengan “the Prince of the Physicians”. Di dunia Islam sendiri, ia diberi gelar al-
Syaikh al-Ra’is atau pemimpin utama dari filosof-filosof.
1. Sejarah perkembangan pemikiran filsafat Islam modern
Filsafat Islam modern mulai berkembang sejak abad ke-19, tepatnya antara 1850-
1914, ketika muncul kebangkitan (nahdhah) atau renaissance Islam. Inti dari
kebangkitan ini adalah upaya mengejar ketertinggalan Islam dari kemajuan
peradaban Eropa. Kesadaran ini dimulai Syria, kemudian berkembang di Mesir.
Kemajuan peradaban Eropa membuka mata umat Islam untuk merevitalisasi
khazanah pemikiran Islam klasik, termasuk filsafat.
Kesadaran akan ketertinggalan tersebut tampak terefleksikan dari berbagai tawaran
pembaruan yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh Islam. Jamâl al-Dîn al-Afghânî dan
Muhammad ‘Abduh menyatakan bahwa ajaran Islam pada dasarnya bersifat
rasional, sehingga ajaran Islam tetap relevan di dunia modern dalam menghadapi
pemikiran dan kemajuan teknik Barat. Mushthafâ ‘Abd al-Râziq, seorang filosof
Mesir, menyatakan bahwa khazanah pemikiran filsafat lama memiliki otentisitas dan
karenanya masih relevan untuk menghadapi problem masyarakat Muslim modern.
Menurutnya, rasionalisme tidak bertentangan wahyu, ia berupaya meyakinkan
bahwa ilmu Islam tradisional masih relevan menghadapi ilmu pengetahuan dan
rasionalitas.
5
masa kejayaan dahulu. Sedemikian, sehingga mereka masih mau “mengadopsi”
peradaban luar, tapi dengan syarat bahwa semua itu harus diislamkan lebih dahulu.
Karena itu, garapan mereka khususnya dikalangan sarjananya adalah islamisasi
segala aspek kehidupan. Mulai dari masalah etika sampai ilmu pengetahuan dan
landasan epistemologinya yang akan diserap harus diislamkan, agar seluruh gerak
dan tindakan umat Islam adalah islami.
Ketiga, reformistik, yaitu kelompok pemikiran yang berusaha merekontruk ulang
warisan-warisan budaya Islam dengan cara memberi tafsiran-tafsiran baru. Menurut
kelompok ini, umat Islam sesungguhnya telah mempunyai budaya dan tradisi (turâts)
yang bagus dan mapan. Namun, tradisi-tradisi tersebut harus dibangun kembali
secara baru (i`âdah buniyat min al-jadid) dengan karangka modern dan prasyarat
rasional agar bisa tetap survaif dan diterima dalam kehidupan modern. Karena itu,
kelompok ini berbeda dengan kalangan tradisional yang tetap menjaga dan
melanggengkan tradisi masa lalu seperti apa adanya.
Keempat, post-tradisionalistik, yaitu kelompok pemikiran yang berusaha
mendekonstruksi warisan-warisan budaya Islam berdasarkan standar-standar
modernitas. Kelompok ini, pada satu segi, tidak berbeda dengan kelompok kedua,
reformistik, yaitu bahwa keduanya sama-sama mengakui bahwa warisan tradisi
islam sendiri tetap relevan untuk era modern selama ia dibaca, diinterpretasi dan
difahami sesuai standar modernitas. Namun, bagi post-tradisionalistik, relevansi
tradisi Islam tersebut tidak cukup dengan interpretasi baru lewat pendekatan
rekonstruktif melainkan harus lebih dari itu, yakni dekonstruktif. Inilah perbedaan
utama diantara keduanya. Bagi kaum post-tra, seluruh bangunan pemikiran Islam
klasik (turâts) harus dirombak dan dibongkar, setelah sebelumnya diadakan kajian
dan analisa terhadapnya. Tujuannya, agar segala yang dianggap absolut berubah
menjadi relatif dan yang ahistoris menjadi histories.
Kelima, modernistik, yaitu kelompok pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional-
ilmiah dan menolak cara pandang agama serta kecenderungan mistis yang tidak
berdasarkan nalar praktis. Menurut kelompok ini, agama dan tradisi masa lalu sudah
tidak relevan dengan tuntutan zaman, sehingga ia harus dibuang dan ditinggalkan.
Karakter utama gerakannya adalah keharusan berpikir kritis dalam soal-soal
kemasyarakatan dan keagamaan, penolakan terhadap sikap jumûd (kebekuan
berfikir) dan taqlîd. Yang masuk dalam kelompok ini umumnya adalah para tokoh
muslim yang banyak mengkaji dan dipengaruhi pemikiran Maxisme (aspek
intelektualitasnya dan bukan idiologinya), seperti Kassim Ahmad, Thayyib Tayzini,
Abd Allah Arwi, Fuad Zakaria, Zaki Nadjib Mahmud, dan Qunstantine Zurayq. Di
tanah air, kalangan Muhammadiyah sering mengklaim diri sebagai golongan
modernis.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat Islam adalah pekembangan pemikiran umat Islam dalam dunia Islam untuk
menjawab tantangan zaman disertai dengan ajaran Islam. Filsafat Islam merupakan
hasil pemikiran umat Islam secara keseluruhan. Pemikiran Islam merupakan
pemikiran yang khas, lain dari pada yang lain.
Filsafat Islam modern mulai berkembang sejak abad ke-19, tepatnya antara 1850-
1914, ketika muncul kebangkitan (nahdhah) atau renaissance Islam. Inti dari
kebangkitan ini adalah upaya mengejar ketertinggalan Islam dari kemajuan
peradaban Eropa. Kesadaran ini dimulai Syria, kemudian berkembang di Mesir.
Kemajuan peradaban Eropa membuka mata umat Islam untuk merevitalisasi
khazanah pemikiran Islam klasik, termasuk filsafat.
Pemikiran Islam kontemporer, secara morfologi kata pemikiran adalah kata yang
berakar dari kata “pikir” yang berarti pendayagunaan akal untuk mempertimbangkan
dan atau memperhatikan. Kata kontenporer secara leksikal berarti pada masa atau
semasa/sezaman atau pada waktu yang sama.
Pemikiran Islam kontemporer umumnya ditandai dengan lahirnya suatu kesadaran
baru atas keberadaan tradisi di satu sisi dan keberadaan modernitas di sisi yang
lain, serta bagaimana sebaiknya membaca keduanya. Maka “tradisi dan modernitas”
(al-turâts wa al-hadâtsah) merupakan isu pokok dalam pemikiran Islam kontemporer.
7
DAFTAR PUSTAKA