Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN OBSERVASI

SMKN 6 BANDUNG

( Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan )

Disusun Oleh:

Mohammad Taufiq Adnan

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb

Alhamdulilah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul: “Laporan Observasi SMKN 6 Bandung” ini dengan baik.

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Manajamen Mutu dan Kepemimpinan Pendidikan yang dibimbing
oleh Bapak Prof.Dr. Bachtiar, ST.MSIE Semoga makalah yang disusun oleh
penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa tentunya dalam penyusunan makalah ini masih


banyak kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi. Atas
kritik dan saran kami ucapkan terimakasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB 1 Pendahuluan..................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 1

C. Tujuan................................................................................................. 1

D. Manfaat............................................................................................... 2

BAB 2 Kajian Teori..................................................................................... 3

A. POAC.................................................................................................. 3

B. Organisasi Lembaga Pendidikan........................................................ 4

C. Manajemen Kurikulum....................................................................... 7

D. Manajemen Peserta Didik................................................................... 15

E. Manajemen Tenaga Kependidikan..................................................... 25

F. Manajemen Fasilitas Pendidikan........................................................ 31

G. Manajemen Pembiayaan Pendidikan.................................................. 38

H. Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat..... 41

I. Ketatalaksanaan Lembaga Pendidikan............................................... 43

J. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.......................................... 45

BAB 3 Hasil Observasi SMKN 6 Bandung................................................. 49

A. Gambaran Umum Objek Obsevasi..................................................... 49

B. Man..................................................................................................... 51

C. Money................................................................................................. 56

D. Manajemen Fasilitas Pendidikan ....................................................... 59

E. Manajemen Kurikulum....................................................................... 60

iii
F. Memori............................................................................................... 62

G. Market................................................................................................. 62

H. Minute ................................................................................................ 64

I. Place.................................................................................................... 64

BAB 4 Penutup............................................................................................ 64

A. Kesimpulan ........................................................................................ 65

B. Saran................................................................................................... 66

Daftar pustaka.............................................................................................. 67

Lampiran...................................................................................................... 69

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah ditegaskan negara
berkewajiban mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang dalam hal
ini salah satunya dapat dilaksanakan melalui pendidikan. Selanjutnya dalam
Undang-Undang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengembangan kemampuan serta
pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah
persaingan zaman.
Pendidikan nasional memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Konsep Pendidikan hakikatnya merupakan proses pembentukan pribadi
agar diperoleh kemampuan yang berlebih dari sebelumnya. Sasaran
pembentukannya menyangkut seluruh aspek, intelektual, sikap, dan keterampilan.
Pendidikan memiliki peran penting dalam aktivitas pemerintahan. Untuk
mencapai hal tersebut, program dan kegiatan peningkatan mutu pembelajaran
sekolah melalui penyiapan fasilitator pengembangan sekolah workshop/pelatihan
peningkatan mutu pembelajaran.
Mengingat pendidikan berbeda dengan pengajaran, pendidikan
mempunyai arti yang lebih luas lagi. Pendidikan dapat berlangsung di
masyarakat, di keluarga, di tempat bekerja dan tempat lainnya sementara
pengajaran dalam prosesnya harus berlangsung secara terorganisir melalui
institusi (formal) persekolahan termasuk di perguruan tinggi dengan
menumbuhkan nilai-nilai positif yang bermanfaat di kemudian hari. Siswa perlu
diajarkan dan dikenalkan secara dini dalam sistem pendidikan (nasional) agar
pada saat dibutuhkan mereka telah memiliki kapasitas dan akseptabilitas yang
memadai untuk bekerja pada bidang tertentu. Pendidikan menjadi sesuatu yang

1
sanga penting dan telah menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda
lagi dalam upaya memberdayakan masyarakat agar dari masyarakat yang sudah
terbedayakan ini akan lahir generasi yang mumpunyi secara intelektual, sikap,
dan keterampilan.
Makalah ini akan menguraikan mengenai pengembangan SMK 6
Bandung dari hasil observasi sekolah akan diuraikan data yang telah didapatkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana organisasi lembaga pendidikan di SMKN 6 Bandung?


2. Bagaimana manajemen kurikulum di SMKN 6 Bandung?
3. Bagaimana manajemen peserta didik di SMKN 6 Bandung?
4. Bagaimana manajemen tenaga kependidikan di SMKN 6 Bandung?
5. Bagaimana manajemen fasilitas pendidikan di SMKN 6 Bandung?
6. Bagaimana manajemen pembiayaan pendidikan di SMKN 6 Bandung?
7. Bagaimana manajemen hubungan lembaga pendidikan di SMKN 6
Bandung Yogyakarta dengan masyarakat?
8. Bagaimana ketatalaksanaan lembaga pendidikan di SMKN 6 Bandung?
9. Bagaimana kepemimpinan dan supervise pendidikan di SMKN 6
Bandung?

C. Tujuan Observasi

1. Untuk mengetahui manajemen organisasi lembaga pendidikan di SMKN


SMKN 6 Bandung.
2. Untuk mengetahui kurikulum di SMKN 6 Bandung.
3. Untuk mengetahui peserta didik di SMKN 6 Bandung Untuk
4. Mengetahui tenaga kependidikan di SMKN 6 Bandung Untuk
5. Mengetahui fasilitas pendidikan di SMKN 6 Bandung Untuk
6. Mengetahui pembiayaan pendidikan di SMKN 6 Bandung
7. Untuk mengetahuI hubungan lembaga pendidikan di SMKN 6 Bandung
dengan masyarakat
8. Untuk mengetahui ketatalaksanaan lembaga pendidikan di SMKN 6
Bandung
9. Untuk mengetahui kepemimpinan dan supervisi pendidikan di SMKN 6
Bandung

D. Manfaat Observasi
Observasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengenal
oranglain dengan lebih mendalam dalam kehidupan sehari - hari. Yang dimaksud

2
observasi adalah suatu aktivitas mengamati tingkah laku individu. Biasanya
diakhiri dengan mencatat hal – hal yang dianggap penting sebagai penunjang
informasi mengenai individu.
Manfaat observasi adalah:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan yang sebelumnya kita belum tahu


menjadi tahu gerakan tingkah laku seseorang. Yang dimaksud disini
adalah sebelum kita melakukan observasi kita tidak mengetahui tindakan
apa yang dilakukan seseorang. Tetapi setelah kita melakukan observasi
kita menjadi tahu apa arti tindakan yang dilakukan seseorang.

2. Hasil observasi yang dibuat dapat dikonfirmasikan dengan hasil


penelitian.

3. Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata.

4. Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri terhadap temuan


dan bagaimana akan diinterpretasikan.

5. Menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kuwalitas,


memperkirakan mengapa sesuatu terjadi dalam seting nyatanya.

6. Mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya.

7. Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen.

8. Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan runtut.

9. Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen.

10. Observasi dapat dikombinasikan dengan metode lain.

Sebelum kita melakukan observasi kita harus membuat pengelompokan


pertanyaan terlebih dahulu. Pertanyaan pertama yaitu dimana observasi
dilakukan. Kedua, apa yang diobservasi. Ketiga, bagaimana observasi dilakukan.
Dan yang terakhir adalah bilamana observasi dilakukan.
Didalam observasi terdapat tiga metode yaitu pencatatan, pengamatan,
inferensi (pemaknaan). Didalam metode pencatatan terdapat dua cara yang dapat

3
dilakukan dalam mencatatat hasil observasi yaitu pencatatan langsung dan
pencatatan retrospektif. Yang dimaksud pencatatan langsung adalah pencatatan
yang dilakukan ketika pengamatan sedang berlangsung. Sedangkan

E. Bagi Observer

1. Observer dapat mengetahui bagaimana manajemen pendidikan khususnya


di SMKN 6 Bandung.

2. Observer dapat memahami peran dari seluruh tenaga kependidikan


khususnya di SMKN 6 Bandung sehingga dapat menjadi bekal saat
menjadi guru nantinya.

3. Secara tidak langsung, observer telah menjalin hubungan baik dengan


sekolah, khususnya dengan SMKN 6 Bandung.

BAB 2

KAJIAN TEORI

A. POAC

4
POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat umum dan meliputi
keseluruan proses manajerial.Banyak para ahli menambah banyak pengertian dari
fungsi manajemen, namun diantara banyak tambahan tersebut, didalamnya sudah
termasuk keempat fungsi yang diperkenalkan oleh George R Terry, yakni
Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerak dan Pengawasan.

Fungsi manajemen menurut George R Terry yaitu:

1. Perencanaan (planning)

Mondy & Premeaux (1995:138) menjelaskan bahwa perencanaan


merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan
bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan. (digilib.unimed.ac.id,
2006: 21).

2. Pengorganisasian (organizing)

Menurut Winadi (1990) pengorganisasian ialah suatu proses di mana


pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-komponen yang dapat
ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai
untuk mencapai tujuan tertentu (digilib.unimed.ac.id, 2006: 24).

3. Penggerak (actuating)

Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian,


dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu
organisasi tersebut bekerja secara bersama sama sesuai dengan bidang
masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

5. Pengawasan (controling)

Robins (1984) menjelaskan bahwa pengawasan dimaknai sebagai segala


aktivitas untuk menjamin pencapaian tujuan sebagaimana direncakan dan

5
pemeriksaan terhadap adanya penyimpangan menjadi hakekat
pengawasan(digilib.unimed.ac.id, 2006: 19-20).

B. MANAJEMEN ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN

1. Pengertian Struktur Organisasi

Menurut Gibson, Ivancevic, dan Donnelly dalam Tim dosen AP (2013:69)


mendefinisikan organisasi sebagai wadah yang memungkinkan masyarakat dapat
meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-
sendiri (almaratus sholikah, 2014 :3) .Sedangkan definisi pendidikan menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UUD No. 20 tahun 2003).
Menurut Simon (Nanang Fattah, 2013: 73) struktur itu sifatnya relatif
stabil, statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk penyesuaian-
penyesuaian (almaratus sholikah, 2014 :3). Pada struktur organisasi tergambar
posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan
dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran
komunikasi. Suatu struktur organisasi menspesifikasi pembagian kegiatan kerja
dan menunjukkan bagaimana fungsi atau kegiatan kerja dan menunjukkan
bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda itu dihubungkan. Struktur
juga menimbulkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta
memperlihatkn hubungan pelapornya.

2. Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal


yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

1. Pendidikan Formal

6
Dalam Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008: 18), pendidikan
formal adalah pendidikan yang besifat permanen, dalam jangka lama,
waktu belajar cukup banyak, mempunyai efek jenjang dalam lapangan
pekerjaan. Lembaga formal merupakan Pendidikan yang diadakan di
instansi kelembagaan

2. Pendidikan Nonformal

Dalam Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2008:18), lembaga


pendidikan nonformal yaitu lembaga pendidikan yang bersifat relatif
tidak permanen, artinya diselenggarakan apabila diperlukan, jangka
waktu belajar kurang terikat, tidak punya efek jenjang dalam lapangan
pekerjaan.

3. Pendidikan Informal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB VI mengenai Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.

4. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi


jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat

5. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.


Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk

7
Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK),
atau bentuk lain yang sederajat.

6. Pendidikan Atas

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan


menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.

Jenis lembaga pendidikan menurut Undang-Undang No.20 Tahun


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdiri atas :

a. Pendidikan Umum

Merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan


perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contoh : SD, SMP,
SMA.

b. Pendidikan Kejuruan

Merupakan pendidikan menegah yang mempersiapkan peserta didik


terutama untuk bekerja di bidang tertentu. Contoh : SMK Logam, SMK
Tata Boga.

c. Pendidikan Akademik

Merupakkan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana


yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan
tertentu. Contoh : Akademi Kepolisian, Akademi Militer

d. Pendidikan Profesi

Merupakan pendidikan tinggi setelah progam sarjana yang


mempersiap peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus. Contoh : PPG.kan

8
e. Pendidikan Vokasi.

Merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik


untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
setara dengan program sarjana. Contoh : D3 Akuntansi, D3 Rekam Medis.

f. Pendidikan Keagamaan

Merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang


mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau
menjadi ahli ilmu agama. Contoh : MI dan MTs untuk pendidikan dasar,
MAN untuk pendidikan menengah, UIN untuk pendidikan tinggi

g. Pendidikan Khusus

Merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang


berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus
pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Contoh : kelas Akselerasi di
SMA, SLB, dan sekolah inklusif.

3. Kriteria Keberhasilan Lembaga Pendidikan

Sebuah organisasi membutuhkan kualitas dan integritas supaya


mampu bertahan dan meraih kesuksesan serta kualitasnya. Integritas yang
terdapat di dalam organisasi tergantung pada solidaritas para anggotanya.
Solidaritas ini, menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antar individu
atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral atau kepercayaan
yang dianut bersama dan diperkuat dengan pengalaman emosional
bersama. Ikatan ini lebih mendasar dibandingkan dengan hubungan
kontraktual yang dibuat atas dasar hubungan rasional.

C. MANAJEMEN KURIKULUM

9
1. Konsep Dasar Kurikulum

Di Indonesia pengertian kurikulum dapat dilihat pada Undang –


Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang
berbunyi “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaran pembelajaran untuk mecapai tujuan
pendidikan tertentu”.

Fungsi kurikulum menurut Akhmad Sudrajat (2011: 3) diantaranya:

1) Bagi guru (tataran operasional). Kurikulum sebagai dasar bagai


pengelolaan pembelajaran di kelas dari mulai perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.

2) Bagi sekolah (tataran manajerial). Kurikulum sebagai dasar alat untuk


mencapai tujuan pendidikan di sekolah dan sebagai pedoman yang
dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selain
itu dalam tataran institusional kurikulum juga berfungsi sebagai dasar
bagi pengembangan kurikulum pada jenjang berikutnya, misalnya
kurikulkum tingkat SD akan menjadi dasar pengembangan kurikulum
tingkat SLTP.

3) Bagi masyarakat. Kurikulum berfungsi mengakomodir harapan dan


kepentingan masyarakat terhadap pendidikan, termasuk didalamnya
mengakomodir harapan dan kepentingan orang tua terhadap
pendidikan anaknya disekolah.

4) Bagi siswa sebagai subjek fungsi kurikulum mencakup:

a) Fungsi pemeliharaan. Kurikulum sebagai alat memelihara nelai


– nilai budaya dalam menajlin kesinambungan social budaya.

b) Fungsi persiapan. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus


mampu mempersiapakan siswa untuk kepentingan lanjutan
studinya atau persiapan untuk dapat hidup dalam masyarakat.

10
c) Fungsi penyesuaian. Kurikulum sebagai alat pendididkan ahrus
mampu mangantarakan siswanya agar memiliki kemapuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya.

d) Fungsi integritas. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus


amapu mengasilkan pribadi pribadi yang utuh.

e) Fungsi diferensiasi. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus


mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu.

f) Fungsi pemilihan. Kurikulum sebagai alat pendiidikan harus


mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih
program – program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.

g) Fungsi diagnostic. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus


dapat membantu dan mengarahkana siswa unutk memahami,
menerima dan menegarahkan segenap potensi dan kelemahanya
guna tercapai aktualisasi diri.

Kurikulum terbagi menjadi empat komponen, yakni komponen


tujuan, komponen materi, komponen metode dan komponen evaluasi
(Akhmad Sudtajat 2011;23).

1. Komponen Tujuan

Tujuan merupakan suatu yang penting dalam proses pendidikan,


meliputi tujuan domain kognitif, domain efektif, domain
psikomotor. Domain kognitif adalah tujuan yang dinginkan
mengarah pada pengembangan akal dan intelektual anak didik,
tujuan domain psikomotorik adalah tujuan yang mengarah pada
pengembangan keterampilan jasmani dan fisik. Tujuan pendidikan
nasional di jabarkan manjadi tiga yaitu :

1) Tujuan Pendidikan Nasional

11
Merupakan tujuan jangka panjang dimana tercapainya
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta
pemenuhan kebutuhan pendidikan yang saat ini Indonesia
mewajibkan belajar 9 tahun.

2) Tujuan Institusional

Sistem pendidikan di Indonesia mempunyai jenjang yang


melembaga pada suatu tingkatan. Setiap lembaga mempunyai
tujuan institusional karena itu di kenal bermacam – macam
tujuan institusional yaitu tujuan institusional SD, SMP, SMA,
universitas/Akademi.

3) Tujuan Kulikuler

Tujuan kulikuler adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap


mata pelajaran. Tujuan kulikuler bergantung pada jenis mata
pelajaran yang diberikan kepada siswa.

4) Tujuan Instruksional

Tujuan ini bersifat operasional yaitu diharapkan dapat tercapai


saat terjadinya proses belajar mengajar yang bersifat langsungdan
terjadi setiap hari pembahasan.

5) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan tujuan pendidikan yang lebih


operasional yang hendak dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.

2. Komponen Materi

Materi pembelajaran memegang peran penting dalam tercapainya


tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran ini berisi pengetahuan,
keterampilan, sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa.

12
3. Komponen Metode

Dilihat dari filsafat dan dari segi teori pendidikan yang melandasi
pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan
tujuan dan materi pembelajaran. Dengan adanya hal tersebut
tentunya akan memunculkan perbedaan pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran yang hendak di kembangkan. Seperti bagi
para pendudkung filsafat klasik dimana tujuan pembelajaran adalah
informasi dan intelektualitas maka pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan akan lebih berpusat pada guru, hal ini berbeda
dengan kalangan pendukung progresivisme dimana yang seharusnya
menjadi pusat dari pembelajaran adalah siswa dimana siswa yang
menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan
kebutuhnya.

4. Komponen Evaluasi

Pengertian yang terbatas evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk


memeriksa tingkat pencapaian tujuan – tujuan pendidikanyang ingin
diwujudkan melalui kurikulum tersebut. Dalam pengertian yang
lebih luas evaluasi kurikulum dimasudkan untuk melihat kinerja
kurikulum dari berbagai kinerja, indikator kinerja yang dievaluasi
tidak hanya terbatas pada efektivikas sajanamuanjuga relevansi dan
fleksibilitas program.

2. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan merupakan tindakan untuk kedepan yang bertujuan


untuk mencapai seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi
guna memperoleh hasil yang diinginkan. Maksud dari manajemen
perencanaan kurikulum adalah keahlian dalam merencanakan dan
mengorganisasi kurikulum.

Fungsi Perencanaan antara lain:

13
1. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagi pedoman atau alat
manajemen yang berisi petujuk tentang jenis dan sumber peserta,
media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya,
tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran
unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen
organisasi.

2. Perencanaan berfungsi sebagai penggerak roda organisasi dan tata


laksana untuk mencapai perubahan dalam masyarakat sesuai dengan
tujuan organisasi.

3. Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk


melakukan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil yang
optimal.

Adapun Sifat perencanaan kurikulum antara lain bersifat strategis,


komprehensif, integrative, realistic, desentralistik, humanistic,
futuralistik, merupakan bagian dari intergral yang mendukung
manajemen pendidikan secara sistematik, perencanan kurikulum
mengacu pada pengembangan kompetensi sesuai standar nasional, serta
berdeversifikasi untuk melayani keragaman peserta didik.

Perencanaan kurikulum disusun berdasarkan asas objektivitas,


keterpaduan, manfaat, efisien dan efektif, kesesuaian, keseimbangan,
kemudahan, kesinambungan, pembakuan, dan asas mutu.

Isi kurikulum adalah keseluruhan materi dan kegiatan yang tersusun


dalam urutan dan ruang yang mencakup bidang pengajaran, mata
pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan.

Cara menyusun isi kurikulum

Isi kurikulum disusun dalam bentuk sebagai berikut:

14
1. Bidang keilmuan yang terdiri dari atas ilmu-ilmu sosial,
administrasi, ekonomi, komunikasi, dan rekayasa teknologi, IPA,
matematika dan lain-lain.

2. Jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari


bidang tersebut sesuai dengan tuntunan program.

3. Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan


dan pokok bahasan atau standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4. Tiap mata pelajaran dikembangkan dalam silabus.

5. Program studi, merupakan keseluruhan pengalaman belajar yang


mencakup pengalaman belajar umum dan pengalaman belajar
spesialisasi yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan.
Pengalaman belajar umum merupakan komponen dasar yang
mendasari komponen bidang studi.

3. Pengorganisasian Kurikulum

Konsep pengembangan kurikulum menurut (Oemar Hamalik,


2006;133) dapat diartikan kedalam dua jenis proses yakni
pengembangan dalam arti perekayasaan (Engineering) dan
Pengembangan dalam arti konstruksi. Proses pengembangan pertama
terdiri dari empat tahap yakni, menentukan fondasi yakni dasar yang
diperlukan untuk mengembangkan kurikulum; konstruksi adalah
mengembalikan model kurikulum yang diharapkan bersasarkan fondasi
tersebut; implementasi ialah pelaksanaan kurikulum dan evaluasi adalah
menilai kurikulum secara kompreherensif dan sistemik.

Proses kedua yakni pengembangan secara mikro, yang garis


besarnya terdiri dari empat proses yakni merancang tujuan, merumuskan
materi, menetapkan metode dan merancang evaluasi. Jika
pengembangan kurikulum berdasarkan manajemen maka kegiatan

15
pengembangan kurikulum berdasarkan pola pikir manajemen yakni,
perencanaan kurikulum, pengorganisasian, pelaksanaan (implementasi),
penilaian kurikulum, evaluasi kurikulum, pengembangan kurikulum.

4. Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah

Pada pelaksanan kurikulum tingkat sekolah, kepala sekolah


yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum di
lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Hal tersebut dikarenakan
Kepala sekolah sebagai pemimpin, termasuk pemimpin pelaksanaan
kurikulum.

Kepala sekolah adalah seorang administrator dalam pelaksanaan


kurikulum yang berperan dalam perencanaan program,
pengorganisasian, staf pergerakan semua pihak yang perlu dilibatkan
dalam pelaksanaan supervisi, dan penilaian terhadap personal
sekolah.

Kepala sekolah sebagai penyusun rencana tahunan di bidang


kemuridan, personal/tenaga kependidikan, sarana pendidikan,
ketatausahaan sekolah, pembiayaan/anggaran pendidikan,
pembinaan organisasi sekolah dan hubungan
kemasyarakatan/komunikasi pendidikan.

2. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas

Pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas yang berperan besar


adalah guru yang meliputi tiga jenis kegiatan administrasi, sebagai
yang bertugas dalam melaksanakan:

a. Kegiatan dalam bidang belajar mengajar

16
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi:

1. Menyusun rencana pelaksanaan program/unit.

2. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal


pelajaran.

3. Pengisian daftar peilaian kemajuan belajar dan


perkembangan siswa.

4. Pengisian buku laporan pribadi siswa.

b. Pembinaan kegiatan ekstra kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuer adalah pendidikan di luar


ketentuan kurikulum yang berlaku, akan tetapi bersifat
paedagogis dan menunjang pendidikan dalam rangka
menunjang tujuan sekolah.

c. Kegiatan bimbingan belajar

Guru memegang peranan utama dan bertanggungjawab


membimbing para siswa untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya dan membantu memecahkan masalah dan kesulitan
para siswa yang dibimbingnya, dengan maksud agar siswa
tersebut mampu secara mandiri membimbing dirinya sendiri.

5. Supervisi Pelaksanaan Kurikulum

Supervisi Kurikulum adalah usaha yang dilakukan oleh supervisor


dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pergerakan motivasi,
nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dalam proses belajar mengajar, yang pada gilirannya
meningkatkan hasil belajar siswa.

17
6. Penilaian Kurikulum

Penilaian dilakukan untuk mencari jawaban atas permasalahan sebagai


berikut:

1. Sejauh mana para pelaku di lapangan sudah memahami dan menguasai


kurikuum lengkap dengan semua komponennya.

2. Sejauh mana efektivitas pelaksanaannya di sekolah.

3. Sejauh mana efektivitas penggunaan sarana penunjang seperti buku, alat


pelajaran/alat peraga dan fasilitas lainnya serta biaya dalam menunjang
pelaksanaan kurikulum tersebut.

4. Sejauh mana siswa telah berhasil mencapai tujuan yang dirumuskan,


atau sejauh mana siswa telah menguasai pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diharapkan.

5. Apakah ada dampak pelaksanaan kurikulum, baik yang sifatnya positif


maupun negatif yang merupakan akibat yang ditimbulkan oleh
kurikulum yang belum diperkirakan sebelumnya.

7. Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-


kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah
perubahan-perubahan yang telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang
dimaksud dengan kesempatan belajar adalah hubungan yang telah
direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan,
dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
Dengan adanya kegiatan pengembangan kurikulum maka diharapkan
akan dapat menghasilkan kurikulum yang memenuhi persyaratan, antara
lain sebagai berikut:

18
1. Obyektif, artinya memiliki tujuan yang jelas dan operasional yang
bertalian denagan tujuan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur

2. Realistik, artinaya berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada


dimasyarakat/lapangan dimana proses interaksi komunikasi antara
tenaga kependidikan dan peserta didik yang pada gilirannya
membuahkan kesadaran yang tinggi

3. Serasi, artinya memiliki kesesuaian yang memadai dengan


kebutuhan-kebutuhan peserta didik, tenaga kependidikan, situasi,
kondisi masyarakat yang sedang mengalami perubahan cepat, serta
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat

4. Koherensi, artinya semua unsur kurikulum, antara satu dengan


lainnya memiliki keserasian yang harmonis

5. Aplikatif, artinya kurikulum tersebut dapat diterapkan dilapangan


(sekolah dan luar sekolah), bukan sesuatu yang tertulis tetapi sulit
dilaksanakan atau terlalu banyak hambatan dalam penerapannya

6. Generatf, artinya kurikulum diperuntukkan bagi semua orang, dapat


diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan,
tak ada permasalahan yang menyangkut kesukuan, perbedaan
agama, perbedaan pandangan politik, dan lain-lain.

7. Keberhasilan, artinya kurikulum tersebut dapat memberikan hasil


yang diharapkan sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Keberhasilan tidak hanya terdapat pada tahap akhir saja, melaikan
pada setiap tahap proses pelaksanaan kurikulum

8. Inovatif, artinya kurikulum tersebut senantiasa maju dan mengikuti


kemajuan seiring dengan kemajuan masyarkat , ilmu pengetahuan
dan teknologi . Inovatif tentu saja menuntut ketebukaan , inisiatif,
dan kreatifitas para pengelola dan tenaga kependidikan terhadap

19
adanya kemungkinan dan informasi yang bermanfaat bagi
pengembangan kurikulum

9. Konstruktif, artinya kurikulum itu berorientasi pada pembangunan .


hasil pelaksanaan kurikulum tidak hanya membentuk tenga-tenaga
pembangunan, tetapi juga sekaligus mampu berperan dalam proses
pembangunan seluruhnya.

10. Keterseembunyian, artinya kurikulum juga mempertimbangkan


kemungkinan adanya hal-hal yang masih tersembunyi, yang
mungkin pada suatu waktu atau situasi tertentu akan muncul hal-hal
yang berpengaruh terhadap siwa memberikan dampak yang lebih
besar atau lebih bermanfaat bagi siswa.

D. MANAJEMEN PESERTA DIDIK

1. Konsep Dasar Manajemen Peserta Didik

Manajemen Peserta Didik atau Pupil Personnel Administration


adalah layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan,
pengawasan, dan layanan siswa di kelas dan di luar kelas, seperti:
pengenalan, pendaftaran, layanan individuan seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah
(Knezevich, 1961 dalam buku Tim Dosen UPI, 2008 : 205).

Adapun tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan


peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah), lebih lanjut proses
pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib,
dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian
tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta


didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang

20
berkenaan dengan segi indivdualitasnya, sosial, aspirasi, kebutuhan dan
segi-segi potensi peserta didik lainnya.

Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai, ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya (Tim
Dosen UPI, 2008 : 206), antara lain:

1. Dalam mengembangkan program manajemen ke peserta didik,


penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada
saat program dilaksanakan.

2. Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian keseluruhan


manajemen sekolah. Oleh karena itu, ia harus mempunyai tujuan
yang sama atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah
secara keseluruhan.

3. Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah


mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta
didik.

4. Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan


untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar
belakang dan punya banyak perbedaan. Perbedaan-perbedaan yang
ada pada peserta didik tidak diarahkan bagi munculnya konflik di
antara mereka, melainkan justru untuk mempersatukan, saling
memahami, dan saling menghargai. Sehingga setiap peserta didik
memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.

5. Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai


upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.

2. Pencatatan Data Peserta Didik

Pencatatan tentang kondisi peserta didik sangat diperlukan dalam


sebuah lembaga pendidikan (sekolah) agar lembaga dapat memberikan
bimbingan yang sesuai dan optimal terhadap peserta didik. Pencatatan

21
peserta didik dimulai dari ketika peserta didik mendaftar sampai mereka
lulus atau meninggalkan lembaga pendidikan (sekolah) tersebut.

Hal ini berkaitan dengan manajemen siswa. Sebagaimana ada dalam


buku Manajemen Pendidikan karya Suharsimi dan Lia Yuliana,
Manajemen siswa adalah kegiatan pencatatan siswa mulai dari proses
penerimaan hingga siswa tersebut lulus dari sekolah disebabkan karena
tamat atau sebab lain. Tidak semua hal yang berhubungan dengan siswa
masuk dalam manajemen siswa. (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana,
2010 : 57)

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk pencatatan


peserta didik antara lain:

1. Buku Induk Siswa (Buku Stambuk/Buku Pokok)

Buku ini berisi tentang peserta didik yang masuk pada


sekolah tersebut. Setiap pencatatan peserta didik disertai dengan
nomor pokok/stambuk, dan dilengkapi pula dengan data-data
lain setiap peserta didik.

2. Buku Klapper

Pencatatan buku ini dapat diambil dari buku induk, tetapi


penulisannya disusun berdasarkan abjad. Hai ini untuk
memudahkan pencarian data peserta didik kembali jika
sewaktu-waktu diperlukan.

3. Daftar Presensi

Daftar hadir peserta didik sangat penting sebab frekuensi


kehadiran setiap peserta didik dapat diketahui atau dikontrol.
Untuk memeriksa kehadiran peserta didik pada keseluruhan
kegiatan di sekolah setiap hari biasanya daftar kehadiran itu
dipegang oleh petugas khusus. Sedangkan untuk memeriksa

22
peserta didik di kelas pada jam-jam pelajaran, daftar hadir itu
dipegang oleh guru yang mengajar.

4. Daftar Mutasi Peserta Didik

Untuk mengetahui keadaan jumlah peserta didik dengan


persis, sekolah harus mempunyai buku atau daftar mutasi
peserta didik. daftar mutasi itu digunakan untuk mencatat keluar
masuk peserta didik dalam setiap bulan, semester atau setahun.
Hal ini karena keadaan jumlah peserta didik tidak tetap, ada
peserta didik pindahan dan ada pula peserta didik yang keluar.

5. Buku Catatan Pribadi Peserta Didik

Buku catatan peserta didik ini lebih lengkap lagi tentang


data setiap peserta didik. Buku ini antara lain berisi: identitas
peserta didik, keterangan mengenai keadaan keluarga, keadaan
jasmani dan kesehatan, riwayat pendidikan serta hasil belajar,
data psikologis (sikap, minat, dan cita-cita), dan juga kegiatan di
luar sekolah. Buku ini biasanya disimpan di ruang BP dan
dikerjakan oleh petugas BP.

6. Daftar Nilai

Daftar nilai ini dimiliki oleh setiap guru bidang studi,


khusus untuk mencatat hasil tes setiap peserta didik pada bidang
studi atau mata pelajaran tertentu. Dalam daftar nilai ini dapat
diketahui kemajuan peserta didik, karena setiap nilai hasil tes
dicatat di dalamnya. Nilai-nilai tersebut sebagai bahan olahan
nilai raport.

7. Buku Legger

Legger merupakan kumpulan nilai dari seluruh bidang studi


untuk setiap peserta didik. Pengisian atau pencatatan nilai-nilai
dalam legger ini dikerjakan oleh wali kelas sebagi bahan

23
pengisian raport. Pencatatan nilai-nilai dalam legger biasanya
satu tahun dua kali (sesuai dengan pembagian raport).

8. Buku Raport

Buku raport merupakan alat untuk melaporkan prestasi


belajar peserta didik kepada orang tua atau wali atau kepada
peserta didik itu sendiri. Selain prestasi belajar, dilaporkan pula
tentang kehadiran, tingkah laku peserta didik, dan sebagainya.
Buku ini diberikan dua kali dalam satu tahun untuk tingkat SD,
SMP/Sederajat, SMA/SMK/Sederajat. (Tim Dosen UPI, 2008 :
213).

3. Mutasi dan Promosi Peserta Didik

1. Mutasi Peserta Didik

Mutasi / perpindahan peserta didik adalah perpindahan peserta


didik dari kelas satu ke kelas lain yang sejajar dan atau perpindahan
peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar (Eka
Prihatin, 2011 : 142).

Siswa merupakan anak dari PNS/TNI/Polri yang dimutasikan


dan menunjukkan surat keterangan pindah tugas dari orangtua siswa
tersebut.

Siswa yang bukan anak dari PNS/TNI/Polri harus melengkapi


fotocopy KTP orangtua atau surat keterangan pindah dari lurah
setempat yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
berdomisili di wilayah yang baru.

Perpindahan peserta didik dari sekolah di luar negeri harus


dilampiri hasil penilaian kesetaraan yang ditetapkan oleh Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

24
Perpindahan peserta didik dari luar lingkungan dinas pendidikan
yang tidak dibina oleh Pemerintah Indonesia ke sekolah dalam
lingkungan pembinaan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah dapat dilakukan dengan tes penempatan oleh sekolah
yang bersangkutan, setelah mendapat rekomendasi dari Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Perpindahan peserta didik dengan mempertimbangkan


flexibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan
dan jalur pendidikan. Matat pelajaran yang baru dengan
mempertimbangkan kompetensi peserta didik.

Perpindahan kelas 1 dengan alasan mengikuti perpindahan


orangtua pelaksanaannya setelah semester 1.

Syarat perpindahan bagi peserta didik :

1. Siswa tidak mempunyai masalah dengan pihak sekolah.

2. Mempunyai nilai yang memuaskan atau dinyatakan naik


kelas.

3. Apabila nilainya jelek, maka siswa tersebut tetap


bersekolah di sekolah yang lama.

4. Perpindahan siswa harus mendapat persetujuan tertulis dari


institusi pengirim.

Syarat perpindahan bagi institusi penerima :

1. Daya tampung kelas yang ditetapkan memungkinkan.

2. Tersedianya anggaran dalam institusi tersebut dan


memenuhi ketentuan yang berlaku.

25
Sebab-sebab mutasi peserta didik (Eka Prihatin, 2011 : 144) :

1. Yang bersumber dari peserta didik sendiri :

a) Yang bersangkutan tidak kuat mengikuti pelajaran di


sekolah tersebut.

b) Tidak suka dengan sekolah tersebut atau tidak cocok.

c) Malas.

d) Ketinggalan dalam pelajaran.

e) Bosan dengan sekolahnya.

2. Yang bersumber dari lingkungan keluarga :

a) Mengikuti orangtua pindah kerja.

b) Dititipkan oleh orangtuanya.

c) Disuruh oleh orangtua.

d) Orangtua merasa keberatan dengan biaya sekolah


tersebut.

3. Yang bersumber dari lingkungan sekolah :

a) Lingkungan sekolah tidak menarik

b) Fasilitas sekolah tidak lengkap

c) Ada kebijakan sekolah yang dirasa berat oleh peserta


didik

d) Sulitnya sekolah tersebut dijangkau

e) Sekolah tersebut dibubarkan

f) Sekolah tersebut tidak bonafit

26
4. Yang bersumber dari teman sebaya :

a) Bertengkar dengan teman

b) Merasa diancam oleh teman

c) Merasa beda strata

5. Yang bersumber dari lain-lain :

a) Seringnya sekolah tersebut dilanda bencana

b) Adanya konflik.

2. Promosi Peserta Didik

Promosi atau publikasi merupakan termasuk dalam tahap


penerimaan peserta didik baru. Promosi atau publikasi dilakukan
sepanjang tahun terutama pada momen-momen penting. Promosi
biasanya dilakukan dengan brosur, koran, media elektronik dan lain-lain
yang dapat menunjang promosi dalam suatu sekolah.

4. Layanan Khusus

Dalam buku Manajemen Pendidikan (Tim Dosen UPI, 2008 : 215)


ada beberapa layanan yang harus ada di sekolah, antara lain:

1. Layanan Bimbingan dan Konseling

2. Layanan Perpustakaan

3. Layanan kantin / kafetaria

4. Layanan kesehatan/ UKS

5. Layanan transportasi sekolah

27
6. Layanan Asrama.

5. Penerimaan Peserta Didik

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17


tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan,
Penerimaan Peserta Didik untuk jenjang SMA/SMK harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Peserta didik pada SMA/SMK atau bentuk lain yang sederajat


sudah menyelesaikan pendidikannya pada SMP/MTs, Paket B
atau bentuk lain yang sederajat.

2. SMA/SMK atau bentuk lain yang sederajat wajib menerima


warga negara berusia 15 (lima belas) tahun sampai dengan 21
(dua puluh satu) tahun sebagai peserta didik sampai dengan
batas daya tampungnya.

3. SMA/SMK atau bentuk lain yang sederajat wajib menyediakan


akses bagi peserta didik berkelainan.

4. SMA/SMK yang memiliki jumlah calon peserta didik melebihi


daya tampung wajib melaporkan kelebihan calon peserta didik
tersebut kepada pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

5. Pemerintah kabupaten/kota wajib menyalurkan kelebihan calon


peserta didik sebagaimana dimaksud pada satuan pendidikan
dasar lain.

6. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima di


SMA, SMK, atau bentuk lain yang sederajat sejak awal kelas 10
(sepuluh) setelah lulus ujian kesetaraan Paket B.

28
7. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima di
SMA, SMK atau bentuk lain yang sederajat tidak pada awal
kelas 10 (sepuluh) setelah memenuhi persyaratan:

a) Lulus ujian kesetaraan Paket B

b) Lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan


oleh satuan pendidikan formal yang bersangkutan.

8. Peserta didik pendidikan dasar setara SMA di negara lain dapat


pindah ke SMA, SMK, atau bentuk lain yang sederajat di
Indonesia setelah memenuhi persyaratan:

a) Menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang membuktikan


bahwa yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan
dasar setara SMA.

b) Lulus tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan


oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

9. Peserta didik pendidikan menengah setara SMP yang mengikuti


sistem dan/atau standar pendidikan negara lain dapat diterima di
SMA, SMK atau bentuk lain yang sederajat pada awal tahun
kelas 10 (sepuluh) setelah memenuhi persyaratan:

a) Lulus ujian kesetaraan Paket B, atau

b) Dapat menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang


membuktikan bahwa yang bersangkutan telah
menyelesaikan pendidikan dasar yang memberikan
kompetensi lulusan setara SMP.

10. SD, MI, SMP, MTs, SMA, SMK atau bentuk lain yang sederajat
memberikan bantuan penyesuaian akademik, sosial, dan/atau
mental yang diperlukan oleh peserta didik berkelainan dan

29
peserta didik pindahan dari satuan pendidikan formal lain atau
jalur pendidikan lain.

Penerimaan peeserta didik di Indonesia pada umumnya dibagi


menjadi dua yaitu sistem penerimaan secara manual dan online. Dalam
penerimaan siswa secara manual, persyaratan khusus masing-masing
sekolah biasanya berbeda-beda.

Penerimaan Siswa Baru secara Online, yaitu sebuah sistem


penerimaan siswa baru berbasis internet. PSB Online merupakan alat
media yang dirancang untuk memudahkan calon peserta didik untuk
mendaftar dan memudahkan pengolahan data bagi sekolah. yaitu melalui
www.psb-online.co.id (Rugaiyah dan Atiek Sismiati, 2011 : 54)

Mulai tahun ajaran 2013/2014 ada situs yang khusus mengurusi


pendaftaran peserta didik secara online di situs siap-psb.com yang
ditunjang oleh PT. Telkom, dimana disitu tertera secara lengkap tentang
alur pendaftaran, sekolah yang terdaftar di tiap kabupaten serta segala
yang menyangkut tentang pendaftaran secara online di sekolah di
seluruh Indonesia yang tegabung dalam situs tersebut.

Adapun alur Pendaftaran Online Model A dan B (www.siap-


psb.com) dapat dilihat pada gambar berikut:

30
Sumber: www.siap-psb.com

Gambar 1. Alur pendaftaran online model A dan B

Adapun alur Pendaftaran Online Model C dan D (www.siap-psb.com) dapat


dilihat pada gambar berikut:

31
Sumber : www.siap-psb.com

Gambar 2. Alur pendaftaran online model C dan D

32
E. MANAJEMEN TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Pengertian dan Jenis-jenis Tenaga Kependidikan


Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamongbelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
Jenis-jenis tenaga kependidikan menurut Suryosubroto dkk (2000:
8-10) adalah sebagai berikut:
pengajar

pendidik pembimbing

Tenaga kependidikan
supervisor
pendidikan

administrator pendidikan

teknis pendidikan

Keterangan :
a. Tenaga pendidik
Tenaga pendidik adalah personil di lembaga atau organisasi
pelaksanaan pendidikan yang melakukan salah satu aspek atau
seluruh kegiatan (proses) pendidikan, mikro ataupun makro
(mengembangkan daya cipta, rasa, karsa dan karya manusia).
Tenaga pendidik berdasarkan kenyataan sistem yang ada dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu pengajar,
pembimbing dan supervisor pendidikan.
b. Tenaga administrator pendidikan
Administrator pendidikan adalah orang-orang (personil)
yang secara legal-profesional bertugas melaksanakan kegiatan
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan, tidak sama dengan
tata usahawan pendidikan. Administrator pendidikan merupakan

33
orang yang memiliki wawasan pendidikan yang luas dan
mendalam dan kemampuan menejerial atau administratorial
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan. Kedalam kelompok
administrator pendidikan ini dapat dimasukkan personil
perencana pendidikan profesional baik perencanaan pendidikan
mikro maupun makro, pengembangan kurikulum pendidikan,
peneliti dan pengembangan pendidikan, serta perancang sarana
dan media pendidikan.

c. Tenaga teknisi pendidikan


Tenaga kerja teknisi pendidikan adalah orang-orang
(personil) yang secara legal-profesional bertugas memberikan
layanan pendidikan melalui pendekatan kondisional (fasilitas
dan layanan khusus). Tenaga teknisi pendidikan juga merupakan
personil yang memiliki wawasan pendidikan (falsafah dan ilmu
pendidikan) dan mampu menerapkannya dalam bidang
tugasnya. Kedalam kelompok ini dapat dimasukkan :
a) Tenaga pustakawan pendidikan yang bukan sekedar
pustakawan profesional dalam ilmu perpustakaan,
b) Petugas sumber belajar,
c) Laboran-pendidik.

2. Pengadaan Tenaga Kependidikan


Untuk mendapatkan pelamar yang sebanyak-banyaknya, perekrutan
(recruitment) harus dilakukan dengan mempergunakan semua jalan yang
bersifat positif dengan menggunakan dua sumber tenaga kerja yaitu dari
dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Sumber tenaga kerja dari dalam
(internal) adalah tenaga kerja yang diambil dari dalam lembaga terkait.
Rekruitmen dengan cara ini merupakan usaha untuk pengembangan karir,
promosi jabatan dalam lingkungan kerja yang sama, promosi mutasi untuk
kenaikan jabatan perpindahan kerja ke unit kerja bagian lain. Perekrutan
dari dalam (internal) perlu memperhatikan informasi tentang kualifikasi
pegawai. Format kualifikasi berisi informasi tentang catatan prestasi
pegawai, latar belakang pendidikan, dan dapat tidaknya dipromosikan.

34
Sedangkan perekrutan tenaga kerja dari luar (eksternal) yaitu
mengambil tenaga kerja dari luar instansi atau individu dari luar lembaga
terkait. Perekrutan dengan cara ini dilakukan dengan menerima lamaran-
lamaran dan berlaku bagi semua masyarakat luas yang memenuhi
persyaratan. Metode ini mempunyai segi positif karena dengan sistem ini
tenaga kerja yang diterima merupakan pilihan dari pelamar-pelamar yang
telah memenuhi syarat-syarat maksimum. Dengan demikian dapat
diharapkan bahwa tenaga yang diterima adalah tenaga dengan mutu
terbaik. Jika dinyatakan bahwa ada lowongan dan membutuhkan pegawai
baru maka lembaga atau instansi tersebut mencari tenaga baru dengan
cara sumber dari dalam lembaga dan sumber dari luar lembaga seperti
melalui iklan media massa, lembaga pendidikan, dan lamaran kerja yang
sudah masuk di lembaga (Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2008: 219-
220).

3. Pengangkatan Dan Penempatan Tenaga Kependidikan


a) Pengangkatan Tenaga Kependidikan
Kegiatan pengangkatan atau rekruitmen berkaitan erat
dengan formasi dari lembaga tersebut. Sebelum mengadakan
rekruitmen perlu lebih dahulu dipikirkan dan disusun jenis pekerjaan
yang mana, sifat pekerjaan yang bagaimana, dan apa saja program
kerja yang harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang baru nanti.
Ruang lingkup kegiatan rekruitmen meliputi :
a. Pengumuman tentang penerimaan calon pegawai tenaga pengajar
atau tenaga pendidikan.
b. Pendaftaran calon pegawai tenaga edukatif atau pendidikan.
c. Melaksanakan ujian saringan.
d. Mengumumkan ujian saringan.
e. Memproses pengusulan untuk diangkat sebagai calon pegawai
tenaga pendidikan.
f. Mengatur penempatan sesuai surat keputusan (Suryosubroto dkk,
2000: 29-30).

b) Penempatan Tenaga Kependidikan


Penempatan dan penugasan berkaitan erat dengan pengangkatan
seorang pegawai dalam suatu kedudukan dan jabatan tertentu dalam

35
organisasi. Penempatan dalam arti pembagian tugas pada para
personil sekolah baik yang lama maupun yang baru dalam lembaga
pendidikan harus dilakukan oleh kepala sekolah. Menurut Hartati
Sukirman dkk (1998: 21) prinsip dasar penempatan dan penugasan
pegawai adalah kesesuaian tugas dengan kemampuan yang dimiliki
pegawai tersebut (Suryosubroto dkk, 2000: 39).

4. Pembinaan Dan Pengembangan Tenaga Kependidikan


1. Pembinaan Tenaga Kependidikan
Pembinaan adalah semua upaya yang dilakukan oleh
lembaga didalam mempertahankan para personil untuk tetap berada
di lingkungan organisasi dan mengupayakan pula kedinamisan
ketrampilan, pengetahuan serta sikapnya agar mutu kerjanya bisa
tetap dipertahankan (Suryosubroto dkk, 2000: 41).
Pembinaan dilakukan dalam upaya mengelola dan
mengendalikan pegawai selama melaksanakan kerja di lembaga atau
sekolah yang meliputi:
a) Pendidikan dan Pelatihan
b) Kompensasi atau Penggajian

Kompensasi atau penggajian tenaga kependidikan terbagi dalam


beberapa kategori berikut :
1) Tenaga tetap yang ditugaskan oleh negara (pegawai negeri
sipil) mendapat gaji sesuai peraturan negara.
2) Tenaga tidak tetap sekolah dengan sekolah PTT (pegawai
tidak tetap) mendapat gaji sesuai peraturan negara dan masa
kontraknya.
3) Tenaga honorer, baik bagi tenaga administratif atau guru
mendapat gaji sesuai kondisi keuangan sekolah, masa
pengabdian yang mengacu kepada Upah Minimum Regional
(UMR).
4) Tunjangan dan kesejahteraan bagi tenaga kependidikan
dimaksudkan untuk meningkatkan semangat kerja, rasa aman
dan nyaman sehingga membuat pegawai betah dan
menghasilkan kinerja yang tinggi. Tunjangan tersebut dapat
berupa tunjangan yang langsung dibayar dalam bentuk uang

36
adapula dalam bentuk lain seperti asuransi. Adapun tunjangan
tersebut diperuntukkan sebagai tunjangan keluarga, kesehatan,
tunjangan pangan, jabatan, dan lain-lain. Bagi pegawai negeri
sipil diberikan tunjangan sebagai berikut:
(1) Tunjangan Keluarga
Tunjangan keluarga ini terdiri atas: (a) tunjangan
istri/suami sebesar 5% dari gaji pokok. Bagi suami/ istri
yang kedua-duanya berkedudukan sebagai pegawai negeri
sipil, maka tunjangan hanya diberikan pada pegawai
negeri sipil yang mempunyai gaji pokok yang lebih besar,
(b) tunjangan anak-anak sebesar 2% untuk setiap anak.
Tunjangan anak diberikan sebanyak-banyaknya untuk 3
anak.
(2) Tunjangan Pangan
Tunjangan pangan berupa tunjangan seharga sepuluh
kilogram untuk setiap anggota untuk sebanyak lima orang.
(3) Tunjangan Jabatan
Kepada pegawai negeri sipil yang menjabat jabatan
tertentu diberikan tunjangan jabatan. Jenis jabatan dan
besarnya tunjangan jabatan ditentukan dengan keputusan
presiden. Tunjangan jabatan dapat berbentuk tunjangan
struktural dan tunjangan fungsional.
(4) Tunjangan Lain-lain
Tunjangan lain-lain diberikan sesuai peraturan pemerintah.
(5) Taspen
(6) Asuransi Kesehatan
(7) Koperasi
5) Kenaikan Pangkat.

Bentuk-Bentuk Pembinaan (Suryosubroto dkk, 2000) :


a) Pembinaan sistem penggajian atau pengupahan
b) Pembinaan sistem karir
c) Pembinaan prestasi kerja.

2. Pengembangan Tenaga Kependidikan


Tujuan pengembangan tenaga pendidik adalah sebagai berikut
(Suryosubroto dkk, 2000: 55) :
a) Meningkatkan produktifitas kerja baik kualitas maupun kuantitas.
b) Meningkatkan kualitas pelayanan menjadi lebih baik.
c) Meningkatkan moral kerja dan motivasi kerja.

37
d) Meningkatkan keterampilan dan keahlian serta prestasi kerja baik.
e) Meningkatkan kecakapan dalam mengambil keputusan lebih baik.
f) Akan meningkatkan kepemimpinan yang lebih baik.

5. Pemberhentian Tenaga Kependidikan


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun
2005 Tentang Guru Dan Dosen pasal 30 disebutkan bahwa :
1. Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan sebagai guru
karena:
a. Meninggal dunia;
b. Mencapai batas usia pensiun;
c. Atas permintaan sendiri;
d. Sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas secara terus-menerus selama 12 (dua belas)
bulan; atau
e. Berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
antara guru dan penyelenggara pendidikan.
2. Guru dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai
guru karena:
a. Melanggar sumpah dan janji jabatan;
b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
atau
c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus-menerus.
3. Pemberhentian guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Pemberhentian guru karena batas usia pensiun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan pada usia 60 (enam
puluh) tahun.
5. Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah yang
diberhentikan dari jabatan sebagai guru, kecuali sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, tidak dengan sendirinya
diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil.

Pensiun diartikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai balas jasa
terhadap PNS yang telah bertahun-tahun mengabdikan dirinya kepada
Negara. Pensiun diberikan kepada PNS sendiri, janda/duda, anak dan
orang tua PNS yang bersangkutan.

38
Masa kerja digunakan untuk menetapkan besarnya pensiun/pensiun
pokok yaitu gaji pokok terakhirnya yang berhak diterima oleh PNS yang
berkepentingan berdasarkan peraturan gaji yang berlaku gajinya.
1) Besarnya pensiun pegawai sebulan adalah 2,5% dari dasar pensiun
untuk setiap tahun masa kerja, dengan ketentuan bahwa :
a. Pensiun pegawai sebulan adalah maksimal 75% dan minimal 40%
dari pensiun.
b. Bagi PNS yang diberhentikan karena dinyatakan tidak dapat
bekerja lagi, sebesar 75% dari dasar pensiun.
c. Pensiun pegawai sebulan tidak boleh kurang dari gaji pokok
terendah menurut peraturan yang berlaku bagi pegawai yang
bersangkutan.
d. Besarnya pensiun janda/duda sebulan adalah 36% (baik untuk
seorang istri atau lebih). Namun apabila PNS tewas, maka
besarnya pensiun adalah 72% dari dasar pensiun. Jika beristri
lebih dari satu, masing-masing istri mendapat 72% dari dasar
pensiun.
e. Apabila janda/duda penerima pensiun sudah tidak ada, maka
pensiun diberikan kepada anak/anak-anaknya yang seayah-seibu.
Dengan ketentuan :
a) Belum mencapai usia 25 tahun, atau
b) Tidak mempunyai penghasilan, atau
c) Belum menikah atau belum pernah menikah
2) Pensiun pegawai akan diberhentikan setelah tidak ada lagi janda/duda
atau anak yang memenuhi syarat untuk menerimanya.
3) Hak atas pensiun tidak boleh dipindahkan (Suryosubroto dkk, 2000:
68-73).

6. Program Sertifikasi Profesi Guru Sebagai Pendidik


Program sertifikasi guru adalah program yang berisi tentang proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Guru yang telah mengikuti
program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi
guru sebagai tenaga profesional. Ketentuan dalam memperoleh sertifikasi
dan tunjangan profesi pendidik diatur dalam pasal 8, 11, dan 16 UU RI No.
14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Tujuan dengan adanya sertifikasi
adalah sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan

39
tujuan pendidikan nasional. Sedangkan manfaatnya adalah melindungi
profesi guru dari praktek-praktek yang tidak kompeten yang dapat merusak
citra guru.
Sertifikasi guru dalam jabatan diperuntukkan bagi para guru yang sudah
mengajar baik guru PNS, maupun non PNS. Sesuai dengan amanat Undang-
Undang guru dan dosen, guru dalam jabatan yang dapat disertifikasi adalah
mereka yang berkualifikasi S1 atau D4 dan dapat ditempuh melalui sertifikasi
dengan penilaian portofolio dan sertifikasi melalui PLPG.
Alasan program pendidikan profesi guru prajabatan saat ini menjadi
sorotan publik di Indonesia karena program PPG adalah program pendidikan
yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 Kependidikan dan
S1/DIV Non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru
agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional
pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sehingga dirasa tidak cukup adil khususnya bagi lulusan S1 kependidikan.
Apabila seorang guru telah diangkat menjadi pegawai negeri sipil
(PNS) maka ia berhak menerima gaji yang diberikan oleh pemerintah sesuai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Keenam Belas Atas Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1977
Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

F. MANAJEMEN FASILITAS PENDIDIKAN

1. Pengertian dan Jenis-Jenis Fasilitas Pendidikan

Fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang harus tersedia untuk


melancarkan kegiatan pendidikan di sekolah. Sarana adalah semua
perangkat alat dan bahan yang secara langsung digunakan untuk
berjalannya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung menunjang terlaksananya
proses pendidikan, meliputi halaman sekolah, taman sekolah dsb.

Fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

40
1. Fasilitas fisik, yaitu segala sesuatu yang berwujud benda atu
fisik yang dapat dibendakan dan dapat memiliki peranan untuk
memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Contoh, kendaraan,
alat tulis, alat komunikasi dsb.

2. Fasilitas uang, yaitu segala sesuatu yang dapat mempermudah


suatu kegiatan sebagai akibat bekerjanya nilai uang.

2. Pengadaan Fasilitas Pendidikan

Prosedur perencanaan pengadaan fasilitas pendidikan menurut Jame


J. Jones dalam Ibrahim Bafadal (2008:27) ialah sebagai berikut:

Adapun langkah- langkah pengadaan perlengkapan sekolah sebagai


berikut:

a. Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten menyusun daftar


perlengkapan sekolah yang memenuhi standar mutu, apabila
dipandang perlu perlengkapan yang dari segi efektivitas dan
efisiesinya telah mendapat pengesahan dari Direktorat jendral
Pendidikan dasar dan Menengah atau pejabat lain yang
berwenang. Sebaiknya daftar tersebut memuat sebanyak-
banyaknya nama- nama perlengkapan sekolah yang dilengkapi
dengan spesifkasinya masing- masing.

b. Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten memberitahukan


kepada sekolah, bahwa sekolah yang bersangkutan akan
mendapatkan bantuan dana untuk pengadaan perlengkapan
sekolah. Pemberitahuan tersebut harus dilengkapi dengan
jumlah bantuan dana, daftar perlengkapan yang dapat dibeli,
petunjuk pengadaan, serta formulir- formulir yang harus
ditandatanganioleh kepala sekolah sabagai lampiran dalam
pengajuan untuk mendapatkan dana bantuan.

41
c. Kepala sekolah bersama guru dan juga pengurus komite sekolah
memilih daftar perlengkapan yang akan dibeli sesuai dengan
kebutuhan sekolahnya masing- masing.

d. Kepala sekolah mengajukan permohonan kepada Dinas


Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten untuk mendapatkan dana
batuan pembelian perlengkapan sekolah dilampiri dengan
berkas- berkas yang terdiri atas:

1. Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB);

2. Kuitansi, dengan mencantumkan nomor rekening sekolah;

3. Daftar alat penunjang KBM yang akan dibeli;

4. Berita Acara Rapat Pemilihan Perlengkapan Sekolah, yang


kesemuannya sudah dibubuhi tanda tangan dan stempel
sekolah.

e. Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten memberikan


persetujuan dan mencairkan dana yang diminta sekolah ke
sekolah yang bersangkutan melalui prosedur pencairan dana
sebagaimana berlaku.

f. Berdasarkan uang yang diterima, kepala sekolah membeli


perlengkapan sekolah sesuai dengan plilihannya ke toko
langsung atau langsung ke produsen dengan prosedur yang telah
diatur pemerintah.

g. Kepala seolah membuat laporan pelaksanaan pengadaan


perlengkapan sekolah dan membuat pertanggungjawaban
terhadap sejumlah dana yang telah diterima, disampaikan segera
kepada Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. Dalam hal
ini merakit/ merancang alat sendiri tidak dibenarkan memungut
uang lelah/jasa, peertanggungjawaban keungan hanya meliputi
pembelian alat dan bahan saja.

42
Dalam kaitan itu, dengan pengadaan perlengkapan sekolah, ada
beberapa cara yang dapat ditempuh oleh pengelola perlengkapan sekolah
untuk mendapatkan perlengkapan yang dibutuhkan sekolah, antara lain
dengan cara:

1. Pembelian;

2. Membeli di pabrik

3. Membeli di toko

4. Memesan

5. Hadiah atau Sumbangan;

6. Tukar Menukar;

7. Meminjam

8. Membeli barang bekas

Standar sarana dan prasarana untuk jenjang pendidikan


SMK/MAK/yang sederajat berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana
Dan Prasarana Untuk SMA/MA adalah sebagai berikut:

a. Satuan Pendidikan

1. Satu SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat


melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27
rombongan belajar.

2. Minimum satu SMA/MA disediakan untuk satu kecamatan.

b. Lahan

1. Untuk SMA/MA yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta


didik per rombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan rasio

43
minimum luas lahan terhadap peserta didik

2. Untuk SMA/MA yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per


rombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan luas minimum

3. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah


luas lahan yang dapat digunakan secara efektif untuk
membangun prasarana sekolah/madrasah berupa bangunan dan
tempat bermain/berolahraga.

4. Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam


kesehatan dan keselamatan jiwa, serta memiliki akses untuk
penyelamatan dalam keadaan darurat.

5. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di


dalam garis sempadan sungai dan jalur kereta api.

6. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut.

a. Pencemaran air, sesuai dengan PP RI No. 20 Tahun 1990


tentang Pengendalian Pencemaran Air.

b. Kebisingan, sesuai dengan Kepmen Negara KLH nomor


94/MENKLH/1992 tcntang Baku Mutu Kebisingan.

c. Pencemaran udara, sesuai dengan Kepmen Negara KLH


Nomor 02/MEN KLH/1988 tentang Pedoman Penetapan
Baku Mutu Lingkungan.

d. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam


Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan
mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari
Pemerintah Daerah setempat.

44
e. Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki
izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
untuk jangka waktu minimum 20 tahun.

c. Bangunan

1. Untuk SMA/MA yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta


didik per rombongan belajar, bangunan memenuhi ketentuan
rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik

2. Untuk SMA/MA yang memiliki kurang dari 15 peserta didik per


rombongan belajar, lantai bangunan memenuhi ketentuan luas
minimum

3. Bangunan memenuhi ketentuan tata bangunan yang terdiri dari:

a. koefisien dasar bangunan maksimum 30 %;

b. koefisien lantai bangunan dan ketinggian maksimum


bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

c. jarak bebas bangunan yang meliputi garis sempadan


bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan
kereta api, dan/atau jaringan tegangan tinggi, jarak antara
bangunan dengan batas-batas persil, dan jarak antara as
jalan dan pagar halaman yang ditetapkan dalam Peraturan
Daerah.

4. Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut.

a. Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh sampai dengan


kondisi pembebanan maksimum dalam mendukung beban
muatan hidup dan beban muatan mati, serta untuk
daerah/zona tertentu kemampuan untuk menahan gempa
dan kekuatan alam lainnya.

45
b. Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif
untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan
petir.

5. Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.

a. Mempunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan


pencahayaan yang memadai.

b. Memiliki sanitasi di dalam dan di luar bangunan meliputi


saluran air bersih, saluran air kotor dan/atau air limbah,
tempat sampah, dan saluran air hujan.

c. Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna


bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.

6. Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,


aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

7. Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut.

a. Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang


mengganggu kegiatan pembelajaran.

b. Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang


baik.

c. Setiap ruangan dilengkapi dengan lampu penerangan.

8. Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.

a. Maksimum terdiri dari tiga lantai.

b. Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan,


keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.

9. Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut.

46
a. Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan
jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau
bencana lainnya.

b. Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan


dilengkapi penunjuk arah yang jelas.

10. Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum


1300 watt.

11. Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang,


dilaksanakan, dan diawasi secara profesional.

12. Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan


PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

13. Bangunan sekolah/madrasah baru dapat bertahan minimum 20


tahun.

14. Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah adalah sebagai


berikut.

a. Pemeliharaan ringan, meliputi pengecatan ulang, perbaikan


sebagian daun jendela/pintu, penutup lantai, penutup atap,
plafon, instalasi air dan listrik, dilakukan minimum sekali
dalam 5 tahun.

b. Pemeliharaan berat, meliputi penggantian rangka atap,


rangka plafon, rangka kayu, kusen, dan semua penutup
atap, dilakukan minimum sekali dalam 20 tahun.

15. Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin


penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

d. Kelengkapan Prasarana Dan Sarana

47
Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana
berupa ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi,
ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang
laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan,
ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling,
ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang
sirkulasi, tempat bermain/berolahraga.

3. Pendayagunaan dan Pemenliharaan Fasilitas Pendidikan

Setelah barang-barang perlengkapan yang telah diadakan itu


didistribusikan kepada bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium,
tata usaha atau personel sekolah berarti barang-barang perlengkapan itu
sudah berada dalam tanggung jawab bagian-bagian atau personel sekolah
tersebut. Atas pelimpahan itu pula bagian-bagian atau personel sekolah
tersebut berhak memakainya untuk kepentingan proses pendidikan di
sekolahnya. Dalam kaitan dengan pemakaian perlengkapan pendidikan
itu, ada dua prinsip yang harus selalu diperhatikan, yaitu prinsip
efektivitas dan efisiensi.

Dengan prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan


pendidikan di sekolah harus ditujukan untuk memperlancar pencapaian
tujuan pendidikan sekolah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sedangkan dengan prinsip efisiensi berarti pemakaian semua
perlengkapan pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati
sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis, rusak, atau
hilang.

Dalam rangka memenuhi kedua prinsip tersebut di atas maka paling


tidak ada tiga kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh personel sekolah
yang akan memakai perlengkapan pendidikan di sekolah, yaitu:

1) Memahami Petunjuk Penggunaan Perlengkapan Pendidikan


2) Menata Perlengkapan Pendidikan
3) Memelihara Perlengkapan Sekolah

48
4. Penghapusan Fasilitas Pendidikan

Barang-barang yang dapat dihapuslan dari daftar inventaris harus


memenuhi salah satu atau lebih syarat-syarat dibawah ini (Suharsimi,
2008: 281):
1. Dalam keadaan rusak berat yang sudah dipastikan tidak dapat
diperbaiki lagi atau dipergunakan lagi.
2. Perbaikan akan menelan biaya yang sangat besar sekali
sehingga merupakan pemborosan uang negara.
3. Secara teknis dan ekonomis kegunaan tidak seimbang dengan
biaya pemeliharaan.
4. Penyusutan diluar kekuasan pengurus barang (biasnya bahan
kimia).
5. Tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masa kini, seperti mesin
tulis biasanya diganti dengan IBM atau Personal Komputer.
6. Barang-barang yang jika disimpan lebih lama akan rusak dan
tidak dapat dipakai lagi.
7. Ada penurunan efektivitas kerja, misalnya dengan mesin ketik
baru sebuah konsep dapat diselesaikan dalam 5 hari, akan tetap
dengan mesin tulis yang hampir rysak harus diselesaikan 10
hari.
8. Dicuci, dibakar, diselewengkan, musnah akibat bencana alam
dan lain sebagainya.
Sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di
Indonesia, langkah-langkah penghapusan perlengkapan pendidikan di
sekolah adalah sebagai berikut (Ibrahim Bafadal, 2008: 63):
1) Kepala sekolah (bisa dengan menunjuk seseorang)
mengelompokkan perlengkapan yang akan dihapus dan
meletakkannya di tempat yang aman namun tetap di dalam
lokasi sekolah.
2) Menginventarisasi perlengkapan yang akan dihapus tersebut
dengan cara mencatat jenis, jumlah, dan tahun pembuatan
perlengkapan tersebut.
3) Kepala sekolah mengajukan usulan penghapusan barang dan
pembentukan panitia penghapusan yang dilampiri dengan data
barang yang rusak (yang akan dihapus) ke Kantor Dinas
Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten.

49
4) Setelah SK penghapusan dari Kantor Dinas Pendidikan
Nasional Kota/Kabupaten terbit, selanjutnya panitia
penghapusan segera bertugas, yaitu memeriksa kembali batang
yang rusak berat, biasanya dengan membuat Berita Acara
Pemeriksaan.
5) Begitu selesai melakukan pemeriksaan, panitia mengusulkan
penghapusan barang-barang yang terdaftar didalam Berita
Acara Pemeriksaan. Dalam rangka itu, biasanya perlu adanya
pengantar dari kepala sekolahnya. Usulan ituu lalu diteruskan
ke kantor pusat Jakarta.
6) Akhirnya begitu surat keputusan penghapusan dari Jakarta
datang, bisa segera dilakukan penghapusan terhadap barang-
barang tersebut. Ada dua kemungkinan penghapusan
perlengkapan sekolah, yaitu dimusnahkan dan dilelang. Apabila
melalu lelang, yang berhak melelang adalah kantor lelang
setempat. Sedangkan hasil lelangnya menjadi milik negara.

5. Pelaporan Data Fasilitas Sekolah

Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris


sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada
pemerintah, yaitu departemennya. Sekolah-sekolah swasta wajib
melaporkannya kepada yayasannya. Laporan tersebut seringkali disebut
dengan istilah laporan mutasi barang. Pelaporan tersebut dilakukan
sekali dalam setiap triwulan. Misalnya, pada setiap bulan Juli, Oktober,
Januari, dan April tahun berikutnya.
Adapun kegiatan dalam pelaporan data fasilitas antara lain:
1) Pencatatan Perlengkapan Pendidikan
2) Pembuatan Kode Barang
3) Pelaporan Perlengkapan Sekolah
4) Pengurusan dan pencatatan

50
G. MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

1. Konsep Dasar Pembiayaan Pendidikan


Biaya dalam pendidikan meliputi :
1) Biaya langsung
Terdiri dari biaya biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar siswa berupa pembelian
alat alat pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, gaji guru
(honorer), baik yang dikeluarkan dari pemerintah, orang tua ,
maupun siswa itu sendiri.
2) Biaya tidak langsung
Keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk biaya
kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan siswa
dalam belajar (cohn, 1979; thomas jane; alan thomas, 1976).
Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan
satu sama lain, yaitu:
 Sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan
adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun sekolah dari
berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Untuk
sekolah negeri, umumnya memiliki sumber-sumber
anggaran penerimaan, yang terdiri dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah, masyarakat sekitar, orang tua murid,
dan sumber lain.
 Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang
yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Berdasarkan
pendekatan unsur biaya (ingridient approach), pengeluaran
sekolah dapat dikategorikan ke dalam beberapa item
pengeluaran, yaitu:
a. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran
b. Pengeluaran untuk tata usaha sekolah
c. Pemeliharaan saran dan prasarana sekolah
d. Kesejahteraan pegawai
e. Administrasi
f. Pembinaan teknis educative, dan
g. Pendataan.

51
2. Sumber-Sumber Pembiayaan Pendidikan
Sumber dana keuangan sekolah antara lain orang tua, pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, fasilitas sekolah, siswa, pemilik
sekolah (yayasan).

3. Perencanaan Anggaran dan Belanja Lembaga Pendidikan

Penganggaran merupakan kegiatan atau proses penyusunan


anggaran (budget). Budget atau anggaran merupakan rencana operasional
yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang
yangdigunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
lembaga (missal dalam lembaga pendidikan) dalam kurun waktu tertentu.
Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif untuk
merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan
pimpinan tiap organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran
merupakan negoisasi antara pemimpin dengan pimpinan dibawahnya
dalam menentukan besarnya alokasi biaya dalam penganggaran. Hasil dari
suatu negoisasi merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan
pendapatan yang diharapkan dari setiap sumber dana (Nanang Fattah,
2004: 47).

Anggaran harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


- Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas
dalam system manajemen dan organisasi
- Adanya system akuntansi yang memadai dalam melaksanakan
anggaran
- Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
- Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai
yang paling bawah

Tahapan penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama


priode anggaran

52
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang,
jasa, dan barang
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran
pada dasarnya merupakan pernyataan finansial
4) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah
disetujui dan dipergunkan oleh institusi tertentu
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari
pihak yang berwenang
6) Melakukan revisi usulan anggaran
7) Persetujuan revisi usulan anggaran
8) Pengesahan anggaran

4. Pelaksanaan Anggaran Pendidikan

Pelaksanaan anggaran (implementation involves accounting) ialah


kegiatan berdasarkan rencana (RAPBS) yang telah dibuat dan
kemungkinan terjadi penyesuaian bila diperlukan. Dalam melaksanakan
anggaran terkhusus dalam bidang pendidikan ada berapa hal yang harus
dilakukan yaitu:

 mempersiapkan pembukaan
 melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi
 membuat perhitungan
 mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang
berlaku
 membuat laporan pertanggung jawaban keuangan :
biasanya dengan membuat analisis akuntansi yang terdidiri dari
bagian perkiraan akun, jurnal, buku besar, buku cek, buku pos,
faktur, buku kas pembayaran uang sekolah, dan buku kas piutang
(E. Mulyasa, Manajemen berbasis sekolah, hal 175)

5. Pengawasan Pembiayaan Pendidikan


Langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses
pengawasan (Nanang Fattah, 2004: 67) yaitu:
1) Penetapan standar atau patokan yang dipergunakan berupa
ukuran kuantitas, kualitas, biaya, dan waktu.
2) Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang
sebenarnya dengan standar yang telah ditetapkan.
3) Mengidentifikasikan penyimpangan (deviasi);

53
4) Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian
menjadi materi rekomendasi.
Sasaran pemeriksaan (audit)
1. Pemeriksaan kas
2. Pemeriksaan pengurusan barang
3. Tuntutan ganti rugi
4. Pemeriksaan anggaran pre audit

6. Program BOS

BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk


penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Menurut PP
48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia
adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
biaya tidak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pajak, asuransi, dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan
investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
Secara detail jenis kegiatan yang boleh dibiayai dari dana BOS dibahas
pada bagian penggunaan dana BOS.

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban


masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar
9 tahun yang bermutu.

Secara khusus program BOS bertujuan untuk:

1. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa


miskin di tingkat pendidikan dasar, baik di SMK negeri maupun
SMK swasta

2. Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh siswa MI


negeri dan MTs negeri.

3. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di SMK


swasta/PPS.

54
H. MANAJEMEN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN
MASYARAKAT

1. Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat


Humas adalah suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama antara
lembaga dan masyarakat dengan tujuan memperoleh pengertian,
kepercayaan, penghargaan, hubungan harmonis serta dukungan secara
sadar dan sukarela. Hubungan sekolah dan masyarakat diartikan sebagai
suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta berupaya
dalam memperbaiki sekolah (Soetopo dan Soemanto;1992:236).
Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelengaraan
hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk :

a. Memelihara kelangsungan hidup sekolah


b. Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan
c. Memperlancar proses balajar mengajar
d. Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang
diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program
sekolah
Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri,
tujuan hubungannya dengan sekolah adalah untuk :
a. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
terutama dalam bidang mental spiritual
b. Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi oleh masyarakat
c. Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan
masyarakat
d. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin
meningkatkan kemampuannya
Elsbree dan McNally mengelompokkan tujuan hubungan sekolah
dengan masyarakat menjadi tiga tujuan pokok :
a. Untuk mengembangkan mutu belajar dan pertumbuhan anak-
anak
b. Untuk mempertinggi tujuan-tujuan dan mutu kehidupan
masyarakat

55
c. Untuk mengembangkan pengertian, antusiasme masyarakat
dalam membantu pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah
Proses kegiatan humas dapat ditempuh melalui lima tahap
1) Tahap persiapan
2) Tahap pelaksanaan
3) Tahap pengecekan tanggapan masyarakat
4) Tahap penilaian dan pengontrolan hasil
5) Tahap pemberian saran kepada pimpinan

2. Jenis-jenis Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan dengan


Masyarakat

Jenis-jenis kegiatan hubungan lembaga pendidikan dengan


masyarakat digolongkan menjadi dua, yakni kegiatann ekternal dan
kegitan internal.

1. Kegiatan Eksternal
Kegiatan ini selalu dihubungkan dan ditunjukkan kepada
publik atau masyarakat di luar sekolah. Terdapat dua kegiatan
yang dapat dilakukan, yakni kegiatan tidak langsung dan
kegiatan langsung atau tatap muka. Kegiatan tidak langsung
adalah kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat melalui
perantara media tertentu, misalnya melalui televisi, radio, media
cetak, pameran dan penerbitan majalah. Kegiatan langsung
misalnya rapat denga pengurus BP3 (Badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan), konsultasi dengan tokoh
masyarakat, dan melayani kunjungan tamu.
2. Kegiatan Internal
Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam.Sasarannya
adalah warga sekolah, yakni para guru, para tenaga administrasi
dan para siswa.

3. Bentuk-bentuk Kerjasama Lembaga Pendidikan dengan


Masyarakat
Bentuk-bentuk kerjasama Lembaga Pendidikan dengan masyarakat
antara lain:
a. Partisipasi mayarakat dalam kegiatan pendidikan di sekolah

56
b. Hubungan sekolah dengan alumni
c. Hubungan dengan dunia usaha atau dengan dunia kerja
d. Hubungan dengan instansi lain

4. Peningkatan dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat

Hal-hal yang perlu diperhatikan masyarakat dalam berpartisipasi


terhadap suatu progam adalah :

a. Partisipasi dalam proses perencanaan atau pembuatan


keputusan,
b. Partisipasi dalam pelaksanaan progam,
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil,
d. Partisipasi dalam pengevaluasian progam
Selain partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan secara
umum, terdapat pula partisipasi masyarakat dalam pendidikan secara
khusus, misalnya pelaksanaan progam muatan lokal. Pelaksanaan
progam muatan lokal adalah keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan
pencetusan ide, perencanaan progam, pemecahan dan pengevaluasian
masalah, serta pelaksanaan progam muatan lokal.
Dengan adanya partisipasi, lembaga pendidikan akan memperoleh
beberapa keuntungan, yaiu:
a. Memungkinkan diperolehnya beberapa keputusan yang benar
karena banyaknya sumbangan fikiran
b. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki anggota
c. Membangun komunikasi yang baik di dalam organisasi karena
lebih banyak terjadi komunikasi 2 arah
d. Mendorong sikap orang untuk bertanggung jawab dan
membangun kepentingan bersama.

I. KETATALAKSANAAN LEMBAGA PENDIDIKAN

Tata laksana pendidikan sering disebut dengan istilah administrasi tata


usaha, yaitu segenap proses kegiatan pengelolaan surat-menyurat yang
dimulai dari menghimpun (menerima), mencatat, mengelola, menggandakan,
mengirim dan menyimpan semua bahan keterangan yang di perlukan oleh
lembaga pendidikan (Arikunto, 2008: 341). Dengan pengertian ini maka tata
laksana atau tata usaha bukan hanya meliputi surat-surat saja tetapi semua

57
bahan keterangan atau informasi yang berwujud warkat. Pekerjaan tata usaha
meliputi rangkaian aktivitas menghimpun, mencatat, mengelolah,
menggandakan, mengirim dan menyimpan keterang-keterangan yang
diperlukan dalam setiap usaha kerja sama.

Bagian ketatausahaan sekolah dimaksudkan untuk dapat mempermudah


proses penyelenggaraan di sekolah. Secara terperinci kegiatan yang di bantu
kemudahannya adalah (Arikunto, 2008):

1) Kegiatan yang Menyangkut Manajemen Kurikulum


2) Kegiatan Yang Menyangkut Manajemen Siswa
3) Kegiatan Yang Menyangkut Manejemen Personil
4) Kegiatan Mengenai Penataan Inventaris Sekolah
5) Kegiatan Mengenai Pekerjaan Surat-menyurat
6) Kegiatan yang Menyagkut Penataan Keuangan
7) Kegiatan yang Menunjang Manajemen Sarana

1. Prosedur Penataan Ketatalaksanaan Lembaga Pendidikan

Beberapa kegiatan dari tatalaksana sekolah yang penting yaitu


(Subroto, 1984: 69-83):

1) Surat Dinas Sekolah dan Buku Agenda


2) Susunan Surat
3) Penggunaan singkatan “a.n” dan “u.b
4) Pemberian kode surat keluar

Prosedur pelaksanaan manajemen lembaga pendidikan antara lain


kegiatan penataan surat dinas dan buku agenda, buku ekspedisi, buku
catatn rapat sekolah, buku pengumuman, pemeliharaan gedung,
pemeliharaan halaman sekolah, pemeliharaan sarana dan prasarana,
administrasi yang didindingkan dan keuangan sekolah.

2. Sistem Informasi Manajemen Lembaga Pendidikan

Sistem Informasi Manajemen (SIM) lembaga pendidikan berfungsi


untuk mengumpulkan berita dan memprosesnya menjadi informasi untuk
keperluan lembaga pendidikan dengan memakai prinsip sistem. SIM
sebagai suatu badan memiliki bagian- bagian yang melaksanakan tugas-

58
tugas tertentu. Bagian-bagian itu ialah (1) pengumpulan data (2)
penyimpan data (3) pemroses data baik dari dalam lembaga pendidikan
maupun dari luar lembaga pendidikan.

Sistem informasi terbentuk dari komponen-komponen perangkat


keras (hardware), perangkat lunak (software), dan perangkat manusia
(brainware). Setiap lembaga pendidikan memiliki perencanaan
operasional yang disusun dan direvisi secara berkala. Rencana tersebut
dinamakan work plan. Menurut Indrajit (2001), Sistem Informasi
Manajemen merupakan sub bagian dari sebuah work plan lembaga
pendidikan karena peran sistem informasi dinilai sangat kritikal dalam
mendorong kelangsungan hidup suatu lembaga pendidikan.

J. KEPEMIMPINAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

1. Dasar- dasar kepemimpinan pendidikan


Leadership mengandung makna (Imam Soepardi, 1988) kemampuan
untuk menggerakan, untuk mempengaruhi, untuk memotivasi, mengajak,
mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah,
melarang, dan bahkan menghukum (jika perbuatannya keliru), serta
membina, dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau
bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan
efisien.
Berdasarkan konsep kepemimpinan, kepemimpinan dibagi menjadi
3 jenis :
a. Kepemimpinan yang simbolik
b. Kepemimpinan formal
c. Kepemimpinan fungsional
Ada bebrapa tipe kepemimpinan menurut jenisnya, antara lain :
a. Kepemimpinan otoriter
b. Kepemimpinan yang demokratik
c. Kepemimpinan yang pseudo demokratik
d. Kepemimpinan yang Leizess-faire
Kepemimpinan pendidikan (Imam Soepardi, 1988) adalah
kemampuan dan kesiapan untuk dapat menggerakan dan membina para
pendidik atau aparatur pendidikan, sehingga mereka mau melakukan

59
tugas-tugas pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.

2. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan

Supervisi pendidikan adalah usaha-usaha berupa bantuan dan


pelayanan pendidikan yang diberikan oleh supervisor kepada guru-guru
dan staff tata usaha sebagai supervisi, sehingga mereka dapat tumbuh
dan berkembang untuk menjadikan situasi belajar mengajar yang
semakin menjadi lebih baik dan meningkatkan kinerja dalam mencapai
tujuan pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 0134/0/1997, yang termasuk kategori supervisor
dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penelik sekolah, dan pengawas
ditingkat kabupaten/kotamadya, serta staff di kantor bidang yang ada di
tiap provinsi.

Fungsi supervisi antara lain (Suharsimi, 2004):

a. Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran

b. Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan Pembelajaran

c. Fungsi Membina dan Memimpin

Ditinjau dari objek yang disupervisi, ada tiga macam supervisi yaitu
(Suharsimi, 2004) :

a. Supervisi Akademik

b. Supervisi Administrasi

c. Supervisi Lembaga

Tujuan supervisi pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu


(Suharsimi, 2004):

a. Tujuan Umum

60
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis
dan bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain agar
personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kerjanya,
terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksanakan proses
pembelajaran.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus supervisi pendidikan antara lain:

 Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai


peserta didik yang belajar dengan semangat tingg, agar dapat
mencapai prestasi belajar secara optimal.

 Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil


membantu dan membimbing siswa mencapai prestasi belajar
dan pribadi sebagaimana diharapkan.

 Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna


dan terlaksana dengan baik dalam proses pembelajaran di
sekolah serta mendukung dimilikinya kemampuan pada diri
lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.

 Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan


prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan belajar
siswa.

 Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya


dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal,
yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar
seperti yang diharapkan. Dalam hal ini supervisor harus
mengarahkan perhatiannya pada bagaimana kinerja kepala
sekolah dan para walinya dalam mengelola sekolah, meliputi

61
aspek-aspek yang ada kaitannya dengan factor penentu
keberhasilan sekolah.

 Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian


rupa sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta
kondusif bagi kehidupan sekolah pada umumnya, khususnya
pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan
lulusan.

Prinsip-prinsip tersebut diantaranya (Suharsimi:2004):

a. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan bantuan kepada


guru dan staf sekolah untuk mengatasi kesulitan, dan bukan
mencari-cari kesalahan.

b. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung

c. Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan akan


memberikan saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan
sesegera mungkin agar tidak lupa.

d. Kegiatan supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala.

e. Suasana selama supervisi hendaknya mencerminkan hubungan


yang baik atau suasana kemitraan yang akrab antara supervisor
dan yang disupervisi.

f. Supervisor sebaiknya membuat catatan singkat yang berisi hal-


hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.

Menurut Permendiknas nomor 12 tahun 2007 tentang Standar


Pengawas Sekolah/SMK, menyatakan bahwa “untuk dapat diangkat
sebagai pengawas sekolah/ SMK, seseorang wajib memenuhi standar
pengawas sekolah/ SMK yang berlaku secara nasional”.

62
3. Jenis-jenis Supervisi Pendidikan

Jenis-jenis pelayanan supervisi pendidikan (Hendiyat Soetopo


dan Wasty Soemanto, 1984) antara lain:

a. Membantu guru-guru dalam memilih dan mengorganisir bahan-


bahan pelajaran

b. Membantu guru-guru menyesuaikan pengajaran dengan


perbedaan individual

c. Membina bimbingan belajar siswa

d. Membina partisipasi guru di dalam aktifitas-aktifitas dan


pelayanan-pelayanan

e. Membantu guru-guru yang mengalami masalah secara individual

4. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Teknik supervisi bisa dilakukan secara individual dan secara


kelompok (Rugaiyah dan Atiek Sismiati, 2011) :

1) Teknik Individual (Perseorangan)

a. Mengadakan Kunjungan Kelas (Classroom Visitation)

b. Mengadakan Observasi Kelas (Classroom Observation)

c. Mengadakan wawancara perseorangan ( Individual Interview)

2)Teknik Kelompok

a. Mengadakan pertemuan/rapat

b. Mengadakan diskusi kelompok (Group discussion)

c. Mengadakan penatan-penataran (in-service training)

d. Seminar

63
BAB III

HASIL OBSERVASI

A. Gambaran Umum Objek Observasi

1. Profil SMK

1) Nama Sekolah : SMK Negeri 6 Bandung

2) NSS : 321. 026. 003. 001

3) NPSN : 20219142

4) Alamat : Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung)

5) TELP./FAX : (022)7563293

6) E-mail: : smk6bandung@yahoo.com

7) Website : http://www.smkn6bandung.sch.id

8) Kota : Bandung

9) Provinsi : Jawa Barat

10) Luas Areal : 44.610 M²

2. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Negeri Bandung

SMK Negeri 6 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan terbesar di


kota Bandung, berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta Komplek Riung Bandung
Kecamatan Gede Bage, kawasan paling timur kota bandung yang sangat strategis
untuk lingkungan pendidikan karena mudah dilalui oleh kendaraan umum dan
lokasinya jauh dari pusat keramaian kota, seperti pusat pemerintahan, kawasan
hiburan, kawasan industri maupun kawasan perdagangan. SMK Negeri 6
Bandung didirikan pada tahun 1953 dengan nama Sekolah Guru Pengajaran
Teknik (SGPT) yang berkedudukan di Jalan Dr. Rum Nomor 17 tahun 1965
SGPT diubah menjadi STM Instruktur. Pada tahun 1979 terjadi lagi perubahan
nama menjadi STM Negeri 5 Bandung dengan lokasi baru di Jalan Padjajaran
Nomor 92 Bandung.
Mulai tahun pelajaran 1992/1993, kampus STM Negeri 5 Bandung pindah dari

64
Jalan Padjajaran Nomor 92 Bandung ke Jalan Soekarno-Hatta Komplek Riung
Bandung. Selanjutnya pada tahun pelajaran 1996/1997 STM Negeri 5 Bandung
berubah nama menjadi SMK Negeri 6 Bandung dengan SK Mendikbud Nomor
036/O/1997. Diatas lahan SMK Negeri 6 Bandung seluas 4.610 m2 berdiri
berbagai gedung yang menunjang kegiatan pembelajaran seperti Ruang
Administrasi, Bengkel (Work Shop), Ruang Teori, Gedung Serba Guna,
Perpustakaan, Masjid, Ruang Gambar, Kantin, Parkir, Lapangan Olah Raga.
Sarana dan Prasarana baru terus dikembangkan dengan menggunakan dana dari
Komite Sekolah maupun dana dari Dinas Pendidikan Kota, Propinsi dan Pusat.

3. Visi, Misi Dan Tujuan

Visi : Terwujudnya Peserta Didik yang berakhlaqul Kharimah, Sehat dan Cerdas

Misi :

1. Melaksanakan pembiasaan berperilaku sesuai dengan nilai agama dan


nilai luhur bangsa.
2. Menyelenggarakan pembelajaran untuk menumbuhkembangkan
berfikir Positif, Visioner, Kreatif dan Inovatif.
3. Mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
4. Menjalin kerjasama yang efektif dengan lembaga terkait yang
memiliki reputasi nasional dan internasional.
5. Melaksanakan kegiatan yang berwawasan lingkungan.

6. Tujuan SMK

Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan di


SMK Negeri 6 Bandung adalah:
1) Tahun 2018 siswa memiliki kompetensi penguasaan konsep untuk
seluruh mata pelajaran secara komprehensif dan benar sehingga
mampu berkompetisi ditingkat nasional
2) Tahun 2018 siswa mampu menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat
komunikasi untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas

65
3) Tahun 2018 siswa mampu membangun kebiasaan yang aktif untuk
mencari informasi menggunakan teknologi informasi.
4) Tahun 2018 sekolah memiliki sarana dan prasarana penunjang PBM
yang lengkap.
5) Tahun 2018 sekolah memiliki guru dan tenaga pendukung yang
handal untuk mendukung seluruh manajemen sekolah.
6) Sekolah memiliki hubungan kemitraan yang baik dengan seluruh
warga sekolah, stake holders dan instansi serta institusi pendukung
pendidikan lainnya.
7) Siswa memiliki, mengaplikasikan dan meningkatkan nilai-nilai
ketuhanan serta nilai-nilai kehidupan yang bersifat universal dalam
kehidupannya.

B. Man

1. Manajemen Peserta Didik

1. Penerimaan Peserta Didik

Proses penerimaan peserta didik baru di SMKN 6 Bandung sudah


terlaksana secara maksimal. Adapun syarat-syarat pendaftaran di di
SMKN 6 Bandung tersebut adalah sebagai berikut:
Syarat Pendaftaran

1. Telah lulus SMP/MTs/Program paket B dan memiliki ijazah


serta Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) atau
Surat Keterangan Yang Berpenghargaan Sama (SKYBS).

2. Bagi calon peserta didik yang belum memiliki ijazah, SKHUN,


DANEM/UAS, harus memiliki surat keterangan dari kepala
sekolah asal dan diketahui oleh Dinas Pendidikan dan Olahraga
Kabupaten/Kota setempat.

3. Usia setinggi-tingginya 21 (dua puluh satu) tahun pada tanggal


14 Juli 2014.

4. Calon dengan STTB / Ijasah dari luar Kota Bandung harus


memiliki rekomendasi dari Kepala Kantor / Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Kabupaten / Kota asal calon peserta didik

66
5. Menyerahkan fotokopi kartu keluarga (C-1)

6. Memenuhi persyaratan fisik sesuai dengan ciri khusus kejuruan,


yaitu:

a. Berbadan sehat, (dibuktikan dengan surat keterangan sehat


dari dokter).

b. Tidak buta warna,

c. Tidak cacat fisik,

d. Tidak bertato,

e. Tidak bertindik (putra),

f. Tinggi badan: PUTRA minimal : 155 cm dan PUTRI


minimal : 150 cm.

Tata Cara Pendaftaran


1. Calon datang sendiri, bersepatu, dan mengenakan seragam
sekolah asal;
2. Calon peserta didik mengambil nomor antrian cek fisik dengan
menyerahkan fotocopy ijazah, di loket antrian cek fisik;
3. Mengikuti pemeriksaan fisik meliputi : tinggi badan, buta
warna, fisik (cacat, tato, tindik) yang diselenggarakan SMKN 6
Bandung dan menerima formulir pendaftaran yang telah
disediakan oleh panitia, apabila dinyatakan LOLOS cek fisik;
4. Mengikuti seleksi peminatan paket keahlian dan mengisi
formulir pendaftaran dengan memilih 3 (tiga) paket keahlian,
yang diminati, dengan urutan : (1). Pilihan Utama (2) Pilihan
Kedua dan (3) Pilihan Ketiga, dan menempel pas photo
pendaftar (ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar);
5. Menyerahkan formulir yang telah diisi pada loket pengecekan
data, dilampiri dengan :

a. Bagi tamatan sebelum tahun 2013/2014: SKHUN asli


beserta fotocopy-nya yang telah dilegalisir.

b. Bagi tamatan tahun 2013/2014: SKHUN (asli) atau Surat


Keterangan Yang Berpenghargaan Sama (SKYBS), beserta

67
fotocopynya yang telah dilegalisir;

c. Surat Keterangan sehat dari Dokter;

d. Foto copy sertifikat Prestasi non akademik misalnya Olah


Raga / seni dengan Surat Penetapan Penambahan Nilai
dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, yang telah
dilegalisir ( bila memiliki );

e. Menyerahkan fotocopy legalisir Kartu Keluarga (C-1) bagi


penduduk Kota Bandung dan menunjukkan aslinya;

f. Menyerahkan fotocopy kartu keluarga miskin (Gakin) yang


masih berlaku yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
Bandung dan menunjukkan aslinya (bila memiliki);

g. Setelah lengkap berkas tersebut dimasukkan kedalam stop


map dan diserahkan pada bagian pengecekan data, setelah
dinyatakan lolos cek fisik;

2. Pencatatan Data Peserta Didik

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk pencatatan


peserta didik di SMKN 6 Bandung sudah lengkap, mulai dari Buku
Induk Siswa, Daftar Presensi, Daftar Nilai, Buku Legger, dan Buku
Raport Buku Klepper, Buku Catatan Pribadi Siswa, dan Daftar
Mutasi Siswa. Selain itu, juga dilengkapi dengan catatan
pengembangan diri siswa dan pembiasaan siswa

68
Gambar : Data Akademik SMKN 6 Bandung.

3. Manajemen Tenaga Kependidikan

1. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan yang ada di SMKN 6 Bandung. terdiri dari


tenaga pendidik (guru dan supervisor), tenaga administrator (tim
penyusun dan pengembang kurikulum), dan teknisi pendidikan
(pengelola perpustakaan dan tenaga tata usaha) dan juga penjaga
sekolah.
2. Pengadaan Tenaga Kependidikan

Pengadaan tenaga kependidikan di SMKN 6 Bandung. melalui


dua cara, yaitu dari internal lembaga dan eksternal lembaga. Akan
tetapi, yang sering digunakan adalah dengan cara eksternal melalui
iklan media massa, lembaga pendidikan, dan lamaran kerja.

3. Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Kependidikan

Pengangkatan tenaga kependidikan berkaitan dengan


rekruitmen tenaga kependidikan. Rekruitmen tenaga kependidikan di
SMKN 6 Bandung. dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

69
a. Pengumuman tentang penerimaan calon pegawai tenaga
pengajar atau tenaga pendidikan.
b. Pendaftaran calon pegawai tenaga edukatif atau pendidikan.
c. Melaksanakan ujian saringan.
d. Mengumumkan ujian saringan.
e. Memproses pengusulan untuk diangkat sebagai calon pegawai
tenaga pendidikan.
f. Mengatur penempatan sesuai surat keputusan.

Penempatan tenaga kependidikan yang telah diterima di SMKN


6 Bandung. di sesuaikan dengan latar belakang pendidikan,
kemampuan, dan keahliannya.

4. Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan


Untuk pembinaan guru SMKN 6 Bandung., telah diupayakan
untuk meningkatkan profesionalisme guru yang sudah dirancang
dalam program kerja SMK. Salah satu caranya adalah dengan
mengadakan pelatihan untuk guru dengan mendatangkan tenaga ahli
dari luar.
Untuk meningkatkan kualitas guru saat mengajar, juga telah
dirancang kegiatan workshop pengembangan silabus dan RPP, dan
workshop pengelolaan kelas. Selain itu juga mengikutsertakan
beberapa guru dalam diklat CTL dan PAKEM. Dan juga sudah
diadakan pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan.

5. Pemberhentian Tenaga Kependidikan


Selama ini belum ada tenaga kependidikan di SMKN 6 Bandung.
yang diberhentikan, baik itu karena sudah mencapai usia batas
pensiun, meninggal dunia, melanggar sumpah janji jabatan, atas
permintaan sendiri, atau hal-hal lain yang tertera dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan
Dosen pasal 30. Adapun misalnya terjadi hal-hal demikian, beliau
menjelaskan bahwa SMK akan memberhentikan tenaga kependidikan
tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku.

6. Program Sertifikasi Profesi Guru Sebagai Pendidik


Seperti guru-guru di sekolah lainnya, guru di SMKN 6 Bandung.
juga mengikuti program sertifikasi yang diadakan oleh pemerintah

70
untuk meningkatkan kualitas guru. Adapun guru yang ada di MTs
tersebut, belum ada yang menjadi PNS. Ada satu guru yang sudah
PNS, tetapi tidak menjadi guru tetap di SMKN 6 Bandung. Beliau
mengajar di SMK tersebut hanya untuk menambah jam mengajar
untuk program sertifikasi.

2. Manajemen Organisasi

1. Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi di SMKN 6 Bandung dapat dilihat pada
bagan berikut:

Bagan 1. Struktur organisasi

Pada struktur organisasi tersebut menggambarkan posisi kerja,


pembagian kerja (lihat pada lampiran), jenis kerja yang harus dilakukan,
hubungan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat
manajemen dan saluran komunikasi. Struktur organisasi tersebut juga
menspesifikasi pembagian kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana
fungsi atau kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau
kegiatan yang berbeda-beda itu dihubungkan. Struktur organisasi tersebut

71
juga menimbulkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta
memperlihatkn hubungan pelaporannya yang ditunjukkan oleh garis lurus.
Selain itu juga menunjukkan hubungan koordinasi antara pihak internal
dengan pihak eksternal yang ditunjukkan dengan garis putus-putus.
Pihak internal yang dimaksud adalah pihak yang secara langsung
mengelola organisasi, misalnya kepala SMK, wks, bendahara, dll.
Sedangkan pihak eksternal yang dimaksud adalah pihak yang tidak secara
langsung turut serta mengelola SMK, tetapi secara tidak langsung turut
serta dalam pengambilan keputusan, misalnya komite SMK.
2. Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan
Jalur pendidikan di SMKN 6 Bandung termasuk dalam jalur
pendidikan formal dimana pendidikannya besifat permanen, dalam
jangka lama, waktu belajar cukup banyak, mempunyai efek jenjang
dalam lapangan pekerjaan dan diadakan di instansi kelembagaan.
Berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, jenjang pendidikan SMKN 6 Bandung termasuk
dalam jenjang pendidikan menengah.

3. Keberhasilan Lembaga Pendidikan

Berdasarkan kriteria keberhasilan lembaga pendidikan yang


ada, SMKN 6 Bandung telah berhasil terkait struktur
kepengurusannya. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan tugas
masing-masing sub organisasi yang didasarkan atas rasa kepemilikan,
tidak sekedar atas kontrak kerja yang ada. Selain itu, juga
dilaksanakan dengan ikhlas, saling membantu dan tanggung jawab.

C. Manajemen Fasilitas Pendidikan

1. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang tersedia di SMKN 6 Bandung antara lain


Ruang pimpinan,ruangguru, ruang tata usaha, ruang ibadah, ruang
bimbingan konseling, ruang uks, ruang osis, toilet, gudang, kantin, ruang
rapat /showroom, auditorium, lapangan olahraga, laboratorium
geoteknik, laboratorium komputer, laboratorium pemboran, ruang
praktek mesin cnc, ruang kelas, ruang gambar, lapangan volley, lapangan

72
basket, lapangan sepak bola, dan administrasi sarana prasarana sudah
teradministrasi dengan baik.

2. Pengadaan Fasilitas Pendidikan


Ketika penulis melakukan wawancara terkait prosedur
pengadaan fasilitas pendidikan di SMKN 6 Bandung, dijelaskan
bahwa ketika SMK membutuhkan barang-barang (yang nilainya
kecil), pihak SMK setelah mendapat persetujuan dari Kepala SMK,
langsung membeli barang yang dibutuhkan tersebut.
Akan tetapi, untuk pengadaan sarana gedung perpustakaan,
ruang kantor, dan pengadaan sarana prasarana (yang nilainya besar)
lainnya, Kepala Teknisi membentuk panitia khusus terkait pengadaan
sarana dan prasarana tersebut. Adapun kegiatan panitia pengadaan
sarana prasarana tersebut adalah:
- Menyusun proposal pembangunan/rehabilitasi bangunan yang
sudah ada/terkait pengadaan sarana prasarana lainnya.
- Mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan UPTD-Kota-
Propinsi, donator, atau instansi yang terkait.
- Penghimpunan dana dari luar SMK.
- Proses pembangunan atau perehabilitasian gedung/ruangan.
- Menyusun laporan kegiatan.
- Pelaporan.

3. Pendayagunaan dan Pemeliharaan Fasilitas Pendidikan

Secara umum, fasilitas pendidikan di SMKN 6 Bandung sudah


digunakan dan dipelihara dengan baik dan administrasinya juga sudah
teradministrasi dengan baik.

4. Penghapusan Fasilitas Pendidikan

Ketika penulis mewawancarai Kepala SMK terkait prosedur


penghapusan fasilitas pendidikan yang ada di SMKN 6 Bandung,
beliau menjelaskan bahwa selama ini belum pernah ada barang yang
dihapus atau tidak digunakan lagi. Justru SMK tersebut masih

73
kekurangan sarana dan prasarana untuk menunjang proses
pembelajaran.

B. Manajemen Kurikulum

1. Kurukulum
SMKN 6 Bandung pada tahun ajaran 2014/2015 menerapkan
kurikulum 2013 dalam perumusan kurikulum SMKN 6 Bandung sudah
sangat siap. SMKN 6 Bandung juga mempunya draf kurikulum pasangan
yaitu kurikulum validasi DU/DI memberikan masukan apa saja yang
dibutuhkan oleh industri, kmudian dari pihak sekolah memasukkan
dalam kompetensi. Sehingga sekolah dapat menciptakan siswa yang
sesuai dengan kebutuhan industri
2. Pengorganisasian Kurikulum
Pengembangan kurikulum di SMKN 6 Bandung dilaksanakan
mulai dari perencanaan kurikulum, pengorganisasian, pelaksanaan
(implementasi), penilaian kurikulum, evaluasi kurikulum, sampai
pengembangan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum SMK, Kepala SMK menetapkan tim
penyusun dan pengembang kurikulum. Adapun tugas dari tim penyusun
dan pengembang kurikulum adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan bahan penyusunan/pengembangan Kurikulum;


b. Mendiskusikan dan memfinalisasi rancangan dokumen
pengembangan Kurikulum melalui kegiatan workshop yang
diikuti oleh seluruh tim dan pemangku kepentingan SMK;
c. Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala SMK dan
merekomendasikan penetapan Kurikulum kepada Kepala SMK;

3. Pelaksanaan kurikulum

Pada tahun 2014/2015 kurikulum yang digunakan di SMKN 6


Bandung adalah kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulumnya sudah
sesuai dengan rancangan yang ada dan sudah sepenuhnya dapat
terprogramkan. Misalnya bisa di lihat pada penyusunan silabus yang

74
baru, penyusunan RPP oleh guru baru tersedia , evaluasi penilaian sudah
terprogram secara maksimal, analisis hasil evaluasi sudah terprogram,
perbaikan dan pengayaan sudah terprogram, buku pelajaran sudah
tersedia dengan lengkap, dan supervise pembelajaran juga sudah
terprogram.

Gambar : Struktur kurikulum SMKN 6 Bandung.

4. Pengembangan Kurikulum

Pada tahun ajaran 2014/2015, di SMKN 6 Bandung sudah


sepenuhnya menerapkan kurikulum 2013. Selama ini belum ada
kendala apapun yang dialami

C. Memori

Segala macam data disimpan pada TU serta bentuk fisik seperti RAPBS
dll disimpan pada ruang kerja yang bersangkutan.

D. Market

- Peserta didik (Dunia Sekolah)

75
a) Planning peserta didik

Untuk memikat calon peserta didik

b) Organizing

Membantu siswa siswi SMP menghadapi UN

c) Actuating

dengan cara memberikan pelatihan try out. Selain sebagai promosi,


acara ini juga sebagai kegiatan siosial sekolah tanpa dipungut. Promosi
yang dilakukan secara rutin setiap tahun yaitu sosialisasi sekolah ke
SMP dengan mnyebarkan pamflet

- Industri

a) Planing

Untuk memikat industri untuk merekrut para alumni

b) Organizing

- KI (Kunjungan Industri)

KI merupakan inisiatif dari anak sehingga sekolah tidak mewajibkan


kegiatan tersebut. Namun Kunjungan industri merupakan salah satu
agenda rutin tahunan sekolah yang bertujuan untuk memperkenalkan
dunia industri lebih mendalam terhadap siswa. Utamanya siswa sekolah
menengah kejuruan. Diharapkan agenda kunjungan industri akan lebih
membuka wawasan siswa mengenai seluk-beluk dunia kerja dan
sistematika mengenai proses industri dalam sebuah perusahaan.

Kunjungan industri merupakan kegiatan yang sangat diharapkan.


Apalagi mengingat pada era globalisasi ini, mendapat pengetahuan pasti
mengenai dunia kerja atau industri akan sangat bermanfaat bagi siswa di
waktu mendatang untuk membantu penentuan pemilihan industri yang
akan dipilih dalam menentukan profesi yang bakal diambil dalam waktu
mendatang.

76
Tujuan dari KI yaitu:

1. Silaturahmi

2. Memonitoring siswa

- Prakerin

c) Actuating
Pada saat KI sekolah membawa selembaran yaitu berisi profil,
jurusan apa saja yang ada di sekolah, jumlah lulusan, sehinga pada saat
DU/DI membutuhkan bisa menghubungi pihak sekolah apa yang
dibutuhkan oleh DU/DI.
Kriteria sebelum sekolah menerjunkan para siswa untuk
melaksanakan prakerin sekolah mempelajari profil DU/DI yang akan
digunakan para siswa untuk prakerin, jangan sampai sekolahan salah
memili tempat untuk prakerin, dikarenakan banyak ditemukan
kejanggalan- kejanggalan yang terjadi dilapangan.
Hubungan timbal balik yang didapat dari semua kegiatan tersebut
yaitu banyak DU/DI yang memberikan alat atau penunjang pembelajaran
dikarenakan dari pihak DU/DI merasa dibantu dari semua kegiatan
tersebut. Misalnya : Toyota Astra Motor, PT. Buma, dll.

E. Minute

Proses pembelajaran di SMKN 6 Bandung diawali pada 07.30 dan berakhir


pada 13.00 di hari Senin-Kamis serta Sabtu dan berakhir pada pukul 11.15 di hari
Jum’at. Kegiatan ektrakurikuler di batasi hingga pukul 17.15 WIB.

F. Place

Manajemen Pelayanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran yang tersedia di SMKN 6 Bandung diantaranya:

77
Ruang pembelajaran khusus : Penunjang :

a. Laboratorium a. Ruang Pimpinan

b. Geoteknik b. Ruang Guru

c. Laboratorium Komputer c. Ruang Tata Usaha

d. Laboratorium Pemboran d. Ruang Ibadah

e. Ruang Praktek e. Ruang Bimbingan Konseling

f. Mesin Cnc f. Ruang Uks

Ruang pembelajaran umum : g. Ruang Osis

a. Ruang Kelas h. Toilet

b. Ruang Gambar i. Gudang

c. Lapangan Volley j. Kantin

d. Lapangan Basket k. Ruang Rapat /Showroom

e. Lapangan Sepak Bola. l. Auditorium

m. Lapangan Olahraga

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

- Manajemen organisasi di SMKN 6 Bandung sudah terstruktur dengan


baik. Tugas dari masing-masing sub organisasi sudah dilaksanakan
dengan baik, meskipun masih ada beberapa yang dikerjakan oleh sub

78
bagian lainnya. Adapun SMK tersebut termasuk dalam jenis lembaga
pendidikan formal dan keagamaan.

- Di SMKN 6 Bandung pada tahun ajaran 2014/2015, Peralatan dan


perlengkapan yang digunakan untuk pencatatan peserta didik di SMKN 6
Bandung sudah lengkap, mulai dari Buku Induk Siswa, Daftar Presensi,
Daftar Nilai, Buku Legger, dan Buku Raport. Sedangkan layanan khusus
yang tersedia antara lain perpustakaan dan asrama.

- Tenaga kependidikan yang ada di SMKN 6 Bandung terdiri dari tenaga


pendidik (guru dan supervisor), tenaga administrator (tim penyusun dan
pengembang kurikulum), dan teknisi pendidikan (pengelola perpustakaan
dan tenaga tata usaha) dan penjaga sekolah.

- Fasilitas pendidikan yang tersedia di SMKN 6 Bandung antara lain ruang


pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang ibadah, ruang bimbingan
konseling, ruang UKS, ruang OSIS, toilet, gudang, kantin, ruang rapat
/showroom, auditorium, lapangan olahraga, laboratorium geoteknik,
laboratorium komputer, laboratorium pemboran, ruang praktek mesin cnc,
ruang kelas, ruang gambar, lapangan volley, lapangan basket, lapangan
sepak bola, dan administrasi sarana prasarana sudah teradministrasi
dengan baik.

- Berdasarkan observasi ke SMKN 6 Bandung untuk mengidentifikasi


macam-macam sumber dana berdasarkan neraca anggaran dan pendapatan
dan belanja sekolah.ada 2 yaitu fixed dan variatif. fixed misalnya
beasiswa murid, dana BOS, BOS Daerah, BOS Provinsi, JPDD, dan Dana
UPY, sedangkan dana variatif dari sumbangan komite dan sumbangan
orang tua murid

- Jenis kegiatan hubungan SMKN 6 Bandung dengan masyarakat tidak


hanya sekedar kunjungan tamu oleh masyarakat kepada SMK, namun
setiap ada event tertentu masyarakat selalu diikut sertakan. Sistem Di

79
SMK tersebut sudah memiliki lembaga/ badan khusus tersendiri yang
mengurusi manajemen informasi SMK.

- Jenis supervisi yang dilakukan oleh supervisor tidak hanya mencakup


supervisi akademik, yaitu terkait proses pembelajaran, baik dilakukan
sebelum, sesudah, maupun saat pembelajaran berlangsung. Adapun untuk
supervisi administrasi, Kepala SMK sebagai administrator berperan untuk
memantau, menandatangani, dan merekap keseluruhan administrasi di
SMK tersebut. Sedangkan untuk supervisi lembaga sendiri sudah
dilaksanakan secara maksimal

2. Saran

- Sebaiknya dilakukan pembagian tugas man secara spesifik di SMKN 6


Bandung agar tugas dikerjakan lebih optimal.

- Sebaiknya dilakukan inventarisasi lebih lanjut khususnya pada bagin


perpustakaan.

- Sebaiknya SMKN 6 Bandung lebih memperuas hubungan luar instansi,


khususnya hubungan dengan masyarakat tidak hanya sekedar kunjungan
tamu oleh masyarakat kepada SMK, namun setiap ada event tertentu
masyarakat selalu diikut sertakan.

- Sebaiknya proses supervisi dilakukan secra menyeluruh oleh supervisor,


tidak hanya mencakup supervisi akademik, yaitu terkait proses
pembelajaran, baik dilakukan sebelum, sesudah, maupun saat
pembelajaran berlangsung. Adapun untuk supervisi administrasi, Kepala
SMK wajib bertindak sebagai administrator berperan untuk memantau,
menandatangani, dan merekap keseluruhan administrasi di SMK tersebut.

- Sebaiknya dilakukan penanaman tanaman hijau agar sekolah tidak panas.

80
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:


Aditya Media.

Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta :


Aditya Media

81
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi (Buku Pegangan Kuliah).
Jakarta: PT Rineka Cipta.

B. Suryosubroto. dkk. 2000. Manajemen Tenaga Pendidikan. Yogyakarta: Jurusan


Administrasi Pendidikan FIP-UNY.

Bafadal, Ibrahim. 2008. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: Bumi


Aksara.

Fattah, Nanang. 2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:PT


Remaja Rosdakarya.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0134/0/1977.

Mulyasa, E. 2003: Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung, PT Remaja


Rosdakarya

Mulyasa. 2013. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 TAhun


2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2007 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk SD/MI, SMP/MTs,
DAN SMA/MA

Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat Pegawai


Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

Permendikbud Republik Indonesia No. 87 Tahun 2013 Tentang Program


Pendidikan Profesi Guru Prajabatan.

Permendikbud. 2013.Standar Isi Kurikulum 2013, SD, SMP, SMA, SMK.


www.m-edukasi.web.id

Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung : Alfabeta.

Rugaiyah dan Atiek Sismiati. 2011. Profesi Kependidikan. Bogor : Ghalia


Indonesia

82
Soepardi, Imam. 1988. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jember: FKIP-
Universitas Jember.

Soetopo, Hendiyat dan Soemanto, Wasty. 1984. Kepemimpinan dan Supervisi


Pendidikan. Malang: PT Bina Aksara.

Subroto, Suryo. 1984. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah.


Yogyakarta: Bina Akara

Sudrajat, Akhmad. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran dalam paradigma baru.


Yogyakarta: Paramitra Publishing.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.


Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2013.


Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


[internet], http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf, Diakses
pada tanggal 19 September 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan


Dosen.

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

83
Gambar 1. Foto bersama WKS3

84
Gambar 2. Foto bersama WMM

85
Gambar 3. Contoh foto APBS tahun 2014/2015

86

Anda mungkin juga menyukai