Tim Dosen :
Dr. Abdul Syukur, M.Ag
Dr. Umi Hiriyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Nurlela
NPM : 1686108036
Kelas :A
Jurusan : PAI
NURLELA, S.Ag
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Islamisasi Ilmu Pengetahuan ................................. 4
2.2 Telaah Islamisasi Pengetahuan ....................................................... 5
2.3 Tantangan Ilmu-ilmu Islam di Tengah Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Moderen ................................................................... 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menghadapi keadaan yang demikian itu, ummat Islam mencari sebab-
sebabnya. Sebab-sebab tersebut yang utama di antaranya karena ummat Islam
tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya
perpecahan. Di kalangan ummat Islam paling kurang timbul sikap
menghadapi keterbelakangan dalam bidang ilmu pengetahuan tersebut
sebagai berikut:
1. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal
dari Barat sebagai ilmu pengetahuan yang sekuler. Karena itu ilmu
tersebut harus ditolak.
2. Sikap yang didasarkan pada asumsi bahw ailmu pengetahuan Barat
sebagai ilmu yang bersifat netral. Karenanya ilmu tersebut harus diterima
apa adanya tanpa disertai rasa curiga dan sebagainya.
3. Sikap yang diadasarkan pada asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang
berasal dari Barat sebagai ilmu yang bersifat sekuler dan materialisme.
Namun diterima oleh ummat Islam dengan terlebih dahulu dilakukan
proses Islamisasi.[1]
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah di atas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang melatar belakangi adanya Islamisasi Ilmu Pengetahuan?
2. Bagaimana telaah Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologi Islamisasi
Ilmu Pengetahuan?
3. Bagaimana tantangan ilmu-ilmu keIslaman di tengah perkembangan ilmu
pengetahuan modern?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
nilai tapi sarat akan nilai. Sedangkan al Faruqi menjelaskan bahwa akibat
kemunduran ummat Islam, karena adanya system pendidikan yang berusaha
menjauhkan ummat Islam dari agamanya sendiri dan dari sejarah
kegemilangan yang seharusnya dijadikan kebanggaan tersendiri atas agama
Islam. Oleh sebab itu ia memberikan solusi, yaitu perlunya perbaikan system
pendidikan yang memadukan antara ilmu-ilmu umum dan agama sebagai
langkah membentuk peradaban Islam yang sempurna.[4]
Pada akhir abad 20-an, konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan mendapat
kritikan dari kalangan pemikir Muslim sendiri, seperti Fazlul Rahman,
Muhsin Muhdi, Abdus Salam Soroush, Bassam Taibi dan lainnya. Fazlul
Rahman misalnya mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat di
Islamkan karena tidak ada yang salah dalam ilmu pengetahuan.[5]
Walaupun dalam perkembangannya Islamisasi Ilmu Pengetahuan
dikritik, tetapi gagasan Islamisasi ini merupakan suatu revolusi epistemologis
yang merupakan jawaban terhadap krisis epistemology yangh bukan hanya
melanda dunia Islam tapi juga budaya dan peradaban Barat Sekuler.
5
sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin ini memperkaya wawasan Islam
dan bermanfaat bagi cita-cita.[7]
Secara ontologis, Islamisasi Ilmu Pengetahuan memandang bahwa
dalam relitas alam semesta, sosial dan historis ada hukum-hukum yang
mengatur. Pandangan akan adanya hukum alam tersebut sama dengan
kaum sekuler tetapi dalam pandangan Islam hukum tersebut adalah ciptaan
Allah.
Al-Quran berisi petunjuk tentang obyek studi (ontologis) yang lengkap
dengan perintah mempelajari segala apa yang ada di langit dan di bumi
dan di antara keduanya. Allah telah menunjukkan obyek ilmu itu tidaklah
berarti pembatasan bagi manusia untuk membatasi diri hanya mempelajari
obyek yang ada, namun bagi manusia untuk mengembangkan lebih maju
lagi pencarian ilmunya. Yang perlu diperhatinkan bahwa petunjuk
ontologis dari al-Quran boleh jadi sederhana tapi mempunyai makna
konotasi yang luas dan mendalam.[8]Sebagaimana contoh QS Abasaa
(80): 24 Allah berfirman:
Artinya: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.
2. Telaah Epistemologis
Epistemologi adalah ilmu yang membahas apa pengetahuan itu dan
bagaimana cara memperolehnya. Sehingga dapat dipahami bahwa
6
epistemology mempersoalkan metodologi penerapan ilmu pengetahuan,
dalam hal ini proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
Al-Quran merupakan kitab yang sangat sempurna dalam menjelaskan
metode pengembangan ilmu. Misalnya perlu mengingat dan menghafal
tersirat dalam QS al-Baqarah (2) : 31
Artinya: Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar.
7
Artinya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.
8
f. Yang berhubungan dengan ekonomi terdapat dalam QS al-Baqarah (2)
: 29, al-Mulk (67) : 15, an-Naba (78) : 9-11 dan ad-Dhuha (93) : 6-
8.[11]
Dari keaneka ragaman disiplin ilmu di masing-masing bidang dapat
diperlihatkan di dunia Barat, maka dalam hal ini Juhaya S Praja
mengemukakan pendapatnya bahwa upaya Islammisasi telah menunjukkan
hasilnya di Barat. Menurutnya ini adalah gejala aneh, mengapa tidak lahir
di dunia Islam?. Alasannya mungkin karena sarjana Muslim yang hidup di
dunia Barat menghadapi langsung tantangan dunia nyata terhadap Islam
dan ummatnya.[12]
Hal tersebut menunjukkan bahwa Islam memberikan peluang terjadinya
proses Islamisasi Ilmu Pengetahuan , meskipun tidak dimulai dari tanah
kelahirannya. Sehingga dengan epistemology dapat dijelaskan bagaimana
sebuah ilmu pengetahuan disusun menggunakan kajian ijtihadiyah dengan
langkah-langkah yang telah teruji seperti mengingat, menghafal, observasi,
eksperimen, demonstrative, metode intuitif, mengkaji, imajinasi, analisa
dan sintesa serta adanya ilham.
3. Telaah Aksiologis
Istilah Islamisasi Ilmu Pengetahuan sering dipandang sekelompok
pemikir hanya sebagai proses penerapan etika Islam dalam pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan kriteria suatu jenis ilmu pengetahuan yang akan
dikembangkan. Konsekuensi dari epistemology Islamisasi Ilmu
Pengetahuan, maka aksiologinya yaitu mengandung nilai rohaniah atau
moral yang bersumber dari agama (Islam) sifatnya adalah absolute dan
kebenarannya bersifat permanen. Hal ini karena bersumber dari Dzat yang
absolute (mutlak) yaitu Allah Swt.
Telaah aksiologi sasarannya adalah manfaat dari hasil kajian yang
dijadikan bahasan materi, dengan artian bahwa aksiologidiartikan nilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.[13]Dalam hubungannya dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
dapat dikatakan bahwa dengan Islamisasi dapat diketahui dengan jelas
9
kalau Islam bukan hanya mengatur segi-segi ritualitas dalam arti shalat,
puasa, zakat dan haji saja, melainkan sebuah ajaran yang mengintegrasikan
segi-segi kehidupan duniawi termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain beberapa hal di atas, juga muncul para filosof dan cendikiawan
muslim tidak lain oleh karena mereka bukan hanya menguasai ilmu-ilmu
Islam saja tetapi juga menguasai ilmu-ilmu yang datang dari Barat.
Dengan ilmu, mereka dapat mempelajari gejala alam dan menciptakan
peralatan untuk mengontrol gejala-gejala alam sesuai dengan hukumnya.
10
manusia, sementara dalam kehidupan manusia memiliki tujuan dan cara
pencapaiaan yang tentunya harus mengandung nilai agama. Oleh karena
itu, seorang ilmuan Muslimharus menyadari ia harus memulai sesuatu,
kemanapun ia beranjak, ia harus melangkah dari tradisi ke-Islaman yang
merupakan identitasnya.
11
Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, Ismail Razi al-faruqi
melakukan langkah-langkah berikut:
1. Memadukan system pendidikan Islam, dikotomi pendidikan umum dan
islam harus dihilangkan.
2. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam
melalui dua tahap, yaitu mewajibkan bidang studi sejarah Peradaban
Islam dan Islamisasi Ilmu Pengetahuan.
3. Untuk mengatasi persoalan metodologi, ditempuh langkah-langkah
berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan Islam.Menyusun langkah
kerja sebagai berikut:
a. Menguasai disiplin modern.
b. Menguasai warisan khasanah Islam.
c. Membangun relevansi yang Islami bagi setiap bidang kajian atau
wilayah penelitian pengetahuan modern.
d. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara
warisan Islam dengan pengetahuan modern.
e. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu
sunnatullah.[18]
12
e. Peniruan terhadap drama dan tragedy yang dianggap sebagai realitas
universal dalam kehidupan spiritual, atau transedental atau kehidupan
batin manusia.[19]
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, Cet. VI ; Bandung : Mizan, 1996
Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: CRSD Press, 2005.
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, (Cet.II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Cet; XXVI:
Jakarta: PT Gramedia, 2005
Ibrahim, Marwah Daud, Etika, Strategi Ilmu dan Teknologi Masa Depan (ed.)
Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
Jakarta: Pustaka mCidesendo,2000.
Ismail, Muhammad Ismail, Tiga Fase Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer,
www. Hidayatullah.com, 06 Desember 2009.
Karim, Ahmad, al-Gazwu al-Fikr, Kairo: al-Azhar, 1414 H.
Kartanegara, Mulyadi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam,
Cet.I;Bandung: Mizan, 2003, Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta:
Pustaka Cidesendo,2000
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Cet. IX; Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Nakosteen, Mehdi, History of Islamic Origins of Western Education A. D. 800-
1350
with an Introduction to Medieval Muslim Education, diterjemahkan Joko S.
Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Kontribusi Islam atas dunia Intelektual
Barat: Deskripsi Analisis abad kemasan Islam , Cet. I; Surabaya: Risalah
Gusti, 1996
Raharjo, M. Dawan, Strategi Islamisasi Pengetahuan, (ed.) Moeflich Hasbullah, \
Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka,
Cidesendo,2000.
Syaefuddin, AM., Desekularisasi Pemikiran, Bandung: Mizan, 1991.
15
[1] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet. IX; Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 405-406.
[2] Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: CRSD Press,
2005), h. 124.
[3] M. Dawan Raharjo, Strategi Islamisasi Pengetahuan, (ed.) Moeflich
Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:
Pustaka Cidesendo,2000), h. xii.
[4] Muhammad Ismail, Tiga Fase Islamisasi Ilmu Pengetahuan
Kontemporer,(www. Hidayatullah.com, 06 Desember 2009), h. 1.
[5] Moh. Suef, Islamisasi Ilmu: Sejarah, Dasar, Pola dan Strategi, (Ululalbab.com,
07 Mei 2009), h. 2.
[6] John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Cet; XXVI:
Jakarta: PT Gramedia, 2005), h. 332.
[7] Moh. Suef, op. cit, h.5.
[8] Marwah Daud Ibrahim, Etika, Strategi Ilmu dan Teknologi Masa Depan
(ed.) Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisdasi Ilmu
Pengetahuan, (Jakarta: Pustaka Cidesendo,2000), h. 100-101.
[9] Mulyadi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi
Islam, (Cet.I;Bandung: Mizan, 2003), h. 52.
[10] Marwah Daud Ibrahim, op. cit, h. 103-105.
[11] Miska Muhammad Samin, Epistemologi Islam, Pengantar Filsafat
Pengetahuan Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2006), h. 17-19.
[12] Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam dan
Penerapannya di Indonesia, Jakarta: Teraju,2002), h. 222.
[13] Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Cet.II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h,533.
[14] AM. Syaefuddin, Desekularisasi Pemikiran, (Bandung: Mizan, 1991), h. 97.
[15] Dr. Ahmad Karim, al-Gazwu al-Fikr, (Kairo: al-Azhar, 1414 H), h. 35.
[16] Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Western Education A. D.
800-1350 with an Introduction to Medieval Muslim Education, diterjemahkan
Joko S. Kahhar dan Supriyanto Abdullah, Kontribusi Islam atas dunia
16
Intelektual Barat: Deskripsi Analisis abad kemasan Islam (Cet. I; Surabaya:
Risalah Gusti, 1996), h. 213-217.
[17] Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman (Cet. VI; Bandung: Mizan, 1996), h. 38.
[18] Juhaya S. Praja, op. cit, h. 72-73.
[19] Moh. Suef, op. cit, h. 8.
17