MAHMUDIEY EMHA
IAIN MADURA
Abstrak
Seorang guru adalah pendidik yang professional mksudnya adalah
menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap
yang baik, bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi
orang tua yang baik bagi siswa dengan adanya pendidik yang
professional maka diharapkan bisa menciptakan hasil yang baik sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Istilah karakter berasal dari Bahasa Yunani, yaitu karasso, yang
berarti cetak biru, format dasar dan sidik, seperti dalam sidik jari.
Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau
dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari
sananya, sementara orang yang memiliki karakter lemah ialah orang
yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya
taanpa dapat menguasainya.
Kata Kunci: Guru PAI, Karakter
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranaanya di masa yang akan
datang.1 Pendidikan secara substansial bertujuan membantu manusia menemukan
hakikat kemanusiaannya, sehingga mekanisme pendidikan harus mampu
mewujudkan manusia seutuhnya. Asumsi ini semakin menegaskan fungsi
pendidikan sebagai wahana proses penyadaran manusia untuk mampu mengenal,
mengerti dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya.
Adapun pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agamanya dan agama lainnya dalam hubungan
1
Abuddin Nata, MetodologiStudiIslam, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2012), hlm 338
kerukunanan tarutama beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional melalui pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang
ia miliki sebagai makhluk yang di percaya menjadi tangan Tuhan di bumi.2
Secara etimologi istilah karakter berasal dari Bahasa yunani, yaitu
karasso yang berarti cetak biru, format dasar dan sidik seperti dalam sidik jari.
Dalam halini, karakter diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh
intervensi manusiawi.3 Winne mengemukakan bahwa karakter berasal dari
Bahasa yunani yang berarti “to mark” (Menandai) dan memfokuskan pada bagai
mana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-
hari. Oleh sebab itu orang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus
dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang
berperilaku baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki
karakter baik/mulia.
Guru memiliki peran yang sangat pentingdalam membentuk karakter
siswa agar tugas dan tanggung jawab bisa terlaksana dengan baik, di butuhkan
peranan pada diri gurusedangkan peran guru menurut Wrightman sebagaimana
yang di kutip mohammad kosim, serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan
yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dari perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Jadi
peran guru senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang di harapkan dalam
interaksinya dengan anak didik dan dengan lingkungan sekitar.4
Peran guru dalam dunia pendidikan atau di sekolah begitu penting dalam
menanamkan pendidikan karakter. selama masih ada di sekolah siswa lebih dekat
dengan guru terutama pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Di sinilah
seorang guru dapat mengambil perannya terlebih dalam menanamkan karakter
yang mulia pada setiap peserta didiknya. Peserta didik lebih mudah mengingat
dan meniru dengan sosok guru yang membimbingnya selama berada dalam
sekolah, sebagaimana yang kita dengar dalam pepatah jawa yaitu “Guru” sosok
yang di gugu dan ditiru, maksudnya setiap tindakan, tingkah laku seorang guru
2
Muhaimin, ParadigmPendidikanIslam, (Bandung: PT remajaRosdakarya, 2001), hlm 75-76
3
Muhammad FadillahdanLilifMualifatuKhorida, PendidikanKarakterAnakUsiaDini,
(Jokjakarta:AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm 20
4
Mohammad Kosim, Pengantar Ilmu Pendidikan, (surabaya: Pena Salsabila,2014) hlm 66
selalu diperhatikan peserta didiknya dan secara tidak langsung peserta didik akan
mencontoh sikap dan perilaku seorang guru.
Berdasarkan konteks penelitian di atas selanjutnya penulis dapat
memfokuskan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana Langkah-Langkah Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa
di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan ?
b. Apa Saja Metode-metode yang Digunakan Guru PAI dalam Membentuk
Karakter Siswa di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan
?
c. Apa saja Faktor Penghambat Bagi Guru PAI dalam Membentuk Karakter
Siswa di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan ?
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut zakiyah drajat dalam bukunya ilmu pendidikan islam, guru
adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul
dipundak orang tua.5
Seorang guru adalah pendidik yang professional mksudnya adalah
menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik,
bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi orang tua yang baik bagi
siswa dengan adanya pendidik yang professional maka diharapkan bisa
menciptakan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Seorang guru memiliki 2 tugas yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik
adalah membimbing anak atau memimpin mereka agar memiliki tabiat dan
kepribadian yang utama (insan kamil). Sedangkan mengajar adalah memberikan
pengetahuan kepada anak didik agar mereka dapat mengetahui peristiwa-
peristiwa, hokum-hukum ataupun proses dari suatu ilmu pengetahuan.6
Maksudnya adalah tugas guru yaitu membentuk kepribadian anak didik yang
5
Zakiyah Drajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) hlm 39
6
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993) hlm, 10
berakhlak mulia dan bertanggung jawab terhadap segala perbuatan serta berguna
bagi bangsa dan negara.
b. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, terlebih lagi guru pendidikan
agam islam di sekolah karena guru menghadapi keanekaragaman pribadi dan
pengalaman agama yang dibawa oleh anak didiknya dari rumahnya masing-
masing. Ada anak yang mempunyai sikap positif terhadap agama, karena orang
tuanya tekun beragama dan sudah barang tentu didalam pribadinyatelah banyak
terdapat unsur-unsur keagamaan maka dia mengharapkan agar guru agama dapat
menambah pengalamannya dalam agama, mungkin pula terdapat anak yang orang
tuanya mempunyai sikap yang kurang peduli terhadap pendidikan agama,
sehingga anak mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap pendidikan agama
dan membuat anak tersebut tidak tertarik pada pelajaran pendidikan agama islam
karena kurang perhatian orang tua terhadap agama.
Dalam paradigma “jawa”, pendidik diidentikan dengan guru yang
artinya “di gugu dan ditiru (ditiru dan dicontoh)”. Namun dalam paradigma baru,
pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motifator dan
fasilitator proses belajar mengajar, yaitu refleksi dan aktualisasi sifat-sifat alami
manusia dengan cara aktualisai potensi-potensi manusia untuk mengimbangi
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.7
Tanggung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berupaya menempatkan sekolah sebagai bagian integral
dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Pendidikan bukan
hanya tanggung jawab masyarakat untuk itu guru dituntut untuk menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah
sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus dapat
membina hubungan baik dengan masyarakat dengan meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di masyarakat.
Dalam situasi sekarang tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat nampaknya
7
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Xx7, (Al-Husna, 1998) hlm 86
belum banyak dilakukan oleh banyak guru yang paling menonjol hanyalah tugas
dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.8
Tinjauan Tentang Pembentukan Karakter
a. Pengertian Pembentukan Karakter
Secara etimologi istilah karakter berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
karasso, yang berarti cetak biru, format dasar dan sidik, seperti dalam sidik jari.
Dalam hal ini karakter diartikan sebagai sesuatau yang tidak dapat di kuasai oleh
intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angina
yang menyertainya. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak
mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sananya,
sementara orang yang memiliki karakter lemah ialah orang yang tunduk pada
sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya taanpa dapat menguasainya. 9
Menurut kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai watak,
tabiat, pembawaan, dan kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan uraian pusat
Bahasa Depdiknas yang mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen dan
watak. Bila mengacu pada pengertian ini karakter memiliki arti yang sangat luas
kesemuanya itu erat kaitannya dengan segala bentuk tingkah laku seseorang
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Pembentukan Karakter
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,
pemerintah menyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berkaitan
dengan pendidikan karakter, tujuan pendidikan yang telah diterapkan pemerintah
tersebut wajib di taati dan diikuti.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta
8
Nana Sujdana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo,
1989), hlm 117
9
Muhammad Fadillah, Pendidikan karakter Anak Usia Dini, (Jokjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2013), hlm 20-21
didik secara utu, terpadu dan seimbang sesuai dengan standart kompetensi lulusan
pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik
diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan mengenternalisasikan serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta symbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah/madrasah dan masyarakat sekitarnya, budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah/madarasah tersebut di mata
masyarakat luas.
c. Tahap-tahap Pembentukan Karakter
Secara teoritik nilai moral/karakter berkembang secara psikologis dalam
diri individu mengikuti perkembangan usia dan konteks social. Dalam kaitannya
dengan usia, piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan
dengan membagi menjadi beberapa tahapan dalam dua domain yakni kesadaran
mengenai aturan dan pelaksanaan aturan.
1) Tahapan pada domain kesadaran aturan:
a. Usia 0-2 tahun: aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat
memaksa.
b. Usia 2-8 tahun: aturan di sikapi bersifat sacral dan diterima tanpa
pemikiran
c. Usia 8-12 tahun: aturan diterima sebagai hasil kesepakatan
2) Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:
a. Usia 0-2 tahun: Aturan dilakukan hanya bersifat motoric
b. Usia 2-6 tahun: Aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri
c. Usia 6-10 tahun: Aturan dilakukan sesuai kesepakatan
d. Usia 10-12 tahun: Aturan dilakukan karena sudah dihimpun
10
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2013) hlm,
11
Muhammad Yaumi, Pendidikak Karakter Landasan Pilar/Implementasi, (Jakarta: KENCANA,
2014) hlm, 85-114
Anak adalah imitator ulung. Itulah mengapa dalam membentuk karakter
anak, peran pendidik atau orang tua menjadi titik sentral. Orang tua hendaknya
menggunakan ilmu pendidikan, khususnya ilmu metode pendidikan. Apa yang
ingin disampaikan orang tua hendaknya diampaikan degan metode yang tepat
sehingga tujuan dapat tercapai. Begitu juga dalam membentuk karakter anak
diperlukan berbagai macam metode karena ada banyak karakter yang perlu
dimiliki oleh anak dalam mengarungi kehidupannya sehingga akan selamat dunia
dan akhirat. Metode yang umum dan telah teruji dapat membentuk anak
berkarakter di antaranya adalah metode peneladanan, pencontohan, pembiasaan,
pengulangan, metode pelatihan, dan metode motivasi.
f. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan karakter
Untuk menjelaskan factor-faktor yang memengaruhi pembentukan
karakter pada khususnya dan pendidikan pada umumnya ada tiga aliran yang
sudah amat popular.
1. Aliran Nativisme
12
Abuddin Nata, Edisi Revisi Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015) hlm 143
13
Lexy J, Moleong, Melodologi Penelitian Kualitafif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm.
4.
mengamati berbagai kejadian yang ada dan berusaha menerangkan kemunculan
dari kendala-kendala yang ada sehingga nantinya akan menghasilkan suatu jalan
keluar atau teori baru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di SMK
Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa
wawancara/interviu, observasi, dan analisis dokumen.
a. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang
berlangsung antara 2 orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu
yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang
diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.14
b. Observasi
Yang dimaksud dengan observasi adalah perhatian yang terfokus pada
kejadian, gejala atau sesuatu.15 Observasi data pengamatan yang dipilih oleh
peneliti sebagai metode pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan data
tentang prilaku manusia yang nyata dan untuk mendapatkan kemungkinan-
kemungkinan baru yang tidak terdapat dalam pustaka, dokumentasi atau dari
hasil-hasil wawancara atau untuk memperkuat metode pengumpulan data
lainnya.16
c. Dokumentasi
Tidak kalah penting dengan observasi dan wawancara, sedangkan
dokumentasi adalah dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulisdokumentasi dianggap penting dalam rangka mencari data-data yang
berupa catatan, transkip, buku-buku, agenda, dan lain sebagainya.17
Analisis Data
Analisis data yang dimaksud adalah suatu proses mengolah dan
menginterpretaasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi
14
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 50.
15
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, hlm.37.
16
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 158.
17
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan, hlm. 278.
sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai
dengan tujuan penelitian.18
Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data yang diperoleh dengan
teliti dan cermat sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat
bermanfaat dengan sebesar-besarnya dan bisa dipergunakan oleh khalayak
masyarakat secara umum, untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh
tersebut maka peneliti mengadakannya melalui teknik-teknik sebagai berikut:
a. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
walaupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini, hubungan peneliti
dengan sumber data akan semakin terbentuk, akrab, terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Kehadiran peneliti dianggap
merupakan kewajaran sehingga kehadiran peneliti tidak akan menggangu perilaku
yang dipelajari.19
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematik. Dengan
meneingkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang ditemukan itu salah atau tidak sehingga dapat memberikan diskripsi
data yang akurat dan sistematis.20
Ketekunan pengamatan ini dimaksudkan untuk mencari unsur-unsur dan
ciri-ciri situasi yang relevan dengan persoalan dan isu yang berkembang pada saat
ini, sehingga lebih memungkinkan untuk bermanfaat terhaap semuanya
c. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai pengujian
keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, metode,dan waktu. Oleh
18
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm.
117.
19
Ibid., hlm. 193.
20
Ibid., hlm. 194.
karenanya, terdapat banyak tekhnik pengujian keabsahan data melalui triangulasi
sumber, metode.21
Tahap-tahap Penelitian
Adapun penelitian yang peneliti lakukan secara garis besar ada empat
tahapan, yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan
sebelum peneliti memasuki pada kegiatan penelitian, peneliti juga membuat suatu
rancangan penelitian guna mendukung penelitiannya, sebagaimana gambaran
dasar dari penelitian yang akan dilakukan yaitu berupa konteks dan fokus dari
pada penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti langsung terjun kelapangan penelitian yaitu SMK
Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan. Dalam tahapan ini peneliti
memciptakan suasana keakraban dengan para informan baik kepala sekolah
beserta staf-staf sekolah dan murid-murid yang ada di lembaga tersebut, kemudian
melakukan wawancara demi mendapatkan info yang dibutuhkan serta melakukan
pencatatan.
c. Tahap Analisis Data.
Analisis data ini dilakukan sebagai pemprosesan untuk mengkategorikan
data yang sudah dikumpulkan dari hasil penelitian di lapangan, yang kemudian
melakukan penafsiran data.
d. Tahap Pelaporan
Pada tahap penulisan laporan hasil penelitian berfungsi untuk memenuhi
studi akademis untuk lulus S1 dalam bentuk skripsi, di dalamnya memuat
kerangka dan isi laporan dari keseluruhan yang dibahas dalam skripsi, pelaporan
ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah atau penulisan skripsi
yang diterbitkan oleh STAIN Pamekasan.
21
Ibid.
HASIL PENELITIAN
Temuan Penelitian
langkah-langkah pembentukan karakter yang dilakukan di SMK Sumber
Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan yaitu: Membuat Perencanaan
Pembelajaran dan Memilih dan Mengembangkan Materi.
metode-metode yang digunakan guru dalam membentuk karakter siswa
adalah sebagai berikut: Pemilihan Metode Pembentukan Karakter, Pendekatan
atau Model Pembelajaran, Pendekatan Pembentukan Karakter, Tahapan
Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Evalusi.
faktor penghambat dalam membentuk karakter siswa. Diantara faktor
yang menghambat dalam pembentukan karakter siswa di SMK Sumber Anyar
adalah sebagai berikut: Latar belakang siswa yang kurang mendukung, Kurang
kesadaran siswa dalam melaksanakan peraturan sekolah dan Lingkungan atau
pergaulan siswa yang kurang baik.
PEMBAHASAN
Langkah-Langkah Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa di SMK
Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasn
Berdasarkan temuan penelitian, langkah-langkah guru pendidikan agama
islam dalam membentuk karakter siswa di SMK Sumber Anyar diantaranya yaitu
membuat perencanaan pembelajaran, memilih dan mengembangkan materi.
a. Membuat Perencanaan Pembelajaran