PENDIDIKAN ISLAM
Oleh
NUR SALSABILA NAZILA (180105191)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini berisikan tentang sejarah ilmu pengetahuan dari masa ke masa, dari zaman Pra-
Yunani kuno hingga zaman modern. Dan di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang berperan
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik dari dunia barat maupun dari bangsa
islam.
Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, apabila ada
kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
ii
DAFTAR ISI
COVER
a. . Pengertian ................................................................................................ 2
b. . Pengertian pendidikan islam ...................................................................... 3
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia
menuju kedewasaan, baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi
kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-nya dan juga
sebagai Khalifatu fil ardhi (pemelihara) pada alam semesta ini. Dengan demikian,
fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan generasi penerus (peserta didik)
dengan kemampuan dan keahliannya (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan
dan kesiapan untuk terjun ketengah lingkungan masyarakat yang berbekalkan Nal-
Qur’an dan as-Sunnah. Pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam berbagai
kesempatan dalam tulisan ini merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi,
misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, proses belajar mengajar, guru, murid, manajemen,
saran prasarana, biaya, lingkungan, dan lain sebagainya. Berbgai komponen pendidikan
tersebut memebentuk sebuah sistem yang memiliki konstruksi atau bangunan yang
khas. Agar konstuksi atau bangunan pendididkan tersebut kokoh, maka ia harus meiliki
dasar, fundament atau asas yang menopang dan menyangganya, sehimgga bangunan
konsep pendidikan tersebut dapat berdiri kokoh dan dapat digunakan sebagai acuan
dalam praktik pendidikan. Dasar adalah tempat untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar
adalah memberikan arah kepada tujuan dicapai dan sekaligus sebagai landasan
berdirinya sesuatu. Setiap Negara mempunyai dasar pendidikan sendiri. Ia merupakan
pencerminana falsafah hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan
suatu bangsa
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Asas dan Dasar Pendidikan Islam
2. Perbedaan Asas dan Dasar Pendidikan Islam
3. Macam-macam Asas Pendidikan Islam
4. Macam-macam Dasar Pendidikan Islam
C. Tujuan
1. Memahami Asas dan Dasar Pendidikan Islam
2. Memahami Perbedaan Asas dan Dasar Pendidikan Islam
3. Memahami Macam-macam Asas Pendidikan Islam
4. Memahami Macam-macam Dasar Pendidikan Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Pendidikan Adalah memiliki peranan yang sangat penting, bahkan paling penting
dalam mengembangkan peradaban. Seperti halnya dengan perkembangan peradaban Islam,
dalam mencapai kejayaan umat islam tidak akan tercapai kecuali dengan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam tidak akan sempurna jika seluruh generasi umat Islam. Oleh sebab itu di
dalam Al-Qur’an telah ditetapkan proses awal pendidikan. Dalam sejarah telah lahir beberapa
tokoh pendidikan Islam yang dapat dijadikan rujukan dalam membentuk dan membina
kepribadian sehingga tercipta kebudayaan ummah yang kuat dan tangguh.
Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik
agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan kaidah-kaidah moral
Al-Quran, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi, walaupun telah
dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam, namun dunia pendidikan masih saja
dihadapkan pada beberapa problem. Al-Quran dan sunah seharusnya ditempatkan sebagai
sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi dasar, tujuan, proses
maupun rumusan panduan/petunjuk dalam pendidikan. Namun saat ini umat islam belum
optimal dalam pengembangan pendidikan.
Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi
Muhammad S.A.W diangkat menjadi Rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai
gurunya. Pendidikan masa kini merupakan proto type yang terus menerus dikembangkan
oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Pendidikan Islam mulai
dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada
Allah, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Al-Mudatsir (74) ayat 1-7. Menyeru
berarti mengajak, dan mengajak berarti membimbing, membimbing berarti mengarahkan,
mengarahkan berarti mendidik.
2
sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab.
Sebabnya, visi misi dan tujuan pendidikan yang seharusnya mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab terabaikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup
dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas juga terabaikan. Akibatnya kondisi
masyarakat menunjukkan kecenderungan moral menjadi merosot, krisis spiritual
menggerogoti masyarakat dan identitas budaya mulai luntur.
Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis yang
memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-
individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan
memakmurkan diri, perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan
dianggap sebagai investasi yang merupakan tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih
supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan
seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang
tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang
beradab.
Dalam kamus bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang berasal
kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.
Di kalangan tokoh pendidikan Islam ada tiga istilah yang umum digunakan dalam
pendidikan Islam, sebelum mempelajari apa itu pendidikan. Yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan
tentang al-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam
mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib
(integrasi ilmu dan iman yang membuahkan amal).
3
a. Istilah Tarbiyah
Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba”, “yurabbi” menjadi “tarbiyah” yang
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah
berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus
sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai
bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam
lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk
mengolah, memelihara dan melestarikan alam dan lingkungan alam.
Dalam bentuk kata kerja, kata ini dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an seperti pada
Surat Asy-Syu’ara’ ayat 18 dan Al-Isra’ ayat 24.
Artinya : ... ya Tuhan kasihanilah keduanya (orang tua) sebagaimana keduanya telah
mendidikku semenjak aku kecil (Q.S. Al-Isra’: 24)
b. Istilah Al-Ta’lim
c. Istilah Al-Ta’dib
Menurut Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam
adalah Al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada Hadis Nabi yang artinya :
“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. Al-Askary dari Ali
r.a).
Dari ketiga kata bahasa arab tersebut kita melihat bahwa kata tarbiyah mempunyai
pengertian yang lebih luas dan lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan dibandingkan
dengan kata ta’dib dan ta’lim. Kata ta’lim lebih dititikberatkan kepada pengajaran karena
lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan sebagaimana ayat yang
4
telah kita kutip di atas, sedangkan pendidikan lebih luas dari sekadar pengajaran. Sementara
itu, kata ta’dib lebih banyak mengacu kepada pendidikan Akhlak dan budi pekerti
sebagaimana yang dianut oleh para ahli pendidikan, seperti Prof. Zakiah Daradjat dan Abdur-
Rahman An-Nahlawi. Meskipun demikian, Muhammad Naquib Al-Attas yang mengatakan
bahwa kata ta’dib lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan karena kata ta’dib mencakup
wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Lain lagi dengan Abdul
Fattah Jalal yang menyatakan bahwa kata ta’lim lebih luas daripada kedua kata lainnya.
Alasannya adalah firman Allah pada ayat 151 dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi :
Artinya : Sebagaimana Kami telah mengirim Rasul dari jenis kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kitab
dan hikmah serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 151)
Dari pengertian lugawi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan
proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk mempersiapkan masa
depan yang baik baginya.
Abdur Rahman, Al-Bani misalnya menyimpulkan dari ketiga kata bahasa Arab yang
sudah kita sebutkan tadi bahwa pendidikan itu memiliki empat unsur, yaitu :
Dari pendapat Al-Bani ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam yang meliputi unsur-unsur memelihara dan
mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara bertahap sesuai dengan
perkembangannya.
Pendidikan sebagai suatu bahasan ilmiah sangat sulit untuk didefinisikan. Muhammad
Al-Naquib Al-Attas mengatakan bahwa konferensi internasional pertama tentang pendidikan
muslim (1977) ternyata belum berhasil menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat
disepakati oleh para ahli pendidikan secara bulat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian
pendidikan dan pendidikan Islam yang diberikan para ahli.
a. Pengertian Pendidikan
1. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuh dan
berkembangnya anak-anak segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
5
2. Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses
membimbing manusia dari kebodohan menuju ke kecerahan pengetahuan. Lebih lanjut
dikatakan bahwa proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dresure atau
paksaan, latihan utnuk membentuk kebiasaan dan pendidikan untuk membentuk kata
hati.
3. Dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
yang dilakukan oleh manusia dewasa untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
2. Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan
masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan
baik dalam kehidupan individu maupun kolektif.
6
petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap
dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan, dan cinta bekerja
untuk kemanfaatan tanah air.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas jelaslah pengertian
pendidikan itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pendidikan dalam arti
luas dan pendidikan dalam arti sempit.
Hakikat pendidikan Islam adalah segala upaya dan usaha untuk menjadikan
manusia dewasa sesuai dengan ajaran Islam. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam
“pendidikan” mempunyai pengertian suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan
yang didalammya mengandung beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan,
diantaranya adalah :1. Didalam bimbingan ada pembimbingnya (pendidik) dan yang
dibimbing (terdidik/peserta didik).
2. Bimbingan mempunyai arah yang bertitik tolak pada dasar pendidikan dan
berakhir pada tujuan pendidikan.
Dalam proses pendidikan ada beberapa komponen atau unsur utama yang
mesti ada, yaitu Pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan dan
cara atau metode pendidikan.
1) Pendidik
Pada ayat 4 dan 5 surat al-alaq dijelaskan bahwa pendidik pertama adalah
Allah SWT. Allah mengajar manusia menulis dengan menggunakan pena. Dia
memberikan pengetahuan kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum
diketahuinya.
2) Peserta Didik
Peserta didik adalah manusia tanpa menyebutkan batas dan ketentuan lain.
Dengan kata lain, semua manusia merupakan peserta didik tanpa batas waktu dan
tempat. Ini dapat dilihat pada ayat ke-5 surat Al-Alaq.
7
3) Tujuan
4) Materi
Secara eksplisit materi pendidikan tergambar dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1 dan
3 (membaca), ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal diri melalui proses penciptaan
secara biologis). Di samping itu, secara implisit Surat Al-‘Alaq menyatakan bahwa
materi pendidikan dalam Islam itu terpadu, tidak terbagi antara ilmu agama dan ilmu
umum. Dengan kata lain, tidak ada dikotomi ilmu pengetahuan yang akan diajarkan
karena pada hakikatnya ilmu itu hanya satu, yaitu bersumber dari Allah SWT sebagai
pendidik utama. Hal ini dapat disimpulkan dari ayat 1 dan 3. Ayat tersebut
menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan membaca tanpa menyebutkan objek yang
harus dibaca. Jadi, apa saja boleh dibaca untuk mendapatkan informasi.
Jadi, objek ilmu pengetahuan adalah ayat-ayat Allah yang tertulis berupa
sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits dan segala ciptaan Allah yang
tidak tertulis berupa alam semesta dan seisinya.
5) Metode
Metode adalah cara yang dipakai oleh pendidik agar bahan, materi yang
ditetapkan dalam kurikulum dapat dicapai secara efektif dan efisien. Secara eksplisit
metode pendidikan yang tergambar di dalam surat Al-‘Alaq adalah sebagai berikut :
6) Alat
Sumber pendidikan Islam adalah ayat tertulis yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan
ayat tidak tertulis yaitu alam semesta dan seisinya, serta ijtihad dalam bidang pendidikan
berupa pemikiran-pemikiran ulama tentang pendidikan. Al-Qur’an dan Al-Sunnah bukan
8
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru
karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia
dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Alam jagat raya bukan hanya
dijadikan obyek ilmu pengetahuan, namun juga dapat dijadikan sumber pendidikan karena di
dalamnya memuat rahasia kebesaran Tuhan. Pemikiran para ulama juga dapat dijadikan
sumber pendidikan Islam, banyak karya ulama-ulama berupa kitab-kitab yang memuat
tentang yang dapat dijadikan sumber pendidikan.
D. Tujuan Pendidikan
Samsul Nizar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal fikiran diri manusia yang rasional, perasaan dan indera.
Karena itu pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta
didik. Aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiyah dan bahasa baik secara individu
maupun kolektif, dan mmendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan
kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang
sempurna kepada Allah SWT, baik secaara pribadi maupun kolektif.
Menurut Ali Asraf yang dikutip Abudin Natta mengatakan bahwa pendidikan
seharusnya menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia
melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia.
Senada dengan hal di atas An-Nahlawi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia baik secara
pribadi, maupun secara sosial.
9
Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan oleh
Abudin Natta sebagai berikut :
1. Mengarahkan anak agar menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan sebaik-baiknya,
yaitu melaksanakan tugas-tugas dan memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan
kehendak-nya.
3. Mengarahkan anak agar memiliki akhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi
kekhalifahannya.
4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya; sehingga ia memiliki ilmu,
akhlak dan keterampilan yang semuanya ini dapat digunakan guna mendukung tugas
pengabdian dan kekhalifahannya.
5. Mengarahkan anak agar dapat tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Adnin Armas menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah
mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-individu yang
baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan.
Jadi, tujuan pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram dan
sistematis dalam rangka membentuk manusi yang memiliki kompetensi :
1. Kepribadian Islam
Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim yaitu teguhnya dalam
memegan identitas kemuslimannya dalam pergaulan sehari-hari. Identitas itu tampak pada
dua aspek yang fundamental, yaitu pola berfikirnya (aqliyah) dan pola sikapnya (nafsiyyah)
yang berpijak pada aqidah Islam. Berkaitan dengan pengembangan kepribadian dalam Islam
ini, paling tidak terdapat tiga langkah upaya pembentukannya sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah SAW yaitu (1) menanamkan aqidah Islam kepada seorang manusia dengan cara
yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai aqidah aqliyah; aqidah yang
keyakinannya muncul dari proses pemikirian yang mendalam. (2) mengajaknya untuk
senantiasa konsisten dan istiqamah agar cara berfikir dan mengatur kecenderungan insaninya
berada tetap di atas pondasi aqidah yang diyakininnya. (3) mengembangkan kepribadian
dengan senantiasa mengajak bersungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan
tsaqafah Islamiyah (kebudayaan Islam) dan mengamalkan perbuatan yang selalu berorientasi
pada melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.
10
2. Menguasai Tsaqafah Islamiyah dengan handal
Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara
mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Adapun ilmu berdasarkan takaran kewajibannya
menurut Al-Ghazali dibagi dalam dua kategori, yaitu (1) ilmu yang fardlu ‘ain, yaitu wajib
dipelajari setiap muslim, yaitu ilmu ilmu tsaqafah Islam yang terdiri konsepsi, ide dan hukum
hukum Islam (fiqh), bahasa Arab, sirab nabawiyah, ulumul quran, tafidzul quran, ulumul
hadits, ushul hadits, ushul fiqh, dll. (2) Ilmu yang dikategorikan fardlu kifayah, biasanya
ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu terapan-keterampilan, seperti
biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik dll. Berkaitan dengan tsaqafah Islam, terutama
bahasa Arab, Rasullulah SAW. Telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar
dalam pendidikan dan urusan penting lainnya, seperti bahasa diplomatik dan interaksi antar
negara. Dengan demikian, setiap muslim yang bukan Arab diharuskan untuk mempelajarinya.
Berkaitan dengan hal ini karena keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa Al-Qur’an dan As-
Sunah, serta wacana keilmuan Islam lainnya.
Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullah dimuka bumi dengan baik. Islam
menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang harus dikerjakan
oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran,
kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik dan lain lain. Pada hakekatnya ilmu
pengetahuan terdiri atas dua hal, yaitu pengetahuan yang mengembangkan akal manusia,
sehingga ia dapat menentukan suatu tindakan tertentu dan pengetahuan mengenai perbuatan
itu sendiri. Berkaitan dengan akal, Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akalnya.
Akal merupakan faktor penentu yang melebihkan manusia dari makhluk lainnya, sehingga
kedudukan akal merupakan sesuatu yang berharga. Allah menurunkan Al-Qur’an dan
mengutus Rasulnya dengan membawa Islam agar beliau menuntun akal manusia dan
membimbingnya ke jalan yang benar. Pada sisi yang lain Islam memicu akal untuk dapat
menguasai IPTEK, sebab dorongan dan perintah untuk maju merupakan buah dari keimanan.
Dalam kita Fathul Kabir, juz III, misalnya diketahui bahwa Rasulullah SAW pernah
mengutus dua orang sahabatnya ke negeri Yaman untuk mempelajari pembuatan senjata
muktahir, terutama alat perang yang bernama dabbabah, sejenis tank yang terdiri atas kayu
tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Rasulullah SAW memahami manfaat alat ini
bagi peperangan melawan musuh dan menghancurkan benteng lawan.
Perhatian besar Islam pada ilmu teknik dan praktis, serta keterampilan merupakan
salah satu dari tujuan pendidikan Islam. Penguasaan keterampilan yang serba material ini
merupakan tuntutan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanaan amanah
Allah SWT. Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya banyak nash yang mengisyaratkan
kebolehan mempelajari ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Hal ini dihukumi sebagai
11
fardlu kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat diperhatikan pada pembahasan ilmu dan kedudukan
dalam Islam diatas.
Sasaran pendidikan Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu
pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dunia-akhirat.
G. Pendidik
Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushala, dirumah dan sebagainya.
Menurut Moh. Fadil Al-Djamil menyebutkan bahwa pendidik yaitu orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiiki oleh manusia.
1. Syarat-syarat Pendidik
Menjadi pendidik menurut Prof. Dr. Zakiah Darajad dan kawan kawan, tidak
sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti dibawah ini :
1. Tugas Pendidik
12
a. Membimbing peserta didik, yaitu mengenal anak didik mengenai kebutuhan,
kesanggupan, bakal, minat dan sebagainya.
c. Menyiapkan anak menjadi Muslim yang baik sekaligus warga negara yang baik sesuai
UU Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983.
Pendidikan Tauhid atau pendidikan akidah dapat terlihat dengan jelas didalam ayat
1,2 dan 19
Pendidikan akhlak dapat dipahami dari isyarat Allah tentang perilaku Abu Jahal yang
tidak bersahabat dengan Nabi Muhammad SAW. Tingkah lakunya yang sombong,
sehingga pada ayat terakhir Tuhan melarang keras untuk patuh dan tunduk kepadanya.
Selain itu, Allah juga menggambarkan akhlak yang terpuji, seperti mengajak untuk
bertakwa. (ayat 6-13)
13
Dalam surat Al-‘Alaq, Allah mengisyaratkan tentang pendidikan akal. Pada ayat 1-2
Tuhan merangsang manusia untuk berpikir dengan perintah membaca. Kemudian
dilanjutkan dengan informasi tentang penciptaan manusia yang berasal dari ‘alaq.
Bukankah pola susunan kalimat dan muatan materi yang disampaikannya itu merangsang
manusia untuk memikirkan secara rasional yang objektif ? Berarti sejak wahyu pertama
diturunkan, pendidikan akal ini telah mulai dicanangkan oleh Al-Qur’an.
Pendidikan jasmani dapat kita lihat dari Isyarat Allah pada ibadah shalat. Didalamnya
diajarkan sujud dan dzikir. Meskipun gerak-gerak dalam ibadah tersebut bukan bertujuan
untuk senam, jelas hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan jasmani, yaitu
menggerakkan tubuh untuk menyegarkan jasmani agar dalam beribadah lebih khusu’ dan
konsentrasi. Oleh karena itu, ayat 10 dan 19 boleh disebut juga memberikan indikasi
terhadap pendidikan jasmani.
Tanggung jawab pendidik bukan saja menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
tugas-tugas dikelas, tetapi juga tanggung jawab sosial, artinya seorang pendidik harus
memiliki kepedulian sosial. Pendidik ditengah masyarakat disamping menjadi teladan,
tetapi juga menjadi agent of change (seorang yang mampu merubah) membimbing dan
mengarahkan masyarakat menjadi lebih maju.
Tugas pendidik bukan hanya menguasai dan mengajarkan ilmu yang ditekuninya,
namun juga mengembangkan ilmunya. Bahkan ilmu-ilmu yang mendukung dan yang
terkait dengan disiplin ilmunya sebaiknya juga dipelajari, baik yang menyangkut strategi,
metode dan teknik pengajaran maupun materi pendukung.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik
agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan kaidah-kaidah moral
Al-Quran, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi, walaupun telah
dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam, namun dunia pendidikan masih saja
dihadapkan pada beberapa problem. Al-Quran dan sunah seharusnya ditempatkan sebagai
sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi dasar, tujuan, proses
maupun rumusan panduan/petunjuk dalam pendidikan. Namun saat ini umat islam belum
optimal dalam pengembangan pendidikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin. 2012. Ilmu pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ramayulis. 2012. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: kalam mulia. Purwadarminta, W.J.S.
2001.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Mujib, Abdul & Jusuf
Mudzakkir.Ilmu Pendidikan Isalm, Jakarta: Kencana Prenada Medi.
16