Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MOBILISASI DAN GERAKAN SOSIAL DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Lutfatul Asisah, M.Hum

OLEH

Kelompok 6

Dini Rahmani ( 180602101)


Azijatun Niswati (180602110)
Mar’atun Solehah (180602111)
M.Rozi Sanjani (1806021104)

JURUSAN SOSIALOGI AGAMA


FAKULTAS USHULUDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MATARAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan


rahmat-Nya jua lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW,keluarga,sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Amin…

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh


karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Amin...

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGATAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
a. Latar belakang...................................................................... 1
b. Rumusan masalah ................................................................ 1
c. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................... 3
a. Pengertaian mobilisasi masa dan gerakan social ................ 3
b. Kaitan mobilisasi masa dan perubahan social ................................... 11
c. Penjelasan mobalisasi masa di indonesia .......................................... 11
d. Penjelasan mobilisasi masa di NTB ................................................... 13

BAB III PENUTUP....................................................................... 15


A. KESIMPULAN ................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

mobilisasi massa hendaknya perlu ditegaskan mau kemana aksi massa akan dibawa.
Jangan sampai hanya sebatas mengumpulkan massa tanpa tujuan yang jelas. Dengan arah
yang jelas, massa akan menerima makna yang jelas pula. Tujuan memobilisasi massa
hendaknya juga mempertimbangkan batasan umur dan kadar intelektualnya. Strata umur,
perbedaan gender, latar belakang sosial, pendidikan dan usia akan menyangkut juga isi materi
yang hendak disampaikan. Bagi Muhammadiyah, penguatan visi dan misi organisasi
harusnya memang dengan mengerahkan massa yang sebanyak-banyaknya.

Lima dasawarsa terakhir, studi tentang gerakan social mengalami


perkembangan begitu pesat. Perkembangan ini ditandai dengan meningkatnya secara
kuantitas publikasi dan penelitian tentang gerakan social, baik studi kasus maupun
pendalaman teori. Studi ini dalam perkembangannya tidak hanya menjadi monopoli
bidang ilmu sosiologi tetapi telah berkembang menjadi bagian integral dari bidang
ilmu lainnya seperti psikologi social, ilmu politik, sejarah, lingkungan hidup, dan
berbagai studi lintas bidang ilmu social lainnya.

Makalah ini berupaya menjelaskan teori, konsep, indicator dari gerakan social
itu sendiri yang mengalami perkembangan pesat pada decade 60-an dan semakin kaya
memasuki abad ke-21. Munculnya gerakan social baru- ditandai dengan semakin
beragamnya pelaku gerakan social seperti mahasiswa, kalangan prodfesional,
perempuan dan masih banyak pelaku-pelaku lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mobilisasi massa ?
2. Apa dan bagaimana teori-teori gerakan social ?
3. Apa jenis-jenis gerakan social ?

1
C. Tujuan

mobilisasi massa hendaknya perlu ditegaskan mau kemana aksi massa akan
dibawa. Jangan sampai hanya sebatas mengumpulkan massa tanpa tujuan yang jelas.
Dengan arah yang jelas, massa akan menerima makna yang jelas pula. Tujuan
memobilisasi massa hendaknya juga mempertimbangkan batasan umur dan kadar
intelektualnya. Strata umur, perbedaan gender, latar belakang sosial, pendidikan dan
usia akan menyangkut juga isi materi yang hendak disampaikan. Bagi
Muhammadiyah, penguatan visi dan misi organisasi harusnya memang dengan
mengerahkan massa yang sebanyak-banyaknya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertaian mobilisasi masa dan gerakan social

mobilisasi masa adalah isu. Topik yang hangat dan menjadi pembicaraan
dalam masyarakat menjadi sajian utama atau tema. Orang akan tertarik jika isu yang
hangat diperbincangkan secara umum dan transparan. Dengan begitu masyarakat
turut ambil bagian dari sebuah kebijakan. Masyarakat lebih memiliki arti fungsi
subyek.

Hal utama dalam mengelola mobilisasi masa adalah isu. Topik yang hangat dan
menjadi pembicaraan dalam masyarakat menjadi sajian utama atau tema. Orang akan
tertarik jika isu yang hangat diperbincangkan secara umum dan transparan. Dengan
begitu masyarakat turut ambil bagian dari sebuah kebijakan. Masyarakat lebih
memiliki arti fungsi subyek.

, mengelola sebuah isu hampir dipastikan dibungkus dalam bentuk pengajian atau
forum kajian. Materinya bisa lebih dipertanggungjawabkan dari pada
penyelenggaraan dalam bentuk pengerahan massa bak kampanye. Pengajian atau
kajian selalu dibahas dengan kepala dingin, setiap kalimat bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan dampaknya tidak hanya sesaat.
Publikasinyapun lebih mengarah pada bentuk solusi bukan reaktif.

Sebelum melakukan mobilisasi massa hendaknya perlu ditegaskan mau


kemana aksi massa akan dibawa. Jangan sampai hanya sebatas mengumpulkan massa
tanpa tujuan yang jelas. Dengan arah yang jelas, massa akan menerima makna yang
jelas pula. Tujuan memobilisasi massa hendaknya juga mempertimbangkan batasan
umur dan kadar intelektualnya. Strata umur, perbedaan gender, latar belakang sosial,

3
pendidikan dan usia akan menyangkut juga isi materi yang hendak disampaikan.
penguatan visi dan misi organisasi harusnya memang dengan mengerahkan massa
yang sebanyak-banyaknya.

Gerakan Sosial atau social Movement adalah aktivitas sosial berupa


gerakan atau tindakan sekelompok orang yang bersifat informal atau organisasi,
Suatu Gerakan sosial biasa berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan
melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Kata “Gerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 oleh
Sosiolog Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist &
Communist Movement since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan
sosial bersifat massive dan biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun
perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat.
Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19 adalah contoh prototype dari Social
Movement jaman dahulu yang masih mengandalkan kendaraan politik berupa
organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk kedalam periode
reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu
berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk
berekspresi dan menuntut haknya. “Demokrasi”.
Berasal dari berbagai keresahan diberbagai bidang, berbagai gerakan pun
bermunculan, mulai dari Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, Pendidikan,
Kesehatan dan Lain-lain. Barulah pada Abad 21 saat teknologi dan globalisasi
merubah drastic pola pikir, budaya, transaksi dan gaya hidup masyarakat,
Gerakan Sosial juga mengalami Evolusi, Gerakan sosial kini menjadi lebih
spesifik mengangkat kasus tertentu dan mulai meninggalkan organisasi formal
sebagai kendaraan aspirasinya.
Internet terutama jejaring sosial / Social Media menjadi salah satu faktor
yang mengubah pola pergerakan sosial di Dunia. Internet dengan akses tak
terbatasnya membuat aliran komunikasi semakin mudah, pengetahuan dan

4
informasi terbuka bebas di maya dan merebaknya demam Social Media semakin
mempermudah individu untuk mengekspresikan diri, mengungkapkan pendapat
bahkan menyerang satu sama lain dalam wadah jejaring sosial.
Evolusi Social Movement terjadi, kini Gerakan sosial mulai meninggalkan
Organisasi Formal sebagai kendaraan apresiasinya. Kini masyarakat berkumpul
dalam sebuah wadah informal dengan kebebasan seluas-luasnya. Faktor
kepentingan golongan lambat laun tergeser, isu spesifik membuat masyarakat
semakin objektif. Dengan terlalu mudahnya bergabung dalam sebuah kelompok
dan menghimpun dukungan, juga menimbulkan efek negative, yaitu
munculnya “Click Activism” yang dengan hanya melakukan klik seseorang sudah
merasa memberikan dukungan dan bertindak. Padahal sebuah gerakan tidak akan
menimbulkan efek dan mencapai tujuannya, tanpa sebuah gerakan nyata. Kita
dapat melihat itu semua di Twitter ataupun Facebook dimana ratusan gerakan
sosial menggalang dukungan dan melakukan aksinya di dunia maya.
Semoga tingginya teknologi dan akses informasi, terutama internet dan
social media tidak membuat kita hanya menjadi seorang ”Click Activist” tetapi
juga ikut malakukan tindakan nyata. Sebenarnya hal tersebut dapat dimulai dari
“Kelompok atau Organisasi Social Movement itu sendiri, dengan mencanangkan
program yang tidak melulu beraksi di dunia maya, namun juga melakukan
kegiatan kegiatan off air seperti kopdar ataupun aksi sosial sesuai isu yang ingin
ditanganinya.
A. TEORI-TEORI GERAKAN SOSIAL
1. Teori gerakan social klasik
a. Teori perilaku kolektif
Gustave Le Bon (1895) perintis utama teori perilaku kolektif
menginterpretasikan kerumunan massa revolusi Perancis merupakan bentuk
perilaku kolektif yang menyerupai emosi binatang. Dalam kerumunan massa,
individu tidak lagi memiliki kemampuan merasa, berpikir, dan bertindak
seperti yang diinginkannya terkecuali mengikuti keinginan massa. Dengan

5
kata lain, individu-individu didalam kerumunan massa tidak lagi menjadi
individu yang rasional dan taat terhadap tatanan norma-norma standar yang
ada di masyarakat.
David Popenoe (1977:259) melihat perilaku kolektif seringkkali
muncul sebagai sebuah respon atau stimulus terhadap sebuah situasi yang
tidak stabil secara spontan dan tidak terstruktur. Dengan kata lain, perilaku
kolektif merupakan tindakan yang tidak mencerminkan struktur social yang
ada seperti perundang-undangan, kebijakan pemerintah, dan lembaga formal
dan non-formal, seperti yang diuraikan Herbert Blumer. Karenanya perilaku
kolektif sebuah kelompok masyarakat yang melakukan ibadah di gereja atau
di mesjid berbeda dengan aksi, protes, gerakan social dan revolusi social.
Popenoe tidak memsakkan aktivitas ibadah dalam kategori perilaku kolektiv
yang dimaksud disini sebaliknya sekelompok mahasiswa yang melakukan
protes merupakan bentuk nyata dari perilaku kolektif.
b. Teori perjuangan kelas, Vanguard, dan Hegemoni Budaya
Tokoh yang mencetuskan perjuangan kelas adalah Karl Marx,
menurutnya masyarakat selalu terdiri dari dua kelompok besar, satu kelompok
menjadi penindas dan satu kelompok masyarakat lainnya menjadi yang
ditindas. Karenanya, kita mengenal kategori-kategori di dalam masyarakat
sebagai orang bebas versus budak, bangsawan versus masyarakat desa,
pemilik alat produksi versus buruh.

Konsep perjuangan kelas Karl Marx ini menempatkan aksi-aksi


kolektif dalam bentuk revolusi, gerakan social, dan politik perlawanan
merupakan rangkaian tindakan dari sebuah kelompok masyarakat yang
rasional untuk keluar dari situasi buruk penindasan.
Konsep Lenin tentang Vanguard, sekumpulan individu-individu yang
terlatih, professional, terpimpin, dan berdisiplin tinggi memberikan
sumbangan sangat berarti dalam melengkapi teori perjuangan kelas, dimana

6
situasi penindasan bukan satu-satunya factor tetapi diperlukan organisasi dan
kepemimpinan untuk mendorong terwujudnya perjuangan kelas yang
dipergunakan oleh akademisi gerakan social dalam mengembangkan teori
mobilisasi struktur di kemudian hari. Lenin memiliki pendapat yang berbeda
dengan Karl Marx berkenaan dengan penjelasan tentang kegagalan
perjuangan kelas yag tidak terwujud karena para buruh masih terperangkap
oleh kesadaran palsu yang diondisikan oleh para penindasnya.
Menurut Antonio Gramsci, tidak munculnya kesadara kelas para buruh
untuk melakukan perjuangan kelas juga disebabkan oleh upaya kelompok
borjuis mempergunakan para intelektual yang ada di masyarakat seperti
pendeta, tenaga pengajar, atau para manajer untuk melakukan berbagai upaya
menjustifikasi penindasan yang dilakukan oleh para pemilik alat produksi
melalui ajaran agama, penelitin, dan ketokohan mereka di masyarakat dan itu
disebut sebagai Hegemoni
c. Teori gerakan social modern

Teori gerakan sosial baru adalah muncul sebagai kritik terhadap teori
lama sebelumnya yang selalu adadalam wacana idiologis kelas. Gerakan
sosial baru adalah gerakan yang lebih berorientasi isu dan tidaktertarik pada
gagasan revolusi. Dan tampilan dari gerakan sosial baru lebih bersifat plural,
yaitu mulaidari gerakan anti rasisme, anti nuklir, feminisme, kebebasan sipil
dan lain sebagainya. Gerakan sosialbaru beranggapan bahwa di era
kapitalisme liberal saat ini perlawanan timbul tidak hanya dari gerakanburuh,
melainkan dari mereka yang tidak terlibat secara langsung dalam sistem
produksi sepertimisalnya, mahasiswa, kaum urban, kaum menengah. Karena
system kapitalisme telah merugikanmasyarakat yang berada di luar sistem
produksi. Ada beberapa hal yang baru dari gerakan sosial, sepertiberubahnya
media hubung antara masyarakat sipil dan negara dan berubahnya tatanan
danrepresentasi masyarakat kontemporer itu sendiri.Gerakan sosial baru

7
menaruh konsepsi idiologis mereka pada asumsi bahwa masyarakat sipil
tengahmeluruh, ruang sosialnya telah mengalami penciutan dan digerogoti
oleh kemampuan kontrol negara.Dan secara radikal Gerakan sosial baru
mengubah paradigma marxis yang menjelaskan konflik dankontradiksi dalam
istilah kelas dan konflik kelas.Sehingga gerakan sosial baru didefenisikan
olehtampilan gerakan yang non kelas serta pusat perhatian yang non
materialistik, dan karena gerakan socialbaru tidak ditentukan oleh latar
belakang kelas, maka mengabaikan organisasi serikat buruh industri
danmodel politik kepartaian, tetapi lebih melibatkan politik akar rumput, aksi-
aksi akar rumput. Danberbeda dengan gerakan klasik, struktur gerakan sosial
baru didefenisikan oleh pluralitas cita-cita,tujuan , kehendak dan orientasi
heterogenitas basis sosial mereka.Gerakan sosial baru pada umumnya
merespon isu-isu yang bersumber dari masyarakat sipil, danmembidik domain
sosial masyarakat sipil ketimbang perekonomian atau negara, dan
membangkitkanisu-isu sehubungan demoralisasi struktur kehidupan sehari-
hari dan memusatkan perhatian pada bentukkomunikasi dan identitas
kolektif.Jean Cohen ( 1985:669 ) menyatakan Gerakan Sosial Baru membatasi
diri dalam empat pengertian yaitu,(a) aktor-aktor gerakan sosial baru tidak
berjuang demi kembalinya komunitas-komunitas utopia takterjangkau dimasa
lalu (b) aktornya berjuang untuk otonomi, pluralitas (c) para aktornya
melakukanupaya sadar untuk belajar dari pengalaman masa lalu, untuk
merelatifkan nilai-nilai mereka melaluipenalaran, (d) para aktornya
mempertimbangkan keadaan formal negara dan ekonomi pasar.

Dengan demikian tujuan dari gerakan sosial baru adalah untuk menata kembali relasi
negara,masyarakat dan perekonomian dan untuk menciptakan ruang publik yang di
dalamnya terdapat wacanademokratis otonomi dan kebebasan individual.

8
d. Teori Mobilisasi Sumber Daya

Dalam perspektif ini gerakan sosial mensyaratkan sebentuk komunikasi dan


organisasi yang canggihketimbang terompet teriakan anti kapitalisme. Dan gerakan
sosial muncul akibat dari adanyaketersedian sumber pendukung gerakan, tersedianya
kelompok koalisi, adanya dukungan dana, adanyatekanan dan upaya
pengorganisasian yang efektif, dan juga idiologi. Dan para teoritisi mobilisasi
sumberdaya mengawali tesis mereka dengan menolak penekanan pada peran
perasaan dan penderitaan dankategori-kategori psikologisasi dalam menjelaskan
fenomena gerakan sosial.Tetapi teori mobilisasi sumber daya yang berbasiskan
rasionalitas, tetaplah sebuah teori yang tidakpersis dan tidak mencukupi, dan gagal
dalam menjelaskan beberapa ekspresi kuat dari gerakan sosialbaru, seperti feminisme,
environmentalism, perdamaian, perlucutan senjata dan gerakan otonomi lokal.

e. Teori Orientasi Identitas

Teori ini menyuarakan asumsi dasarnya melalui sebuah kritik terhadap teori
yang sudah ada. Danbersifat non materialistik dan materialisme. Ia mengurai
pertanyaan seputar integrasi dan solidaritaskelompok yang terlibat aksi kolektif. Teori
ini juga menolak upaya yang menekankan model neo-utilitarian untuk menjelaskan
gerakan sosial dan aksi kolektif.Kendatipun paradigma teori berorientasi identitas
beranjak dari pertanyaan tentang solidaritas danintegrasi, ia tidak bertatap muka
dengan pokok-pokok yang relevan dalam uraian perilaku kolektif.Tetapi untuk
sementara teori ini kelihatannya menerima beberapa elemen teori marxis
sepertipengertian perjuangan, mobilisasi,kesadaran,dan solidaritas, tetapi teori ini
tetap menolakreduksionisme dan determininasi tesis materialisme dan konsepsi yang
berhubungan dengan formasisocial yang materialistik.

9
f. Faktor Penyebab Gerakan Sosial

Faktor apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial? Mengapa orang


melibatkan diri kepada perilaku kolektif yang bertujuan mempertahankan ataupun
mengubah masyarakat? Dalam ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai penjelasan,
baik bersifat psikologis maupun bersifat sosiologis. Penjelasan yang sering
dikemukakan mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan sosial.

Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan sosial karena menderita
deprivasi (kehilangan, kekurangan, penderitaan), misalnya di bidang ekonomi (seperti
hilangnya peluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya: pangan,
sandang, papan). Para penganut penjelasan ini menunjuk pada fakta bahwa gerakan
sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang disebabkan oleh sosial seperti kenaikan
harga-harga bahan kebutuhan pokok.

Beberapa ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang sependapat dengan


penjelasan deprivasi semata-mata. Mereka menunjuk pada fakta bahwa gerakan sosial
sering muncul justru pada saat masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi.
Oleh sebab itu dirumuskanlah penjelasan yang memakai konsep deprivasi sosial
relatif. James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasan masyarakat
meningkat terus, namun mungkn saja terjadi kesenjangan antara harapan masyarakat
dengan keadaan nyata yang dihadapi kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan
yuang diinginkan masyarakat dengan apa yang diperoleh secara nyata.
Kesenjangan ini dinamakan deprivasi sosial relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif
ini semakin melebar sehingga melewati batas toleransi masyarakat, misalnya karena
pertumbuhan ekonomi dan sosial diikuti dengan kemacetan bahkan kemunduran
mendadak maka, menurut teori Davies revolusi akan tercetus. Sejumlah ahli sosiologi
lain berpendapat bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan
terjadinya gerakan social.

10
B Kaitan mobilisasi masa dan perubahan social
Banyak gerakan yang dimobilisasi atau berawal dari internet di era network
society saat ini. Mobilisasi tersebut sukses menjaring massa, ribuan bahkan puluhan
ribu. Tersebar secara geografis, menjadi trending topic di berbagai situs, dan
tampaknya memberikan pengaruh signifikan di dunia nyata. Penelitian ini melihat
bagaimana mobilisasi dilakukan melalui dunia maya dan apakah mobilisasi tersebut
mampu memberi dampak di dunia nyata. Dengan menggunakan metode studi kasus,
penelitian ini mempelajari langsung fenomena mobilisasi sosial pada keadaan alami.
Penelitian ini memilih dua bidang yang paling gencar menggunakan internet sebagai
cara untuk memobilisasi massa, yaitu bidang ekonomi dan bidang sosial politik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari dua bidang tersebut, kesuksesan mobilisasi massa
di dunia maya tidak selalu bersinergi dengan hasil di tataran real. Ada berbagai hal
yang membuat mobilisasi tersebut gagal mewujudkan perbaikan atau Perubahan.
Salah satunya adalah diaplikasikannya tatanan dan kelas sosial di dunia maya
sehingga akses terbesar tetap dimiliki oleh ruling class. Selain itu, minimnya peran
pemerintah juga menjadi penghambat terbesar mewujudkan Perubahan seperti yang
dikampanyekan di dunia maya. Hal ini menunjukkan bahwa gerakan dunia maya juga
masih terikat pada tatanan dunia nyata dengan berbagai aturannya.

Perubahan sosial merupakan salah satu kajian sosiologi yang paling dinamis,
hal ini dikarenakan perubahan selalu terjadi dan terkadang tidak bisa dihindari.
Perubahan sosial berbeda dengan perubahan lainnya. Yang menjadi pembeda
perubahan sosial dengan perubahan lainnya adalah perubahan sosial menekankan
perubahan yang terjadi pada aspek kultural atau budaya serta aspek struktural
(struktur masyarakat), dan dampaknya terhadap kehidupan sosial.

C. Penjelasan mobalisasi masa di indonesia

Militer mengangkat wacana bahwa “musuh” telah melemahkan struktur politik,


ekonomi, dan sosial Indonesia melalui ancaman teroris terus-menerus, radikalisasi

11
pemuda, kebangkitan komunis, dan oleh perusahaan asing yang mengekstraksi
sumber daya alam Indonesia. Semua ini terjadi dengan kedok pertahanan total yang
mengaburkan politik mobilisasi massa yang tengah terjadi dan dengan demikian
memicu sentimen publik, positif maupun negatif. Artikel ini membahas agenda-
agenda yang cenderung terpisah satu sama lain dan mengeksplorasi bagaimana
mereka dapat saling bertentangan.
Indonesia bersiap untuk “perang!” Masa kejayaan “perdamaian dividen” setelah
penyelesaian konflik Aceh tahun 2005 tampaknya telah berakhir. “Musuh” telah
berhasil melemahkan struktur politik, ekonomi, dan sosial Indonesia melalui ancaman
teroris terus-menerus, radikalisasi pemuda, kebangkitan komunis, dan oleh
perusahaan asing yang mengekstraksi sumber daya alam Indonesia.

Hal ini terjadi secara nyata dan secara bersama-sama menawarkan gambaran
yang relevan tentang Indonesia kontemporer, setidaknya menurut pihak militer.
Mengingat hal ini, militer telah menetapkan agenda yang ambisius untuk
mempertahankan negara sekaligus integritas teritorialnya.

Di satu sisi, terdapat modernisasi persenjataan. Tujuan sejak lama itu


bertujuan meningkatkan kemampuan pertahanan yang kian pesat pada masa
kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono dari tahun 2004 hingga 2014. Kekuatan
Pokok Minimum (MEF), cetak biru yang mendesak para pemangku kepentingan yang
relevan untuk bekerja sama menuju militer Indonesia yang lebih kuat dan modern,
siap memberikan pedoman.

Ini adalah obat mujarab bagi para pemangku kepentingan nasional dan
pemasok internasional karena akan merevitalisasi industri strategis dan kerja sama
internasional. Inti yang mendasari MEF telah memperjelas masalah utamanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak aparatur telah mengalami periode


operasional yang lama dan banyak personel telah meninggal atau mengalami cedera
karena kecelakaan yang berkaitan dengan militer . Namun di samping ini terdapat
motif politik ketika SBY menawarkan anggaran yang murah hati dengan harapan

12
memperkuat dukungan militer. Semua ini terjadi pada saat tumbuhnya kesadaran
akan ketidakstabilan regional dan meningkatnya persaingan kekuasaan yang
menyebabkan kekhawatiran bahwa Indonesia dapat dikesampingkan di kawasan ini.

Di sisi lain, terdapat sebuah langkah untuk mempromosikan agenda “bela


negara.” Didalangi oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima
Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo, bela negara bertujuan
untuk menyalakan patriotisme di kalangan masyarakat. Memelopori proyek ini,
kementerian pertahanan mengedukasi mengenai Pancasila, yang menargetkan
kelompok-kelompok sipil yang beragam serta mengajarkan sejarah dan politik
nasional, hingga melakukan sesi pelatihan luar ruangan bergaya militer.

D. Penjelasan mobilisasi masa di NTB

Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengimbau warganya agar


tidak ikut dalam pengerahan massa saat pengumuman keputusan Mahkamah
Konstitusi (MK) terkait dengan gugatan sengketa hasil pilpres 2019.
"Mari kita hormati proses hukum yang berjalan karena Undang-Undang sudah
mengatur semua, dan mekanisme itu sedang berjalan oleh paslon baik urut 01,
maupun paslon 02 dan para calon anggota legislatif yang menggugat," kata Asisten I
Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Mataram Lalu Martawang
di Mataram, Minggu). Dia mengharapkan masyarakat tidak terjebak dalam posisi
yang tidak produktif dengan melakukan pengerahan massa atau tindakan yang
berpotensi menciptakan instabilitas di daerah ini.

semua masyarakat untuk melihat daerah yang saat ini masih dalam masa
pemulihan pascagempa bumi, agar setiap tamu yang datang bisa menyaksikan dan
berbangga dengan kondisi Mataram yang aman, kondusif dan nyaman serta
membuat semua orang dalam posisi yang terlindungi.
"Kita berharap iklim yang kondusif ini menjadi ikhtiar untuk membuat kota ini

13
menjadi contoh bagaimana proses demokrasi membanggakan," katanya.
Ia mengakui, dalam Undang-Undang masyarakat berikan ruang untuk
menyampaikan aspirasi. Tetapi, masyarakat juga perlu melihat kondisi riil di
lapangan. Dimana saat ini, masyarakat sedang membutuhkan keamanan, kenyamanan
dan membutuhkan kedatangan orang luar untuk sama-sama hadir menggeliatkan
perekonomian di daerah ini. Apalagi, belum lama ini dia telah menerima laporan
yang menyebutkan tingkat hunian hotel saat ini hanya sekitar 20-30 persen.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gerakan Sosial atau social Movement adalah aktivitas sosial berupa


gerakan atau tindakan sekelompok orang yang bersifat informal atau organisasi,
Suatu Gerakan sosial biasa berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan
melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Kata “Gerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 oleh
Sosiolog Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist &
Communist Movement since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan
sosial bersifat massive dan biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun
perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat.
Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19 adalah contoh prototype dari Social
Movement jaman dahulu yang masih mengandalkan kendaraan politik berupa
organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk kedalam periode
reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu
berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk
berekspresi dan menuntut haknya. “Demokrasi”.
Berasal dari berbagai keresahan diberbagai bidang, berbagai gerakan pun
bermunculan, mulai dari Ekonomi, Politik, Sosial, Budaya, Pendidikan,
Kesehatan dan Lain-lain. Barulah pada Abad 21 saat teknologi dan globalisasi
merubah drastic pola pikir, budaya, transaksi dan gaya hidup masyarakat,
Gerakan Sosial juga mengalami Evolusi, Gerakan sosial kini menjadi lebih
spesifik mengangkat kasus tertentu dan mulai meninggalkan organisasi formal
sebagai kendaraan aspirasinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kamanto, Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). FEUI : Jakarta.

Rafael, Raga Maran. 2001. Pengantar Sosiologi Politik. Rineka Cipta :


Jakarta.

Situmorang, Abdul Wahib. 2013. Gerakan Sosial : Teori & Praktik (edisi
revisi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai