Anda di halaman 1dari 18

PERAN GURU PAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMK

SUMBER ANYAR LARANGAN TOKOL TLANAKAN PAMEKASAN

MAHMUDIEY EMHA
IAIN MADURA

Abstrak
Seorang guru adalah pendidik yang professional mksudnya adalah
menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap
yang baik, bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi
orang tua yang baik bagi siswa dengan adanya pendidik yang
professional maka diharapkan bisa menciptakan hasil yang baik sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Istilah karakter berasal dari Bahasa Yunani, yaitu karasso, yang
berarti cetak biru, format dasar dan sidik, seperti dalam sidik jari.
Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau
dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari
sananya, sementara orang yang memiliki karakter lemah ialah orang
yang tunduk pada sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya
taanpa dapat menguasainya.
Kata Kunci: Guru PAI, Karakter

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranaanya di masa yang akan
datang.1 Pendidikan secara substansial bertujuan membantu manusia menemukan
hakikat kemanusiaannya, sehingga mekanisme pendidikan harus mampu
mewujudkan manusia seutuhnya. Asumsi ini semakin menegaskan fungsi
pendidikan sebagai wahana proses penyadaran manusia untuk mampu mengenal,
mengerti dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya.
Adapun pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati agamanya dan agama lainnya dalam hubungan

1
Abuddin Nata, MetodologiStudiIslam, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2012), hlm 338
kerukunanan tarutama beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional melalui pendidikan, diharapkan manusia mampu menyadari potensi yang
ia miliki sebagai makhluk yang di percaya menjadi tangan Tuhan di bumi.2
Secara etimologi istilah karakter berasal dari Bahasa yunani, yaitu
karasso yang berarti cetak biru, format dasar dan sidik seperti dalam sidik jari.
Dalam halini, karakter diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh
intervensi manusiawi.3 Winne mengemukakan bahwa karakter berasal dari
Bahasa yunani yang berarti “to mark” (Menandai) dan memfokuskan pada bagai
mana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-
hari. Oleh sebab itu orang yang berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus
dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang
berperilaku baik, jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki
karakter baik/mulia.
Guru memiliki peran yang sangat pentingdalam membentuk karakter
siswa agar tugas dan tanggung jawab bisa terlaksana dengan baik, di butuhkan
peranan pada diri gurusedangkan peran guru menurut Wrightman sebagaimana
yang di kutip mohammad kosim, serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan
yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dari perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Jadi
peran guru senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang di harapkan dalam
interaksinya dengan anak didik dan dengan lingkungan sekitar.4
Peran guru dalam dunia pendidikan atau di sekolah begitu penting dalam
menanamkan pendidikan karakter. selama masih ada di sekolah siswa lebih dekat
dengan guru terutama pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Di sinilah
seorang guru dapat mengambil perannya terlebih dalam menanamkan karakter
yang mulia pada setiap peserta didiknya. Peserta didik lebih mudah mengingat
dan meniru dengan sosok guru yang membimbingnya selama berada dalam
sekolah, sebagaimana yang kita dengar dalam pepatah jawa yaitu “Guru” sosok
yang di gugu dan ditiru, maksudnya setiap tindakan, tingkah laku seorang guru

2
Muhaimin, ParadigmPendidikanIslam, (Bandung: PT remajaRosdakarya, 2001), hlm 75-76
3
Muhammad FadillahdanLilifMualifatuKhorida, PendidikanKarakterAnakUsiaDini,
(Jokjakarta:AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm 20
4
Mohammad Kosim, Pengantar Ilmu Pendidikan, (surabaya: Pena Salsabila,2014) hlm 66
selalu diperhatikan peserta didiknya dan secara tidak langsung peserta didik akan
mencontoh sikap dan perilaku seorang guru.
Berdasarkan konteks penelitian di atas selanjutnya penulis dapat
memfokuskan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana Langkah-Langkah Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa
di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan ?
b. Apa Saja Metode-metode yang Digunakan Guru PAI dalam Membentuk
Karakter Siswa di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan
?
c. Apa saja Faktor Penghambat Bagi Guru PAI dalam Membentuk Karakter
Siswa di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan ?

KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut zakiyah drajat dalam bukunya ilmu pendidikan islam, guru
adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya
menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul
dipundak orang tua.5
Seorang guru adalah pendidik yang professional mksudnya adalah
menjadi seorang guru harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik,
bisa dijadikan tauladan oleh anak didiknya dan menjadi orang tua yang baik bagi
siswa dengan adanya pendidik yang professional maka diharapkan bisa
menciptakan hasil yang baik sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.
Seorang guru memiliki 2 tugas yaitu mendidik dan mengajar. Mendidik
adalah membimbing anak atau memimpin mereka agar memiliki tabiat dan
kepribadian yang utama (insan kamil). Sedangkan mengajar adalah memberikan
pengetahuan kepada anak didik agar mereka dapat mengetahui peristiwa-
peristiwa, hokum-hukum ataupun proses dari suatu ilmu pengetahuan.6
Maksudnya adalah tugas guru yaitu membentuk kepribadian anak didik yang

5
Zakiyah Drajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) hlm 39
6
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993) hlm, 10
berakhlak mulia dan bertanggung jawab terhadap segala perbuatan serta berguna
bagi bangsa dan negara.
b. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru mempunyai tugas yang tidak ringan, terlebih lagi guru pendidikan
agam islam di sekolah karena guru menghadapi keanekaragaman pribadi dan
pengalaman agama yang dibawa oleh anak didiknya dari rumahnya masing-
masing. Ada anak yang mempunyai sikap positif terhadap agama, karena orang
tuanya tekun beragama dan sudah barang tentu didalam pribadinyatelah banyak
terdapat unsur-unsur keagamaan maka dia mengharapkan agar guru agama dapat
menambah pengalamannya dalam agama, mungkin pula terdapat anak yang orang
tuanya mempunyai sikap yang kurang peduli terhadap pendidikan agama,
sehingga anak mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap pendidikan agama
dan membuat anak tersebut tidak tertarik pada pelajaran pendidikan agama islam
karena kurang perhatian orang tua terhadap agama.
Dalam paradigma “jawa”, pendidik diidentikan dengan guru yang
artinya “di gugu dan ditiru (ditiru dan dicontoh)”. Namun dalam paradigma baru,
pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar tetapi juga sebagai motifator dan
fasilitator proses belajar mengajar, yaitu refleksi dan aktualisasi sifat-sifat alami
manusia dengan cara aktualisai potensi-potensi manusia untuk mengimbangi
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.7
Tanggung jawab guru dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berupaya menempatkan sekolah sebagai bagian integral
dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu masyarakat. Pendidikan bukan
hanya tanggung jawab masyarakat untuk itu guru dituntut untuk menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di sekolah
sebagai bagian dari tugas dan tanggung jawab profesinya, guru harus dapat
membina hubungan baik dengan masyarakat dengan meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di masyarakat.
Dalam situasi sekarang tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat nampaknya

7
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Xx7, (Al-Husna, 1998) hlm 86
belum banyak dilakukan oleh banyak guru yang paling menonjol hanyalah tugas
dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai administrator kelas.8
Tinjauan Tentang Pembentukan Karakter
a. Pengertian Pembentukan Karakter
Secara etimologi istilah karakter berasal dari Bahasa Yunani, yaitu
karasso, yang berarti cetak biru, format dasar dan sidik, seperti dalam sidik jari.
Dalam hal ini karakter diartikan sebagai sesuatau yang tidak dapat di kuasai oleh
intervensi manusiawi, seperti ganasnya laut dengan gelombang pasang dan angina
yang menyertainya. Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak
mau dikuasai oleh sekumpulan realitas yang telah ada begitu saja dari sananya,
sementara orang yang memiliki karakter lemah ialah orang yang tunduk pada
sekumpulan kondisi yang telah diberikan kepadanya taanpa dapat menguasainya. 9
Menurut kamus Bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai watak,
tabiat, pembawaan, dan kebiasaan. Pengertian ini sejalan dengan uraian pusat
Bahasa Depdiknas yang mengartikan karakter sebagai bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen dan
watak. Bila mengacu pada pengertian ini karakter memiliki arti yang sangat luas
kesemuanya itu erat kaitannya dengan segala bentuk tingkah laku seseorang
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Pembentukan Karakter
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional,
pemerintah menyebutkan bahwa tujuan pendidikan ialah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berkaitan
dengan pendidikan karakter, tujuan pendidikan yang telah diterapkan pemerintah
tersebut wajib di taati dan diikuti.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta

8
Nana Sujdana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al-Gensindo,
1989), hlm 117
9
Muhammad Fadillah, Pendidikan karakter Anak Usia Dini, (Jokjakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2013), hlm 20-21
didik secara utu, terpadu dan seimbang sesuai dengan standart kompetensi lulusan
pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik
diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan mengenternalisasikan serta mempersonalisasikan
nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta symbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah/madrasah dan masyarakat sekitarnya, budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah/madarasah tersebut di mata
masyarakat luas.
c. Tahap-tahap Pembentukan Karakter
Secara teoritik nilai moral/karakter berkembang secara psikologis dalam
diri individu mengikuti perkembangan usia dan konteks social. Dalam kaitannya
dengan usia, piaget merumuskan perkembangan kesadaran dan pelaksanaan aturan
dengan membagi menjadi beberapa tahapan dalam dua domain yakni kesadaran
mengenai aturan dan pelaksanaan aturan.
1) Tahapan pada domain kesadaran aturan:
a. Usia 0-2 tahun: aturan dirasakan sebagai hal yang tidak bersifat
memaksa.
b. Usia 2-8 tahun: aturan di sikapi bersifat sacral dan diterima tanpa
pemikiran
c. Usia 8-12 tahun: aturan diterima sebagai hasil kesepakatan
2) Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:
a. Usia 0-2 tahun: Aturan dilakukan hanya bersifat motoric
b. Usia 2-6 tahun: Aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri
c. Usia 6-10 tahun: Aturan dilakukan sesuai kesepakatan
d. Usia 10-12 tahun: Aturan dilakukan karena sudah dihimpun

Sedangkan penelitian Kohlberg menghasilkan rumusan tiga tigkat/ level


dalam perkembangan moral, yakni:
a. Tingkat 1: Prakonvensional (Preconventional)
Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan (apapun yang
mendapat pujian atau dihadiahi adalah baik, dan apa pun yang dikenai
hukuman adalah buruk)
Tahap 2: Orientasi instrumental nisbi (berbuat baik apabila orang
lain berbuat baik padanya, dan yang baik itu adalah bila satu sama lain
berbuat hal yang sama)
b. Tingkat 11: Konvensional (Convensional)
Tahap 3: Orientasi kesepakatan timbal balik (sesuatu dipandang
baik untuk memenuhi anggapan orang lain atau baik karena disepakati).10
d. Nilai-Nilai Pembentukan Karakter
Pendidikan karakter akan berlangsung dengan sia-sia, manakala nilai-
nilainya tidak dapat diimplementasikan dalam kegidupan sehari-hari.
Sebagaimana diketahui bahwasanya pendidikan karakter lebih menekankan pada
kebiasaan anak untuk melakukan hal-hal yang positif. Kebiasaan-kebiasaan inilah
yang kemudian akan menjadi suatu karakter yang membekas dan tertanam dalam
jiwa sang anak.
Berikut adalah beberapa nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran anak diantaranya yaitu: 1.
Religious, 2. Jujur, 3. Toleran, 4. Disiplin, 5. Kerja keras, 6. Kreatif, 7. Mandiri, 8.
Demokratis, 9. Rasa ingin tahu, 10. Semangat kebangsaan, 11. Cinta tanah air, 12.
Menghargai prestasi, 13. Bersahabat/komunikatif, 14. Cinta damai, 15. Gemar
membaca, 16. Peduli lingkungan, 17. Peduli social, 18. Tanggung jawab.11
e. Metode-Metode Pembentukan Karakter
Membentuk anak berkarakter tidak hanya dapat dilakukan melalui kata-
kata atau perintah saja. Membentuk anak berkarakter sesuai dengan harapan orang
tua tentu harus diiringi dengan contoh-contoh atau keteladanan, seperti yang
dinyatakan para ahli pendidikan dan ahli psikologi bahwa anak akan berperilaku
seperti orang tuanya berperilaku. Ini menandakan bahwa anak mencontoh
(imitate) apa-apa yang diucapkan dan dilakukan para orang tuanya.

10
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2013) hlm,
11
Muhammad Yaumi, Pendidikak Karakter Landasan Pilar/Implementasi, (Jakarta: KENCANA,
2014) hlm, 85-114
Anak adalah imitator ulung. Itulah mengapa dalam membentuk karakter
anak, peran pendidik atau orang tua menjadi titik sentral. Orang tua hendaknya
menggunakan ilmu pendidikan, khususnya ilmu metode pendidikan. Apa yang
ingin disampaikan orang tua hendaknya diampaikan degan metode yang tepat
sehingga tujuan dapat tercapai. Begitu juga dalam membentuk karakter anak
diperlukan berbagai macam metode karena ada banyak karakter yang perlu
dimiliki oleh anak dalam mengarungi kehidupannya sehingga akan selamat dunia
dan akhirat. Metode yang umum dan telah teruji dapat membentuk anak
berkarakter di antaranya adalah metode peneladanan, pencontohan, pembiasaan,
pengulangan, metode pelatihan, dan metode motivasi.
f. Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan karakter
Untuk menjelaskan factor-faktor yang memengaruhi pembentukan
karakter pada khususnya dan pendidikan pada umumnya ada tiga aliran yang
sudah amat popular.
1. Aliran Nativisme

Menurut aliran nativisme bahwa factor yang paling berpengaruh terhadap


pembentukan diri seseorang adalah factor pembawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecendrungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seorang memiliki
pembawaan atau kecendrungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik. Aliran ini tanpaknya begitu yakin terhadap potensi batin
yang ada dalam diri manusia, dan hal ini kelihatannya erat kaitannya dengan
pendapat aliran intuisisme dalam hal penemtuan baik dan buruksebagaimana telah
diuraikan diatas. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang
memperhitungkan peranan pembinaan dan pendidikan.
2. Aliran Empirisme

Menurut aliran empirisme bhwa factor yang paling berpengaruh terhadap


pembentukan diri seseorang adalah factor dari luar, yaitu lingkungan social,
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak itu, demikian
jika sebaliknya. Aliran ini tanpak lebih begitu percaya kepada peranan yang
dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
3. Aliran konvergensi

Menurut aliran konvergensi pembentukan kaarakter dipengaruhi oleh


factor internal yaitu pembawaan anak, dan factor dari luar yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan
social. Fitrah dan kecendrungan ke arah yang baik yang ada di dalam diri manusia
dibina secara intensif melalui berbagai metode.12
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengguanakan Pendekatan Kualitatif yang
mana menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip oleh Lexy J. MoLeong
bahwa pendekatan kualitatif merupakan sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskristif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang diamati.13
Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan penelitian atau di tempat lokasi penelitan
merupakan hal yang sangat penting sekali dalam penelitian kualitatif, yang mana
tujuan dari kehadiran peneliti ini untuk mendapatkan seperangkat data atau
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan dari peneliti.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terletak di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol
Tlanakan Pamekasan
Sumber Data
Maksud dari sumber data dalam penelitian ini adalah dari mana subjek
diperoleh dimana nantinya akan menghasilkan data deskriptif melalui keterangan-
keterangan dari setiap elemen yang berada di lembaga tersebut.
Sedangkan yang dijadikan informan oleh peneliti adalah Kepala Sekolah
SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan sebagai pemegang
otoritas di lembaga ini, Guru mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, kemudian
dan peserta didik di SMK Sumber Anyar ini, sehingga nantinya peneliti mampu

12
Abuddin Nata, Edisi Revisi Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2015) hlm 143
13
Lexy J, Moleong, Melodologi Penelitian Kualitafif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm.
4.
mengamati berbagai kejadian yang ada dan berusaha menerangkan kemunculan
dari kendala-kendala yang ada sehingga nantinya akan menghasilkan suatu jalan
keluar atau teori baru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang ada di SMK
Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa
wawancara/interviu, observasi, dan analisis dokumen.
a. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa yang
berlangsung antara 2 orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu
yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang
diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.14
b. Observasi
Yang dimaksud dengan observasi adalah perhatian yang terfokus pada
kejadian, gejala atau sesuatu.15 Observasi data pengamatan yang dipilih oleh
peneliti sebagai metode pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan data
tentang prilaku manusia yang nyata dan untuk mendapatkan kemungkinan-
kemungkinan baru yang tidak terdapat dalam pustaka, dokumentasi atau dari
hasil-hasil wawancara atau untuk memperkuat metode pengumpulan data
lainnya.16
c. Dokumentasi
Tidak kalah penting dengan observasi dan wawancara, sedangkan
dokumentasi adalah dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulisdokumentasi dianggap penting dalam rangka mencari data-data yang
berupa catatan, transkip, buku-buku, agenda, dan lain sebagainya.17
Analisis Data
Analisis data yang dimaksud adalah suatu proses mengolah dan
menginterpretaasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi

14
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 50.
15
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, hlm.37.
16
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hlm. 158.
17
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan, hlm. 278.
sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai
dengan tujuan penelitian.18
Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti melakukan pengecekan keabsahan data yang diperoleh dengan
teliti dan cermat sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat
bermanfaat dengan sebesar-besarnya dan bisa dipergunakan oleh khalayak
masyarakat secara umum, untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh
tersebut maka peneliti mengadakannya melalui teknik-teknik sebagai berikut:
a. Perpanjangan Pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
walaupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini, hubungan peneliti
dengan sumber data akan semakin terbentuk, akrab, terbuka, saling mempercayai
sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Kehadiran peneliti dianggap
merupakan kewajaran sehingga kehadiran peneliti tidak akan menggangu perilaku
yang dipelajari.19
b. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematik. Dengan
meneingkatkan ketekunan, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang ditemukan itu salah atau tidak sehingga dapat memberikan diskripsi
data yang akurat dan sistematis.20
Ketekunan pengamatan ini dimaksudkan untuk mencari unsur-unsur dan
ciri-ciri situasi yang relevan dengan persoalan dan isu yang berkembang pada saat
ini, sehingga lebih memungkinkan untuk bermanfaat terhaap semuanya
c. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai pengujian
keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, metode,dan waktu. Oleh

18
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm.
117.
19
Ibid., hlm. 193.
20
Ibid., hlm. 194.
karenanya, terdapat banyak tekhnik pengujian keabsahan data melalui triangulasi
sumber, metode.21
Tahap-tahap Penelitian
Adapun penelitian yang peneliti lakukan secara garis besar ada empat
tahapan, yaitu:
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan
sebelum peneliti memasuki pada kegiatan penelitian, peneliti juga membuat suatu
rancangan penelitian guna mendukung penelitiannya, sebagaimana gambaran
dasar dari penelitian yang akan dilakukan yaitu berupa konteks dan fokus dari
pada penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti langsung terjun kelapangan penelitian yaitu SMK
Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan. Dalam tahapan ini peneliti
memciptakan suasana keakraban dengan para informan baik kepala sekolah
beserta staf-staf sekolah dan murid-murid yang ada di lembaga tersebut, kemudian
melakukan wawancara demi mendapatkan info yang dibutuhkan serta melakukan
pencatatan.
c. Tahap Analisis Data.
Analisis data ini dilakukan sebagai pemprosesan untuk mengkategorikan
data yang sudah dikumpulkan dari hasil penelitian di lapangan, yang kemudian
melakukan penafsiran data.
d. Tahap Pelaporan
Pada tahap penulisan laporan hasil penelitian berfungsi untuk memenuhi
studi akademis untuk lulus S1 dalam bentuk skripsi, di dalamnya memuat
kerangka dan isi laporan dari keseluruhan yang dibahas dalam skripsi, pelaporan
ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah atau penulisan skripsi
yang diterbitkan oleh STAIN Pamekasan.

21
Ibid.
HASIL PENELITIAN
Temuan Penelitian
langkah-langkah pembentukan karakter yang dilakukan di SMK Sumber
Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan yaitu: Membuat Perencanaan
Pembelajaran dan Memilih dan Mengembangkan Materi.
metode-metode yang digunakan guru dalam membentuk karakter siswa
adalah sebagai berikut: Pemilihan Metode Pembentukan Karakter, Pendekatan
atau Model Pembelajaran, Pendekatan Pembentukan Karakter, Tahapan
Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter dan Evalusi.
faktor penghambat dalam membentuk karakter siswa. Diantara faktor
yang menghambat dalam pembentukan karakter siswa di SMK Sumber Anyar
adalah sebagai berikut: Latar belakang siswa yang kurang mendukung, Kurang
kesadaran siswa dalam melaksanakan peraturan sekolah dan Lingkungan atau
pergaulan siswa yang kurang baik.
PEMBAHASAN
Langkah-Langkah Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Siswa di SMK
Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasn
Berdasarkan temuan penelitian, langkah-langkah guru pendidikan agama
islam dalam membentuk karakter siswa di SMK Sumber Anyar diantaranya yaitu
membuat perencanaan pembelajaran, memilih dan mengembangkan materi.
a. Membuat Perencanaan Pembelajaran

Maksud dari strategi membuat perencanaan pembelajaran disini yaitu


strategi guru agama Islam dalam membuat perencanaaan program pengajaran.
b. Memilih dan Mengembangkan Materi

Maksud dari memilih dan mengembangkan materi disini yaitu langkah-


langkah guru pendidikan agama islam dalam pemilihan dan mengembangkan
materi dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka pembentukan karakter
siswa di SMK Sumber Anyar. Materi pelajaran merupakan suatu yang disajikan
guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Setelah peneliti lihat pemilihan materi yang digunakan oleh guru
pendidikan agama islam di SMK Sumber Anyar menggunakan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan kurikulum sekolah. Jadi
guru pendidikan agama islam tersebut benar-benar memperhatikan pemilihan
materi belajar, karena pemilihan materi merupakan komponen penting dalam
mencapai tujuan pengajaran.
Metode-Metode Yang Digunakan Guru PAI Dalam Membentuk Karakter
Siswa Di SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan
Berdasarkan temuan penelitian, langkah-langkah guru pendidikan agama
islam dalam membentuk karakter siswa di SMK Sumber Anyar diantaranya yaitu
pemilihan metode pembentukan karakter, pendekatan atau model pembelajaran,
pendekatan pembentukan karakter, tahapan penanaman nilai-nilai pendidikan
karakter dan evaluasi.
a. Pemilihan Metode Pembentukan Karakter

Pemilihan Metode Pembentukan Karakter Sebelum membahas tentang


metode yang digunakan guru agama islam dalam membentuk karakter peserta
didik di SMK Sumber Anyar terlebih dahulu akan dipaparkan tentang metode-
metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran agama islam antara
lain:
1. Metode Keteladanan
Pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan
memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir dan
sebagainya. Hal ini karena pendidikan adalah contoh terbaik dalam
pandangan anak yang akan ditirunya dalam segala tindakan disadari
maupun tidak. Bahkan jiwa dan perasaan seorang anak sering menjadi
suatu gambaran pendidiknya, baik dalam ucapan maupun perbuatan
yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Metode Pembiasaan
Pembiasaan memberikan manfaat bagi anak karena pembiasaan
berperan sebagai efek latihan yang terus-menerus dan menjadikan anak
akan lebih terbiasa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter.
Disinilah kita perlu mengakui bahwa metode pembiasaan sangat
berperan penting dalam membentuk karakter anak.Dalam
perkembangan anak didik, pribadi dapat dibentuk dengan
mengembangkan potensi dasar yang ada padanya sebagai penentu
karakter siswa. Dengan demikian maka potensi dasar yang ada pada
anak selalu terarah kepada tujuan pendidikan yang diharapkan.
3. Metode Nasehat
Yang dimaksud dengan nasehat ialah penjelasan tentang
kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang
dinasehati dari bahaya serta menunjukkan ke jalan yang mendatangkan
kebahagiaan dan manfaat.Dengan metode ini, pendidik mempunyai
kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik kepada
berbagai kebahagiaan dan kemajuan yang bersifat positif.
4. Metode Cerita atau Kisah
Metode kisah atau cerita mengandung arti suatu cara dalam
menyampaikan materi pelajaran dengan menuturkan secara kronologis
tentang bagaimana terjadinya suatu hal, baik yang nyata maupun yang
tidak nyata.
5. Metode Mendidik Melalui Kedisiplinan
Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.
Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik bahwa
apa yang dilakukannya tersebut tidak benar, sehingga ia tidak
mengulanginya lagi.
6. Metode Kegiatan Ekstrakurikuler berbasis Agama Islam
Ekstrakurikuler merupakan bagian dari program pembinaan
kesiswaan, yang termasuk kelompok bidang peningkatan mutu
pendidikan.Artinya, kegiatan ekstrakurikuler dirancang dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, yang memperkuat
penguasaan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar peserta
didik melalui kegiatan di luar kegiatan jam sekolah. kegiatan
ekstrakurikuler merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah, selain itu pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler sebagai realisasi dari perencanaan pendidikan
yang tercantum dalam kalender sekolah.
b. Pendekatan atau Model Pembelajaran
Pendekatan pemebelajaran pada hakikatnya merupakan suatu upaya
dalam mengembangkan keaktifan belajar yang dilakukan siswa dan keaktifan
mengajar yang dilakukan guru sehingga terjadi interaksi aktif antara keduanya.
c. Pendekatan Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter positif dapat dilakukan melalui empat pendekatan,


diantaranya yaitu: 1. pendekatan instruktif-struktural, yaitu strategi pembentukan
karakter di sekolah sudah menjadi komitmen dan kebijakan pemimpin sekolah. 2.
pendekatan formal-kurikuler, yaitu strategi pembentukan karakter di sekolah
melalui pengintegrasian dan pengoptimalan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
disemua mata pelajaran dan karakter yang dikembangkan. 3. pendekatan mekanik-
fragmented, yaitu strategi pembentukan karakter di sekolah didasari oleh
pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek dan pendidikan
dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan
yang masingmasing bergerak dan berjalan menurut fungsinya. 4. pendekatan
organik-sistematis, yaitu pendidikan karakter merupakan kesatuan atau sebagai
sistem sekolah yang berusaha mengembangkan semangat hidup berbasis nilai dan
etika.
d. Tahapan Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Penanaman nilai-nilai karakter yang dilakukan di SMK Sumber Anyar


ini adalah melalui pembiasaan seperti: 1. Mengetuk pintu sebelum masuk kelas
dan mengucapkan salam. 2. Bersikap sopan dan menghomati guru. 3. Berkata
permisi bila lewat di depan guru. 4. Tidak mengolok-olok teman. 5. Tidak
meminta uang, jajan, mainan dengan paksa kepada teman. 6. Memberi salam
kepada guru. 7. Mengikuti kegiatan pondok ramadhan. 8. Melaksanakan zakat
fitrah. 9. Melatih siswa untuk bersikap jujur. 10. Disiplin masuk kelas dan
melaksanakan piket. 11. Berdoa sebelum memulai pelajaran. 12. Disiplin untuk
mengikuti sholat dhuhur berjamaah.
e. Evaluasi

Guru pendidikan agama islam di SMK Sumber Anyar ini mengadakan


pendidikan secara langsung dan pendidikan secara tidak langsung. Pendidikan
secara langsung yaitu dengan mengadakan hubungan langsung dengan siswa,
yaitu dengan cara melatih kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, dan pembiasaan
yang sesuai dengan peraturan sekolah.
Faktor Penghambat Bagi Guru PAI dalam Membentuk Karakter Siswa di
SMK Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan
Setiap usaha atau kegiatan yang tidak ada tujuan, maka hasilnya akan sia-
sia dan tidak terarah. Bila pendidikan kita pandang suatu proses, maka proses
tersebut akan berakhir pada pencapaiannya pada akhir tujuan pendidikan. Tujuan
yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakekatnya adalah suatu perwujudan
dari nilai-nilai ideal yang dibentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Dan
nilai-nilai inilah yang nantinya akan mempengaruhi pembentukan karakter
manusia sehingga akan berdampak mempengaruhi pada tingkah lakunya.
Ada empat hambatan utama pembelajaran nilai di sekolah, yaitu (1)
masih kukuhnya pengaruh paham behaviorisme dalam system Pendidikan
Indonesia sehingga keberhasilan belajar hanya diukur dari atributatribut luar
dalam bentuk perubahan tingkah laku, (2) kapasitas pendidik dalam mengangkat
struktur dasar bahan ajar masih relative rendah, (3), tuntutan zaman yang semakin
pragatis, (4), sikap yang kurang menguntungkan bagi pendidikan.
KESIMPULAN

Di dalam Bab terakhir ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan


sebagai temuan atas judul Upaya Guru dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran
Fiqih di MA Attaufiqiyah Tlambah Karang Penang Sampang. Beberapa
kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
Perencanaan Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran Fiqih adalah
Mepersiapkan rancangan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan tujuan agar
pembelajaran yang disampaikan nanti bisa benar-benar dimengerti oleh siswa.
Selain itu guru juga menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, cara
penyampaian yang menyenangkan serta disesuaikan dengan materi pelajaran,
Selanjutnya tekait dengan Pelaksanaan Peningkatan Mutu Pembelajaran
Fiqih di MA Attaufiqiyah Tlambah Karang Penang Sampang peneliti menemukan
bahwa guru mata pelajaran fiqih memulai pembelajaran dengan pendahuluan,
kegiatan inti, penutup pembejaran dan melakukan pengelolaan kelas dengan baik.
Hasil temuan peneliti terkait dengan Evaluasi Guru Terhadap
Peningkatan Mutu Pembelajaran Fiqih di MA Attaufiqiyah Tlambah Karang
Penang Sampang yaitu guru mata pelajaran fiqih memberi teguran dan nasehat
kepada siswa Namun kalau tidak ada efek jera dan tidak hadir tanpa alasan
sebanyak tiga kali pertemuan mata pelajaran fiqih maka guru harus melapor
kepada wali kelas untuk diketahuinya dan selanjutnya dipanggil orang tua untuk
dicari solusinya.

Anda mungkin juga menyukai