Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu : ADI FAIZUN, M.Pd

Oleh
NUR SALSABILA NAZILA (180105191)

TADARIS IPS (EKONOMI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang sejarah ilmu pengetahuan dari masa ke masa, dari zaman Pra-
Yunani kuno hingga zaman modern. Dan di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang berperan
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik dari dunia barat maupun dari bangsa
islam.

Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada
kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.

Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

a. Latar belakang ............................................................................................... 1


b. Rumusan masalah ......................................................................................... 1
c. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 2

a. . Pengertian ................................................................................................ 2
b. . Pengertian pendidikan islam ...................................................................... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 15

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia
menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi
kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-nya dan juga
sebagai Khalifatu fil ardhi (pemelihara) pada alam semesta ini. Dengan demikian,
fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta didik)
dengan kemampuan dan keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan
dan kesiapan untuk terjun ketengah lingkungan masyarakat yang berbekalkan Nal-
Qur’an dan as-Sunnah. Pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam berbagai
kesempatan dalam tulisan ini merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi,
misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, proses belajar mengajar, guru, murid, manajemen,
saran prasarana, biaya, lingkungan, dan lain sebagainya. Berbgai komponen pendidikan
tersebut memebentuk sebuah sistem yang memiliki konstruksi atau bangunan yang
khas. Agar konstuksi atau bangunan pendididkan tersebut kokoh, maka ia harus meiliki
dasar, fundament atau asas yang menopang dan menyangganya, sehimgga bangunan
konsep pendidikan tersebut dapat berdiri kokoh dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam praktik pendidikan. Dasar adalah tempat untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar
adalah memberikan arah kepada tujuan dicapai dan sekaligus sebagai landasan
berdirinya sesuatu. Setiap Negara mempunyai dasar pendidikan sendiri. Ia merupakan
pencerminana falsafah hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan
suatu bangsa
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Asas dan Dasar Pendidikan Islam
2. Perbedaan Asas dan Dasar Pendidikan Islam
3. Macam-macam Asas Pendidikan Islam
4. Macam-macam Dasar Pendidikan Islam
C. Tujuan
1. Memahami Asas dan Dasar Pendidikan Islam
2. Memahami Perbedaan Asas dan Dasar Pendidikan Islam
3. Memahami Macam-macam Asas Pendidikan Islam
4. Memahami Macam-macam Dasar Pendidikan Islam

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN

Pendidikan Adalah memiliki peranan yang sangat penting, bahkan paling penting
dalam mengembangkan peradaban. Seperti halnya dengan perkembangan peradaban Islam,
dalam mencapai kejayaan umat islam tidak akan tercapai kecuali dengan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam tidak akan sempurna jika seluruh generasi umat Islam. Oleh sebab itu di
dalam Al-Qur’an telah ditetapkan proses awal pendidikan. Dalam sejarah telah lahir beberapa
tokoh pendidikan Islam yang dapat dijadikan rujukan dalam membentuk dan membina
kepribadian sehingga tercipta kebudayaan ummah yang kuat dan tangguh.

Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik
agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan kaidah-kaidah moral
Al-Quran, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi, walaupun telah
dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam, namun dunia pendidikan masih saja
dihadapkan pada beberapa problem. Al-Quran dan sunah seharusnya ditempatkan sebagai
sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi dasar, tujuan, proses
maupun rumusan panduan/petunjuk dalam pendidikan. Namun saat ini umat islam belum
optimal dalam pengembangan pendidikan.

Kemandekan dan kejumudan pemahaman terhadap Al-Quran dan Al-Sunah dalam


bidang pendidikan mempunyai implikasi yang luas dalam dunia pendidikan yang di kalangan
pemeluknya dikenal dengan “Pendidikan Islam”. Hingga hari ini, dunia pendidikan dan
gerakan-gerakan Islam dalam berbagai ragam konsentrasi dan aliran pemahaman sulit
menumbuhkan tradisi intelektual kritis sebagai etika dasar penafsiran terhadap kedua sumber
teks utama islam (Al-Quran dan Al-Sunah) tersebut. Namun demikian seharusnya terus
dilakukan upata-upaya kreatif inovatif dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui bagaimana pemecahan problem-problem pendidikan Islam saat ini, maka usaha-
usaha pembaharuan pendidikan Islam lewat pemikiran yang mendalam perlu dilakukan dan
menjadi sangat penting.

Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi
Muhammad S.A.W diangkat menjadi Rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai
gurunya. Pendidikan masa kini merupakan proto type yang terus menerus dikembangkan
oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Pendidikan Islam mulai
dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada
Allah, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Al-Mudatsir (74) ayat 1-7. Menyeru
berarti mengajak, dan mengajak berarti membimbing, membimbing berarti mengarahkan,
mengarahkan berarti mendidik.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan


berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang cerdas, terampil, bermoral dan bertanggung jawab. Sayangnya,

2
sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab.
Sebabnya, visi misi dan tujuan pendidikan yang seharusnya mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab terabaikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup
dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas juga terabaikan. Akibatnya kondisi
masyarakat menunjukkan kecenderungan moral menjadi merosot, krisis spiritual
menggerogoti masyarakat dan identitas budaya mulai luntur.

Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis yang
memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-
individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan
memakmurkan diri, perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan
dianggap sebagai investasi yang merupakan tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih
supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan
seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang
tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang
beradab.

Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh


dari paradigma pendidikan Barat yang sekular. Dalam budaya Barat sekular, tingginya
pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu
yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin
adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam
kehidupan nyata mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih
ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta
Akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis.

Mempelajari pendidikan dalam berbagai unsurnya secara sungguh-sungguh menjadi


sangat mendesak bagi setiap generasi muda Islam.

B. Pengertian Pendidikan Islam

1. Pengertian Bahasa (Etimologi)

Dalam kamus bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang berasal
kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.

Di kalangan tokoh pendidikan Islam ada tiga istilah yang umum digunakan dalam
pendidikan Islam, sebelum mempelajari apa itu pendidikan. Yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan
tentang al-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam
mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib
(integrasi ilmu dan iman yang membuahkan amal).

3
a. Istilah Tarbiyah

Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba”, “yurabbi” menjadi “tarbiyah” yang
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah
berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus
sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai
bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam
lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk
mengolah, memelihara dan melestarikan alam dan lingkungan alam.

Dalam bentuk kata kerja, kata ini dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an seperti pada
Surat Asy-Syu’ara’ ayat 18 dan Al-Isra’ ayat 24.

Artinya : Berkata (Firaun): Bukankah kami telah mengasuh (mendidikmu) dalam


keluarga kami semenjak kamu kecil dan menghabiskan beberapa tahun dari umurmu ? (Q.S.
Asy-Syu’ara’: 18)

Artinya : ... ya Tuhan kasihanilah keduanya (orang tua) sebagaimana keduanya telah
mendidikku semenjak aku kecil (Q.S. Al-Isra’: 24)

b. Istilah Al-Ta’lim

Secara Etimologi, Ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer


ilmu pengetahuan. Hakikat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses
pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi Al-Qur’an ketika
penciptaan Adam A.S. oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep ilmu
pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan
menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan
Adam A.S. dengan tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).

c. Istilah Al-Ta’dib

Menurut Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam
adalah Al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada Hadis Nabi yang artinya :

“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. Al-Askary dari Ali
r.a).

Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan


ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai
pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan
wujud dan kepribadiannya.

Dari ketiga kata bahasa arab tersebut kita melihat bahwa kata tarbiyah mempunyai
pengertian yang lebih luas dan lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan dibandingkan
dengan kata ta’dib dan ta’lim. Kata ta’lim lebih dititikberatkan kepada pengajaran karena
lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan sebagaimana ayat yang

4
telah kita kutip di atas, sedangkan pendidikan lebih luas dari sekadar pengajaran. Sementara
itu, kata ta’dib lebih banyak mengacu kepada pendidikan Akhlak dan budi pekerti
sebagaimana yang dianut oleh para ahli pendidikan, seperti Prof. Zakiah Daradjat dan Abdur-
Rahman An-Nahlawi. Meskipun demikian, Muhammad Naquib Al-Attas yang mengatakan
bahwa kata ta’dib lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan karena kata ta’dib mencakup
wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Lain lagi dengan Abdul
Fattah Jalal yang menyatakan bahwa kata ta’lim lebih luas daripada kedua kata lainnya.
Alasannya adalah firman Allah pada ayat 151 dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi :

Artinya : Sebagaimana Kami telah mengirim Rasul dari jenis kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kitab
dan hikmah serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 151)

Dari pengertian lugawi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan
proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk mempersiapkan masa
depan yang baik baginya.

Abdur Rahman, Al-Bani misalnya menyimpulkan dari ketiga kata bahasa Arab yang
sudah kita sebutkan tadi bahwa pendidikan itu memiliki empat unsur, yaitu :

a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (balig)

b. Mengembangkan seluruh potensi

c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan

d. Melaksanakannya secara bertahap

Dari pendapat Al-Bani ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam yang meliputi unsur-unsur memelihara dan
mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara bertahap sesuai dengan
perkembangannya.

2. Pengertian Istilah (Terminologi)

Pendidikan sebagai suatu bahasan ilmiah sangat sulit untuk didefinisikan. Muhammad
Al-Naquib Al-Attas mengatakan bahwa konferensi internasional pertama tentang pendidikan
muslim (1977) ternyata belum berhasil menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat
disepakati oleh para ahli pendidikan secara bulat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian
pendidikan dan pendidikan Islam yang diberikan para ahli.

a. Pengertian Pendidikan

1. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuh dan
berkembangnya anak-anak segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

5
2. Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses
membimbing manusia dari kebodohan menuju ke kecerahan pengetahuan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dresure atau
paksaan, latihan utnuk membentuk kebiasaan dan pendidikan untuk membentuk kata
hati.

3. Dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

4. Marimba, seorang pakar filsafat pendidikan merumuskan bahwa pendidikan adalah


bimbingan atau tuntutan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama.

5. Muhammad Naquib Al-Attas yang menjadikan kata ta’dib sebagai pijakannya


menjelaskan bahwa pendidikan itu merupakan pengenalan dan pengakuan yang
ditanamkan secara berangsur-angsur ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang
keberadaan segala sesuatu sehingga dapat membimbingnya ke arah pengenalan dan
pengakunya adanya Tuhan.

6. Berkaitan dengan itu seorang pakar pendidikan Barat, Rupert C. Lodge


mengemukakan bahwa pendidikan dapat dilihat dari pengertian luas dan pengertian
sempit. Dalam arti yang luas, ia mengatakan bahwa pendidikan itu menyangkut seluruh
pengalaman peserta didik, baik pengalamannya dengan pendidik, orang tua, teman
sepermainan maupun yang diperolehnya dari alam lingkungan selain manusia, seperti
hewan (dalam arti sempit, pendidikan hanya sekadar pengajaran di sekolah).

Selanjutnya berikut ini pendapat beberapa tokoh Muslim tentang pengertian


pendidikan Islam :

1. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani


berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain sering kali beliau mengatakan
kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang
memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

2. Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan
masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan
baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.

3. Menurut Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan


membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut
ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.

4. Menurut Musthafa Al-Ghulayani, pendidikan islam ialah menanamkan akhlak yang


mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air

6
petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap
dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan, dan cinta bekerja
untuk kemanfaatan tanah air.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas jelaslah pengertian
pendidikan itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pendidikan dalam arti
luas dan pendidikan dalam arti sempit.

Hakikat pendidikan Islam adalah segala upaya dan usaha untuk menjadikan
manusia dewasa sesuai dengan ajaran Islam. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam
“pendidikan” mempunyai pengertian suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan
yang didalammya mengandung beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah :1. Didalam bimbingan ada pembimbingnya (pendidik) dan yang
dibimbing (terdidik/peserta didik).

2. Bimbingan mempunyai arah yang bertitik tolak pada dasar pendidikan dan
berakhir pada tujuan pendidikan.

3. Bimbingan berlangsung pada suatu tempat, lingkungan atau lembaga


pendidikan tertentu.

4. Bimbingan merupakan proses, maka harus proses ini berlangsung dalam


jangka waktu tentu.

5. Di dalam bimbingan harus mempunyai bahan yang aka disampaikan pada


anak didik untuk mengembangkan pribadi seperti yang di inginkan.

6. Didalam bimbingan menggunakan metode tertentu.

Dalam proses pendidikan ada beberapa komponen atau unsur utama yang
mesti ada, yaitu Pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan dan
cara atau metode pendidikan.

1) Pendidik

Pada ayat 4 dan 5 surat al-alaq dijelaskan bahwa pendidik pertama adalah
Allah SWT. Allah mengajar manusia menulis dengan menggunakan pena. Dia
memberikan pengetahuan kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum
diketahuinya.

2) Peserta Didik

Peserta didik adalah manusia tanpa menyebutkan batas dan ketentuan lain.
Dengan kata lain, semua manusia merupakan peserta didik tanpa batas waktu dan
tempat. Ini dapat dilihat pada ayat ke-5 surat Al-Alaq.

7
3) Tujuan

Tujuan pendidikan disini ialah agar manusia mempunyai pengetahuan


sehingga dapat beribadah dan bersujud serta mendekatkan diri kepadanya. Itu berarti
bahwa tujuan pendidikan untuk mendapatkan ridhonya. Masalah ini terlihat dengan
jelas dalam ayat 1,5 dan 19 surat Al-Alaq.

4) Materi

Secara eksplisit materi pendidikan tergambar dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1 dan
3 (membaca), ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal diri melalui proses penciptaan
secara biologis). Di samping itu, secara implisit Surat Al-‘Alaq menyatakan bahwa
materi pendidikan dalam Islam itu terpadu, tidak terbagi antara ilmu agama dan ilmu
umum. Dengan kata lain, tidak ada dikotomi ilmu pengetahuan yang akan diajarkan
karena pada hakikatnya ilmu itu hanya satu, yaitu bersumber dari Allah SWT sebagai
pendidik utama. Hal ini dapat disimpulkan dari ayat 1 dan 3. Ayat tersebut
menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan membaca tanpa menyebutkan objek yang
harus dibaca. Jadi, apa saja boleh dibaca untuk mendapatkan informasi.

Jadi, objek ilmu pengetahuan adalah ayat-ayat Allah yang tertulis berupa
sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits dan segala ciptaan Allah yang
tidak tertulis berupa alam semesta dan seisinya.

5) Metode

Metode adalah cara yang dipakai oleh pendidik agar bahan, materi yang
ditetapkan dalam kurikulum dapat dicapai secara efektif dan efisien. Secara eksplisit
metode pendidikan yang tergambar di dalam surat Al-‘Alaq adalah sebagai berikut :

a) Pembiasaan dan pengalaman,

b) Mauziah (ayat 19),

c ) Targhib wa tarhib (ayat 8, 15-18), dan

d ) Hiwar khitabi ta’ridi (ayat 9-10).

6) Alat

Pena merupakan sarana untuk memperoleh dan mewariskan ilmu


pengetahuan. Dengan pena, ilmu pengetahuan akan ditulis lalu dibaca oleh generasi
sekarang dan yang akan datang sehingga informasi tersebut menjadi berkembang dan
dapat dikembangkan oleh generasi selanjutnya (ayat 4).

C. Sumber Pendidikan Islam

Sumber pendidikan Islam adalah ayat tertulis yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan
ayat tidak tertulis yaitu alam semesta dan seisinya, serta ijtihad dalam bidang pendidikan
berupa pemikiran-pemikiran ulama tentang pendidikan. Al-Qur’an dan Al-Sunnah bukan

8
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru
karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia
dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Alam jagat raya bukan hanya
dijadikan obyek ilmu pengetahuan, namun juga dapat dijadikan sumber pendidikan karena di
dalamnya memuat rahasia kebesaran Tuhan. Pemikiran para ulama juga dapat dijadikan
sumber pendidikan Islam, banyak karya ulama-ulama berupa kitab-kitab yang memuat
tentang yang dapat dijadikan sumber pendidikan.

Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang mengandung implikasi pendidikan. Diantaranya


adalah surat Al-Imran : 190-191, Ad-Dukhan : 38-39, Al-Anbiya’ : 16-18, dan masih banyak
lagi.

D. Tujuan Pendidikan

Samsul Nizar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal fikiran diri manusia yang rasional, perasaan dan indera.
Karena itu pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta
didik. Aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiyah dan bahasa baik secara individu
maupun kolektif, dan mmendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan
kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang
sempurna kepada Allah SWT, baik secaara pribadi maupun kolektif.

Menurut Ali Asraf yang dikutip Abudin Natta mengatakan bahwa pendidikan
seharusnya menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia
melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia.

Menurut M. Arifin tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami


dalam pribadi manusia pendidikan yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses
terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa dan berilmu
pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat. Lebih
lanjut M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya
adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri yang membawa misi kesejahteraan umat
manusia sebagai hamba Allah lahir batin, dunia dan akhirat.

Senada dengan hal di atas An-Nahlawi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia baik secara
pribadi, maupun secara sosial.

Abdurrahman Saleh Abdullah menjelaskan tujuan umum pendidikan Islam adalah


membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke
jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah
beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepada nya. Dalam surat Al-Dzariyat :
56 Allah berfirman :

9
Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan oleh
Abudin Natta sebagai berikut :

1. Mengarahkan anak agar menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan sebaik-baiknya,
yaitu melaksanakan tugas-tugas dan memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan
kehendak-nya.

2. Mengarahkan anak agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi


dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah sehingga tugas tersebut terasa ringan
dilaksanakan.

3. Mengarahkan anak agar memiliki akhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi
kekhalifahannya.

4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya; sehingga ia memiliki ilmu,
akhlak dan keterampilan yang semuanya ini dapat digunakan guna mendukung tugas
pengabdian dan kekhalifahannya.

5. Mengarahkan anak agar dapat tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Adnin Armas menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah
mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-individu yang
baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan.

Jadi, tujuan pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram dan
sistematis dalam rangka membentuk manusi yang memiliki kompetensi :

1. Kepribadian Islam

Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim yaitu teguhnya dalam
memegan identitas kemuslimannya dalam pergaulan sehari-hari. Identitas itu tampak pada
dua aspek yang fundamental, yaitu pola berfikirnya (aqliyah) dan pola sikapnya (nafsiyyah)
yang berpijak pada aqidah Islam. Berkaitan dengan pengembangan kepribadian dalam Islam
ini, paling tidak terdapat tiga langkah upaya pembentukannya sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah SAW yaitu (1) menanamkan aqidah Islam kepada seorang manusia dengan cara
yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai aqidah aqliyah; aqidah yang
keyakinannya muncul dari proses pemikirian yang mendalam. (2) mengajaknya untuk
senantiasa konsisten dan istiqamah agar cara berfikir dan mengatur kecenderungan insaninya
berada tetap di atas pondasi aqidah yang diyakininnya. (3) mengembangkan kepribadian
dengan senantiasa mengajak bersungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan
tsaqafah Islamiyah (kebudayaan Islam) dan mengamalkan perbuatan yang selalu berorientasi
pada melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.

10
2. Menguasai Tsaqafah Islamiyah dengan handal

Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara
mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Adapun ilmu berdasarkan takaran kewajibannya
menurut Al-Ghazali dibagi dalam dua kategori, yaitu (1) ilmu yang fardlu ‘ain, yaitu wajib
dipelajari setiap muslim, yaitu ilmu ilmu tsaqafah Islam yang terdiri konsepsi, ide dan hukum
hukum Islam (fiqh), bahasa Arab, sirab nabawiyah, ulumul quran, tafidzul quran, ulumul
hadits, ushul hadits, ushul fiqh, dll. (2) Ilmu yang dikategorikan fardlu kifayah, biasanya
ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu terapan-keterampilan, seperti
biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik dll. Berkaitan dengan tsaqafah Islam, terutama
bahasa Arab, Rasullulah SAW. Telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar
dalam pendidikan dan urusan penting lainnya, seperti bahasa diplomatik dan interaksi antar
negara. Dengan demikian, setiap muslim yang bukan Arab diharuskan untuk mempelajarinya.
Berkaitan dengan hal ini karena keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa Al-Qur’an dan As-
Sunah, serta wacana keilmuan Islam lainnya.

3. Menguasai ilmu-ilmu terapan (Ilmu, pengetahuan dan teknologi/IPTEK)

Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullah dimuka bumi dengan baik. Islam
menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang harus dikerjakan
oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran,
kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik dan lain lain. Pada hakekatnya ilmu
pengetahuan terdiri atas dua hal, yaitu pengetahuan yang mengembangkan akal manusia,
sehingga ia dapat menentukan suatu tindakan tertentu dan pengetahuan mengenai perbuatan
itu sendiri. Berkaitan dengan akal, Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akalnya.
Akal merupakan faktor penentu yang melebihkan manusia dari makhluk lainnya, sehingga
kedudukan akal merupakan sesuatu yang berharga. Allah menurunkan Al-Qur’an dan
mengutus Rasulnya dengan membawa Islam agar beliau menuntun akal manusia dan
membimbingnya ke jalan yang benar. Pada sisi yang lain Islam memicu akal untuk dapat
menguasai IPTEK, sebab dorongan dan perintah untuk maju merupakan buah dari keimanan.
Dalam kita Fathul Kabir, juz III, misalnya diketahui bahwa Rasulullah SAW pernah
mengutus dua orang sahabatnya ke negeri Yaman untuk mempelajari pembuatan senjata
muktahir, terutama alat perang yang bernama dabbabah, sejenis tank yang terdiri atas kayu
tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Rasulullah SAW memahami manfaat alat ini
bagi peperangan melawan musuh dan menghancurkan benteng lawan.

4. Memiliki Skills/keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna

Perhatian besar Islam pada ilmu teknik dan praktis, serta keterampilan merupakan
salah satu dari tujuan pendidikan Islam. Penguasaan keterampilan yang serba material ini
merupakan tuntutan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanaan amanah
Allah SWT. Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya banyak nash yang mengisyaratkan
kebolehan mempelajari ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Hal ini dihukumi sebagai

11
fardlu kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat diperhatikan pada pembahasan ilmu dan kedudukan
dalam Islam diatas.

Sasaran pendidikan Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu
pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dunia-akhirat.

E. Asas-Asas Pendidikan Islam

Azas pendidikan Islam adalah perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan


yang seimbang dalam semua seluk beluk kehidupan secara adil, merata, menyeluruh dan
integral. Disamping adanya unsur pokok pendidikan, para ahli juga membahas tentang
kerangka dasar pendidikan. Dasar atau azas akan memberikan arah bagi pelaksanaan
pendidikan yang telah diprogramkan. Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut
Sa’id Ismail Ali-sebagaimana dikutip Langgulung-terdiri atas 6 macam, yaitu : Al-Qur’an,
Sunnah, qaul al-shahabat, masalih al-mursalah, ‘urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual
muslim.

G. Pendidik

Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushala, dirumah dan sebagainya.

Menurut Moh. Fadil Al-Djamil menyebutkan bahwa pendidik yaitu orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiiki oleh manusia.

1. Syarat-syarat Pendidik

Menjadi pendidik menurut Prof. Dr. Zakiah Darajad dan kawan kawan, tidak
sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti dibawah ini :

a. Takwa kepada Allah SWT


b. Berilmu
c. Sehat Jasmani
d. Berkelakuan baik
e. Sehat Rohani (berakal sehat)

H. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik

1. Tugas Pendidik

Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah :

12
a. Membimbing peserta didik, yaitu mengenal anak didik mengenai kebutuhan,
kesanggupan, bakal, minat dan sebagainya.

b. Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu : suatu keadaan dimana tindakan-


tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

c. Seorang pendidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan


keagamaan dan lain sebagainya.

Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik


adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membina hati manusia
untuk taqarrub kepada Allah SWT. Dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia tugas
pendidik menurut Islam adalah :

a. Menyerahkan kebudayaan Islam kepada anak didik berupa kepandaian, kecapakan


dan pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian muslim yang harmonis, sesuai cita cita Islam

c. Menyiapkan anak menjadi Muslim yang baik sekaligus warga negara yang baik sesuai
UU Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983.

2. Tanggung Jawab Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak


didik, serta bertanggung jawab untuk membentuk anak didik agar menjadi orang
bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan datang.

Didalam surat Al-‘Alaq memang tidak dijelaskan secara eksplisit tentang


ruang lingkup pendidikan seperti yang telah dikemukakan diatas, tetapi secara implisit
dapat dipahami petunjuk-petunjuknya tentang hal ini. Sedangkan tanggung jawab dari
seorang pendidik adalah:

1) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Akidah Tauhid

Pendidikan Tauhid atau pendidikan akidah dapat terlihat dengan jelas didalam ayat
1,2 dan 19

2) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak dapat dipahami dari isyarat Allah tentang perilaku Abu Jahal yang
tidak bersahabat dengan Nabi Muhammad SAW. Tingkah lakunya yang sombong,
sehingga pada ayat terakhir Tuhan melarang keras untuk patuh dan tunduk kepadanya.
Selain itu, Allah juga menggambarkan akhlak yang terpuji, seperti mengajak untuk
bertakwa. (ayat 6-13)

3) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Akal

13
Dalam surat Al-‘Alaq, Allah mengisyaratkan tentang pendidikan akal. Pada ayat 1-2
Tuhan merangsang manusia untuk berpikir dengan perintah membaca. Kemudian
dilanjutkan dengan informasi tentang penciptaan manusia yang berasal dari ‘alaq.
Bukankah pola susunan kalimat dan muatan materi yang disampaikannya itu merangsang
manusia untuk memikirkan secara rasional yang objektif ? Berarti sejak wahyu pertama
diturunkan, pendidikan akal ini telah mulai dicanangkan oleh Al-Qur’an.

4) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dapat kita lihat dari Isyarat Allah pada ibadah shalat. Didalamnya
diajarkan sujud dan dzikir. Meskipun gerak-gerak dalam ibadah tersebut bukan bertujuan
untuk senam, jelas hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan jasmani, yaitu
menggerakkan tubuh untuk menyegarkan jasmani agar dalam beribadah lebih khusu’ dan
konsentrasi. Oleh karena itu, ayat 10 dan 19 boleh disebut juga memberikan indikasi
terhadap pendidikan jasmani.

5) Tanggung Jawab dalam bidang Sosial Kemasyarakatan

Tanggung jawab pendidik bukan saja menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
tugas-tugas dikelas, tetapi juga tanggung jawab sosial, artinya seorang pendidik harus
memiliki kepedulian sosial. Pendidik ditengah masyarakat disamping menjadi teladan,
tetapi juga menjadi agent of change (seorang yang mampu merubah) membimbing dan
mengarahkan masyarakat menjadi lebih maju.

6) Tanggung Jawab dalam bidang Keilmuan

Tugas pendidik bukan hanya menguasai dan mengajarkan ilmu yang ditekuninya,
namun juga mengembangkan ilmunya. Bahkan ilmu-ilmu yang mendukung dan yang
terkait dengan disiplin ilmunya sebaiknya juga dipelajari, baik yang menyangkut strategi,
metode dan teknik pengajaran maupun materi pendukung.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan peradaban


Islam dan mencapai kejayaan umat Islam. Kondisi pendidikan di Indonesia menghadapi
berbagai persoalan dan kesenjangan, yaitu persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, sarana
dan prasarana, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam. Upaya pembaharuan dan
peningkatan pendidikan Islam seharusnya dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh
secara profesional.

Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik
agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan kaidah-kaidah moral
Al-Quran, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi, walaupun telah
dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam, namun dunia pendidikan masih saja
dihadapkan pada beberapa problem. Al-Quran dan sunah seharusnya ditempatkan sebagai
sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi dasar, tujuan, proses
maupun rumusan panduan/petunjuk dalam pendidikan. Namun saat ini umat islam belum
optimal dalam pengembangan pendidikan.

Kemandekan dan kejumudan pemahaman terhadap Al-Quran dan Al-Sunah dalam


bidang pendidikan mempunyai implikasi yang luas dalam dunia pendidikan yang di kalangan
pemeluknya dikenal dengan “Pendidikan Islam”. Hingga hari ini, dunia pendidikan dan
gerakan-gerakan Islam dalam berbagai ragam konsentrasi dan aliran pemahaman sulit
menumbuhkan tradisi intelektual kritis sebagai etika dasar penafsiran terhadap kedua sumber
teks utama islam (Al-Quran dan Al-Sunah) tersebut. Namun demikian seharusnya terus
dilakukan upata-upaya kreatif inovatif dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui bagaimana pemecahan problem-problem pendidikan Islam saat ini, maka usaha-
usaha pembaharuan pendidikan Islam lewat pemikiran yang mendalam perlu dilakukan dan
menjadi sangat penting.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin. 2012. Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: kalam mulia. Purwadarminta, W.J.S.
2001.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Mujib, Abdul & Jusuf
Mudzakkir.Ilmu Pendidikan Isalm, Jakarta: Kencana Prenada Medi.

16

Anda mungkin juga menyukai